Vuln Able

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

KONSEP AT RISK DAN VULNERABEL

Oleh : Nandang Jamiat

(disampaikan pada kuliah Komunitas 2 mahasiswa tingkat III

prodi Sarjana Keperawatan Universitas Aisyiyah Bandung)

1. Konsep At Risk

At risk merupakan kemungkinan munculnya suatu kejadian, seperti status


kesehatan karena terpapar oleh faktor tertentu (Swanson dan Nies,1997). At
risk tidak hanya berlaku pada individu tetapi juga berlaku terhadap populasi.

Population at risk adalah sekelompok populasi yang berisiko untuk mengalami


kondisi tertentu (Mc. Kie et al, 1993 dalam Mc Murray, 2003).

Sedangkan menurut Hitchock, Schubert, dan Thomas (1999) population at risk


merupakan kumpulan dari orang-orang yang memiliki beberapa kemungkinan
yang telah jelas teridentifikasi atau telah ditentukan meskipun sedikit terhadap
munculnya suatu peristiwa.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa


population at risk (kelompok berisiko) adalah peluang munculnya suatu
kejadian penyakit pada suatu kelompok tertentu karena adanya faktor resiko.

Risiko terpaparnya penyakit atau kemungkinan timbulnya bahaya dapat terjadi


pada orang, jenis pekerjaan atau jenis aktivitas. Penyebab dari risiko tersebut
adalah adanya faktor predisposisi internal maupun eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang ada pada diri individu yang dapat
mempengaruhi timbulnya penyakit atau masalah kesehatan. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang terkait dengan lingkungan yang dapat
mempengaruhi keterpaparan terhadap penyakit atau masalah kesehatan.

Apabila faktor risiko tersebut secara terus menerus bersinggungan terhadap


individu maka dapat meningkatkan angka kesakitan, kematian. Oleh sebab itu
faktor-faktor tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena akan
mempengaruhi timbulnya penyakit atau masalah kesehatan, baik individu atau
populasi (Stanhope & Lancaster, 2004).

Kategori At Risk
Faktor yang menentukan atau mempengaruhi terjadinya penyakit atau tidak
sehat disebut risiko kesehatan (At risk). Menurut Stanhope dan Lancaster
(2004), At risk terdiri dari beberapa kategori, yaitu :
(a) Risiko Usia dan Biologi, adalah adanya faktor genetik atau kondisi-kondisi
biologi (fisik) yang dapat menyebabkan risiko terhadap gangguan kesehatan.
Bila salah satu anggota keluarga menderita suatu penyakit, maka akan terjadi
penyakit yang sama (repetisi) pada anggota keluarga lainnya.
Adanya faktor-faktor resiko terhadap gangguan kesehatan pada lansia sesuai
dengan teori Konsekuensi. Menurut Miller (2004), Teori Konsekuensi
mendalilkan bahwa orang dewasa yang lebih tua (lansia) mengalami
konsekuensi fungsional karena perubahan yang berkaitan dengan usia dan
faktor risiko tambahan. Kombinasi dari perubahan yang berkaitan dengan
usia dan faktor risiko ini dapat mengganggu kemampuan fungsional dari
lansia sejauh bahwa orang berhenti melakukan kegiatan tertentu atau
melakukan mereka dalam cara yang tidak aman. Untuk melawan fungsional
konsekuensi negatif ini, intervensi dapat disarankan oleh seorang perawat
gerontik.
Peran perawat gerontik adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan konsekuensi negatif yang fungsional dan memulai intervensi
yang akan mengakibatkan yang positif. Tujuan akhir dari intervensi ini
adalah untuk memungkinkan lansia untuk berfungsi di tingkat mereka
meskipun kehadiran perubahan yang berkaitan dengan usia dan faktor risiko.
Hasil dari intervensi ini adalah konsekuensi fungsional positif dari fungsi
peningkatan dan lebih aman dari lansia. Selain itu, kualitas hidup mungkin
ditingkatkan karena konsekuensi fungsional yang positif.

