a. Zat pembawa , dari sudut pandang fisiologi, air adalah pelarut yang sangat cocok dan yang paling lazim digunakan sebagai zat pembawa dalam parenteral. Air tidak boleh terkontaminasi pirogen, sepetri penyebab demam, metabilit dari pertumbuhan mikroorganisme. Air untuk injeksi digunakan untuk injeksi yang disterilkan kemudian dimasukkan kedalam wadah. Produksi injeksi yang disterikan kemudian dimasukkan kedalam wadah. Namun, jika tidak digunakan sekaligus, air untuk injeksi bisa disimpan dalam temperature dibawah atau diatas temperature pertumbuhan bakteri. b. Pelarut bukan air, ketika bahan obat tidak larut dalam air seperti estradiol valerate, atau rusak oleh air, boleh dibuat dengan pelarut bukan airyang tidak toksik, tidak mengiritasi dan tidak sensitive. Dan tentunya pelarut bukan air ini harus memiliki aktivitas farmakologi. Viskositasnya harus sesuai ketentuan injeksi. Campuran minyak seperti minyak jagung, minyak kacang dan minyak wijen biasanya digunakan sebagai cairan pembawa bukan air untuk sediaan parenteral. c. Kosolven, gliserin biasanya digunakan sebagai koslven untuk meningkatkan kelarutan obat dalam larutan seperti injeksi deslanosid dan injeksi digitoksin. Alkohol juga sering dikombinasikan dengan gliserin sebagai zat pembawa untuk digitalis glikosida. d. Zat tambahan, produk parenteral boleh mengandung bahan tambahan yang meningkatkan stabilitas atau kegunaan injeksi jika tidak bebbahaya dan tidak mempengaruhi kemanjuran terapi, contohya seperti buffer, bahan pengawet dan antioksida.
Menurut The art of compounding (scoville, 1958:199)
a. Air u/ injeksi, faktor utama dalam komposisi cairan parenteral yang aman adl ketersesiaan bahan murni, air suling bebas pirogen. Air untuk injeksi. Untuk dapat diterma air hrs disuling, bebas pirogen, tidak berwarna, jelas tdg berbau dn tdk berasa. Air jg tdk blh mengandung lebih dri 2 mg total padatan per 100 ml. pH adl 5-7,1 saat diuji oleh metal merah dn metal biru indicator bromothymol. Air juga harus menghassilkn tes negative untuk klorida, sulfat, ammonia kalsium dioksida, karbon, logam nerat dan zat2 troksidasi. Pembawa air lainnya seperti larutan natriun klorida isotonic dan larutan ringer ini sering dgunakan untuk pelarut sediaan parenteral. b. Minyak untuk injeksi, suspense atau larutan obat dalam minyak adl umum digunakan untuk injeksi ketika diinginkan durasi kerja obat lama juga penyerapannya. c. Pembawa lainnya, pripolen glikol, polietilen glikol, dan gliserin biasanya diencerkan dgn air steril, kadang digunkn dlm komposisi larutan untuk suntikan. Pembawa ini digunakan tidk hnya untuk sifat pelarut mereka, tetapi juga untuk meningkatkan stabilitas sediaan trtentu.
Menurut RPS (gennaro. 1990:1547)
a. Pembawa, karena suntikan cairan sebagian besar cukup encer, komponen dalam proporsi paling tinggi adl pembawa yang biasanya tidk memiliki aktivitas terapeutik dan tidak beracun. Namun, pembawa sangat penting dalam formulasi sejak diajukan kejaringan tubuh dlm konstituen aktif untuk penyerapan. Pembawa paling penting untuk produk parenteral adl air, kualitas air yang cocok untuk pemberian parenteral harus disiapkan baik dengan penyulingan atau osmosis terbalik. Pmbawa tdk larut air, kompenen ini yang paling utama adl minyak yang digunakan sbg pembawa khususnya untuk sediaan hormone tertentu. b. Zat terlarut, persyaratan ini untuk kemurniaan senyawa obat yang digunakan dalam suntikan sering membuat perlu untuk melakukan pemurnian khusus dari zat kimia yang tersedia. c. Pirogen, mungkin kontaminasi yang diantisipasi dalam sdian. Selama pemrosesan, sumber pirogen dapat memasukkan Persiapan dengan cara apapun untuk memperkenalkan mikroorganisme hidup atau mati.
