Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KEGIATAN PPDH

ROTASI KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

BALAI KARANTINA

PEMASUKAN BURUNG ILEGAL DARI MAKASSAR KE SURABAYA SERTA EKSPOR


DOMBA DAN KAMBING DARI SUMATERA UTARA KE MALAYSIA

Oleh:
CHEPPY APRILIAN S, S.KH.
190130100011082

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PPDH


ROTASI KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

PEMASUKAN BURUNG ILEGAL DARI MAKASSAR KE SURABAYA SERTA EKSPOR


DOMBA DAN KAMBING DARI SUMATERA UTARA KE MALAYSIA

(22 Juni 2020 – 26 Juni 2020)

Oleh:
Cheppy Aprilian S, S.KH
NIM. 190130100011082

Menyetujui,
Pembimbing Penguji

drh. Ani Setianingrum, M.Sc drh. Ani Setianingrum, M.Sc


NIP. 2012018206252001 NIP. 2012018206252001

Mengetahui,
Koordinator Rotasi Kesmavet

drh. Ajeng Erika Prihastuti Haskito, M.Si.


NIP. 198905162015042001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya

Drh Dyah Ayu Oktavianie AP., M Biotech


NIP. 19841026 200812 2 004

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan anugrah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan
(PPDH) rotasi Kedinasan.Selamapelaksanaan koasistensi dan penyusunan laporan ini, penulis
banyak mendapatbantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
drh. Dyah Ayu Oktavianie A.P., M.Biotech, selaku dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya, Dr. drh. Masdiana, C. Padaga, drh., M. App.Sc dan drh. Ajeng Erika Prihastuti
Haskito, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan waktunya,
pemateri yang sudah memberikan ilmunya selama pandemi melalui kegiatan daring, Serta Ayah,
Ibu, Adik, dan Teman-teman atas dukungan kepada penulis sehingga laporan ini dapat
terselesaikan
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurnaoleh karena itu
penulis membuka diri atas segala saran dan kritikan yangmembangun.Akhir kata, penulis
berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis dan semoga laporan Laporan Kegiatan PPDH ini dapat memberikan manfaat serta
menambah pengetahuan tidak hanya bagi penulis tetapi juga bagi pembaca. Amin.

Malang, 26 Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................................iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................vi
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1


1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan ...........................................................................................................1
1.4 Manfaat ..........................................................................................................2
BAB II METODOLOGI .....................................................................................................3
2.1 Pelaksanaan Perkuliahan Secara Daring ........................................................3
2.2 Studi Kasus ....................................................................................................3
2.3 Studi Pustaka Tentang Alur Lalu Lintas Media Pembawa Hama Penyakit
Hewan Karantina (MP HPHK).......................................................................4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................6
3.1 Prosedur Administrasi Lalu Lintas Media Pembawa Hama Penyakit
Hewan Karantina (MP HPHK).......................................................................6
3.2 Kewanangan Dokter Hewan dalam Pelaksanaan Tindakan Karantina 8P
dan Dokumen Karantina yang Menyertainya terhadap Media Pembawa
Hama Penyakit Hewan Karantina (MP HPHK) .............................................7
3.3 Pemeriksaan Dokumen dan Penunjang untuk Peneguhan Diagnosa pada
Media Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina (MP HPHK) .................9
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................11
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................11
4.2 Saran ...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................12
LAMPIRAN ..........................................................................................................................13

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan Rotasi Karantina Daring.................................................................. 3

