DISUSUN OLEH :
NOVIA
NIM. 1713211019
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM S 1 GIZI
TAHUN 2021
15
HALAMAN PENGESAHAN
16
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus besar asuhan gizi
klinik dengan judul “”.
Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis tidak terlepas dari peran
serta dan bantuan dari berbagai pihak dalam kritik, saran, hingga wawasan
dan dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Laila hudr selaku Pembimbing Studi Kasus dan Laporan sekaligus
pembimbing lapangan di
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini jauh dari
kesempurnaan. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan
untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat
untuk perkembangan ilmu gizi dan kesehatan.
17
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ..............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kardiomiopati ...............................................................3
B. Patofisiologi Kardiomiopati.............................................................3
1. Kardiomiopati Dilatasi...............................................................4
a. Pengertian Kardiomiopati Dilatasi.......................................4
b. Faktor Risiko Kardiomiopati Dilatasi..................................4
c. Gejala Kardiomiopati Dilatasi.............................................6
d. Penatalaksanaan Gizi pada Kardiomiopati Dilatasi.............7
BAB III PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
A. Assesment .......................................................................................8
B. Diagnosa Gizi ..................................................................................15
C. Intervensi Gizi..................................................................................16
D. Monitoring dan Evaluasi..................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan ..................................................................................... 23
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 26
B. Saran ................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 28
LAMPIRAN................................................................................................ 32
18
DAFTAR LAMPIRAN
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kista ganglion merupakan benjolan berisi cairan menyerupai gel yang
biasanya tumbuh di sepanjang tendon atau sendi pergelangan tangan,
berukuran mulai dari sebesar kacang polong hingga berdiameter 2,5 cm. Selain
di tangan atau pergelangan tangan, kista ini juga bisa muncul di kaki atau
pergelangan kaki (Adrian, 2019).
Kista ganglion dapat terjadi pada segala usia. Namun, penyakit ini lebih
sering dialami oleh wanita berusia 20 hingga 40 tahun (Aprilia, 2019). Dalam
sebuah penelitian 2007 terhadap pasien di Glasgow yang benjolan kakinya
diangkat dengan operasi, 39 dari 101 kasus adalah kista ganglion. Studi ini
mereplikasi temuan sebelumnya bahwa tidak ada kista ganglion yang
ditemukan di telapak kaki atau tumit kaki; para penulis menulis bahwa
"Meskipun benjolan di daerah ini mungkin adalah ganglia, ahli bedah mungkin
harus mempertimbangkan diagnosis lain pada contoh pertama." Para peneliti
juga mencatat dominan kejadian di antara perempuan (85%) dan bahwa 11 dari
kasus lain telah salah didiagnosis sebagai kista ganglion sebelum operasi
(Duncan, 2007).
Menurut data statistik yang dilakukan di Polandia pada 520 pasien
dengan kista ganglion, wanita lebih sering terkena kista tersebut dibandingkan
laki-laki dengan rasio 2,8 : 1. Insidensi terjadinya kista ganglion adalah 43 per
100.000 pada wanita dan 25 per 100.000 pada laki-laki per tahun. Rata-rata
20
usia dari pasien dengan kista ganglion pada studi tersebut adalah 41,3 tahun dan
lebih dari 42% pada pasien berusia antara 20-40 tahun (Kulinski, 2017). Namun,
hingga saat ini belum terdapat data epidemiologi kista ganglion di Indonesia
Pekanbaru didapat 41 pasien dengan kasus Kista Ganglion dalam kurun waktu 3
tahun antara tahun 2017 - 2019 (18 kasus di tahun 2017, 14 kasus di tahun 2018
Sebagian besar kista ganglion dapat hilang dengan sendirinya, sehingga tidak
memerlukan penanganan khusus. Jika kista ganglion menimbulkan rasa sakit dan
Namun tindakan operasi kista ganglion memiliki beberapa efek samping, yaitu
menimbulkan rasa nyeri, mati rasa hingga melemahnya otot. Dan jika luka
pertumbuhan jaringan parut pada bekas luka operasi, kerusakan pembuluh darah
B. Rumusan Masalah
Mengetahui asuhan gizi terstandar pada pasien Ganglion pedis yang dirawat
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Penulis mampu merencanakan dan melakukan menajemen asuhan gizi klinik di
rumah sakit yang meliputi analisa tentang pengkajian, perencanaan, monitoring
dan evaluasi, serta membuat laporan pada pasien penderita Kista Ganglion.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan assesment gizi pasien.
2. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa gizi pasien.
21
3. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi/implementasi gizi pada pasien.
4. Mahasiswa mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi terkait gizi
pada pasien
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kista ini paling sering muncul pada tangan dan pergelangannya, tapi tidak jarang juga
Kista ini umumnya berbentuk bulat oval kecil mirip menyerupai kacang polong.
Namun dapat juga membesar hingga ukurannya mencapai sekitar 2,5 cm. Terkadang
posisi kista menyebabkan pergerakan sendi menjadi lebih sulit. Kista ganglion ini
tidak menimbulkan rasa sakit, kecuali keberadaannya menekan saraf yang ada di
Hingga saat ini penyebab terbentuknya kista ganglion masih belum diketahui
secara pasti. Meski begitu, ada beberapa kondisi yang diduga meningkatkan risiko
2019).
Namun, ada beberapa faktor risiko yang membuat beberapa orang bisa
a. Usia dan jenis kelamin: ganglion dapat menyerang siapa saja, tapi paling sering
b. Cedera: sendi atau tendon yang pernah terluka di masa lalu lebih mungkin untuk
mengembangkan kista.
23
c. Aus karena penggunaan berlebih yaitu orang-orang yang terlalu sering
menggunakan sendi tertentu lebih mungkin untuk memiliki benjolan kista. Pesenam
kuku berada pada lebih risiko tinggi terkena kista di dekat persendian tersebut.
C. Manifestasi Klinis
belakang atau sejajar dengan pungggung tangan, namun juga bisa berkembang pada
pergelangan tangan sisi palmar atau sejajar dengan telapak tangan. Selain di tempat
tersebut, kista ganglion juga bisa terjadi pada sisi lainnya meskipun lebih jarang,
a. Bagian dasar jari di atas telapak tangan, dimana kista ganglion muncul dalam ukuran
b. Pada bagian ujung jari, di bawah kutikula (lapisan kulit). Kista ini disebut kista
mukus.
Berikut ciri-ciri kista ganglion yang menyebabkan benjolan pada sendi (Team, 2019):
a. Massa menonjol.
Kista ganglion biasanya muncul sebagai massa yang menonjol dengan ukuran
b. Hilang timbul.
Benjolan bisa muncul dari waktu ke waktu atau muncul tiba – tiba, ukurannya
bisa mengecil dan hilang, namun bisa muncul kembali pada waktu lain.
c. Teraba lunak.
24
Jika diraba, maka konsistensi kista ganglion biasanya lunak, berukuran sekitar
d. Nyeri.
mengikuti trauma berulang atau akut, namun sekitar 35% muncul tanpa gejala.
Jika nyeri muncul, biasanya bersifat kronik dan memburuk dengan gerakan sendi
f.Kelemahan gerak.
Ketika kista berhubungan dengan tendon, pasien bisa merasa lemah pada jari yang
bermasalah.
Patofisiologi kista ganglion masih tidak diketahui secara jelas. Saat ini,
beberapa peneliti menyetujui teori yang menyebutkan bahwa kista ganglion
disebabkan oleh respon sel mesenkim dari penghubung synovial-capsular terhadap
cedera minor berulang. Peregangan yang dilakukan berulang pada ligamen dan kapsul
akan memicu produksi jaringan lubricant hyaluronic acid oleh fibroblast.
Namun, teori ini juga masih tidak dapat dibuktikan karena tidak adanya
gambaran pericystic inflammatory pada hasil pemeriksaan patologi kista ganglion
(Kevin, 2019).
25
b. Aspirasi atau penyedotan cairan. Tindakan ini dilakukan dengan menusukkan
Jika penanganan di atas tidak mampu mengatasi kista ganglion, dokter akan
menyarankan operasi. Terdapat dua jenis operasi untuk mengangkat kista ganglion,
yakni:
lubang kunci untuk memasukkan alat khusus yang dilengkapi dengan kamera
(artroskop).
sepanjang tusuk gigi di lokasi sendi atau tendon yang mengalami kista
ganglion.