Menurut Pengantar bentuk sediaan farmasi (Ansel, 406-410)
a. Penbawa air: - Water for injection (USP), dimana air dimurnikan dengan cara penyulingan atau osmosis terbalik (reverse osmosis) dan memenuhi standar yang sama dgn purified water. USP dlm jumlah zat padat yg ada tdg lbh baik dari 1mg per 100ml. usp tdk boleh mengandung zat penambah. Walaupun air untuk obat suntik tidak disyaratkan steril tetap harus bebas pirogen, - Steril water for injection, adl air untuk oabt suntik yang teah disterilkan dan dikemas dalam wadah2 dosis tunggal yang tidak lebih besar dari ukuran 1 liter, seperti air untuk oabt suntik harus bebas pirogen dan tiddak boleh ada zat mikroba atau ada zat tambahan lain. - Bacteriostatic water for injection, USP adl air steril untk obat suntik yang mengandung satu atw lebih zat antimokroba yang sesuai - Sodium chloride injection, USP adl larutan steril dan isotonic natrium klorida dalam air untuk sediaan suntik. Tidak mengandunng zat antimikroba. Kandungan ion natriun dan klorida dalam obat suntik kurang lebih 154 mEq per liter. - Bacteriostatic sodium chloride injection, USP adl larutan steril yang isotonis natrium klorida dlam air untuk oabt suntik. Mengandung satu atau lebih zat antimikroba yang sesuia dan harus tertera di etiket. Kadar sodium klorida sebesar 0,9% untuk membuat larutan yang isotonic. - Ringer injctio USP adl larutan steril natrium klorida, kalium klorida, dan kalsium klorida dalam air untuk oabt suntk. Ketiga zat trsebt dlm larutan fisiologis. b. Pembawa bukan air, diantara pelarut bukan air yang sekarang diguanakan sebagai produk parenteral adl minyak2 lemaak nabati. Gliserin, polietilen gglikol, propilenglikol, alkohol dan yang digunakan lebih jarang adl etil oleat, isopropyl miristat, dan dietilasetamid. c. Zat2 penambah, semua penambah kebanyakn adl pengawet antimokroba, dapar, penambah kelarutan, antioksidan dan zat2 pembantu farmasi lainnya. Zat yg dipergunakan hnya untuk pewarna dilarang keras dalam sediaan parenteral.
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (Hal: 10)
a. Zat pembawa Zat pembawa mengandung air sbg zat pembawa injeksi memnuhi syarat uji pirogen, uji endotoksin bakteri seperti tertera dlm monografi, kecuali dinyatakan lain dalm monografi. Pada umumnya digunakan air untuk injeksi sebagai pembawa. Natrium klorida dapat ditambahkn dlm jumlah yg sesuai untuk memperoleh larutan yg isotonis. Injeksi natrium klorida atw injeksi ringer dpt digunakan sebagian atw keseluruhan sbg pengganti air untuk injeksi kecuali dinytakan lain dlm monografi. Zat pembawa lain seperi lemak, merupakan zat pembawa untuk injeksi yang berasal dari tanaman, tdk berbau atw hampir tdk berbau, dan tdk memiliki bau atw rasa yg tengik. Memenuhi syarat uji paraffin padat seperti yg tertera pada minyak mineral, tangas pendingin dipertahankan pada suhu 10oc. bilangan penyabunan antara 185 dan 200. Bilangan iodium antara 79 dan 128 seperti yg tertera pada lemak dan minyak mineral. b. Bahan tambahan, pemilihan dan penggunaan bahan tambahanharus hati2 untuk sediaan yg diberikan lebih dari 5ml kecuali dinyatakan lain berlaku. Zat yang mengadung zat raksa dan surfaktan kationik td boleh lbh dari 0,5% dan belerang dioksida atw sejumlah setara dgn kalium atw natrium silfat, bisulfit, atw metabisulfit, tdk boleh lebih dari 0,2%.
Menurut Teori dan praktek farmasi industri (lachman, 1294-1302)
a. Pembawa, sejauh ini pembawa yang paling sering digunakan untuk produk sterile adl air, karena air merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh. b. Pelarut bukan air, pelarut yang dapat bercampur dengan air dan pelarut yang biasa digunakan dalam kombinasi dngan air sebagai pembawa termasuk dioksilan, dimetilasetamida, N-laktamida, butilen glikol, polietilen glikol 400 dan 600, propilen glikol, gliserin, dan etil alkohol. Pelarut yang tdk bercampur dgn baik termasuk minyak lemak, etiloleat, isopropyl miristat, dan benzyl benzoate. Pelarut bukan air yg sering digunakan adl polietlen glikol, propilenglikol, dan minyak2 lemak. c. Zat terlarut, kemurnian fisika dan kimia dari zat terlarut yg digunakan untuksediaan steril.
Menurut Sterile Dosage Forms (Torcus, Hal : 16)
Obat-obat dalam larutan dalam pembawa yang cocok, dengan atau tanpa bahan tambahan, ditujukan untuk penggunaan parenteral yang dikenal sebagai injeksi. Injeksi dapat dikemas sebagai unit dosis tunggal atau unit dosis ganda, volumenya dapat sejumlah setengah milliliter, seperti injeksi Atropin Sulfat atau sebanyak 1 L seperti injeksi dektrosa.