Bismillah - Alat - Bantu - Dengar Fix
Bismillah - Alat - Bantu - Dengar Fix
Oleh:
Cut Mulya Mutia, S.Ked
NIM: 150611004
Preseptor :
Dr. dr. Indra Zachraeni, Sp.THT-KL (K), FISCM
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayahnya sehingga dapat menyelasaikan tugas ini dengan baik dan lancar. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta
THT-KL RSU Cut Meutia Aceh Utara dan juga untuk menambah ilmu pengetahuan
Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
dalam penulisan sari pustaka ini yang telah membimbing saya dengan tulus ikhlas
dengan segenap keilmuannya selama mengikuti KKS di bagian Ilmu Kesehatan THT-
KL RSU Cut Meutia. Dan rasa terima kasih saya kepada seluruh staf RSU Cut Meutia
yang telah mendukung kami dalam menjalani kepaniteraan klinik senior ini.
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya penulis sangat berharap
kritik dan saran yang membangun. Semoga refarat ini dapat berguna dan bermanfaat
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 2
2.1 Anatomi Telinga..........................................................................
2.2 Fisiologi Telinga..........................................................................
2.3 Gangguan Pendengaran.............................................................
2.3.1 Derajat gangguan gendegaran.............................................
2.4 Alat Bantu Dengar......................................................................
2.4.1 Klasifikasi alat bantu dengar...............................................
BAB 3. KESIMPULAN.................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 32
BAB 1
PENDAHULUAN
dan tuli total (deaf child). Tuli sebagian adalah keadaan fungsi pendengaran
12.000 bayi baru lahir dengan gangguan pendengaran ditemukan setiap tahunnya
Didapatkan juga sekitar 4000 – 6000 bayi dan anak dibawah usia 3 tahun yang telah
melewati tes skrinning, mendapatkan late onset hearing loss, sehingga sekitar 16.000-
18.000 bayi dan anak diidentifikasi menderita gangguan pendengaran setiap tahunnya
yang akan menyebabkan gangguan pendengaran sebagai cacat lahir yang paling
pendengaran, pada semua tingkat tidak berhasil didiagnosis dan ditangani dengan
baik, maka akan dapat berakibat buruk pada kemampuan bicara, bahasa, akademik,
transmisi suara. Gangguan konduktif terjadi karena adanya masalah dengan transmisi
energi mekanik menuju koklea yang melibatkan struktur telinga luar dan telinga
tengah. Gangguan sensori terjadi karena adanya gangguan pada proses transduksi
energi hidrolik ke energi elektrik yang melibatkan koklea. Sedangkan gangguan
pendengaran neural terjadi karena gangguan transmisi sinyal elektrik menuju otak,
habilitasi pendengaran yang akan dikombinasikan dengan terapi wicara atau terapi
beberapa disiplin, antara lain dokter spesialis THT, audiologist, ahli madya audiologi,
ahli terapi wicara, psikolog anak, guru khusus untuk tunarungu dan keluarga
penderita. 4,5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
kemudian gelombang mekanik ini diubah menjadi impuls listrik dan diteruskan ke
gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan dianalisa dan diinterpretasikan.
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari aurikula dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan
dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani.
Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat
ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan
Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius
dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang
dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani.
mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri
telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen
nampaknya mempunyai sifat anti bakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.1,2,3
Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani di sebelah lateral dan kapsul
otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua membrana timpani
terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga,
Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan
berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal. 1,2
stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen yang
membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial
telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian
dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah.
Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh
membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau
struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah
mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke
dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver valsalva atau
Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan
bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun
tulang labirin. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral terletak
membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan
dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran,
dinamakan organ corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sempurna mengisinya,
koklearis. 1,2
cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara
perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam banyak kelainan telinga dalam terjadi
cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merangsang sel-sel rambut labirin
utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak
oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis
yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari
kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus
kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius
internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus
Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat memegang peran yang penting.
