Anda di halaman 1dari 5

Khutbah Pertama:

 
ِّ ‫ت ُر ُس ُل َربِّنَا بِ ْال َح‬
‫ق‬ ْ ‫ي لَ ْواَل أَ ْن هَ َدانَا هَّللا ُ لَقَ ْد َجا َء‬ َ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي هَ َدانَا لِهَ َذا َو َما ُكنَّا لِنَ ْهتَ ِد‬
َ ُ‫ور ْثتُ ُموهَا بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َمل‬ ُ
‫ون‬ ِ ‫َونُو ُدوا أَ ْن تِ ْل ُك ُم ْال َجنَّةُ أ‬
.ُ‫ك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬ َ ‫أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬
‫ان إِلَى يَ ْو ِم ال ّديْن‬ ٍ ‫ص ّل َو َسلّ ْم َعلى ُم َح ّم ٍد َو َعلى آلِ ِه ِوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس‬ َ ‫اَللَّهُ ّم‬
‫ون‬َ ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬ َّ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
‫ث ِم ْنهُ َما‬ َّ َ‫ق ِم ْنهَا َز ْو َجهَا َوب‬ َ َ‫اح َد ٍة َو َخل‬
ِ ‫س َو‬ ٍ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ َ ‫ون بِ ِه َواأْل َرْ َحا َم إِ َّن هَّللا َ َك‬
َ ُ‫ِر َجااًل َكثِيرًا َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَ َسا َءل‬
‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْواًل َس ِديدًا‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
‫ أَ َّما‬ ‫يُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬
‫بَ ْع ُد‬
‫هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوهللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر َوهللِ ال َح ْم ُد‬

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Terkait dengan qurban, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa ibadah ini berasal dari kisah Nabi
Ibrahim saat ingin menyembelih putranya Ismail. Kisah ini bisa ditelaah lebih jauh dalam surah As-
Saffat ayat 99 – 111.
Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya sendiri, Ismail ‘alaihis salam
sebagaimana disebutkan dalam ayat,
ِ ‫ي ِإ ِِّن?>ي َأرَ ى ِفي ا ْل َمنَ ِام َأ ِِّن?>ي َأ ْذبَ ُحكَ َفا ْنظُرْ مَا َذا تَرَ ى َقا َل يَا َأب‬
‫َت ا ْفعَلْ مَا‬ َّ َ‫ي َقا َل يَا بُن‬ َّ ‫َفلَمَّا بَلَ َغ َم َع ُه ال‬
َ ‫س ْع‬
َ‫شا َء اللَّ ُه ِمنَ الصَّ ِاب ِرين‬ َ ْ‫ستَ ِج ُد ِني ِإن‬َ ُ‫ت ُْؤمَر‬
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah apa pendapatmu?” Ia menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. As-Saffat:
102)

Ketika Isma’il berada dalam usia gulam dan ia telah sampai pada usia sa’ya, yaitu usia di mana anak
tersebut sudah mampu bekerja. Pada usia tersebut, Ibrahim sangat mencintainya dan Nabi Ibrahim
merasa putranya benar-benar sudah bisa mendatangkan banyak manfaat. Saat anaknya seperti itulah,
Ibrahim mendapatkan ujian berat.
Lihatlah ketika mendengar mimpi ayahnya untuk menyembelihnya, Ismail sangatlah patuh. Ia pun
menyatakan dirinya bisa bersabar dan mendorong ayahnya untuk bersabar pula.
Inilah yang seharusnya jadi teladan kita, yaitu patuh, sabar, dan tawakal kepada Allah. Bukan seperti
yang banyak terjadi pada sebagian anak muda zaman sekarang, dimintai tolong oleh ibunya mereka
sering menundanya bahkan sengaja mengabaikannya, jangankan membantu pekerjaan ayahnya,
diperintahkan hal sepele saja sudah banyak perhitungannya naudzubillah. Mudah-mudahan kita
mendapatkan istri dan anak yang patuh pada Allah, sabar dan benar-benar bertawakal kepada-Nya,
begitu pula kita menjadi orang yang demikian.

