Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

RESUME ASKEP ANAK DENGAN ATRESIA ANI

Oleh :

Ripa Aulia

NIM. 1811142010063

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI BUKITTINGGI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Resume askep atresia ani pada anak”.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data yang penulis peroleh dari buku-buku dan
media masa yang berkaitan dengan “Resume askep atresia ani pada anak”.
Penulis harap, dengan membaca resume ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai keperawatan anak tentang askep
atresia ani .Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Bukittinggi,25november2020

Penu
lis

BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang Masalah

Atresia ani merupakan kelainan kongenital yang terbanyak pada daerah anorektal. Insidensinya
adalah 1 dari 4000 hingga 5000 kelahiran hidup. Insidensi pada laki-laki sedikit lebih banyak
dibandingkan perempuan. Pada laki-laki paling sering didapatkan fistula rektouretra, sedangkan pada
perempuan paling sering didapatkan fistula rektovestibuler (Pena, 2000).Sampai sekarang atresia ani
masih dalam perdebatan, baik mengenai klasifikasi maupun penatalaksanaannya. Beberapa ahli
mencoba mengklasifikasikan atresia ani serta memperkenalkan teknik operasi terbaik.

Klasifikasi Wingspread pada pasien atresia ani, yaitu atresia ani letak tinggi, intermediet, dan rendah
saat ini banyak ditinggalkan karena tidak mempunyai aspek terapetik dan prognostik (Pena, 2001).

Klasifikasi Pena yang membagi atresia ani letak tinggi dan rendah lebih banyak dipakai karena
mempunyai aspek terapi. Penatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya. Pada atresia ani letak
tinggi harus dilakukan kolostomi sebagai tindakan bedah awal untuk diversi dan dekompresi, pada tahap
berikutnya dilakukan anoplasti. Prosedur abdominoperineal pullthrough yang beberapa waktu lalu
dikembangkan dengan tujuan untuk memudahkan identifikasi dan melindungi otot levator, saat ini
banyak ditinggalkan karena menimbulkan komplikasi (Pena, 2001).

Pena dan de Vries pada tahun 1982 memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan postero
sagital anorectoplasty (PSARP), yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan muskulus
levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rectum dan pemotongan fistel. Keberhasilan
penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsinya secara jangka panjang, meliputi anatomis, fungsi
fisiologis, bentuk kosmetik serta antisipasi trauma psikis. Sebagai tujuannya adalah defekasi secara
teratur dan konsistensinya baik.

Usia pasien saat menjalani operasi PSARP menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan
penatalaksanaan atresia ani. Pena menyarankan agar tindakan definitif PSARP dilakukan saat usia 8 – 12
minggu (3 bulan) setelah dilakukan kolostomi, karena dapat dilakukan evaluasi kelainan penyerta lain
yang dapat mempengaruhi tindakan definitif. Leape (1987) menyarankan untuk melakukan operasi
definitif pada usia 3-12 bulan karena memberi kesempatan kepada bayi untuk tumbuh dan berkembang.
Sedangkan Fonkalsrud mengatakan usia untuk operasi definitif 6-12 bulan pada saat berat badan pasien
telah mencapai 12-15 pound (Pena, Levitt,2006).

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisann ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan secara jelas
gambaran mengenai konsep diri

1.3. Manfaat penelitian


1. Bagi peneliti lain

Diharapkan dapat menambah referensi untuk penelitian selanjutnya yang


berkaitan dengan konsep diri khususnya pada anak jalanan.

BAB II

PEMBAHASAN RESUME
Pengertian Atresia Ani
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi anus, rektum,
atau batas di antara keduanya (Betz, 2002). Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak
adanya lubang atau saluran anus (Donna, 2003)atresia ani adalah kelainan kongenital dimana anus tidak
mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi
saat kehamilanYang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis dicapai
melalui saluran fistula eksterna. Kelompok ini terutma melibatkan bayi perempuan dengan fistula
rectovagina atau rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi,
maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.

Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalam keluar tinja. Pada kelompok
ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa
bentuk intervensi bedah Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi
yaitu :Anomali rendahRectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat
sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat
hubungan dengan saluran genitourinarius.Anomali intermedietRectum berada pada atau di bawah
tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.Anomali
tinggiUjung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya berhungan
dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung
buntu rectum sampai kulit perineum lebih daai1 cm.