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan prosedur alur pelayanan komoditas kategori resiko tinggi .................. 4
Gambar 2.2 Alur pelayanan ekspor ..……………………………….................................. 9

vi
DAFTAR SINGKATAN

HPHK : Hama dan Penyakit Hewan Karantina


KTP : Kartu Tanda Penduduk
MP HPHK : Media Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina
Permentan : Peratutan Menteri Pertanian
PPDH : Pendidikan Profesi Dokter Hewan
UPT : Unit Pelaksana Teknis
UU : Undang-Undang
WTO : World Trade Organization
IKH : Instalasi Karantina Hewan
SKKH : Surat Keterangan Kesehatan Hewan
PPK : Permohonan Pemeriksaan Karantina
PHMS : Penyakit Hewan Menular Strategis

vii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemasukan dan pengeluaran produk hewan antar area di dalam wilayah Negara RI
mempunyai volume dan frekuensi tertinggi dibanding jenis media pembawa Hama Penyakit
Hewan (HPHK) lainnya. Hal ini disebabkan karena kebutuhan akan produk hewan sangat
tinggi baik untuk konsumsi masyarakat ataupun kebutuhan industri. Produk hewan terdiri dari 2
(dua) jenis yaitu bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan. Risiko terbawanya HPHK dari
2 jenis Media Pembawa tersebut tentu berbeda tergantung pada proses pengolahan yang telah
dilakukan.Untuk produk hewan yang nantinya akanmenjadi hewan hidup yaitu berupa benih
(semen, ova, embrio dan telur tetas) dan telur SPF memiliki risiko yang lebih tinggi
dibandingkan produk hewan lainnya (BARANTAN, 2017).
Peranan dan fungsi karantina dalam era globalisasi dan perdagangan bebas dewasa
ini semakin dirasakan sangat penting dan strategis dalam perdagangan dunia (International
Trade), yang tidak lagi mengenal batas-batas wilayah antar negara (Borderless Country). Hal
ini dapat menimbulkan mudahnya penyebaran hama penyakit hewan menular dari suatu negara
ke negara lain. Untuk itu Karantina Hewan dituntut harus mampu menjalankan fungsi dan
tugasnya secara professional, mandiri dan lebih modern. Oleh sebab itu Karantina dalam
menerapkan Sanitary and Pythosanitary Agreement (SPS)-WTO terhadap lalu lintas komoditas
pertanian khususnya hewan dan produk hewan ditujukan untuk melindungi kehidupan dari
ancaman bahaya masuknya penyakit zoonosa atau bahan pangan yang tercemar mikroba dan
residu (antibiotika, logam berat, pertisida, dan bahan kimia lainnya) yang dapat berakibat pada
kematian atau gangguan kesehatan manusia atau kesehatan hewan serta kelestarian sumber
daya alam hayati dan lingkungan hidup (Baraniah, 2005).
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4016/kpts/OT.140/04/2013
tentang Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) terdapat 25 jenis penyakit yaitu Avian
Influenza, Rabies, Anthrax, Salmonellosis, Leptospira, Bovine Tuberculosis, Toxoplasmosis,
Brocellosis, Paratuberculosis, Swine Influenza, Nipah, Campylobacteriosis, Cysticercosis, Q
Fever, BSE, PRRS, SE, helminthiasis, IBR, Brucellolis suis, Surra, CSF, Rift Valley Fever dan
PMK. Berdasarkan deklarasi secara internasional oleh OIE tahun 1990, Indonesia dinyatakan
bebas terhadap Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Selain itu, Indonesia juga bebas terhadap
penyakit hewan menular lainnya seperti Rinderpest, penyakit sapi gila, Contagius Bovine
Pleuropneuminie, Demam Lembah Rift (Rift Valley Fever/RVF), Nipah Virus dan penyakit
lainnya. Penyakit endemik pada beberapa wilayah Indonesia juga merupakan suatu ancaman
terhadap wilayah lainnya seperti anthrax, rabies, leptospirosis, brucellosis, toksoplasmosis, dan
lain – lainnya.
Penyebaran kemungkinan masuk dan tersebarnya penyakit tersebut baik dari luar
negeri atau antar area dapat diantisipasi dengan pengawasan dan pemeriksaan oleh pihak
Karantina. Badan Karantina Pertanian membawahi karantina – karantina di seluruh Indonesia.
Karantina adalah barrier pertama dan pertahanan utama (first line defence) negara. Terutama
sebagai pintu masuk dan keluar seperti pos perbatasan, pelabuhan, dan bandara. Salah satunya
Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, Jawa Timur yang terdiri dari Karantina Tumbuhan
dan Karantina Hewan. Berdasarkan latar belakang tersebut peran karantina sangatlah penting
dan merupakan garda terdepan dalam keluar masuknya suatu penyakit asal hewan di Negara
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana peran dan kewenangan dokter hewan di karantina untuk menangani
kegiatan pengiriman kucing persia dari Surabaya ke Bali ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui peran dan kewenangan dokter hewan di karantina dalam
menangani untuk menangani kegiatan pengiriman kucing persia dari Surabaya ke Bali ?
1
1.4 Manfaat
Mahasiswa koasistensi PPDH Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya
dapat memperluas wawasan dan pengetahuan secara teknis peran dan kewenangan dokter
hewan dalam pengiriman kucing persia dari Surabaya ke Bali.