Jendela oval dibatasi oleh anulare fleksibel dari stapes dan membran yang sangat
getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada
sisi berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh membran
timpani yang utuh, jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi
gelombang suara. Pada membran timpani utuh yang normal, suara merangsang
jendela oval dulu, dan terjadi jeda sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela
bulat. Namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani
yang cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela
oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat
gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel
rambut pada organ corti, akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran. 1,4
Gambar 5. Organ Corti 1
tengah yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam
membrana basilaris yang akan merangsang sel-sel rambut organ corti, dan koklea
yang bergerak seperti gelombang. Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik
yang akan merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls
saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak,
Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui
telinga luar dan tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang
dihantarkan melalui tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi
tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan jalur yang lebih efisien, namun
adanya defek pada membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan
memutuskan konduksi udara normal dan mengakibatkan hilangnya rasio tekanan
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani
dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke
stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimf pada skala vestibuli
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan
ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel
Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif,
sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli saraf, yang terbagi atas tuli
koklea dan tuli retrokoklea. Sumbatan tuba eustachius menyebabkan gangguan
telinga tengah dan akan terdapat tuli konduktif. Gangguan pada vena jugulare berupa
Antara inkus dan maleus berjalan cabang nervus facialis yang disebut korda
timpan. Bila terdapat radang di telinga tengah atau trauma mungkin korda timpani
terjepit, sehingga timbul gangguan pengecap. Di dalam telinga dalam terdapat alat
sehingga saraf pendengaran rusak, dan terjadi tuli saraf. Setelah pemakaian obat
ototoksik seperti streptomisin, akan terdapat gejala gangguan pendengaran berupa tuli
Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli saraf (sensorineural deafness) serta tuli
campur (mixed deafness). Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara,
disebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar atau telinga tengah. Pada tuli
saraf (perseptif, sensorineural) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus
VII atau di pusat pendengaran sedangkan tuli campur, disebabkan oleh kombinasi tuli
konduktif dan tuli saraf. Tuli campur dapat merupakan satu penyakit, misalnya tumor
nervus VIII (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif).
Jadi jenis ketulian sesuai dengan letak kelainan. Suara yang didengar dapat
dibagi dalam bunyi, nada murni dan bising. Bunyi (frekuensi 20 Hz - 18.000 Hz)
merupakan frekuensi nada murni yang dapat didengar oleh telinga normal. Nada
murni (pure tone), hanya satu frekueni, misalnya dari garpu tala, piano.
Bising (noise) disebabkan antara lain: Narrow Band (NB), terdiri atas beberapa
frekuensi, spektrumnya terbatas dan White Nose (WN), yang terdiri dari banyak
frekuensi.1
Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan
baterai, yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa
Microphone, bagian yang berperan menerima suara dari luar dan mengubah
apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum. Alat bantu dengar
Dalam menentukan suatu alat bantu dengar, seorang audiologis biasanya akan
- Keterbatasan fisik
- Keadaan medis
- Penampilan
- Harga.
Pemrosesan Suara Pada Alat Bantu Dengar
Saat ini sebagian besar alat bantu dengar sudah memakai teknologi digital,
