Arini-Refarat Graves Disease FIX
Arini-Refarat Graves Disease FIX
TIROTOKSIKOSIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/KSM IPD
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Oleh :
Preseptor :
dr. Suhaemi, Sp. PD, FINASIM
Puji dan syukur penulispanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya dengan rahmat, karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “Penyakit Graves” sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih banyak
kepada dr. Yenni Sulisma, Sp. PD sebagai pembimbing yang telah meluangkan
waktunya memberi arahan kepada penulis selama mengikuti KKS di bagian/KSM
Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan laporan
kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB 3 KESIMPULAN..........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
ii
BAB 1
PENDAHULUA
N
1
2
Pasien yang menderita penyakit graves apabila tidak diobati akan beresiko
menurunnya kualitas hidup dan menimbulkan komplikasi salah satunya berupa
eksoftalmus. Oleh karena itu, diperlukan terapi untuk mengontrol kadar hormon
tiroid pada batasan normal, salah satunya dengan obat antitiroid. Pada pengelolaan
penyakit hipertiroid dikenal 3 modalitas terapi yaitu obat anti tiroid, yodium
radioaktif dan tiroidektomi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Kelenjar ini terletak di leher depan, berbentuk seperti huruh H, terdiri dari
2 lobus dan dihubungkan oleh istmus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Berada
setinggi VC5-VT1 (Paulsen, F. and Waschke, J. 2012).
2.2 Definisi
Penyakit Graves adalah salah satu jenis gangguan pada sistem kekebalan
tubuh yang menjadi penyebab umum hipertiroidisme atau produksi hormon tiroid
berlebih. Pada penderita Graves, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya
melindungi tubuh malah menyerang kelenjar tiroid (autoimun). Hal ini membuat
kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang lebih banyak dari
yang dibutuhkan tubuh (Putri, N. H. 2019).
3
4
2.3 Epidemiologi
Penyakit Grave menyumbang antara 60% sampai 80% dari pasien dengan
hipertiroidisme. Hal ini menyerang 10 kali lebih banyak pada wanita
dibandingkan pria, dengan risiko tertinggi onset antara usia 40 sampai 60 tahun.
Prevalensi adalah orang Asia dan Eropa. Sampai saat ini belum ada didapatkan
angka yang pasti insidensi dan prevalensi penyakit Graves’ di Indonesia (Srikandi,
N. M. P. S. and Wayan, S. I. 2020).
2.4 Etiologi
Penyakit graves merupakan suatu penyakit autoimun yaitu saat tubuh
menghasilkan antibodi yang menyerang komponen spesifik dari jaringan itu
sendiri, maka penyakit ini dapat timbul secara tiba-tiba dan penyebabnya masih
belum diketahui. Hal ini disebabkan oleh autoantibodi tiroid (TSHR-Ab) yang
mengaktifkan reseptor TSH (TSHR), sehingga merangsang tiroid sintesis dan
sekresi hormon. Beberapa penulis mengatakan bahwa penyakit ini disebabkan
oleh multifaktor antara genetik, endogen dan faktor lingkungan (Anwar, R. 2005).
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium (Wirawati, I. A. P. 2017):
- FT4 meningkat, nilai normal: 0,82-1,51 ng/dL.
- TSH serum menurun, nilai normal: 0,27-4,20 mIU/L
b. Pemeriksaan penunjang lainnya untuk konfirmasi kelainan anatomis tiroid
dan etiologi: USG tiroid.
2.8 Diagnosis
a. Gejala Klinis: Indeks new castle dan wayne (berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik (Hayati, Z. et al. 2013).
b. Pemeriksaan fisik: Struma difus, tanda khas tirotoksikosis seperti oftalmopati
(eksoftalmus), dermopati (localized mixedema), acropachy. Gejala lain
seperti tekanan darah meningkat, takikardi, aritmia, tremor.
c. Laboratrium: FT4 dan TSHs.
d. Pemeriksaan penunjang lainnya: USG tiroid.
Tabel: Indeks Wayne
Gejala yang baru
Tidak
No ditemukan Nilai No Tanda Ada
ada
dan/bertambah berat
1. Sesak saat bekerja +1 1. Tiroid teraba +3 -3
2. Berdebar +2 2. Bising tiroid +2 -2
3. Kelelahan +2 3. Eksoftalmus +2 -
4. Suka udara panas -3 4. Kelopak mata +1 -
tertinggal
5. Suka udara dingin +3 5. Hiperkinetik +4 -2
6. Keringat berlebihan +3 6. Tremor halus +1 -
7. Gugup +2 7. Tangan panas +2 -2
8. Nafsu makan naik +3 8. Tangan basah +1 -1
9. Nafsu makan turun -3 9. Fibrilasi atrium +4 -
10. Berat badan naik -3 10. Nadi teratur
11. Berat badan turun +3 11. <80x/menit - -3
80-90x/menit - -
>90x/menit +3 -
Hipertiroid jika indeks Wayne ≥20
tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini
4. Ada tiga jenis pengobatan yang dapat dilakukan pada penyakit Graves, yaitu:
Arthur, C. G. and John E, H. (2011) Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. 12th edn. Jakarta: saunders Elsavier.
Paulsen, F. and Waschke, J. (2012) Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. 23rd edn.
Jakarta: EGC
Syuhada and Rafie, R. (2015) ‘Korelasi Kadar Tiroksin (T4), Triiodotironin (T3)
dan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) Serum dengan Kadar
Kolesterol Total pada Pasien Hipertiroid Di Rsud Dr . H . Abdul
Moeloek Provinsi Lampung’, Jurnal Medika Malahayati, 2(4), pp. 200–
206.
Yati, N. P. et al. (2017) Diagnosis dan Tata Laksana Hipertiroid. 1st edn. Edited
by IDAI. Jakarta: IDAI.