5969-Article Text-12142-1-10-20150625
5969-Article Text-12142-1-10-20150625
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
The problems are examined in this research derived from the preliminary observations which showed that the
application of PHBS in Public Elementary School Banjarsari 02 sub-district Gabus district Pati do not meet
the requirements as stipulated in the national policy promoting the health to support efforts to improve the
healthy behavior based on minister of health No. 2269 / MENKES / PER / XI / 2011 “guidelines for
guidance about clean and healthy living behavior (PHBS)”. The aim of this research is to find out the
relationship between knowledge, attitude, and the availability of facilities in school by the application of PHBS
disposing of garbage on exactly.A kind of this research explanatory research with the approach of cross-
sectional. Population in this research is of public elementary school students Banjarsari 02 sub-district Gabus
district Pati 2012. Samples were 46 students. An instrument used namely a questionnaire. Analysis of data
done in univariat and bivariat ( fisher ).The results of this research is relationship between knowledge ( p =
0,037), attitude (p = 0,007), the availability of facilities in school ( p = 0,002 ) by the application of PHBS
disposing of garbage in place. The advice given to public elementary school Banjarsari 02 sub-district Gabus
district Pati, should be given counseling about PHBS. Provides a facility that are amenable to the students to
want to apply PHBS disposing of garbage in place. For health department, the county of Pati program should
monitor PHBS particularly in the order school.
1
Ahmat Sigit Raharjo / Unnes Journal of Public Health 3 (1) (2014)
2
Ahmat Sigit Raharjo / Unnes Journal of Public Health 3 (1) (2014)
berjumlah 19 unit. Dari 19 sarana pendidikan sampah (13,33%). Untuk pengetahuan indikator
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gabus II air bersih, dari 15 siswa yang menjadi
sudah seluruhnya dibina kesehatannya, responden 11 siswa yang menjawab soal dengan
sedangkan dari 36 sarana pendidikan yang ada benar (73,33%). Sedangkan untuk indikator
di wilayah kerja Puskesmas Gabus I belum jamban dan SPAL, kedua indikator tersebut
seluruhnya dibina kesehatannya yaitu 30 (83%). memiliki hasil sama yaitu 7 dari 15 siswa
Wilayah kerja Puskesmas Gabus I terdiri masing- masing yang menjawab soal dengan
dari 13 desa dan terdapat 20 sekolah dasar/MI benar (46,66%). Sedangkan untuk aspek sikap
dengan populasi anak usia sekolah (6-12 tahun) siswa tentang PHBS sekolah untuk masing-
sebanyak 1774 siswa. Untuk mengetahui PHBS masing indikator yaitu indikator air bersih
di institusi pendidikan, khususnya sekolah (26%), sampah (20%), jamban (73,33%), dan
dasar, pihak puskesmas melakukan survei di SPAL (26,66%). Hal tersebut tentu saja masih
sekolah-sekolah dasar di wilayah kerja buruk, ditinjau dari aspek sikap siswa terhadap
Puskesmas Gabus I. Beberapa aspek yang PHBS sekolah.
dinilai meliputi aspek persyaratan kesehatan Untuk hasil observasi sarana
lingkungan dan bangunan, kesehatan ruang pembuangan sampah, disetiap ruangan tidak
kelas, dan persyaratan fasilitas sanitasi. memiliki tempat sampah dengan penutup.
Berdasarkan data dari pihak puskesmas, SD Masih banyak siswa yang membuang sampah
Negeri Banjarsari 02, memiliki nilai PHBS sembarangan seperti di halaman sekolah, hal ini
terendah dari 15 sekolah dasar yang telah dilihat dari adanya sampah yang berceceran di
disurvei di wilayah tersebut. Dari jumlah total halaman sekolah. Hal lain yang dapat dilihat
71 aspek penilaian, SD Negeri Banjarsari 02 yaitu sampah masih bercampur antara sampah
hanya memperoleh score sebanyak 39 poin. organik dan anorganik, serta pembuangan akhir
Untuk mengetahui permasalahan yang yaitu dengan cara di tampung di tempat terbuka
ada di SD Negeri Banjarsari 02, peneliti kemudian di bakar.
melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu. Berdasarkan permasalahan di atas, maka
SD Negeri Banjarsari 02 terletak di Kecamatan penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Gabus Kabupaten Pati, yang merupakan untuk mengkaji mengenai perilaku hidup bersih
wilayah kerja Puskesmas Gabus I. Sekolah dan sehat (PHBS) khususnya indikator sampah
tersebut memiliki jumlah siswa sebanyak 85 dan menuangkannya dalam penelitian yang
siswa, terdiri dari 50 siswa laki-laki dan 35 siswa berjudul, “Hubungan Antara Pengetahuan,
perempuan, serta 12 orang yang merupakan Sikap, dan Ketersediaan Fasilitas di Sekolah
guru dan staf sekolah. Studi pendahuluan dalam Penerapan PHBS Sekolah Membuang
dilakukan peneliti pada tanggal 5 November Sampah pada Tempatnya (Studi di Sekolah
2012 dengan memberikan kuesioner kepada 15 Dasar Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus
siswa yang diambil secara acak di sekolah Kabupaten Pati)”
tersebut. Kuesioner berisi soal tentang
pengetahuan dan sikap siswa mengenai PHBS METODE
sekolah, yang meliputi indikator air bersih,
sampah, jamban, dan SPAL. Jenis penelitian yang digunakan dalam
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, peelitian ini adalah jenis penelitian analitik
pengetahuan 15 siswa tentang keseluruhan observasional, sedangkan rancangan penelitian
indikator PHBS sekolah sudah tergolong baik, yang digunakan cross-sectional(Soekidjo,
namun dari keempat indikator tersebut nilai 2005:148).Fokus penelitian yang dikaji yaitu
terendah yaitu pada indikator pengetahuan pengetahuan, sikap dan ketersediaan fasilitas di
tentang sampah. Dari 15 siswa yang menjadi Sekolah Dasar Negeri Banjarsari 02 serta
responden hanya 2 siswa yang memiliki penerapan PHBS sekolah membuang sampah
pengetahuan yang baik mengenai indikator pada tempatnya.
3
Ahmat Sigit Raharjo / Unnes Journal of Public Health 3 (1) (2014)
4
Ahmat Sigit Raharjo / Unnes Journal of Public Health 3 (1) (2014)
kurang sebanyak 13 responden (26,5%), cukup Tabel 4.Tabulasi Silang Pengetahuan dengan
sebanyak 22 responden (44,9%), dan baik Penerapan PHBS Membuang Sampah Pada
sebanyak 14 responden (28,6%). Tempatnya
5
Ahmat Sigit Raharjo / Unnes Journal of Public Health 3 (1) (2014)
media televisi, poster, dari lingkungan keluarga yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh
dan masyarakat bila ada informasi yang setiap anak (Sokidjo Notoatmodjo: 2007). Oleh
mengusung tema pendidikan kesehatan, maka karena itu dengan adanya lingkungan sosial
akan berpengaruh terhadap peningkatkan yang baik di sekolah dan hubungan timbal balik
pengetahuan siswa. dengan guru dalam memberikan contoh
Lingkungan adalah segala sesuatu yang pendidikan kesehatan, akan memberikan respon
ada di sekitar anak, baik lingkungan fisik, yang positif pada siswa dalam melakukan
biologis, maupun sosial. Lingkungan penerapan PHBS membuang sampah pada
berpengaruh terhadap proses masuknya tempatnya.
pengetahuan ke dalam anak yang berada dalam
lingkungan tersebut hal ini terjadi karena Sikap
adanya interaksi timbal balik ataupun tidak Tabel 5.Data Hasil Pengukuran Sikap
No. Sikap Frekuensi Prosentase (%)
1. Negatif 25 51,0
2. Positif 24 49,0
Jumlah 49 100,0
Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa Tabel 6.Tabulasi Silang Sikap dengan
dari 49 responden dengan sikap kategori negatif Penerapan PHBS Membuang Sampah Pada
sebanyak 25 responden (51,0%), sedangkan Tempatnya
positif sebanyak 24 responden (49,0%).
Penerapan PHBS Membuang Sampah Total p value
Pada Tempatnya
Sikap Buruk Baik
F (%) f (%) F (%)
Negatif 7 14,3 18 36,7 25 51,0 0,007
6
Ahmat Sigit Raharjo / Unnes Journal of Public Health 3 (1) (2014)
sampah dan dampak yang ditimbulkan akibat Notoatmodjo, 2003: 30). Sikap itu belum
membuang sampah sembarangan, mereka mau merupakan suatu tindakan, akan tetapi
melakukan suatu tindakan nyata membuang merupakan predisposisi praktek (tindakan).