artinya sinyal suara yang ditangkap oleh mikrofon dirubah (konversi) menjadi kode-
bising. Sebagian besar alat bantu dengar saat ini memiliki kemampuan (dalam
memproses) lebih baik dibanding komputer desktop, tidak seperti alat bantu dengar
yang ada di beberapa tahun lalu yang tidak lebih dari sekedar amplifier. 8
dan mengamplifikasi tergantung dari program yang diberlakukan pada alat bantu
dengar yang sesuai dengan kondisi gangguan pendengaran klien. Dengan metode
yang pelan, sedang dan keras. Dengan cara tersebut diharapkan suara yang pelan
dapat terdengar, namun suara yang keras tidak terasa menyakitkan telinga (over
amplifikasi). Dan pemrosesan digital memastikan replika sinyal asal secara presisi
dengan distorsi yang minimal agar menghasilkam kualitas suara yang bagus. 1,9
2.4.1 Klasifikasi Alat Bantu Dengar
a. Analog
Prinsip sistem analog adalah memperkeras suara yang masuk telinga melalui
komponen mekanik dasar yang sederhana. Sirkuit ABD ini telah diatur dari pabrik
sehingga kemampuan pengaturan yang lebih individual sangat terbatas atau kurang
fleksibel. Sistim ini mudah mengalami distorsi, terjadi noise (bising) pada rangkaian
b. Digital
menganalisa suara yang masuk. Setelah suara diamplifikasi, teknologi digital akan
memilih suara yang perlu diteruskan ke dalam telinga dan menyingkirkan suara yang
tidak diharapkan (noise). ABD Sistem digital bisa menerima program komputer
tertentu yang dapat memilih frekuensi yang sesuai dengan kebutuhan. ABD Sistem
digital menjadi sangat fleksibel karena secara otomatis dapat beradaptasi dengan
suara yang keras atau halus, sehingga tidak terjadi perkerasan yang berlebihan.7,10
2. Menurut hantarannya
(konduktif). Biasanya dimanfaatkan pada kasus atresia liang telinga. Selain itu, jenis
ini juga digunakan pada kasus dimana sewaktu-waktu liang telinga terisi cairan yang
berasal dari infeksi telinga tengah. ABD jenis hantaran tulang dibedakan menjadi:
Suara dari luar akan yang ditangkap akan mengaktifkan bone vibrator. Getaran
tulang dihasilkan oleh bone vibrator yang ditempelkan pada tulang mastoid dengan
bantuan ikat kepala khusus, kaca mata, atau plastik mirip bando. Kerugian ABD jenis
ini adalah tidak praktis, penampulan kurang menarik (kosmetik), butuh amplifikasi
besar dan timbul lecet pada kulit yang menempel dengan bone vibrator. Pilihan model
ABD yang mirip jenis saku dihubungkan melalui kabel dengan penggetar
tulang (bone vibrator) yang dapat dipasang dan dilepas melalui sistim sekrup baut
dengan lempengan logam dari bahan titanium yang telah ditanam ke dalam tulang
mastoid melalui tindakan operasi. Hantaran tulang lebih efektif dibandingkan ABD
ABD jenis hantaran udara merupakan ABD yang lebih lazim ditemukan dan
tersedia dalam berbagai bentuk. ABD jenis ini bekerja dengan prinsip mengurangi
jarak dari sumber suara dengan cara meletakkan loudspeaker di telinga penderita. 7,9
3. Menurut bentuknya
Berikut adalah pembahasan beberapa jenis ABD yang ada saat ini:
ABD jenis ini dapat dianggap sebagai ABD jenis terbesar. Mikrofon dan
amplifier berada dalam satu unit berbentuk kotak, sedangkan receiver terpisah dan
berada di liang telinga. Antara kotak (mikrofon, amplifier, dan baterai) dengan
receiver dihubungkan melalui kabel. Biasanya kotak ditempatkan pada saku baju atau
kantung khusus yang digantungkan pada dada. Pada ABD jenis saku penempatan
terpisah ini dimaksudkan agar pengguna dapat leluasa memperbesar output tanpa
Jadi ABD jenis saku ini diperlukan oleh penderita tuli berat atau sangat berat
yang membutuhkan perkerasan bunyi atau output yang besar. Hal ini dianggap
sebagai faktor yang menguntungkan untuk ABD jenis saku. Keuntungan lain adalah
dapat menggunakan baterai silinder biasa (ukuran AAA) yang selain murah juga
ABD ini dipasang pada lekukan daun telinga bagian belakang, dengan mikrofon
mengarah ke depan. Posisi ini cukup baik karena selain selalu mengikuti gerakan
kepala juga menghadap lawan bicara. Suara yang telah diperkeras (output) disalurkan
melalui pipa plastik (tubing) yang terhubung dengan ear mould di concha daun
Dalam hal mencegah bunyi feedback masih sedikit dibawah jenis saku. Sumber
tenaga berupa batere yang bentuknya pipih dan tipis (disc). Penyetelan tombol
pengatur juga relatif lebih mudah dibandingkan ABD jenis lain yang lebih kecil.
