Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penuaan merupakan sebuah proses yang tidak dapat dihindari dan bersifat
alami. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mengalami kehilangan
kemampuan jaringan yang berfungsi untuk memperbaiki diri atau mengganti
atau mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Bini’Matillah, et. al, 2018). Suka atau tidak suka semua manusia akan
mengalami masa lansia seiring bertambahnya umur.Pada saat memasuki masa
lansia seseorangakan mengalami berbagai masalah, baik masalah kesehatan
fisik, mental, sosial dan juga spiritual, yang mana akan berpengaruh terhadap
kualitas hidup lansia (Riyanti & Mori, 2020). Perubahan yang terjadi pada
orang lanjut usia dapat mengakibatkan gangguan mobilitas dan kemunduran
sosial (Wiwin Maharani, 2021).

Pada tahun 2019 lalu dunia sedang dilanda pandemik yang berdampak
negatif terhadap seluruh manusia salah satunya di kalangan lanjut usia baik
secara fisiologis, sosiologis dan psikologis (WHO,2020). Pada keadaan
tersebut ……………. Tambahkan Subjek dulu ya mengharuskan setiap
individu melakukan karantina dan isolasi dirumah serta dapat berkomunikasi
hanya melalui internet dan aplikasi sosial media. Tentunya, dengan cara
tersebut dapat mengurangi kualitas hubungan sosial mereka dibandingkan
dengan cara tatap muka (Worldometers, 2020). Dalam hal ini gangguan
kognitif dan emosional lansia dapat meningkat karena efek pandemi dan
gangguan psikologis yang dialami oleh lansia (Yang et, al. 2020).

Populasi lansia di dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat, bahkan