F. Kompilkasi
persendian, sehingga mengganggu gerakan sendi. Penekanan pada saraf juga dapat
komplikasi juga dapat terjadi akibat penanganan yang dilakukan, baik akibat tindakan
aspirasi (penyedotan cairan) maupun operasi. Komplikasi yang dapat terjadi antara
c. Gangguan saraf.
26
G. Penatalaksanaan Gizi pada Penyakit Kista Ganglion
Penatalaksaaan gizi penyakit Kista Ganglion adalah diet gizi seimbang dengan
dengan atau di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik sama dengan atau
(disebabkan oleh gaya hidup dan diet yang buruk, ekspresi gen, kebiasaan
lain, sepoerti diabetes nefropati, penyakit ginjal, penyakit jantung serta kondisi
kehamilan.
penyakit hipertensi. Diet DASH dapat digunakan dengan tujuan untuk terapi
1. Energi cukup, jika pasien dengan berat pasien dengan berat badan
115% dari berat badan ideal disarankan untuk diet rendah kalori dan
olahraga.
27
4. Membatasi konsumsi lemak jenuh dan kolestrol.
5. asupan natrium dibatasi < 2300 mg//hari, jika penurunan tekanan darah
tekanan darah
28
BAB III
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
A. Skrining Gizi
Tabel 2. Malnutrition Screening Tool ( MST)
NO Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan penurunan berat badan yang tidak
diinginkan dalam 6 bulan terakhir ?
a. Tidak ada penurunan berat badan 0
b. Tidak yakin/tidak tahu/terasa baju lebih longgar 2
c. Jika ya. Berapa penurunan berat badan tersebut
1-5 kg 1
6-10 kg 2
11-15 kg 3
> 15 kg 4
> Tidak yakin penurunannya 2
2. Apakah asupan makan berkurang karena berkurangnya nafsu makan ?
a. Tidak 0
b. Ya 1
3. Pasien dengan diagnosa khusus penyakit
DM/ginjal/hati/jantung/paru/stroke/kanker/penurunan imunitas Geriatri, lain-lain
(sebutkan)..............
Ya Tidak
TOTAL SKOR MST 1
Sumber : Rekam Medis RS PMC Pekanbaru
Skrining gizi yang dilakukan oleh perawat pada pasien An.KH didapatkan total skor
MST 1, skor ini menunjukkan tidak dilakukan tindak lanjut PAGT oleh ahli gizi. Namun
29
karena jumlah pasien yang tidak terlalu banyak sesuai kriteria studi kasus dan kebanyakan
masa rawatan pasien yang singkat di Rumah Sakit. Hal tersebut menjadi alasan untuk
B. Assesment
1. Riwayat Personal
a. Data Personal
Nama : Tn.S
Tanggal Lahir : 24 Agustus 1970
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Bahasa : Jawa/ Indonesia
Pekerjaan : Menganggur sudah 4 bulan
Kemampuan Membaca : Bisa
Peran Dalam Keluarga : Kepala rumah tangga
Penggunaan rokok : Non pasif
Keterbatasan Fisik : Tidak ada
Mobilitas : Kerja suboptimal
Tanggal Masuk : 20 Agustus 2021
Tanggal Pengkajian : 20 Agustus 2021
Tanggal Dijadikan Kasus : 20 Agustus 2021
Ruangan : Teratai C1-08
b. Riwayat Medis
1) Riwayat Medis Terdahulu
Tn.S dulu memiliki riwayat penyakit Hipertensi,Kencing batu, Asam urat.
Riwayat penyakit pasien sudah 3 tahun lalu.