ABD jenis ini merupakan alat yang paling baru dikembangkan. ABD jenis ini
kosmetik dari ABD berukuran kecil. Open-fit mini BTE terdiri dari alat BTE yang
kecil, tuba kurus tersembunyi yang berfungsi sebagai pengait daun telinga, dan
receiver yang halus dan tidak sampai menutupi liang telinga. Hasilnya, efek oklusi
yang dialami pasien berkurang, baterai dan amplifier yang lebih baik dibandingkan
tipe yang lebih kecil, tampilan kosmetik yang lebih baik dibanding ABD tipe besar
lainnya, dan pemakaian yang lebih singkat karena tidak memerlukan cetakan personal
ABD jenis ITE ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan BTE. Dipasang
pada bagian concha daun telinga. Komponen ABD menyatu dengan ear mould.
Karena ukurannya yang relatif kecil berarti jarak antara mikrofon dengan receiver
e. ABD tipe kanalis / In The Canal (ITC) & Completely In Canal (CIC)
ABD jenis ini dibedakan menjadi dua macam: ITC dan CIC. ABD jenis ITC
ukurannya lebih kecil lagi daripada jenis ITE. Pemasangan sampai setengah bagian
luar liang telinga. Amplifikasi suara baik untuk frekuensi tinggi, karena dipasang
cukup dalam pada liang telinga. Akan tetapi karena keterbatasan ukuran, hanya
bermanfaat untuk tuli derajat sedang. Selain itu juga terdapat jenis CIC yang
merupakan ABD terkecil dan dipasang pada sisi dalam liang telinga, jadi lebih dekat
dengan gendang telinga. Permukaan luar dilengkapi dengan tangkai plastik untuk
ITC, pengaturan secara manual lebih sulit. Namun hal ini dapat diatasi pada model
BTE, namun dapat juga jenis bone conduction. Manfaat cara ini untuk ABD jenis
hantaran tulang kurang efektif karena tekanan bone vibrator tidak stabil 7,10
dikelompokkan menjadi:
Penggunaan alat bantu dengar sudah menjadi kebutuhan bagi pasien dalam
kategori ini. Pada umumnya alat bantu dengar memberikan hasil yang baik bila
dengan suara sebagai media penerimaan primernya. Pada beberapa kasus pasien
tergantung umur dan berbagai faktor lainnya. Pada kasus yang baik, kemampuan
komunikasi pasien dapat membaik, dan pada kasus terburuk pun, setidaknya alat
bantu dengar masih dapat membantu sebagai warning device. Pasien dengan
gangguan pendengaran jenis ini merupakan kandidat kuat untuk implantasi koklea.
Selain tipe dan derajat ketulian, ada beberapa faktor lainnya yang perlu
1. Umur dan kondisi kesehatan mental dan fisik pasien secara umum
4. Pertimbangan estetik.
alat bantu dengar, maka harus diseleksi spesifikasi alat tersebut. Untuk tujuan ini
telah dikembangkan sejumlah metode dan rumusan. Umumnya tiap prosedur
Setelah itu, klinisi harus menentukan apakah pasien membutuhkan alat bantu
pendengaran pada satu atau kedua telinga. Jika mungkin sangat dianjurkan
Efek bayangan kepala adalah berkurangnya intensitas sinyal dari sisi kepala
yang berlawanan dari lokasi pemakaian alat bantu dengar. Dengan pemakaian
Dengan perbedaan intensitas dan waktu masuknya sinyal ke alat bantu dengar
binaural, penderita dapat dengan lebih mudah menentukan lokasi sumber suara
(lokalisasi).
