Anda di halaman 1dari 14

Bed Side Teaching

KATARAK SENILIS IMATUR OCULI DEXTRA


SINISTRA

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang

Oleh:
Jelita Mayang Sari, S.Ked

04084822124069

Pembimbing:
dr. H. Alie Solahuddin, Sp.M(K)

DEPARTEMEN/BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Bed Side Teaching


Katarak Senilis Imatur Oculi Dextra Sinistra
Oleh:

Jelita Mayang Sari, S.Ked

04084822124069

Bed side teaching ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang periode 28 Juni s.d. 14 Juli 2021.

Palembang, Juli 2021


Pembimbing

dr. H. Alie Solahuddin, Sp.M(K)

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, Tuhan Yang Maha
Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan bed
side teaching dengan judul “Katarak Senilis Imatur Oculi Dextra Sinistra”. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. H. Alie Solahuddin, Sp.M(K) selaku
pembimbing yang telah membantu dalam penyusunan laporan bed side teaching
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan bed side teaching ini.

Dalam penyusunan laporan bed side teaching ini, penulis menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala
saran dan kritik yang membangun. Akhir kata, semoga laporan bed side teaching
ini dapat berguna bagi banyak orang dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Palembang, Juli 2021

Penulis

3
STATUS PASIEN

1.1. Identifikasi

Nama : Ny. R
Tanggal Lahir : 6 Juni 1950
Usia : 61 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Perumnas Jl. Bom 4 449 Sialang Sako, Palembang
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Sumatera Selatan
Tanggal Pemeriksaan : 01 Juli 2021

1.2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Pandangan mata kabur yang memburuk sejak ± 2 bulan yang lalu.

b. Riwayat Perjalanan Penyakit


Sebelumnya pasien merasakan pandangan kabur pada kedua mata sejak
± 6 bulan yang lalu. Keluhan penglihatan kabur dirasakan terjadi secara
perlahan dan memburuk sejak ± 2 bulan SMRS. Pasien mengeluh ada
pandangan berasap dan silau. Pasien juga merasa lebih nyaman melihat di
tempat redup atau malam hari. Keluhan mata merah, nyeri di daerah kelopak
mata, mata berair-air, kotoran mata, dan rasa mengganjal pada mata
disangkal. Pasien mengaku tidak terdapat keluhan pandangan seperti melihat
pelangi, melihat seperti di terowongan tidak ada, pandangan melihat tirai
tidak ada, dan pandangan melihat benda terbang tidak ada. Keluhan nyeri
kepala, mual, dan muntah disangkal.

4
Pasien merasa keluhan yang dialaminya memburuk sehingga memutuskan
untuk berobat ke RS Mata lalu kemudian dirujuk poliklinik mata RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang untuk diperiksa dan ditatalaksana lebih lanjut.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal.
Riwayat memakai kacamata disangkal .
Riwayat trauma pada mata disangkal.
Riwayat diabetes melitus disangkal.
Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat merokok disangkal.

d. Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga
disangkal.

1.3. Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 85x/menit, reguler
Frekuensi napas : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
Status Gizi : Baik

5
b. Status Oftalmologikus

Okuli Dekstra Okuli Sinistra

Visus 6/24 ph (-) 6/24 ph (-)


Tekanan
14,4 mmHg 16,7 mmHg
intraocular

Kedudukan Ortoforia
bola mata
Gerakan bola 0 0 0 0
mata
0 0 0 0

0 0 0 0

SEGMEN ANTERIOR
Palpebra Tenang Tenang

Konjungtiva Tenang Tenang

Kornea Jernih Jernih

BMD Sedang Sedang

Iris Gambaran baik Gambaran baik


Bulat, sentral, reflek Bulat, sentral, reflek
Pupil cahaya (+), ∅ 3 mm, cahaya (+), ∅ 3 mm,
RAPD (-) RAPD (-)
Lensa Keruh, shadow test (+) Keruh, shadow test (+)

SEGMEN POSTERIOR

6
Refleks Fundus RFOD (+) RFOS (+)
Papil Bulat, batas tegas, Bulat, batas tegas, warna
warna merah normal, merah normal, c/d ratio
c/d ratio 0.3, a:v 2:3 0.3, a:v 2:3
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)

Retina Kontur pembuluh Kontur pembuluh


darah baik darah baik

1.4. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12,4 g/dL 11,7—16,1 g/dL
Eritrosit 4,63 x 106/mm3 4,00—5,70 x 106/mm3
Leukosit 6,61 x103/mm3 4,73—10,89 x 103/mm3
Hematokrit 38% 35—45%
Trombosit 260.000/µL 189.000—436.000/µL
Glukosa sewaktu 103 mg/dL <200 mg/dL
Kolesterol Total 196 mg/dL <200 mg/dL
Kolesterol HDL 46 mg/dL* >55 mg/dL
Kolesterol LDL 116 mg/dL* <100 mg/dL
Trigliserida 152 mg/dL* <150 mg/dL
Ureum 30 mg/dL 16,6—48,5 mg/dL
Kreatinin 0,9 mg/dL 0,5—0,9 mg/dL