30
c. Riwayat Sosial
Tn.S merupakan seorang kepala dirumah tangga, status ekonominya
termasuk golongan menengah. Selama melakukan perawatan biaya berobat
ditanggung BPJS. Tn.S mendapatkan dukungan dan motivasi dari keluarga, tetangga
dan orang yang dekat dengannya. Contohnya saja istri dan anak Tn.S selalu
memberikan semangat untuk sembuh.
d. Aktivitas
Tn.S merupakan pengangguran sudah 4 bulan karena penyakit yang
dideritanya menyebabkan tidak bisa bekerja lagi, Sehari-hari Tn.S di rumah hanya
berkebun dibelakang rumah. Aktivitas sebelum masuk rumah sakit tergolong
sedang. Sedangkan masuk rumah sakit mobilitas kerja suboptimal.
31
Tabel 2. Hasil Recall 1x24 Jam
b. Asupan Cairan
Sebelum masuk Rumah Sakit Tn.S mengonsumsi air putih setiap hari sekitar ±2 L.
c. Pemberian Makanan dan Zat Gizi
1) Riwayat Diet di Rumah Sakit
a) Order Diet
- Jenis Diet : Diet Gizi Seimbang
- Bentuk Makanan : Makanan Biasa
- Rute Pemberian : Oral
- Frekuensi : 3x makanan pokok
2) Pengalaman Diet
- Edukasi / konseling diet masa lalu : Tn.S pernah mendapatkan konseling gizi
di RS PMC Pekanbaru tentang diet Hipertensi.
- Alergi makanan : Tn AM tidak memiliki alergi terhadap makanan.
- Tn.S tidak memiliki pantangan
d. Pemberian Parenteral
NaCl 0,9%
e. Penggunaan obat-obatan
:
32
Tabel 3. Nama, Penjelasan, Fungsi dan Efek Samping dari Obat yang
Digunakan
Ceftriaxon
KEN
Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik Tn.S sebelum masuk Rumah Sakit adalah ringan, sedangkan saat di
Rumah Sakit ketika selesai operasi aktifitas Tn.S adalah bedrest 1 hari , di hari ke 2
ringan.
3. Pengukuran Antropometri
Berdasarkan pengukuran antropometri menggunakan LLA, TL karena melihat
estimasi BB dan TB, hasil pengukuran antropometri Tn.S pada 20 maret 2021 sebagai
berikut :
LiLA = 31 cm
Estimasi BB = Kg
TL = 47 cm
Estimasi TB = cm
IMT/U = Kg/m2
4. Data Biokimia
Data hasil pemeriksaan tanggal 30 Oktober 2018 yaitu :
33
2018 Ureum 44 15-39 mg/dl Tinggi
Kalium 3,5 3,5-5,1 mEq/L Normal
Natrium 143 135-145 mEq/dl Normal
Magnesium 2,4 1,8-2,4 mg/dl Normal
Kalsium 2,53 4,5-5,6 mg/dl Rendah
Hemoglobin 15,5 14-17,4 g/dl Normal
Hematokrit 46,8 41,5-50,4 % Normal
Eritrosit 5,75 4,4-6,0 juta/uL Normal
Leukosit 13,64 4,50-11,0 Tinggi
10^3/uL
Trombosit 216 150-450 ribu/uL Normal
31 Oktober Troponin I 0,04 0,02 ng/dl Tinggi
2018
Sumber : Data Hasil Rekam Medis RSHS Bandung 2018
a. Tanda-tanda Vital
Hasil pemeriksaan klinis/ tanda vital pada tanggal 31 Oktober 2018, yaitu :
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Klinis
Kategori % LLA
Obesitas 120 %
Overweight
(110-120) %
Normal (90-110) %
Underweight < 90%
(Sumber: WHO, 2003)
C. Diagnosa Gizi
Domain Intake
NI 2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan keterbatasan daya terima makanan
ditandai dengan asupan E 19,5%, P 24,5%, L 15%, KH 16,8%, sesak nafas dan kurang nafsu
makan.
Domain Behavior
NB 1.1 Kurang Pengetahuan terkait makanan dan zat gizi berkaitan dengan sebelumnya
kurang terpapar informasi yang akurat terkait gizi ditandai dengan informasi secara verbal
tidak akurat dan adanya ketidakmampuan untuk menerapkan informasi mengenai makanan
dan zat gizi seperti asupan lemak pasien 1 minggu SMRS mencapai 133%.
35
D. Intervensi Gizi
1. Tujuan
- Meningkatkan asupan oral sesuai diet dan kebutuhan pasien.