sampah pada tempatnya. Perilaku atau tindakan yaitu suatu sikap yang
Usia mempengaruhi daya tangkap dan secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan
pola pikir anak. Semakin bertambah usia akan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap
semakin berkembang pula daya tangkap dan menjadi suatu tindakan nyata diperlukan
pola pikirnya (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). fasilitas pendukung, antara lain fasilitas
Siswa yang usianya lebih rendah belum persampahan. Jadi suatu perilaku atau tindakan
sepenuhnya mampu mengaplikasikan seseorang tergantung pada diri orang tersebut,
penerapan PHBS membuang sampah pada selain itu juga dikarenakan siswa beranggapan
tempatnya. Mereka cenderung melakukan bahwa tidak ada manfaatnya melakukan
tindakan membuang sampah disembarang penerapan PHBS membuang sampah pada
tempat, karena pola pikir dan daya tangkapnya tempatnya. Serta tidak tersedianya fasilitas yang
belum berkembang. Dibandingkan dengan memadai dalam melakukan penerapan PHBS
responden yang mempunyai usia lebih tinggi, membuang sampah pada tempatnya seperti
mereka sudah mampu berpikir dan merespon tempat sampah, tong sampah berpenutup, dan
apa yang pernah mereka pelajari dari tempat pembuangan sampah sementara (TPSS)
lingkungan sekitar mereka, misalnya menjadi alasan siswa tidak melakukan
menerapkan perilaku membuang sampah pada penerapan membuang sampah pada tempatnya.
tempatnya. Dalam penelitian ini usia responden Adanya hubungan antara sikap dengan
di SD Negeri Banjarsari 02 sebagian besar penerapan PHBS membuang sampah pada
mempunyai usia rendah yaitu 6- 8 tahun tempatnya didukung oleh pengertian sikap yang
sebanyak 19 (38,9%) responden, sehingga faktor menyatakan bahwa sikap merupakan
usia juga mempengaruhi adanya hubungan kecenderungan untuk bertindak. Krech dan
antara sikap dengan penerapan PHBS Crutch menyebutkan bahwa praktek atau
membuang sampah pada tempatnya. tindakan seseorang akan diwarnai atau
Sikap yang dimunculkan anak dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang
dipengaruhi oleh perkembangan moral. yang bersangkutan (Bimo Walgito, 2001:106).
Menurut teori Kohlberg dalam Wong (2009) Sebagai contoh, saat siswa memiliki
pola pikir anak usia sekolah berubah dari pengalaman buruk seperti sakit yang
egosentrisme ke pola pikir yang logis. Anak usia diakibatkan oleh kebersihan lingkungan yang
sekolah mampu menilai suatu tindakan tidak terjaga, maka untuk selanjutnya siswa
berdasarkan niat dibandingkan akibat yang tersebut akan lebih memperhatikan kebersihan
dihasilkannya. lingkungan, salah satunya melakukan
Sikapmerupakan organisasi pendapat, penerapan PHBS membuang sampah pada
keyakinan seseorang mengenai obyek atau tempatnya demi menjaga kesehatan dirinya,
situasi yang relative ajeg, yang disertai adanya sehingga terbentuklah sikap yang positif
perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada terhadap penerapan PHBS membuang sampah
orang tersebut membuat respon atau berperilaku pada tempatnya pada siswa tersebut.
dalam cara yang tertentu yang dipilihnya (Bimo
Walgito, 2001:109). Sikap merupakan reaksi Ketersediaan Fasilitas
atau respon seseorang terhadap satu stimulus Tabel 7.Data Hasil Pengukuran Ketersediaan
atau obyek yang diterimanya Soekidjo Fasilitas
No. Ketersediaan Fasilitas Frekuensi Prosentase
(%)
1. Tidak Memenuhi Syarat 20 40,8
7
Ahmat Sigit Raharjo / Unnes Journal of Public Health 3 (1) (2014)
8
Ahmat Sigit Raharjo / Unnes Journal of Public Health 3 (1) (2014)
membuang sampah pada tempatnya di SD pada tempatnya. Studi di Sekolah Dasar Negeri
Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten
Kabupaten Pati disebabkan karena pengaruh Pati, diperoleh simpulan sebagai berikut: (1)
dari orang lain atau teman. Di dalam Ada hubungan antara pengetahuan dengan
lingkungan sekolah siswa berinteraksi dengan penerapan PHBS membuang sampah pada
sesama teman lainnya. Apabila salah satu siswa tempatnya, (2) Ada hubungan antara sikap
ada yang membuang sampah di sembarang dengan dengan penerapan PHBS membuang
tempat atau tidak pada tempatnya, maka siswa sampah pada tempatnya, (3) Ada hubungan
lain kecenderungan akan melakukan hal yang antara ketersediaan fasilitas dengan penerapan
sama dengan siswa tersebut sehingga hal PHBS membuang sampah pada tempatnya.