pertambahan lansia menjadi yang paling mendominasi apabila dibandingkan
dengan pertambahan populasi penduduk pada kelompok usia lainnya.
Diperkirakan peningkatan penduduk lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas
sebanyak dua kali lipat, yaitu dari 11% pada tahun 2010 menjadi 22% pada
tahun 2050 mendatang. Jumlah populasi lansia di dunia tahun 2010 sekitar
650 juta, akan mencapai 2 miliar pada tahun 2050 (United Nation, 2019).
Peningkatan populasi lansia di benua asia juga turut meningkat.Asia
menempati urutan pertama dengan populasi terbesar didunia. Berdasarkan
jumlah secara keseluruhan di benua asiaada 703 juta lansia yang berusia 65
tahun ke atas pada tahun 2019. Jumlah lansia tersebar di asia yang menempati
urutan pertama yaitu asia bagian timur dan tenggara secara keseluruhan
jumlah 260 juta jiwa (United Nation, 2019).
Sedangkan Jepang adalah negara yang merupakan mayoritas penduduknya
memiliki angka harapan hidup tertinggi di dunia dan merupakan salah satu
negara tertinggi yang memiliki populasi lansia dengan presentase 33,4% dan
diperkirakan pada tahun 2050 mendatang akan mencapai 42,4% (WHO,
2017). Berdasarkan data yang diperoleh World Population Prospects (2019)
pada oktober 2018. Pemerintah jepang mencatat jumlah penduduk jepang
berusia 65-74 tahun sebanyak 17.6 juta penduduk atau sekitar 13.9 % dari
total populasi. Sedangkan, penduduk berusia 75 tahun ke atas berjumlah
17.98 juta penduduk, atau mencangkup 14.2 % dari total populasi (CAO,
2019). Angka harapan hidup yang tinggi tersebut, ternyata disertai dengan
rendahnya jumlah kelahiran, sehingga distribusi penduduk jepang pada tahun
2050 akan berbentuk piramida terbalik. Hal ini mengandung makna bahwa
populasi penduduk lanjut usia (lansia) jepang jauh lebih banyak dari pada
kelompok usia lainnya pada tahun 2050 nanti. Dengan piramida terbalik ini,
beban pemerintah dan warga jepang usia produktif, akan sangat besar untuk
memenuhi para lansia (Kemenaker, 2019).
Di Indonesia berdasarkandata BPS (2018), menunjukkan bahwa penduduk
lanjut usia pada tahun 2010 meningkat menjadi 20,24 juta jiwa selanjutnya
pada tahun 2018 meningkat menjadi 23 juta jiwa. Pada tahun 2020
diprediksikan jumlah lanjut usia mencapai 28,8 juta jiwa.Berdasarkan hasil
data survey penduduk antar sensus jumlah lansia sebanyak 21.7 juta atau
8.5%. Dari jumlah tersebut, terdiri dari lansia perempuan 11.6 juta (52.8%)
dan 10.2 juta (47.2%) lansia laki-laki. Jumlah penduduk yang berusia 60
tahun ke atas telah melebihi angka 7,0% (BPS, 2019). Kecenderungan
peningkatan populasi lansia tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus
terutama peningkatan kualitas hidup lansia.
Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk lansia di berbagai negara,
tentunya akan menimbulkan sebuah masalah baru. Aspek psikologis menjadi
masalah besar bagi diri lansia, salah satunya adalah kesepian yang sering
mengancam kehidupan para lansia ketika anggota keluarga hidup terpisah
dari dirinya, kehilangan pasangan hidup, kehilangan teman sebaya, dan
ketidakberdayaan untuk hidup mandiri (Nuraini, Farida H, 2018). Pada lansia
umumnya kesepian dapat menimbulkan rasa tidak berdaya, kurang percaya
diri, ketergantungan, dan perasaan ditelantarkan (Bini’Matillah, et. al, 2018).
Kesepian juga dapat diartikan sebagai keadaan yang tidak menyenangkan dan
tidak diinginkan oleh seseorang yang ditunjukkan dengan perasaan
kehampaan dan kesendirian (Rahma, 2019).
Munculnya perasaan kesepian yang terjadi pada usia lanjut menunjukkan
adanya suatu masalah keadaan mental dan emosional. Usia lanjut dengan
kesepian akan memiliki rasa ketersinggungan dan munculnya hubungan yang
kurang bermakna dengan orang lain yang disebabkan adanya ketidakpuasan
saat berhubungan sosial (Nuryani, 2018). Perasaan kesepian juga dapat terjadi
karena ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan yang terjadi dalam
kehidupan seseorang (Marpaung & Sherly, 2017).Masalah tersebut jika tidak
ditangani akan berkembang menjadi masalah yang kompleks (Widia. H,
2017).
Penurunan kesehatan yang terjadi pada lansia membuat keluarga harus
memberikan perawatan. Keluarga yang tidak mampu memberikan perawatan
kepada lansia menitipkan lansia untuk tinggal di panti werdha. Sedangkan,
lansia yang tinggal di panti mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan
lingkungan luar lebih terbatas dari pada lansia yang tinggal di lingkungan
komunitas. Semakin sedikit kesempatan lansia untuk bertemu dan
berinteraksi dengan orang lain. Akibatnya terkadang lansia sering kali merasa
jenuh dan bosan dengan hidupnya, sehingga dirinya berharap agar kematian
segera datang menjemputnya (Bini’Matillah, et. al, 2018).
Berdasarkan hasil survey dari berbagai negara di dunia diperoleh
prevalensi rata-rata tingkat kesepian pada lansia adalah 13,5 % dengan
perbandingan pria dan wanita 14,1 : 8,5 (Munandar, 2017). Survey UCLA
Amerika Serika pada tahun 2012 menunjukkan bahwa kesepian masuk urutan
ke lima dari bahaya kesehatan lebih tinggi dibandingkan daftar kecelakaan,
penyesuaian seksual, dan kehamiIan tidak di harapkan. Penelitian yang
dilakukan Yang Fang, Junan & Jianping (2018), tentang dimana dalam
penelitian tersebut mengungkapkan rata-rata tingkat kesepian lebih tinggi
pada orang tua. Orang tua mengalami lebih banyak keterbatasan fisik dan
harapan mereka untuk kontak sosial mungkin sulit dipenuhi, sehingga mereka
mengalami kesepian yang lebih tinggi. Kesepian di kalangan lanjut usia, pada
gilirannya, sering muncul karena kehilangan orang dalam jaringan sosialnya
(sebagai akibat dari pensiun atau duka), hidup sendiri, atau berkurangnya
mobilitas terkait dengan kondisi kesehatan.
Data penelitian (Andrew.S et.al, 2020) tentang Kesepian Terhadap
Perilaku Pencegahan Covid-19 di Waseda University Of Japan dari 2000
sample orang di jepang. Diperoleh hasil sebanyak 29,8% dengan rentang usia
>60 tahun mengalami kesepian. Hal tersebut dikarenakan pembatasan sosial
yang diberlakukan oleh pemerintah jepang untuk memutus rantai penularan
virus Covid-19, Sehingga dengan adanya pembatasan sosial tersebut
mengakibatkan sulitnya berkomunikasi bagi lansia yang tinggal di Panti
Werdha/Roujin Home maupun bagi lansia yang tinggal terpisah dengan
anggota keluarga lainnya.