- Meningkatkan pegetahuan dan motivasi untuk patuh terhadap diet yang
dijalankan.
2. Prinsip dan Syarat Diet
a. Memberikan energi sesuai kebutuhan.
b. Memberikan zat gizi protein cukup sebesar 1 gr/kgBBI/hr.
c. Memberikan zat gizi lemak rendah sebesar 20% dari total kebutuhan energi,
diutamakan rendah lemak jenuh.
d. Memberikan zat gizi karbohidrat sisa dari protein dan lemak yaitu 67,8% dari total
kebutuhan energi.
e. Memberikan serat 25 gr/hari
f. Makanan mudah cerna dan tidak merangsang.
3. Preskripsi Diet
a. Jenis Diet : Diet Jantung
b. Bentuk Makanan : Makanan biasa
c. Rute : Oral
d. Frekuensi : 3 makanan pokok + 3 selingan
4. Perhitungan Kebutuhan
Rumus Mifflin
36
= 59,6 gram
Lemak = 20% x 1938,3 kkal
9
= 43 gram
KH = 67,8% x 1938,3 kkal
4
= 328,5 gram
37
Sayur 0,5 0,75 0,5
Buah 1 1 1 1
Minyak 1 1 1
Peptisol 1x50 gr 1
38
Implementasi dilakukan selama 3 hari dimulai pada tanggal 31 Oktober 2018
yang dimulai dari makan sore dan selesai sampai tanggal 3 November 2018 pada
makan siang. Rancangan diet untuk Tn AM adalah Diet Jantung dengan pemberian
makanan 3x makanan pokok dan 3x selingan. Implementasi yang di berikan melalui
kerjasama dengan petugas kesehatan lain, yaitu :
a. Ahli Gizi
Ahli gizi ruangan membantu dalam penentuan diet dan rancangan yang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
b. Dokter dan Perawat
Koordinasi dengan Dokter terkait dengan tindakan apa yang akan diberikan
kepada pasien. Sedangkan koordinasi dengan perawat terkait pemantauan fisik dan
clinis pasien.
c. Petugas Gizi
Koordinasi dengan petugas gizi dilakukan terkait informasi rancangan diet
yang akan dibuat untuk pasien yang ditangani, dan koordinasi mengenai perubahan
diet apabila terjadi perubahan atau tambahan serta pengurangan makanan yang akan
disajikan kepada pasien sesuai dengan rancangan yang dibuat.
Waktu Pelaksanaan
Parameter Target
Monitoring dan Evaluasi
Asupan makan pasien
Asupan Makan dapat mencapai >80% dari Setiap Hari
kebutuhan
Fisik dan Klinis
Sesak nafas hilang dan
(sesak nafas dan Setiap Hari
nafsu makan meningkat
nafsu makan)
39
D. Monitoring dan Evaluasi
1. Monitoring dan Evaluasi Hari Ke-1
a. Asupan Makan
Hasil monitoring dan evaluasi asupan makan Tn AM hari ke-1, sebagai berikut :
Tabel 11. Monitoring Asupan Makan Hari Ke-1
c. Pengetahuan
40
Pada saat intervensi hari pertama pasien diberikan edukasi mengenai Diet
Jantung. Edukasi yang diberikan dapat dikatakan berhasil ditandai dengan Tn AM
dan keluarga mengerti mengenai prinsip diet jantung secara umum.
d. Evaluasi
Target tercapai dan intervensi diit dilanjutkan.
2. Monitoring dan Evaluasi Hari ke- 2
a. Asupan Makan
Hasil monitoring dan evaluasi asupan makan Tn AM hari ke-2, sebagai berikut :
c. Pengetahuan
41
Pada saat intervensi hari kedua, pasien diberikan motivasi untuk tetap
menjalani diet yang diberikan dan mengingatkan kembali mengenai edukasi pada hari
pertama yaitu Diet Jantung. Tn AM dan keluarga memahami dan menjalankan diet
jantung yang dijelaskan serta pasien tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah
sakit.
d. Evaluasi
Target tercapai dan intervensi diit dilanjutkan.