2
BAB II METODE

2.1 Pelaksanaan Perkuliahan Secara Daring


2.1.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat dan waktu pelaksanaan Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) rotasi
kedinasan melalui program WEBINAR yang dilakukan secara daring dilaksanakan pada
tanggal 6-17 Juli 2020.Jadwal kegiatan secara daring dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan Rotasi Karantina Daring
No. Tanggal Materi Pemateri

1. Senin, 22 Juni 2020 Peran Karantina Sebagai garda drh. Agus Sunanto
Terdepan Pencegahan Keluar Kepala Pusat
Masuknya Penyakit di Indonesia Karantina Hewan
serta Status Daerah di Indonesia dan Keamanan
Terkait dengan Penyakit Hewan HAyati Hewan

2. Selasa, 24 Juni 2021 Prosedur Karantina mulai dari drh. Zainal Abidin
Dokumen Karantina, Definisi Balai Besar
dan Klasifikasi HPHK, MP Karantina
HPHK, Prosedur Pemasukan Pertanian Surabaya
dan Pengeluaran Lalu lintas
Domestik, Impor dan Ekspor
3. Rabu, 25 Juni 2020 Peran Dokter Hewan di drh, Hindar
Karantina Panguji, M. Sc
Balai Besar
Karantina
Pertanian Surbaya

4. Kamis, 25 Juni 2020 Informasi SPS dan Pengujian drh. Anes Doni
Laboratorium dalam Rangka Kriswanto, M.Si
Pemeriksaan MP HPHK Kepala Bidang
Karantina Hewan
Hidup “Badan
Karantina
Pertanian”

5. Jumat, 26 Juni 2020 Studi Kasus Pengawasan dan drh. Suryo Irianto
Penindakan (Kegiatan Balai Besar
Monitoring di Cargo, Pelabuhan Karantina
dan Unit Pelaksanaan Teknis Pertanian Surabaya
Karantina Pertanian)

2.1.2 Metode dan Bentuk Kegiatan


Metode kegiatan koasistensi mahasiswa PPDH Rotasi Karantina dilaksanakan secara
daring dengan menggunakan platform VLM.
2.2 Studi Kasus
Pemasukan burung ilegal dari Makassar ke Surabaya dan ekspor domba dan
kambing dari Sumatera Utara ke Malaysia

3
2.3 Studi Pustaka Tentang Alur Lalu Lintas Media Pembawa Hama Penyakit Hewan
Karantina (MP HPHK)
Alur Pelayanan High Risk
Komoditas yang termasuk kedalam media pembawa resiko tinggi (high risk) adalah sapi
indukan/bibit, burung, anjing, kucing dan sebagainya. Alur pelayanan komoditas kategori
resiko tinggi dapat seperti pada Gambar 2.1 berikut