Lalu dalam lanjutan ayat disebutkan,


ْ ‫َفلَمَّا َأ‬
ِ ‫سلَمَا وَ تَلَّ ُه ِل ْل َج ِب‬
‫ين‬
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya, (nyatalah
kesabaran keduanya).” (QS. As-Saffat: 103)
‫وَ نَا َد ْينَا ُه َأنْ يَا ِإبْرَ ا ِهي ُم‬
“Dan Kami memanggilnya, “Hai Ibrahim.”  (QS. As-Saffat: 104)
َ‫ت الر ُّْؤيَا ِإنَّا َك َذ ِلكَ نَ ْج ِزي ا ْلم ُْح ِس ِنين‬
َ ‫َق ْد صَ َّد ْق‬
“Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. As-Saffat: 105)
ُ‫ِإنَّ َه َذا لَ ُهوَ ا ْلبَاَل ُء ا ْلم ُِبين‬
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (QS. As-Saffat: 106)
Dengan sikapnya ini, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dipuji,
َ‫َك َذ ِلكَ نَ ْج ِزي ا ْلم ُْح ِس ِنين‬
“Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. As-Saffat: 110).
Ibrahim termasuk orang yang berbuat baik (berbuat ihsan) dalam ibadah, bermuamalah baik dengan
sesama, ia mendapatkan jalan keluar dari kesulitan yang ia hadapi, dan ia mendapatkan balasan yang
baik.
Lalu disebutkan,
َ‫ِإنَّ ُه ِمنْ ِعبَا ِدنَا ا ْلم ُْؤ ِم ِنين‬
“Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (QS. As-Saffat: 111).

Qurban adalah suatu nikmat besar di hari Idul Adha. Kita diajarkan untuk memurnikan ibadah kepada
Allah dengan mengagungkan-Nya. Kita diajarkan untuk mengikuti syariat suri tauladan kita Nabi besar
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
‫هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوهللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر َوهللِ ال َح ْم ُد‬
Dalam Khutbah Idul Adha kali ini, kami akan memaparkan sebelas kesalahan dalam ibadah qurban
yang sering ditemukan di tengah masyarakat kita.
 
Pertama: Tidak ikhlas ketika berqurban
 
Allah Ta’ala  berfirman,

َ ‫ي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم‬


‫ين‬ َ ‫قُلْ إِ َّن‬
َ ‫صاَل تِي َونُ ُس ِكي َو َمحْ يَا‬
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, nusuk-ku (sembelihanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162).
Yang Allah tuntut adalah ketakwaan, bukan daging semata. Dalam ayat disebutkan,
‫لَ ْن يَنَا َل هَّللا َ لُحُو ُمهَا َواَل ِد َما ُؤهَا َولَ ِك ْن يَنَالُهُ التَّ ْق َوى ِم ْن ُك ْم‬
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi
ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al-Hajj: 37)
 
Kedua: Tidak manut pada tuntunan Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam
 
Padahal kita diperintahkan untuk mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  saat
berqurban, contoh dalam hal waktu berqurban harus manut pada aturan beliau. Jika tidak, status
dagingnya hanyalah daging biasa, bukan daging qurban.
Abu Burdah yang merupakan paman dari Al-Bara’ bin ‘Azib dari jalur ibunya berkata,
،‫ب‬ ٍ ْ‫ت أَ َّن ْاليَ ْو َم يَ ْو ُم أَ ْك ٍل َو ُشر‬ُ ‫ َو َع َر ْف‬، ‫صالَ ِة‬ َّ ‫ت َشاتِى قَ ْب َل ال‬ ُ ‫ فَإِنِّى نَ َس ْك‬، ِ ‫يَا َرسُو َل هَّللا‬
‫ْت قَ ْب َل أَ ْن آتِ َى‬
ُ ‫ت َشاتِى َوتَ َغ َّدي‬ ُ ْ‫ فَ َذبَح‬، ‫ون َشاتِى أَ َّو َل َما ي ُْذبَ ُح فِى بَ ْيتِى‬َ ‫ْت أَ ْن تَ ُك‬ ُ ‫َوأَحْ بَب‬
َ‫صالَة‬َّ ‫ال‬
“Wahai Rasulullah, aku telah menyembelih kambingku sebelum shalat Idul Adha. Aku tahu bahwa hari
itu adalah hari untuk makan dan minum. Aku senang jika kambingku adalah binatang yang pertama
kali disembelih di rumahku. Oleh karena itu, aku menyembelihnya dan aku sarapan dengannya
sebelum aku shalat Idul Adha.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  pun berkata,
‫ك َشاةُ لَحْ ٍم‬
َ ُ‫َشات‬
“Kambingmu hanyalah kambing biasa (bukan kambing qurban).” (HR. Bukhari, no. 955)
 