Asupan makan pasien pada monitoring hari ke-3 mengalami peningkatan dan
target asupan>80% tercapai.
42
2018 Nadi x/menit 94 80–100 Normal
d. Pengetahuan
Pada intervensi hari ketiga pasien diberikan motivasi untuk tetap menjalankan
diit. Tn AM dan keluarga paham tentang Diet Jantung yang sudah diberikan dan
secara teori sudah menjawab benar 80% dari pertanyaan yang diberikan.
e. Evaluasi
Target tercapai dan intervensi diit tetap dilanjutkan. Untuk monitoring dan evaluasi
intervensi selanjutnya akan dilanjutkan oleh ahli gizi ruangan sampai dengan pasien
pulang.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini dibahas seorang pasien laki laki dengan diagnosis medis Kardiomiopati
Dilatasi. Berdasarkan pengkajian yang terdiri atas lima domain: riwayat pasien, riwayat
makan, antropometri, biokimia, dan fisik/klinis. Maka didapatkan diagnosa gizi yaitu (1)
asupan oral tidak adekuat berkaitan keterbatasan daya terima makanan ditandai dengan
asupan E 19,5%, P 24,5%, L 15%, KH 16,8%, sesak nafas dan kurang nafsu makan. (2)
Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi berkaitan dengan sebelumnya kurang
terpapar informasi yang akurat terkait gizi ditandai dengan informasi secara verbal tidak
akurat dan adanya ketidakmampuan untuk menerapkan informasi mengenai makanan dan zat
gizi seperti asupan lemak pasien 1 minggu SMRS mencapai 133%.
Kemudian dilakukan Intervensi berupa pemberian makanan sesuai kebutuhan dan
kondisi pasien serta pemberian edukasi ke pasien dan keluarga tentang Diet Jantung.
Rancangan diet untuk pasien ini yaitu bentuk makanan biasa (nasi), rute oral dan frekuensi 3x
makanan pokok dan 3x selingan, namun sebelumnya pasien menjalankan diet jantung III di
Rumah Sakit dengan bentuk makanan lunak (nasi tim). Perubahan bentuk makanan tersebut
dilakukan karena kondisi pasien sudah membaik dan sesak nafas sudah tidak ada. Pemenuhan
43
zat gizi pasien yang diharapkan > 80%/hari. Intervensi berlangsung selama 3 hari yaitu pada
hari Rabu/31 Oktober 2018 – Sabtu/3 November 2018, dimulai pada jadwal makan sore dan
berakhir pada jadwal makan siang. Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap setelah 1 hari
intervensi dan dilakukan selama 3 hari.
Komposisi rancangan zat gizi pasien ini menggunakan energi sesuai kebutuhan
1938,3 kalori, protein 1gr/kg/BB aktual yaitu 59,6 gram, lemak 20% dari kebutuhan energi
total yaitu 43 gram dan karbohidrat 67,8% dari kebutuhan energi total yaitu 328,5 gram.
Berdasarkan teori prinsip diet jantung yaitu protein cukup 0,8 gr/Kg/BB, pemberian lemak
sedang 25-30%, dan karbohidrat 55-65% (Almatsier,2004). Tetapi pada rancangan ini
penggunaan protein 1 gr/kg/BB karena bertujuan untuk melawan infeksi dalam tubuh pasien,
adanya infeksi tersebut dibuktikan dengan kadar leukosit pasien tinggi 13.640/uL dan selama
rumah sakit pasien diberikan obat eritromisin yang merupakan antibiotik untuk mengobati
infeksi bakteri. Faktor penyebab pasien terkena infeksi salah satunya adalah kebersihan
lingkungan tempat tinggal pasien belum terjamin serta kebiasaan makan pasien yang sering
membeli makan di warteg dan rumah makan padang, hal tersebut memiliki peluang
munculnya infeksi oleh bakteri disebabkan karena lingkungan dan makanan yang kurang
bersih.