Gambar 2.1 Bagan prosedur alur pelayanan komoditas kategori resiko tinggi

Prosedur pelayanan karantina untuk komoditas dengan kategori resiko tinggi adalah:
1. Pengguna jasa mengajukan permohonan pemeriksaan karantina (PPK) secara online/ manual
dan menyerahkan dokumen persyaratan.
2. Pemeriksaan dokumen lengkap, sah dan sesuai persyaratan.
3. Pemeriksaan fisik/klinis IKHS/TPK.
4. Dilakukan pengasingan, pengamatan, serta pengambilan sampel untuk dilakukan uji
laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium negatif, selanjutnya dilakukan pembebasan.
Alur Pelayanan Ekspor
Pengguna jasa yang akan melakukan ekspor dan atau pengeluaran antar area untuk
hewan, asal bahan hewan, hasil bahan asal hewandan atau benda lain melaporkan kepada
petugas karantina dengan mengisi form permohonan pemeriksaan baik secara langsung ataupun
via online dengan melengkapi dokumen yang telah ditentukan sebagai berikut :
1. Dilengkapi sertifikat kesehatan yang diterbitkan oleh dokter hewan karantina dari
tempat pengeluaran;
2. Surat Ijin Ekspor dari Kemendag (Ternak, daging & jerohan);
3. Surat persetujuan pengeluaran oleh Direktorat Jenderal Perternakan. (bagi yg belum
diatur dlm Permendag no. 24/2011);
4. Surat angkut satwa (CITES) bagi media pembawa yang tergolong hewan liar yang di
terbitkan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Kementerian Kehutanan;
5. Memenuhi persyaratan lainnya yang diminta oleh negera tujuan;
6. Melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan;

4
7. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina ditempat pengeluaran untuk
keperluan tindakan karantina.
Dokumen akan diperiksa kelengkapan oleh dokter hewan yang telah ditunjuk. Apabila
dokumen lengkap maka akan dilanjutkan dengan tindakan karantina (pemeriksaan fisik,
pemeriksaan lab, perlakuan).hewan, asal bahan hewan, hasil bahan asal hewandan atau benda
lain yang lolos atau dinyatakan sehat akan diberi sertifikat kesehatan dan aman untuk masuk
sedangkan yang dinyatakan tidak sehat akan dikembalikan kepada pemilik. Dokumen yang
tidak lengkap akan dikembalikan kepada pemilik agar melengkapi dokumen yang kurang
(Gambar 2.3)