‫هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوهللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر َوهللِ ال َح ْم ُد‬
 
Ketiga: Tidak memenuhi adab penyembelihan
 
Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,
‫ان َعلَى ُكلِّ َش ْى ٍء فَإِ َذا قَتَ ْلتُ ْم فَأَحْ ِسنُوا ْالقِ ْتلَةَ َوإِ َذا َذبَحْ تُ ْم فَأَحْ ِسنُوا‬ َ ‫اإلحْ َس‬
ِ ‫ب‬ َ َ‫إِ َّن هَّللا َ َكت‬
ُ‫الذ ْب َحةَ َو ْلي ُِح َّد أَ َح ُد ُك ْم َش ْف َرتَهُ َو ْلي ُِرحْ َذبِي َحتَه‬
َّ
“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak
membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih, maka
sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan
yang akan disembelih.” (HR. Muslim, no. 1955, Bab “Perintah untuk berbuat baik ketika menyembelih
dan membunuh dan perintah untuk menajamkan pisau”).
Yang dimaksud menyenangkan hewan yang akan disembelih ada beberapa bentuk yang dicontohkan
oleh Imam Nawawi rahimahullah:
1. Menajamkan pisau sehingga hewan cepat untuk menyembelih.
2. Dianjurkan tidak mengasah pisau di hadapan hewan yang akan disembelih.
3. Tidak boleh menyembelih hewan lantas ditonton oleh hewan lainnya.
4. Tidak boleh melewatkan hewan yang akan disembelih di tempat penyembelihannya. (Al-
Minhaj Syarh Shahih Muslim, 13:98)
‫‪Keempat: Memanfaatkan hasil qurban untuk dijual dan‬‬
‫‪sebagai upah bagi tukang jagal‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪Dalil terlarangnya hal ini adalah hadits Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa‬‬
‫‪sallam  bersabda,‬‬
‫ص َّدقُوا َوا ْستَ ْمتِعُوا ِب ُجلُو ِدهَا َوالَ تَبِيعُوهَا‬
‫اح ِّى فَ ُكلُوا َوتَ َ‬
‫ض ِ‬‫ى َواألَ َ‬
‫َوالَ تَبِيعُوا لُحُو َم ْالهَ ْد ِ‬
‫‪“Janganlah menjual hewan hasil sembelihan hadyu dan sembelian udh-hiyah (qurban).Tetapi‬‬
‫‪makanlah, bershodaqohlah, dan gunakanlah kulitnya untuk bersenang-senang, namun jangan kamu‬‬
‫‪menjualnya.” (HR. Ahmad, 4:15. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if).‬‬
‫‪Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,‬‬
‫َم ْن بَا َع ِج ْل َد أُضْ ِحيَّتِ ِه فَالَ أُضْ ِحيَّةَ لَهُ‬
‫‪“Barangsiapa menjual kulit hasil sembelihan qurban, maka tidak ada qurban baginya.” (HR. Al-Hakim.‬‬
‫‪Beliau mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.‬‬
‫‪Lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 1088).‬‬

‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬

‫اف األَ ْنبِيَا ِء َوالمرْ َسلِي َْن نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد‬ ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى أَ ْش َر ِ‬ ‫ال َح ْم ُد هللِ َربِّ ال َعال ِمي َْن َوال َّ‬
‫صحْ بِ ِه أَجْ َم ِعي َْن‬ ‫َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوهللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر َوهللِ ال َح ْم ُد‬
‫َوقَا َل هللاُ تَ َعالَى‬
‫ين‬ ‫َو َما أَ ْنفَ ْقتُ ْم ِم ْن َش ْي ٍء فَهُ َو ي ُْخلِفُهُ َوهُ َو َخ ْي ُر الر ِ‬
‫َّازقِ َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ‫َوقَا َل النَّبِ ُّي َ‬
‫ال‬ ‫ص َدقَةٌ ِم ْن َم ٍ‬ ‫ت َ‬ ‫ص ْ‬ ‫َما نَقَ َ‬
‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِيما ً‬ ‫ين آ َمنُوا َ‬ ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي يَا أَيُّهَا الَّ ِذ َ‬ ‫صلُّ َ‬‫إِ َّن هَّللا َ َو َماَل ئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫ك‬‫آل إِ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬إِنَّ َ‬ ‫ْت َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫صلَّي َ‬‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫آل‬ ‫ت َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك َ‬ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد ‪َ .‬وبَ ِ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ‫إِ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬إِنَّ َ‬
‫ت األَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواألَ ْم َوا ِ‬
‫ت‬ ‫المؤ ِمنَا ِ‬ ‫المؤ ِمنِي َْن َو ْ‬ ‫ت َو ْ‬ ‫اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َوالم ْسلِ َما ِ‬
‫ت إِلَى‬ ‫الظلُ َما ِ‬‫ات بَ ْينِنَا َوا ْه ِدنَا ُسبُ َل ال َّسالَ ِم َونَجِّ نَا ِم َن ُّ‬ ‫ف بَي َْن قُلُوبِنَا َوأَصْ لِحْ َذ َ‬ ‫اللَّهُ َّم أَلِّ ْ‬
‫ارنَا َوقُلُوبِنَا‬ ‫ص ِ‬ ‫ار ْك لَنَا فِى أَ ْس َما ِعنَا َوأَ ْب َ‬ ‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن َوبَ ِ‬ ‫اح َ‬‫ور َو َجنِّ ْبنَا ْالفَ َو ِ‬ ‫النُّ ِ‬
‫ين‬‫ك ُم ْثنِ َ‬ ‫ين لِنِ ْع َمتِ َ‬ ‫َّحي ُم َواجْ َع ْلنَا َشا ِك ِر َ‬ ‫ت التَّ َّوابُ الر ِ‬ ‫ك أَ ْن َ‬ ‫اجنَا َو ُذرِّ يَّاتِنَا َوتُبْ َعلَ ْينَا إِنَّ َ‬‫َوأَ ْز َو ِ‬
‫بِهَا قَابِلِيهَا َوأَتِ َّمهَا َعلَ ْينَا‬
‫اف ‪ ،‬وال ِغنَى‬ ‫ك الهُ َدى ‪ ،‬والتُّقَى ‪ ،‬وال َعفَ َ‬ ‫اللَّهُ َّم إنَّا نَسْأَلُ َ‬
‫ور ُكلِّهَا َوأَ ِجرْ نَا ِم ْن ِخ ْز ِ‬ ‫ُ‬
‫اآلخ َر ِة‬
‫ب ِ‬ ‫ى ال ُّد ْنيَا َو َع َذا ِ‬ ‫اللَّهُ َّم أَحْ ِس ْن َعاقِبَتَنَا فِى األ ُم ِ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫َربَّنَا آتِنَا ِفي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫ان إِلَى يَ ْو ِم ال ّديْن‬
‫صحْ بِ ِه و َ َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس ٍ‬‫صلَّى هللاُ َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬‫َو َ‬
‫آخ ُر َد ْع َوانَا أَ ِن ْال َح ْم ُد هلل َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‬
‫َو ِ‬

‫‪Sumber https://rumaysho.com/18448-khutbah-idul-adha-11-kekeliruan-dalam-ibadah-qurban.html‬‬

Anda mungkin juga menyukai