Berdasarkan hasil Riset LDUI (Lembaga Demografi Universitas


Indonesia) menunjukkan jumlah lansia tinggal sendiri pada tahun 2014
semakin meningkat yaitu 9,66%. Saat ini kemungkinan hidup sendiri semakin
meningkat untuk semua lansia, baik pria maupun wanita (Widia H, 2017).
Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut (lansia) tentu menimbulkan
masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Sedangkan,
menurut hasil penelitian Verawati (2017) tentang “Kesepian Pada lansia
Ditinjau Dari Tempat Tinggal”, dengan hasil ditemukan sebagian besar lansia
yang tinggal di rumah sendiri mengalami tingkat kesepian ringan sebesar
(4%), kesepian sedang (96%). Lansia yang tinggal bersama anaknya,
memiliki tingkat kesepian ringan sebesar (4%), kesepian sedang sebesar
(72%), dan kesepian berat sebesar (24%) (Astutik, 2019).

Bersamaan dengan pembatasan sosial Covid-19 ini mengakibatkan


pelayanan keperawatan sosial terganggu, wacana usia dan mengevaluasi
orang tua yang berkontribusi perasaan tidak berharga, menjadi beban dan
orang tua menjadi sangat rentan (Brooke, 2020). Lansia yang tidak memiliki
keluarga atau teman dekat dan bergantung pada layanan sukarela atau
perawatan sosial yang sebelumnya sudah merasakan kesepian, terisolasi dan
terpencil menghadapi hambatan lebih lanjut karena pembatasan kontak sosial.
Hal ini secara tidak langsung memberikan gambaran bahwa pembatasan
kontak sosial karena pandemic Covid-19 dapat mempengaruhi tingkat
kesepian lanjut usia (Armitage .R & Laura B.N, 2020). Masalah kesepian
lebih dominan terjadi pada lansia yang tinggal dipanti werdha. Keterpisahan
dari anggota keluarga atau lebih spesifik dengan anak-anak, terlebih lagi
ketika keluarga tidak mampu untuk merawat lansia, mengharuskan mereka
pada akhirnya tinggal di panti werdha. Keadaan ini dapat menimbulkan
perasaan hampa pada diri lansia dan semakin menambah perasaan kesepian
yang mereka alami. (Baiq Rizki .dkk, 2021).

Perubahan yang terjadi pada lansia akan mengakibatkan menurunnya


peran sosial lansia yang mengakibatkan lansia akan kehilangan pekerjaan dan
merasa menjadi individu yang kurang mampu. Hal tersebut akan
mempengaruhi interaksi sosial lansia, karena lansia menarik diri dari
hubungan dengan masyarakat sekitar secara perlahan. Interaksi sosial yang
buruk pada lansia dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia dimana hal
tersebut akan menyebabkan lansia merasa kesepian sehingga lansia akan lebih
suka menyendiri (Samper, Pinontoan & Katuuk, 2017).

Dari hasil penelitian Endah Cahya, dkk. (2018) tentang Hubungan


Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Posyandu Lansia Wiguna
Karya dari 28 sampel diperoleh hasil kurangnya kualitas hidup pada 17 orang
lansia (60,7%), kualitas hidup cukup 1 orang lansia (3,6%) dan kualitas
hidup yang baik sebanyak 10 orang lansia (35,7%).

Sedangkan, menurut penelitian Sri Puji Lestari, dkk. (2019) tentang Fungsi
Kognitif Berhubungan Dengan Interaksi Sosial Pada Lanjut Usia dari 51
sampel diperoleh hasil sebanyak 8 orang lansia (15,7%) mengalami gangguan
interaksi sosial.