Gambar 2.2 Alur pelayanan ekspor

5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Prosedur Administrasi Lalu Lintas Media Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina
(MP HPHK)
3.1.1 Prosedur Administrasi Lalu Lintas Pengiriman Domestik Burung dari Makassar ke
Surabaya
Dokumen karantina merupakan semua formulir resmi yang ditetapkan oleh menteri
dalam rangka tertib administrasi pelaksanaan tindakan karantina. Bentuk dokumen, jenis
dokumen dan sertifikat karantina hewan menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor
02/Kpts/OT.140/I/2007, terdiri dari :
1. Permohonan Pemeriksaan Karantina/Application For Quarantine Inspection (KH-1)
Surat permohonan pemeriksaan karantina merupakan surat permohonan yang diisi
oleh pemilik atau kuasa pemilik kepada Karantina hewan di daerah asal. Surat
permohonan (KH-1) berisi:
a. Identitas pemilik
b. Dokter hewan karantina setempat
c. Jenis pengiriman berupa hewan, BAH atau HBAH, jumlah, berat, dan ciri-ciri
d. Kota tujuan.
Surat permohonan (KH-1) diisi oleh pemilik atau kuasa pemilik media pembawa.
Formulir ini terdiri atas 3 (tiga) rangkap yaitu:
a. Lembar pertama untuk UPT
b. Lembar kedua untuk pemilik atau kuasa pemilik, dan
c. Lembar ketiga untuk laborat.
Dokumen yang dilampirkan pada KH-1 yaitu sertifikat kesehatan, sertifikat sanitasi,
surat keterangan asal, dan dokumen lainnya. Dokumen yang dilampirkan pada saat
penyerahan KH-1 adalah:
1. Sertifikat Kesehatan yang diterbitkan oleh Dokter Hewan karantina di daerah asal
untuk pemasukan hewan; dan/atau
2. Sertifikat Sanitasi yang diterbitkan oleh Dokter Hewan karantina di daerah asal untuk
pemasukan produk hewan; dan/atau
3. Surat Keterangan Asal untuk media pembawa yang tergolong benda lain; dan/atau
4. Sertifikat Kesehatan yang diterbitkan oleh Dokter Hewan yang berwenang atau
Dokter Hewan yang ditunjuk oleh Menteri dari daerah/tempat asal atau Dokter
Hewan praktek bagi hewan kesayangan untuk pengeluaran; dan/atau
5. Dokumen lainnya seperti : Surat Persetujuan Pemasukan (SPP) untuk pemasukan dari
luar negeri, Bill of Lading (BL)/Airway Bill/CargoManifes; Sertifikat Halal untuk
produk pangan hewani bagi yang dipersyaratkan; CITES untuk satwa yang
dilindungi, SATSL-LN/DN untuk satwa yang tidak dilindungi
Surat Penugasan (KH-2) adalah sebagai Surat Penugasan/Perintah Penugasan kepada
Petugas Karantina Hewan (Dokter Hewan Karantina dan atau Paramedik Karantina) untuk
melakukan pemeriksaan/tindakan karantina. Surat penugasan (KH-2) dibuat oleh Kepala UPT
Karantina Hewan setempat berdasarkan Permohonan Pemeriksaan Karantina Hewan (KH-1).
Hasil penugasan (pemeriksaan atau diagnosa) dilaporkan kepada Kepala UPT setempat untuk
mendapatkan disposisi atau perintah lebih lanjut.
3.1.1 Prosedur Administrasi Lalu Lintas Pengiriman Eksport Domba dan Kambing dari
Sumatera Utara ke Malaysia
Sebelumnya pengguna jasa harus melakukan pengajuan permohonan (KH- 01)
pemeriksaan oleh karantina yang dapat dilakukan melalui PPK Online. Selain itu pengguna jasa
harus melengkapi beberapa dokumen pelengkap. Menurut PP No. 82 tahun 2000, kelengkapan
dokumen untuk pengiriman media pembawa ke luar wilayah Republik Indonesia wajib:
6
a. Dilengkapi sertifikat kesehatan yang diterbitkan oleh dokter hewan karantina di tempat
pengeluaran.
b. Dilengkapi surat keterangan asal dari tempat asalnya bagi media pembawa yang
tergolong benda lain.
c. Melalui tempat – tempat pengeluaran yang telah ditetapkan.
d. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina ditempat pengeluaran
sebagaimana dimaksud dalam huruf c untuk keperluan tindakan karantina.
Selain itu dokumen yang juga harus dilengkapi adalah adalah surat keterangan
kesehatan hewan (SKKH) dari Dinas Peternakan setempat, surat ijin ekspor dari kemendag
(Ternak, daging, dan jeroan), Surat persetujuan pengeluaran oleh Direktorat Jenderal
Peternakan, Surat Angkut Satwa (CITES) bagi media pembawa yang tergolong satwa liar.
Setelah semua berkas lengkap, maka akan dilakukan pemeriksaan fisik, pengambilan sampel
dan uji laboratorium. Jika hewan yang diperiksa dinyatakan sehat maka pihak karantina akan
mengeluarkan KH-11 yaitu sertifikat kesehatan hewan (SKKH) atau Health Certificate (HC)
dan bagi media pembawa yang tergolong Produk asal hewan akan mendapat Sertifikat sanitasi
produk hewan (KH-12) dan yang tergolong benda lain akan mendapatkan surat keterangan
untuk benda lain (KH-13). Apabila media pembawa dinyatakan tidak sehat maka akan
dikembalikan kepada pemilik dan bagi dokumen yang belum lengkap maka pengguna jasa
dapat melengkapi dokumen yang kurang.
3.2 Kewanangan Dokter Hewan dalam Pelaksanaan Tindakan Karantina 8P dan Dokumen
Karantina yang Menyertainya terhadap Media Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina
(MP HPHK)
Pemeriksaan dan pengiriman burung area dari Makassar ke Surabaya merupakan salah satu
kegiatan karantina. Pengiriman burung area domestik nasional dari Makassar ke Surabaya.
Pengiriman ini termasuk jenis pelayanan antar domestik. Media HPHK pada pengiriman ini adalah
hewan dan termasuk ke dalam kategori media dengan resiko tinggi (High Risk). Dan pemeriksaan
pengiriman eksport domba dari Sumatera Utara ke Malaysia Berdasarkan UU No. 16 tahun 1992
pada pasal 9 ayat 1 menyatakan bahwa, setiap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina
yang dimasukkan, dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam, dan atau dikeluarkan
dari wilayah Negara Republik Indonesia dikenakantindakan karantina yaitu dengan melakukan 8P
antara lain:
1. Pemeriksaan
Dokter hewan karantina melakukan pemeriksaan dokumen persyaratan dan
pemeriksaan fisik pada hewan yang akan dilalulintaskan untuk memastikan media pembawa
dalam keadaan sehat dan bebas dari HPHK. Pemeriksaan fisik yang belum mampu untuk
meneguhkan diagnosa, dapat dilanjutkan dengan pengambilan sampel untuk pemeriksaan
laboratorium
2. Pengasingan
Pengasingan dan pengamatan dilakukan dokter hewan pada hewan untuk memastikan
ada atau tidaknya gejala penyakit pada hewan selama dalam tindakan karantina.
3. Pengamatan
Dokter hewan karantina dalam tindakan pengamatan secara otoritas berwenang
menetapkan bahwa hewan karantina tertular HPHK setelah melalui tindakan pengasingan dan
pengujian laboratorium apabila diperlukan dan menentukan tindakan perlakuan terhadap
hewan karantina.
4. Perlakuan
Tindakan perlakuan dilakukan berdasarkan atas pertimbangan wewenang dokter
hewan karantina dalam memberikan pilihan atau tindakan selanjutnya yang harus dilakukan
setelah hasil pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil yang
positif.