tersebut menyebabkan buruknya penerapan Saran untuk Dinas Kesehatan terkait:
PHBS membuang sampah pada tempatnya. (1) secara rutin memantau program PHBS
Buruknya penerapan PHBS membuang khususnya pada tatanan sekolah agar program
sampah pada tempatnya di SD Negeri PHBS dapat berjalan secara efektif dan efisien
Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati serta diperlukan adanya dukungan positif dari
juga dapat disebabkan karena karakteristik usia semua pihak, (2) Melaksanakan program PHBS
responden. Dalam penelitian ini di SD Negeri pada tatanan sekolah secara menyeluruh agar
Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati sekolah-sekolah di daerah setempat
sebagian besar responden mempunyai usia mengembangkan sendiri untuk melaksanakan
rendah yaitu 6- 8 tahun sebanyak 19 (38,78%) program PHBS pada tatanan lain sesuai dengan
responden. Usia mempengaruhi daya tangkap kemampuan yang dimiliki. Dan saran yang
dan pola pikir anak. Semakin bertambah usia dapat diberikan untuk SD Negeri Banjarsari 02
akan semakin berkembang pula daya tangkap Kecamatan Gabus: (1) Diadakan penyuluhan
dan pola pikirnya (Soekidjo Notoatmodjo, tentang PHBS terutama penerapan membuang
2007). Siswa yang usianya lebih rendah sampah pada tempatnya agar mempunyai
mempunyai kecenderungan untuk membuang pemahaman yang mendalam, motivasi yang
sampah tidak pada tempatnya dan di sembarang kuat dan kreativitas yang tinggi untuk
tempat. Hal ini dikarenakan siswa yang mempraktikkan program PHBS membuang
mempunyai usia rendah pola pikirnya masih sampah pada tempatnya di lapangan, (2)
belum matang dan belum mengerti sehingga Menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat
mereka cenderung melakukan tindakan menunjang para siswa agar mau menerapkan
membuang sampah disembarang tempat. PHBS membuang sampah pada tempatnya.
Dibandingkan dengan responden yang
mempunyai usia lebih tinggi, mereka sudah DAFTAR PUSTAKA
mampu berpikir dan bertanggung jawab
terhadap apa yang pernah mereka pelajari di Atikah Proverawati dan Eni Rahmawati, 2012,
pendidikan formal maupun non formal, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Yogyakarta:
lingkungan sekitar mereka. Misalnya saja ketika Nuha Medika.
seorang siswa di tegur ketika ia membuang
Bimo Walgito, 2001, Psikologi Sosial, Jakarta: Andi
sampah sembarangan, maka di kemudian hari ia
Offset.
akan teringat dan tidak akan mengulanginya.
Depkes RI, 2005, Paradigma Sehat Menuju Indonesia
SIMPULAN Sehat 2010, Jakarta: Sekertariat Jendral Departemen
Kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
hubungan antara pengetahuan, sikap, dan Departemen Kesehatan RI, 2011, Pedoman
ketersediaan fasilitas di sekolah dalam Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
penerapan PHBS sekolah membuang sampah Jakarta: Depkes RI.
9
Ahmat Sigit Raharjo / Unnes Journal of Public Health 3 (1) (2014)
Dinkes Provinsi DIY, 2010, Laporan Kegiatan PMK Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan
Dinkes Prov DIY Tahun 2010, Jogjakarta: Dinas Mayrakat, Jakarta: Rineka Cipta.
Kesehatan DIY.
__________________, 2005, Metodologi Penelitian
Enri Damanhuri, 2010, Diktat Pengelolaan Sampah, Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Bandung: Teknik Lingkungan ITB 2010/2011.
Standar Nasional Indonesia, 2008, Pengelolaan
Kementrian Kesehatan RI, 2010, Pemberdayaan Sampah di Pemukiman, Jakarta: Badan Standarisasi
Masyarakat dan Promosi Kesehatan untuk Hidup Sehat, Nasional.
Jakarta: Kemenkes RI.
Stanley Lameshow, 1997, Besar Sampel dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Penelitian Kesehatan, Yogyakarta: Gajah Mada
No. 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang University Press.
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), diakses tanggal 25 Juli 2012. Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kualitatif
Kuantitaif dan R & D, Bandung: Alfabeta.
10