(b) Risiko Sosial, adalah kondisi lingkungan sosial yang dapat menyebabkan
risiko terhadap gangguan kesehatan. Maurer dan Smith (2005)
menyebutkan bahwa kondisi perubahan lingkungan fisik seperti cuaca,
iklim, cahaya, udara, makanan, air, dan penyebaran zat racun, dapat
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan termasuk lansia. Selain
lingkungan fisik, lingkungan sosiokultural dapat mempengaruhi kesehatan
karena disebabkan adanya faktor risiko berupa sejarah budaya kehidupan
tempat tinggalnya, nilai yang dianut keluarga, institusi sosial (seperti :
pemerintah, sekolah, kepercayaan komunitas), kelas sosioekonomi, okupasi,
dan peran-peran sosial. Menurut Miller (2004) lansia berisiko mengalami
perubahan psikososial yaitu : kurangnya interaksi sosial, kematian teman,
penyakit kronis yang diderita, pandangan stereotif pada lansia, kematian
pasangan
(c) Risiko Ekonomi, adalah adanya ketidakseimbangan antara pendapatan
keuangan keluarga dengan pengeluaran dapat menyebabkan risiko gangguan
kesehatan. Bila keluarga memiliki sumber keuangan yang memadai/adekuat,
maka keluarga tersebut dapat membeli keperluan terkait dengan kesehatan
seperti rumah, pakaian, makanan, pendidikan, dan perawatan pada kondisi
sehat maupun sakit. Risiko ekonomi pada lansia disebabkan lansia sudah
tidak mempunyai pekerjaan dan tidak mendapatkan pendapatan. Lansia
bergantung pada bantuan ekonomi dari anggota keluarga lainnya.
(d) life-style risk (risiko gaya hidup); adalah gaya hidup atau perilaku yang
dapat menyebabkan risiko gangguan kesehatan. Perilaku tersebut berupa
keyakinan terhadap kesehatan, kebiasaan hidup sehat, persepsi terhadap
risiko kesehatan, pengaturan terhadap pola tidur dan makanan, perencanaan
kegiatan keluarga, penentuan penanganan terhadap anggota keluarga yang
sakit. Kebiasaan tidak berolah raga dan mengkonsumsi makanan yang
mengandung purin tinggi dapat berisiko terjadinya rematik pada lansia.
(e) life-event risk (risiko kejadian dalam kehidupan), adalah adanya kejadian
dalam kehidupan yang dapat menimbulkan risiko gangguan kesehatan,
seperti : pindah tempat tinggal, adanya anggota keluarga yang baru,
pemecatan dari tempat kerja, adanya kematian angggota keluarga.

Faktor risiko adalah faktor yang berhubungan dengan proses terjadinya suatu
kejadian. Faktor risiko diperoleh dengan membandingkan antara suatu kejadian
penyakit atau perubahan kondisi kesehatan pada individu/kelompok yang terpapar
oleh ancaman atau faktor risiko dan kejadian pada individu/kelompok lain yang
tidak terpapar oleh ancaman atau faktor risiko tertentu. Faktor resiko terdiri dari
tiga kategori mayor yaitu : (1) faktor perilaku atau gaya hidup, (2) faktor
lingkungan , (3)faktor dari lahir atau karakteristik bawaan. Semua faktor ini akan
meningkatkan terjadinya penyakit, injuri, gangguan psikososial dan kematian pada
seseorang (Jekel, Elmore,and Katz, 1996 dalam Clemon et al ,1998 hal 291).
Sementara itu Pender ( 2002) mengkategorikan enam faktor resiko kesehatan
yaitu : (1) Genetik, (2) Usia, (3) Karakteristik biologi, (4) Kebisaan individu dalam
kesehatan, (5) Gaya hidup, (6) Lingkungan.

Faktor-faktor risiko diperoleh melalui suatu pengkajian. Pengkajian risiko


merupakan suatu proses pengumpulan semua informasi yang tersedia untuk
menentukan risiko yang mungkin berhubungan dengan paparan. Proses
pengumpulan informasi yang dilakukan berikut ini:mengidentifikasi
bahaya/ancaman kesehatan, mengevaluasi bahaya/ancaman kesehatan, mengkaji
keterpaparan terhadap faktor yang berbahaya dan karakteristik resiko yang
mungkin terjadi dan selanjutnya perencanaan yang sesuai melalui strategi promosi
dan prevensi kesehatan.