7
5. Penahanan
Pihak karantina berhak melakukan tindakan penahanan terhadap hewan karantina
apabila setelah dilakukan pemeriksaan terhadap hewan karantina belum memenuhi
persyaratan karantina (sertifikat kesehatan, surat keterangan asal) atau dokumen yang
dipersyaratkan oleh Menteri lain yang terkait pada waktu pemasukan, transit, dan pengeluaran
di dalam wilayah negara RI ataupun suatu komoditi berpotensi membawa dan menyebarkan
hama penyakit hewan karantina. Lamanya penahanan berbeda-beda sesuai dengan kasus yang
terjadi yaitu antara 1-2 minggu. Pada saat proses penahanan, komoditi harus tetap di
monitoring kondisinya.
6. Penolakan
Tindakan penolakan dilakukan apabila pada hewan karantina tidak memenuhi
persyaratan pada saat pemeriksaan di alat angkut bahwa terdapat HPHK dan OPTK yang
ditetapkan pemerintah. Penolakan juga dapat dilakukan apabila setelah dilakukan penahanan
keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam waktu tertentu tidak dapat terpenuhi.
Dan juga setelah dilakukan perlakuan di alat angkut tidak dapat disembuhkan dari HPHK atau
OPTK.
7. Pemusnahan
Tindakan pemusnahan dilakukan oleh pihak karantina atau dokter hewan terhadap
media pembawa hama dan penyakit hewan yang dimasukan ke dalam atau dimasukkan dari
suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Repbulik Indonesia tertular hama dan
penyakit hewan karantina yang ditetapkan oleh pemerintah, setelah dilakukan penolakan
media pembawa yang bersangkutan tidak segera dibawa keluar dari wilayah Negara Republik
Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan, setelah
dilakukan pengamatan dalam pengasingan, tertular hama dan penyakit hewan karantina.
8. Pembebasan
Pihak karantina melakukan pembebasan apabila setelah dilakukan pemeriksaan dan
pengamatan dalam pengasingan tidak tertular hama dan penyakit hewan karantina, dan setelah
dilakukan perlakuan dapat disembuhkan dari hama dan penyakit hewan karantina serta setelah
dilakukan penahanan ternyata seluruh persyaratan yang diwajibkan telah terpenuhi.
Pembebasan media pembawa untuk pemasukan di dalam wilayah Negara Republik Inonesia
disertai dengan pemberian sertifikat pelepasan, sedangkan untuk pengeluaran dari dalam
wilayah Negara Republik Indonesia disertai dengan pemberian sertifikat kesehatan. Tindakan
pembebasan dan dikeluarkannya sertifikat tersebut dilakukan oleh dokter hewan
karantina.Pemberian sertifikat pelepasan terhadap media pembawa ditujukan kepada dokter
hewan yang berda di daerah tujuan, sedangkan sertifikat kesehatan ditujukan kepada petugas
karantina ditempat pemasukan daerah tujuan. Sertifikat pelepasan dan sertifikat kesehatan
diterbitkan oleh dokter hewan karantina dalam waktu paling lama 24 jam dari waktu
pembebasan.