Pada atresia ani, kelainan juga bisa terjadi di area tubuh yang lain seperti kelainan di organ pencernaan,
saluran kemih, hingga kelamin. Umumnya dikategorikan sebagai berikut:

Kelainan di tingkat bawah yakni berupa lubang anus yang menyempit atau sama sekali tertutup akibat
usus rektum yang masih menempel pada kulit. Lubang anus yang tertutup umumnya disertai dengan
cacat lahir lain, seperti gangguan jantung, masalah pada sistem saraf pusat, atau anomali pada tangan
dan kaki.

Kelainan di tingkat atas yaitu posisi usus besar yang terletak di rongga panggul bagian atas dan
terbentuknya fistula yang menghubungkan rektum dan kandung kemih, uretra, atau vagina. Fistula
merupakan terowongan abnormal yang muncul antara dua saluran normal seperti antara pembuluh
darah, usus, atau organ tubuh.

Lubang posterior atau kloaka yang persisten yakni kelainan yang menyebabkan rektum, saluran kemih,
dan lubang vagina bertemu pada satu saluran yang sama.

Ada berbagai macam faktor yang bisa meningkatkan risiko atresia ani pada bayi, antara lain:

 Jenis kelamin. Atresia ani terjadi lebih banyak pada bayi laki-laki dibandingkan bayi perempuan.
 Memiliki cacat lahir lainnya.
 Ibu menggunakan steroid inhalers selama masa kehamilan.

Penyebab Atresia Ani


Dalam kondisi normal, saluran kemih, lubang anus, dan kelamin akan terbentuk pada usia kehamilan
delapan minggu melalui proses pembelahan dan pemisahan dinding-dinding pencernaan janin. Namun,
bila terjadi gangguan pada masa perkembangan janin tersebut, hal ini bisa memicu atresia ani. Hingga
saat ini, penyebab gangguan perkembangan ini belum diketahui secara pasti, tapi ahli menduga bahwa
atresia ani disebabkan oleh faktor keturunan atau genetika.

Gejala Atresia Ani

Gejala-gejala atresia ani biasanya terlihat jelas setelah bayi lahir, antara lain:

Bayi tidak memiliki lubang anal.

Pada bayi perempuan, posisi lubang anal berada di tempat yang salah, seperti terlalu dekat dengan
vagina.

Bayi tidak buang air besar selama 24 sampai 48 jam pertama kehidupan.

Feses keluar melalui tempat yang salah, seperti uretra, vagina, skrotum, atau pangkal penis.

Perut bengkak.

Faktor risiko atresia ani

Belum diketahui ada tidaknya faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya atresia ani. Namun,
kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi laki-laki. Bayi yang mengalami atresia ani juga bisa mengalami
kelainan bawaan lain, termasuk gangguan saluran pencernaan, gangguan saluran kemih, dan kelainan
VACTREL.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Atresia ani merupakan kelainan bawaan(,kongenital) dimana terjadi pembentukan lubang


anus yang tidak sempurna (abnormal) atau anus tampak ratamaupun sedikit cekung ke
dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum
yang terjadi pada masa kehamilan.Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor!
antara lain:

1.putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpalubang dubur

2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 1minggu atau 3bulan,

3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembanganembriologik didaerah usus! rektum


bagian distal serta traktus urogenitalis! yangterjadi antara minggu keempat sampai keenam
usia kehamilan

4.berkaitandengan sindrom down.

Penanganan pada atresia ani tergantung bagaimana kondisi klien apabilaatresia ani terlalu
tinggi maka dilakukan operasi anoplasti dan pemasangankolostomi sedangkan pada yang
rendah dilakukan dilatasi rutin.

Saran

Atresia ani merupakan kelainan bawaan yang diderita oleh bayi.*iasanya terjadi ketika
organgenesis pada trisemester 9. ebagai perawat! kitaharus senantiasa untuk
memingatkan kepada ibu untuk selalu berpola hidupsehat! menjaga pola makan! dan
memeriksakan masalah kehamilan kepadaahli kesehatan. Dan ketika bayi lahir dalam
keadaan atresia ani! maka perawatharus dapat melakukan asuhan keparatan sebagaimana
mestinya agar dapatmengatasi masalah yang timbul.

Anda mungkin juga menyukai