Kasus pertama penyakit ini terjadi di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019.
Setelah itu, COVID-19 menular antarmanusia dengan sangat cepat dan menyebar
ke puluhan negara, termasuk Indonesia, hanya dalam beberapa bulan.
Penyebarannya yang cepat membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk
memberlakukan lockdown untuk mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia,
pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
untuk menekan penyebaran virus ini.
Tingkat Kematian Akibat COVID-19
Menurut data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Republik
Indonesia, jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga 17 Juli 2020 adalah 81.668
orang dengan jumlah kematian 3.873 orang.
Dari kedua angka ini dapat disimpulkan bahwa case fatality rate atau tingkat
kematian yang disebabkan oleh COVID-19 di Indonesia adalah sekitar 4,7%. Case
fatality rate adalah presentase jumlah kematian dari seluruh jumlah kasus positif
COVID-19 yang sudah terkonfirmasi dan dilaporkan.
Merujuk pada data tersebut, tingkat kematian (case fatality rate) berdasarkan
kelompok usia adalah sebagai berikut:
Dari seluruh penderita COVID-19 yang meninggal dunia, 1% berusia 0–5 tahun,
0,7% berusia 6–17 tahun, 3,3% berusia 18–30 tahun, 13,3% berusia 31–45 tahun,
39,8% berusia 46–59 tahun, dan 42% berusia 60 tahun ke atas.
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, 60% penderita yang meninggal akibat
COVID-19 adalah laki-laki dan 40% sisanya adalah perempuan.
Penyebab COVID-19
COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2, yaitu virus jenis baru
dari coronavirus (kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan). Infeksi virus
Corona bisa menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu,
atau infeksi sistem pernapasan dan paru-paru, seperti pneumonia.
COVID-19 awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Setelah itu, diketahui bahwa
infeksi ini juga bisa menular dari manusia ke manusia. Penularannya bisa melalui
cara-cara berikut:
Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita
COVID-19 bersin atau batuk
Memegang mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan terlebih dulu,
setelah menyentuh benda yang terkena droplet penderita COVID-19
Kontak jarak dekat (kurang dari 2 meter) dengan penderita COVID-19 tanpa
mengenakan masker
CDC dan WHO menyatakan COVID-19 juga bisa menular melalui aerosol (partikel
zat di udara). Meski demikian, cara penularan ini hanya terjadi dalam prosedur
medis tertentu, seperti bronkoskopi, intubasi endotrakeal, hisap lendir, dan
pemberian obat hirup melalui nebulizer.
Faktor Risiko COVID-19
COVID-19 dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau
bahkan fatal bila menyerang orang lanjut usia, ibu hamil, perokok, penderita penyakit
tertentu, dan orang yang daya tahan tubuhnya lemah, seperti penderita kanker.
Karena mudah menular, penyakit ini juga berisiko tinggi menginfeksi para tenaga
medis yang merawat pasien COVID-19. Oleh karena itu, tenaga medis dan orang
yang melakukan kontak dengan pasien COVID-19 perlu menggunakan alat
pelindung diri (APD).
Gejala COVID-19
Gejala awal infeksi COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk
kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan
sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami
demam tinggi, batuk berdahak atau berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-
gejala tersebut di atas muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus COVID-19.
Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi
COVID-19, yaitu:
Selain gejala di atas, ada beberapa gejala lain yang jarang terjadi, tetapi juga bisa
muncul pada infeksi COVID-19, yaitu:
Mudah lelah
Nyeri otot
Nyeri dada
Sakit tenggorokan
Sakit kepala
Mual atau muntah
Diare
Pilek atau hidung tersumbat
Menggigil
Bersin-bersin
Hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau
Gejala COVID-19 bisa muncul dalam 2 hari sampai 2 minggu setelah seseorang
terinfeksi virus penyebabnya. Pada beberapa penderita, COVID-19 dapat tidak
menimbulkan gejala sama sekali. Meski demikian, penderita tersebut (orang tanpa
gejala/OTG) tetap bisa menularkan COVID-19 pada orang lain.
Orang yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19 melalui pemeriksaan RT-PCR
namun tidak mengalami gejala disebut sebagai kasus konfirmasi asimptomatik.
Penderita ini tetap bisa menularkan COVID-19 pada orang lain.
Kapan harus ke dokter
Segera lakukan isolasi mandiri bila Anda mengalami gejala infeksi COVID-19 seperti
yang telah disebutkan di atas, terutama jika dalam 2 minggu terakhir Anda berada di
daerah yang memiliki kasus COVID-19 atau kontak dengan penderita COVID-19.