2. Pemeriksaan dengan slit lamp


3. Foto fundus
4. Ultrasonography mata

1.5. Diagnosis Banding

7
1. Katarak senilis imatur oculi dextra et sinistra
2. Katarak senilis matur oculi dextra et sinistra

1.6. Diagnosis Kerja


Katarak senilis imatur oculi dextra et sinistra

1.7. Tatalaksana
1. KIE
a. Menjelaskan keluarga pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh
kekeruhan lensa dan ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi
penglihatan pasien.
b. Menjelaskan pada pasien bahwa keluhan mata kabur pada pasien
disebabkan oleh katarak yang timbul kemungkinan dipengaruhi oleh
faktor usia.
c. Menjelaskan rencana terapi yang akan dilakukan yaitu akan dilakukan
terapi pembedahan berupa ektraksi katarak dan akan dipasang lensa
tanam intraocular.

2. Farmakologis
a. Artificial tears ED 1 tetes tiap 4 jam ODS

3. Rencana tindakan pembedahan


Pro ekstraksi lensa + pemasangan IOL ODS (oleh dokter spesialis mata)
a. ECCE (Extracapsular Cataract Extraction)
b. SICS (Small Incision Cataract Surgery)
c. Phacoemulsification

1.8. Prognosis

Quo ad vitam : Bonam


Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

8
ANALISIS KASUS

Ny. R, usia 61 tahun, datang dengan keluhan pandangan mata kabur sejak 6
bulan yang lalu. Keluhan penglihatan kabur dirasakan perlahan-lahan memberat ± 2
bulan SMRS. Pasien mengeluh ada pandangan berasap dan silau. Pasien juga merasa
lebih nyaman melihat di tempat redup atau malam hari. Dari keluhan ini didapatkan
diagnosis banding yang mungkin yaitu katarak senilis matur atau katarak senilis imatur.
Keluhan mata merah, nyeri di daerah kelopak mata, mata berair-air, kotoran mata, dan
rasa mengganjal pada mata disangkal. Pasien mengaku tidak terdapat keluhan
pandangan seperti melihat pelangi, melihat seperti di terowongan tidak ada, pandangan
melihat tirai tidak ada, dan pandangan melihat benda terbang tidak ada. Keluhan nyeri
kepala, mual, dan muntah disangkal.
Berdasarkan hasil anamnesis, didapatkan usia pasien 61 tahun, yang merupakan
faktor risiko untuk terjadi katarak. Dari anamnesis ditelusuri lebih dalam mengenai
keluhan tambahan yang dirasakan pasien dan didapatkan keluhan berupa pandangan
kabur seperti melihat asap yang terjadi karena adanya kekeruhan pada lensa sehingga
menutupi penglihatan dan sering merasa silau. Terjadi kekeruhan lensa yang tidak
merata. Katarak mendispersikan cahaya putih. Cahaya yang masuk difokuskan
terpencar pada retina. Pada katarak senilis, kekeruhan yang terjadi pada bagian nukleus
lensa dapat memberikan gejala berupa kesan melihat lebih jelas pada malam hari
dibandingkan siang karena pupil terbuka lebih lebar sehingga memungkinkan cahaya
masuk melalui bagian perifer lensa.
Pada pemeriksaan oftalmologis, didapatkan visus okuli dekstra dan sinistra
keduanya 6/24 pinhole (-). Penggunaan pinhole tidak akan menaikkan visus pasien
karena pasien memiliki katarak yaitu kelainan anatomi pada lensa pasien. Kelainan
refraksi bisa disingkirkan karena pada pasien tidak dapat perbaikan setelah dilakukan
pemeriksaan visus dengan pinhole. Tekanan bola mata memberikan hasil yang normal.
Pada pemeriksaan segmen anterior okuli dekstra dan sinistra, didapatkan lensa keruh
dan menunjukkan gambaran shadow test (+). Shadow test adalah pemeriksaan
kekeruhan lensa menggunakan senter yang disorotkan oblik dari samping (temporal)