Kemudian untuk pemberian lemak dalam rancangan ini berbeda dengan teori yaitu
lemak rendah 20%, karena lemak rendah bertujuan untuk menghindari kelebihan lemak,
lemak membentuk kolesterol, jika terjadi kelebihan lemak dalam aliran darah, maka akan
terjadi penumpukan kolesterol dalam aliran darah sehingga terjadi penyumbatan aliran darah
ke jantung. Penyumbatan tersebut mengakibatkan jantung tidak menerima aliran darah
sehingga otot jantung mengalami kemunduran fungsi kerja/pelemahan otot jantung
(kardiomiopati dilatasi). Penyakit kardiomiopati berkaitan dengan kejadian jantung koroner
(Akhyunul,2014). Kemudian pemberian karbohidrat dalam rancangan ini adalah 67,8%,
komposisi ini melebihi standar pemberian karbohidrat pada pasien jantung yaitu 55-65%
(Almatsier,2004). Pemberian karbohidrat 67,8% karena perhitungannya adalah sisa dari
penjumlahan penggunaan protein dan lemak.
Persentase pemenuhan zat gizi pada rancangan ini adalah E 96,1%, P 105%, L
90,3% dan KH 94,5%. Didalam pemberian makan pasien pada jadwal snack diberikan
tambahan buah 1 penukar/jadwal snack, hal tersebut bertujuan untuk peningkatan jumlah
44
asupan serat yang dikonsumsi pasien/hari karena pasien jantung harus memenuhi 3 prinsip
diet jantung yaitu tinggi serat, rendah lemak dan rendah garam.
Hasil monitoring dan evaluasi yang didapat selama 3 hari adalah terkait asupan
makan pasien Tn AM dapat digambarkan melalui grafik dibawah ini :
120%
100%
80%
Hari ke-1
60%
Hari ke-2
Hari ke-3
40%
20%
0%
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Grafik diatas menunjukkan asupan makan pasien dari hari ke 1 – hari ke 3. Persentase
pemenuhan zat gizi pasien sudah sesuai dengan harapan yaitu >80%. Hasil monitoring
asupan pasien yaitu pada hari ke 1 asupan pasien yaitu E 92,8%, P 105%, L 90,3% dan KH
90%, pada hari ke 2 asupan pasien yaitu E 90,5%, P 105%, L 90,3% dan KH 86,6%. Dan
pada hari ke 3 asupan pasien yaitu E 95,8%, P 105%, L 89,6% dan KH 94,3%. Pada grafik
terlihat penurunan asupan pada monitoring 1 ke monitoring ke 2 dengan selisih 2,3%, hal ini
terjadi karena pasien tidak mengkonsumsi semua makanan yang diberikan. Makanan yang
tidak dikonsumsi pasien adalah sayur buncis 35 gr dan buah 2 penukar yaitu pisang dan jeruk.
Alasan pasien tidak mengkonsumsi sayur dan buah adalah pasien sudah merasa kenyang,
serta pasien tidak menyukai sayuran buncis yang merupakan menu hari itu. Selanjutnya menu
sayuran untuk Tn AM tidak diberikan buncis. Pada monitoring ke 3, asupan pasien
meningkat dari sebelumnya, asupan energi pasien mencapai 95,5%. Pasien tidak menyisakan
sayuran, hanya saja pasien menyisakan tahu sebanyak 10 gr dengan alasan sudah merasa
kenyang.
Kemudian hasil monitoring terhadap aspek tanda dan gejala lain selama 3 hari
intervensi adalah kondisi umum pasien membaik, kesadaran komposmentis, sesak nafas
hilang, nafsu makan pasien meningkat, tetapi tekanan darah pasien tetap rendah selama
45
intervensi. Tekanan darah pasien rendah karena pengaruh konsumsi obat Ramipril 2,5 mg
yang dikonsumsi pasien selama Rumah Sakit untuk menurunkan tekanan darah. Kemudian
pengetahuan pasien dan keluarga meningkat dengan pemberian edukasi diet jantung. Hal ini
dibuktikan pasien dan keluarga mengerti terkait diet jantung yang harus dijalani pasien
dengan dilakukannya post test secara lisan. Hasil post test terhadap pengetahuan pasien dan
keluarga tentang diet jantung, 80% pertanyaan dijawab dengan benar. Walaupun masih
terdapat hal hal yang kurang lengkap dalam menyebutkan contoh contoh sumber
makanannya. Sehingga hasil evaluasi peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga dapat
dikatakan baik.