Stanhope dan Lancaster (2004) menyatakan bahwa untuk menilai risiko gangguan
kesehatan meliputi lima area yaitu:
1) risiko biologi dapat diidentifikasi berdasarkan genogram. Genogram dapat
menjadi informasi dasar dalam komposisi keluarga, hubungan dalam keluarga,
serta pola sehat dan sakit dalam keluarga;
2) risiko sosial dapat dinilai berdasarkan karakteristik anggota keluarga, tetangga
dan komunitas tempat keluarga tinggal;
3) risiko ekonomi dapat dinilai melalui pemanfaatan sumber finansial untuk
perawatan kesehatan atau pengobatan;
4) risiko gaya hidup dapat dinilai melalui self efficacy atau keyakinan diri dalam
upaya promosi kesehatan, perlindungan bagi kesehatan, serta pemanfaatan
pelayanan kesehatan sebagai upaya preventif;
5) risiko transisi kejadian kehidupan dapat dinilai melalui adanya kejadian
normatif seperti adanya bayi yang akan mengakibatkan perubahan struktur dan
peran dalam keluarga
2. Vulnerability

The concept of vulnerability is an important one for nurses because of its


implications for health. The experience of vulnerability creates stress and anxiety
which affects physiological, psychological and social functioning (Rogers RN BN,
2008)

Vulnerabel dapat diartikan sebagai Kerentanan. Konsep kerentanan penting


bagi perawat karena implikasinya bagi kesehatan. Pengalaman kerentanan
menciptakan stres dan kecemasan yang mempengaruhi fungsi fisiologis, psikologis
dan sosial. Meskipun setiap orang rentan pada waktu yang berbeda dalam hidup
mereka, beberapa orang lebih mungkin mengembangkan masalah kesehatan
daripada yang lain. Kerentanan dipengaruhi oleh faktor pribadi dan faktor dalam
lingkungan. Tren dalam masyarakat menunjukkan bahwa jumlah orang yang
rentan akan menciptakan permintaan tambahan dalam sistem kesehatan yang sudah
terbebani. Kerentanan adalah daerah yang membutuhkan banyak penelitian lebih
lanjut dan aplikasi.
Sementara itu menurut Stanhope dan Lancaster ( 2004) menyatakan bahwa rawan
(vulnerable) adalah jika seseorang/kelompok dikatakan rawan apabila mereka
berhadapan dengan penyakit, bahaya, atau outcome negatif. Faktor pencetus dapat
berupa genetik, biologis atau psikososial.. Kerentanan terjadi sebagai akibat dari
interaksi faktor internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang menjadi rentan
mengalami kondisi kesehatan yang buruk
Masalah fisiologis pada dewasa khususnya dewasa tengah meliputi stress, penyakit
kronis, tingkat kesehatan dan pembentukan kesehatan yang positif. Terjadinya
penyakit kronis pada usia dewasa seperti diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif
menahun , arthritis rheumatoid dan stroke dapat mempengaruhi terhadap kualitas
kehidupan agregat dewasa. Penyakit stroke sebagai salah satu penyakit dari empat
masalah kesehatan utama serta penyebab kedua kematian pada agregat
dewasa( Allender dan & Spradley, 2005).
Terjadinya stroke menimbulkan kehilangan fungsi otot, mental, penglihatan,
sensasi dan bicara yang berasal dari injury sel – sel otak akibat kurangnya suplai
darah keotak. Menurut Lumbantobing (2007 ) stroke dapat menimbulkan
terjadinya kecacatan dari ringan hingga berat bahkan dapat menimbulkan
kematian. Keadaan tersebut menyebabkan agregat dewasa dengan stroke mereka
menjadi populasi rentan terhadap terjadinya masalah- masalah dalam
kehidupanya.
Sebagai contoh lain, lansia yang berisiko terhadap gangguan mobilisasi akan
mengalami kerentanan (vulnerable) terhadap penyakit atau gangguan lain. Lansia
termasuk kelompok berisiko terjadinya sesuatu penyakit karena dipengaruhi salah
satu faktor yaitu proses menua.

Populasi vulnerable (rentan) didefinisikan sebagai kelompok individu yang


beresiko lebih besar terhadap kelemahan atau keterbatasan fisik, psikologis, atau
kesehatan sosial (Pender, 2007). Populasi vulnerable lebih mudah untuk
berkembangnya masalah- masalah kesehatan , biasanya dikaitkan dengan hasil dari
pengalaman terhadap kesehatan sebelumnya dan bagaimana sumber – sumber yang
dimiliki untuk memperbaiki kondisi mereka. Berbagai bentuk yang digunakan
untuk menggambarkan populasi vulnerable meliputi : populasi yang kurang
mendapat pelayanan, populasi khusus, pengobatan yang merugikan, populasi
dengan kemiskinan. Populasi vulnerable (rawan) memiliki resiko lebih besar
terhadap kesakitan dan kematian.(Allender & Spradley, 2005)

Anda mungkin juga menyukai