9
ke arah pupil. Pada katarak imatur, shadow test (+) menunjukkan masih ada cahaya
yang masuk karena lensa yang keruh baru sebagian sehingga bayangan iris masih
terlihat pada lensa. Pemeriksaan ini juga dapat menyingkirkan diagnosis banding, yaitu
katarak matur di mana terjadi kekeruhan pada seluruh bagian lensa sehingga tidak ada
cahaya yang masuk sehingga bayangan iris tidak terlihat pada lensa sehingga
menunjukkan gambaran shadow test (-).
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan didapatkan diagnosis katarak senilis
imatur oculi dextra et sinistra. Katarak yang terjadi pada pasien ini diduga akibat proses
penuaan, yaitu katarak senilis. Katarak dapat disebabkan oleh beberapa sebab lain
seperti trauma (yang disangkal pada pasien ini), kongenital (yang juga disangkal dari
ketiadaan riwayat penyakit terdahulu), atau diinduksi oleh obat-obatan seperti steroid.
Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian katarak senilis selain usia adalah
penyakit sistemik seperti diabetes melitus atau hipertensi, riwayat operasi mata
sebelumnya, dan seringnya mata terpapar udara panas atau sinar.
Katarak senilis terjadi akibat edema lensa, perubahan protein, peningkatan
proliferasi, dan kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Terdapat beberapa teori
yang dipercaya menjadi mekanisme timbulnya kekeruhan pada lensa, yaitu:
1. Teori hidrasi : kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa → air tidak
dapat dikeluarkan dari lensa → peningkatan tekanan osmotik.
2. Teori sklerosis : serabut kolagen terus bertambah → terjadi pemadatan serabut
kolagen ditengah → sklerosis pada nukleus lensa.
Secara umum, edema lensa bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak.
Seiring bertambahnya usia, secara alami akan terjadi proliferasi serat-serat lensa dari
arah korteks ke arah nuklear yang pada akhirnya akan menimbulkan kekeruhan lensa.
Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin α dan
β merupakan heat shock protein yang berguna untuk menjaga keadaan normal dan
mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih. Lensa
orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk menggantikan kristalin yang
rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.

10
Karena mengganggu kualitas hidup, katarak yang telah mencapai stadium
imatur dapat dilakukan operasi pengangkatan dan pergantian lensa. Operasi ekstraksi
lensa pada katarak memiliki beberapa tujuan yaitu perbaikan visus, terapi (apabila ada
komplikasi katarak, seperti glaukoma), diagnostik, atau kosmetik. Persiapan operasi
katarak meliputi persiapan kesiapan kondisi fisiologis pasien untuk dilakukan
pembedahan, dengan melakukan konsultasi pada sejawat penyakit dalam dan anestesi
(disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah dan rontgen
thoraks), untuk menilai kelayakan pasien. Selain itu dilakukan pemeriksaan biometri
untuk menentukan antara lain kurvatura kornea, axial length, white-to-white
measurements, dalam hal ini untuk membantu penentuan kekuatan IOL (intraocular
lens) yang akan digunakan. B-scan ultrasonography juga dilakukan sebelum operasi
untuk menilai kelainan segmen posterior bola mata, terutama pada kasus-kasus dengan
kekeruhan media refraksi seperti katarak.
Terdapat beberapa metode operasi katarak yang telah dikenal, di antaranya
adalah ICCE (Intracapsular Cataract Extraction), ECCE (Extracapsular Cataract
Extraction), SICS (Small Incision Cataract Surgery) dan phacoemulsification. Setelah
dilakukan operasi nantinya, pasien dirawat terlebih dahulu untuk memantau komplikasi
yang dapat terjadi. Pasien post-operasi biasa akan mengalami reaksi peradangan akut
yang menimbulkan hiperemis, perdarahan subkonjungtiva, kemosis konjungtiva serta
edema kornea. Komplikasi yang paling ditakutkan dan berbahaya pada pasien post-
operasi katarak, yaitu endoftalmitis. Endoftalmitis adalah sebuah diagnosis klinis yang
dibuat ketika terdapat inflamasi intraokular yang melibatkan baik ruang posterior dan
anterior mata yang berhubungan dengan infeksi bakteri dan jamur. Endoftalmitis
terbagi atas endogen dan eksogen, pada endoftalmitis endogen dapat terjadi akibat
penyebaran bakteri maupun jamur yang berasal dari fokus infeksi di dalam tubuh
terjadi sekitar 2-8%, sedangkan endoftalmitis eksogen sering terjadi oleh karena trauma
pada bola mata (20%) atau pasca operasi intraokular (62%). Adanya kemungkinan
endoftalmitis kronis inilah yang membuat pasien post-operasi katarak harus tetap
kontrol hingga 6 minggu pasca-operasi dan pada waktu yang ditentukan setelahnya.

11
Prognosis keadaan vital pasien ini umumnya bonam karena katarak senilis
merupakan penyakit mata yang tidak mengancam kehidupan, yaitu merupakan
penyakit degeneratif akibat suatu proses penuaan. Prognosis fungsi penglihatan pada
pasien ini dubia ad bonam karena jika pasien dioperasi katarak dengan pemasangan
IOL atau tidak (menggunakan kacamata), maka hasilnya dapat meningkatkan visus.

12
LAMPIRAN

Gambar 1. Pemeriksaan okuli dextra dan sinistra kondisi terbuka.

Gambar 2. Pemeriksaan okuli dextra dan sinistra kondisi tertutup.

Gambar 3. Pemeriksaan okuli dextra. Gambar 4. Pemeriksaan okuli sinistra.

13
Gambar 5. Pemeriksaan slit lamp Gambar 6. Pemeriksaan slit lamp
dan shadow test okuli dekstra dan shadow test okuli sinistra

14

Anda mungkin juga menyukai