bising. Hal ini disebut juga sebagai central masking dan dapat bekerja dengan lebih
Sumasi binaural adalah kemampuan otak untuk memproses suara dengan lebih
baik melalui informasi yang repetitif, dalam hal ini melalui sinyal suara yang serupa
dari kedua telinga. Pemahaman yang dianut sekarang adalah jika memungkinkan
pribadi ataupun audiologik, pada beberapa pasien tidak dapat dilakukan amplifikasi
binaural. Dengan demikian perlu dilakukan pemilihan salah satu telinga yang paling
diuntungkan dengan teknik amplifikasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa telinga
yang terpilih adalah telinga dengan diskriminasi bicara yang lebih baik dan dengan
rentang dinamik yang lebih luas. Rentang dinamik adalah perbedaan antara tingkat
sebesar 60-70 dB, atau bila diskriminasi bicara relatif baik dan jika bunyi yang
diperbesar ditoleransi dengan baik, maka dapat dilakukan amplifikasi pada telinga
yang terganggu. Akan tetapi bila telinga yang terganggu tidak memenuhi kriteria
diatas, dapat digunakan alat bantu dengar CROS (Contralateral Routing Of Signals =
Pengalihan sinyal kontralateral). Mikrofon diletakkan pada satu alat bantu sementara
amplifier dan penerima ditempatkan pada alat bantu kedua. Penataan seperti ini dapat
pula diterapkan pada kacamata. Maka sinyal akan dihantarkan dari telinga yang
terganggu ke telinga dengan pendengaran normal. Suatu sirkuit frekuensi radio dapat
digunakan untuk menghantarkan bunyi dari satu sisi ke sisi lainnya. Meskipun alat
bantu dengar CROS hanya sedikit membantu dalam memperbaiki lokalisasi, namun
alat ini kadang terbukti bermanfaat pada beberapa kondisi mendengar suara bising
digunakan bila terdapat gangguan pendengaran yang cukup bermakna pada telinga
yang lebih baik, sedangkan telinga yang lebih buruk tidak sesuai untuk teknik
amplifikasi. Tipe Bi-CROS memiliki mikrofon pada masing-masing alat bantu dan
suatu pemasok bunyi amplifier pada telinga yang lebih baik. 3,4
Setelah itu, klinisi menentukan jenis alat bantu pendengaran yang sesuai dengan
kerugian dari berbagai jenis alat bantu pendengaran, baik dari aspek medis maupun
Alat Bantu Dengar (ABD) adalah Alat suatu perangkat elektronik yang
sehingga si pemakai dapat mendengar lebih jelas suara yang ada di sekitarnya. Pada
komponen baterai. Terdapat berbagai macam jenis ABD: Menurut sistem kerjanya,
menurut jenis hantarannya, dan menurut bentuknya yang memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.
menentukan jumlah alat bantu dengar yang sebaiknya digunakan oleh pasien, baru
beserta kelebihan, kekurangan, dan faktor-faktor lain dari diri pasien. Seringkali ABD
sendiri tidak cukup untuk mengembalikan kualitas hidup pasien secara sempurna..
Recognition & Sound Quality, Probe Tube Measure, dan Subjective Scaling.
DAFTAR PUSTAKA
4. Yetter, Carol J. (2015) A Hearing Aid Primer. WROCC Outreach Site. Western
Oregon University. (www.wou.edu) diakses tanggal 13 Juli 2020.
5. Rahman, Sukri. et al. (2014). Neuropati Auditori. Jurnal Kesehatan Andalas.
(http://jurnal.fk.unand.ac.id) diakses tanggal 13 Juli 2020.
6. Ekberg, K., Grenness, C., and Hickson, L. (2016) Application of the
transtheoretical model of behaviour change for identifying older clients’
readiness for hearing rehabilitation during history-taking in audiology
appointments. International Journal of Audiology. 55(1) 42-51.
7. Peng, Shu-Chen. (2015). Hearing Aids: The Basic Information You Need to
Know pada Scientific Reviewer in Audiology Center for Device and
Radiological Health. (www.fda.gov) diakses tanggal 13 Juli 2020.
8. Keidser, G. and Convery, E. (2016). Self-Fitting Hearing Aids: Status Quo and
Future Predictions. Trends in Hearing. SAGE Publication. 20 (1) 1-15.
9. Mehta, K. et al. (2017). Role of Cortical Auditory Evoked Potentials in
Reducing the Age at Hearing Aid Fitting in Children With Hearing Loss
Identified by Newborn Hearing Screening. Trends in Hearing. SAGE
Publication. 21(1) 1-16.
10. Kimball, Suzanne H. et al. 2015. Hearing Aids (www.medscape.com) diakses
tanggal 13 Juli 2020.