Lansia yang memiliki kualitas hidup yang optimal memungkinkan mereka


bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna
dan berkualitas yang berkaitan dengan lingkungan tempat individu tersebut
tinggal (Ratnawati. dkk, 2019). Penelitian Sanjaya & Rusdi (2017) tentang
Hubungan Interaksi sosial Dengan kesepian yang menyatakan bahwa untuk
meningkatkan kualitas hidup lansia, maka lansia harus memiliki interaksi
sosial yang baik. Oleh sebab itu, untuk mempertahankan kualitas hidup yang
optimal, interaksi sosial merupakan sebuah hal yang penting bagi lansia.

1.2 Rumusan Masalah


Pemberian dukungan sosial dan spiritual dianggap berpengaruh terhadap
peningkatan hidup kualitas pada lansia yang merupakan sebuah bentuk
interaksi sosial. Interaksi sosial yang terbatas dapat menimbulkan masalah
pada aspek psikologis terhadap diri lansia.
Data pendahuluan yang peneliti amati saat meneliti di Panti Asuhan Yadin
Pinang didapatkan lansia dengan keterbatasan berinteraksi cenderung
menyendiri. Oleh sebab itu perubahan emosional dan spiritual pada lansia
tersebut dapat berubah dikarenakan kurangnya dukungan sosial dari keluarga,
teman sebaya atau perawat yang berada di Panti Werdha/Roujin Home.
Dari uraian diatasdan data pendahuluan, maka penelititertarik ingin
melakukan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Sosial Dan Spiritual
Terhadap Tingkat Kesepian Lansia Pada Masa pandemic Covid-19 di Panti
Werdha/Roujin Home.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1.3.1 Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dan spiritual terhadap
tingkat kesepian pada lansia di panti werdha/roujin home.?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
dukungan sosial dan spiritual terhadap tingkat kesepian lansia pada
masa pandemic di Panti Werdha/Roujin Home.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Mendapatkan gambarankarakteristik responden pasien di Panti
Werda/Roujin home.
2. Mendapatkan gambaranMengidentifikasi respon pasien sebelum
diberikan dukungan sosial dan spiritual di Panti Werda/Roujin
home.
3. Mendapatkan gambaranMengidentifikasi respon pasien sesudah
diberikan dukungan sosial dan spiritual di Panti Werda/Roujin
home.
4. Mendapatkan gambaranMengidentifikasi tingkat kepuasan pasien
setelah diberikan dukungan sosial dan spiritual di Panti
Werda/Roujin home.
5. Mendapatkan gambaranMengidentifikasi hubungan dukungan
sosial dan spiritual terhadap tingkat kesepian pada lansia di Panti
Werda/Roujin home.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat bagi pelayanan kesehatan
Hasil Penelitian diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelayanan
kesehatan dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan
khususnya pada lansia terkait pemberian dukungan sosial dan spiritual
terhadap tingkat kesepian pada lansia di panti werdha/roujin home.
1.5.2 Manfaat Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi
bagi tenaga kesehatan/care giver dalam memberikan intervensi terkait
pemberian dukungan sosial dan spiritual terhadap tingkat kesepian
pada lansia di panti werdha/roujin home.
1.5.3 Manfaat Bagi Institusipendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi sebagai
sumber informasi atau referensi tambahan mengenai pengkajian
tentang pemberian dukungan sosial dan spiritual terhadap tingkat
kesepian lansia di panti werdha/roujin home
1.5.4 Manfaat Bagi Masyarakat
Hasil penelitian pemberian dukungan sosial dan spiritual terhadap
tingkat kesepian pada lansia di panti werdha/roujin home dapat
menjadi salah satu alternative yang bisa digunakan oleh
keluarga/masyarakat yang mempunyai anggota keluarga yang
berstatus lansia.
1.5.5 Manfaat Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman kepada
penulis dalam melakukan penelitian tentang pemberian dukungan
sosial dan spiritual terhadap tingkat kesepian terhadap lansia di panti
werdha/roujin home.
1.5.6 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tolak ukur kepada
peneliti selanjutnya mengenai pemberian dukungan sosial dan
spiritual pada lansia khususnya di panti werda/roujin home.

Anda mungkin juga menyukai