Setelah itu, hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan pengarahan
lebih lanjut.
Bila Anda mencurigai diri Anda terpapar COVID-19 tapi tidak mengalami gejala apa
pun, Anda tidak perlu memeriksakan diri ke rumah sakit. Cukup tinggal di rumah
selama 14 hari dan membatasi kontak dengan orang lain.
Bila muncul gejala baru, tanyakan kepada dokter melalui telepon atau aplikasi
kesehatan online, misalnya ALODOKTER, mengenai tindakan apa yang perlu Anda
lakukan dan obat apa yang perlu Anda konsumsi.
Bila gejala yang Anda alami memberat atau Anda memerlukan pemeriksaan
langsung oleh dokter, Anda bisa membuat janji konsultasi dengan dokter melalui
aplikasi ALODOKTER agar bisa diarahkan ke dokter terdekat yang dapat membantu
Anda.
ALODOKTER juga memiliki fitur untuk membantu Anda memeriksa risiko tertular
COVID-19 dengan lebih mudah.
Diagnosis COVID-19
Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi COVID-19, dokter akan menanyakan
gejala yang dialami pasien, riwayat perjalanan pasien, dan apakah sebelumnya
pasien ada kontak dekat dengan orang yang diduga terinfeksi COVID-19.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut:
Rapid test, untuk mendeteksi antibodi (IgM dan IgG) yang diproduksi oleh
tubuh untuk melawan virus Corona
Tes PCR (polymerase chain reaction) atau swab test, untuk mendeteksi virus
Corona di dalam dahak
CT scan atau Rontgen dada, untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-
paru
Tes darah lengkap, untuk memeriksa kadar sel darah putih dan C-reactive
protein
Perlu diketahui, rapid test pada COVID-19 hanya digunakan sebagai tes skrining
atau pemeriksaan awal, bukan untuk memastikan diagnosis COVID-19. Hasil rapid
test positif belum tentu menandakan Anda terkena COVID-19. Anda bisa saja
mendapatkan hasil positif bila pernah terinfeksi virus lain atau coronavirus jenis lain.
Sebaliknya, hasil rapid test COVID-19 negatif juga belum tentu menandakan bahwa
Anda terbebas dari COVID-19. Oleh sebab itu, apa pun hasil rapid test Anda,
konsultasikan dengan dokter agar dapat diberikan pengarahan lebih lanjut, termasuk
perlu tidaknya mengonfirmasi hasil tes tersebut dengan tes PCR.
Pengobatan COVID-19
Sampai saat ini, belum ada obat untuk mengatasi penyakit COVID-19. Jika Anda di
diagnosis COVID-19 tetapi tidak mengalami gejala atau hanya mengalami gejala
ringan, Anda bisa melakukan perawatan mandiri di rumah, yaitu:
Lakukan isolasi mandiri selama 2 minggu dengan tidak keluar rumah dan
menjaga jarak dengan orang dalam satu rumah.
Ukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari.
Cuci tangan dengan sabun, air mengalir, atau hand sanitizer.
Banyak minum air putih untuk menjaga kadar cairan tubuh.
Istirahat yang cukup untuk mempercepat proses penyembuhan.
Konsumsi obat pereda batuk, demam, dan nyeri, setelah berkonsultasi
dengan dokter.
Perhatikan gejala yang Anda alami dan segera hubungi dokter jika gejala
memburuk.
Penelitian untuk mencari metode pengobatan yang efektif dalam mengatasi penyakit
COVID-19 masih terus dilakukan. Beberapa jenis obat yang diteliti untuk mengatasi
COVID-19 adalah remdesivir, lopinavir-ritonavir, dan favipiravir.
Di antara obat-obatan tersebut, remdesivir dinilai paling efektif dalam mengatasi
COVID-19 pada beberapa pasien. Meski demikian, penelitian tentang efektivitas
remdesivir masih terus berlanjut.
Komplikasi COVID-19
Pada kasus yang parah, infeksi COVID-19 bisa menyebabkan komplikasi serius
berupa:
Pencegahan COVID-19
Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona penyebab
COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan
menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:
Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 2 meter dari orang
lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, termasuk
saat pergi berbelanja bahan makanan.
Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang
mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar
rumah atau di tempat umum.
Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif
terinfeksi COVID-19, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang
tisu ke tempat sampah.
Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,
termasuk kebersihan rumah.