Secara keseluruhan, intervensi yang dilakukan selama 3 hari berjalan lancar dan baik,
kondisi pasien bertambah baik, dan asupan makan pasien terpenuhi sesuai kebutuhan, sesak
nafas hilang, nafsu makan meningkat dan status gizi pasien masih tergolong normal serta
pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet jantung meningkat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari, asupan makan pasien meningkat dan
sudah mencapai target >80%. Rata-rata pemenuhan zat gizi selama 3 hari intervensi adalah ±
90%. Secara keseluruhan asupan pasien terpenuhi sesuai dengan kebutuhan seiring dengan
perbaikan fisik dan klinis pasien.
Selama dilakukan intervensi edukasi, pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet
jantung meningkat, hal ini dibuktikan dengan kemampuan menjawab pertanyaan tentang diet
jantung dengan benar.
B. Saran
1. Persentase rancangan diit yang dibuat sebaiknya harus seimbang.
2. Pemberian lemak pada penyakit jantung disesuaikan dengan jenis penyakit jantung.
Jika pasien dengan dislipidemia pemberian lemak 20% dari kebutuhan, sedangkan
pasien tanpa dislipidemia pemberian lemak 25% dari kebutuhan.
46
3. Pengkajian data harus dilakukan secara teliti dan detail agar diagnosa gizi ditegakkan
dengan tepat.
4. Monitoring dan evaluasi sebaiknya dilakukan setiap hari untuk mengetahui
perkembangan kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mumtaz. Faktor Risiko Kardiomiopati Dilatasi di Rumah Sakit Dr. Karyadi
Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Volume 6, Nomor 1, Januari 2017.
Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet Edisi Terbaru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
47
LAMPIRAN
48
Ayam 40 1 4 0,57 85,5 3,99 7,41 -
Ikan 40 1 3 0,42 21 2,94 0,84 -
Kacang 25 1 1 0,14 74,62 3,82 5,33 4
Nasi 150 1 3 0,42 262,5 6 - 60
goreng
Ketimun 10 1 3 0,42 1,05 0,04 - 0,21
Sayur 30 2 4 0,14 8,55 0,342 - 1,71
Buah 100 1 1 0,14 7 - - 1,68
Batagor 50 1 3 0,42 100 - - 25
Bengbeng 22 1 5 0,71 110 2 5 14
Sari roti 50 1 3 0,42 117,6 2,1 4,2 16,8
Bala 50 1 3 0,42 100 - - 25
Minyak 7 3 7 20 200 - 20 -
Teh botol 250 1 5 0,71 49,7 - - 12,7
Energen 29 1 3 0,42 52,5 0,42 1,47 9,66
Susu 250 1 2 0,28 336 1,68 1,68 2,52
UHT
Total 2391,5 55,7 57,6 331,2
Kebutuhan 1947 58 43,2 331
% Pemenuhan Zat Gizi 122 96 133 100
MONITORING ASUPAN
Lampiran 3. Monitoring Asupan Hari Ke-1
Jenis Bahan Energi Protein Lemak KH
Penukar
Makanan (Kal) (gram) (gram) (gram)
Nasi 4P 700 16 - 160
Hewani 3P 200 21 12 -
Nabati 2P 150 10 6 14
Buah 3P 150 - - 36
Sayur 1,19P 29,75 1,19 - 5,95
Snack 2P 221,6 3,24 3,54 45,7
Minyak 3P 150 - 15 -
Peptisol 1x50 gr 198,41 11,11 2,3 34,12
Zat Gizi Rancangan 1799,7 62,54 38,84 295,7
Kebutuhan Zat Gizi 1938,3 59,6 43 328,5
Persentase % 92,8% 105% 90,3% 90%
49
Snack 2P 221,6 3,24 3,54 45,7
Minyak 3P 150 - 15 -
Peptisol 1x50 gr 198,41 11,11 2,3 34,12
Zat Gizi Rancangan 1754,9 62,75 38,84 284,75
Kebutuhan Zat Gizi 1938,3 59,6 43 328,5
Persentase % 90,5% 105% 90,3% 86,6%
50