Komoditi yang akan keluar masuk domestik maupun luar negeri akan melalui proses
administrasi karantina. Dalam proses tersebut akan diterbitkan 17 dokumen legalitas dari karantina,
yaitu:
1. KH – 01 Berita acara serah terima media pembawa hama penyakit hewan karantina dan
dokumen karantina kepada petugas karantina ditempat pemasukan dan/atau pengeluaran.
2. KH – 02 Surat penugasan melakukan karantina hewan
3. KH – 03 Laporan pelaksanaan tindakan karantina hewan
4. KH – 04 Penolakan bongkar.
5. KH – 05 Persetujuan bongkar
6. KH – 06 Persetujuan muat.
7. KH – 07 Perintah masuk instalasi karantina hewan.
8. KH – 08a Surat perintah penahanan.
KH – 08b Berita acara penahanan
8
9. KH – 09a Surat perintah penolakan.
KH – 09b Berita acara penolakan
10. KH – 10a Surat perintah pemusnahan.
KH – 10b Berita acara pemusnahan
11. KH – 11 Sertifikat Kesehatan Hewan
12. KH – 12 Sertifikat Sanitasi Produk Hewan
13. KH – 13 Surat Keterangan Untuk Benda Lain
14. KH – 14 Sertifikat Pelepasan Karantina Hewan
15. KH – 15 Surat Keterangan Transit
16. KH – 16 Berita acara serah terima media pembawa hama penyaki hewan Karantina dan
pelaksanaan tindakan antar dokter hewan Karantina
17. KH – 17 Surat keterangan untuk barang yang bukan termasuk media pembawa hama
penyakit hewan karantina
3.3. Pemeriksaan Dokumen dan Penunjang untuk Peneguhan Diagnosa pada Media
Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina (MP HPHK)
3.3.1 Pengiriman Domestik Burung dari Makassar ke Surabaya
Dalam pengiriman MP HPHK burung lovebird antar area yakni dari Makassaar ke
Surabaya terdapat dokumen-dokumen yang perlu diperiksa oleh petugas karantina atau dokter
hewan karantina. Dokumen persyaratan yang perlu diperiksa sebagai syarat untuk pengiriman
burung tersebut yaitu Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari dinas berwenang di
daerah asal, surat keterangan pengeluaran MP HPHK dari dinas berwenang di daerah asal, hasil
pemeriksaan uji laboratorium jika dipersyaratkan dan identitas pengguna jasa. Dokumen-
Dokumen persyaratan tersebut akan diperiksa oleh petugas karantina sebagai salah satu
tindakan untuk dapat diterbitkannya Sertifikat Kesehatan Hewan (KH-11).
Burung merupakan media pembawa dengan tingkat risiko tinggi dapat terjangkit
penyakit HPHK Golongan I atau Golongan II. Kepmentan 4026/Kpts/OT.140/4/2013 mengatur
tentang penetapan jenis Penyakit Hewan Menular Strategis. Contoh pada kegiatan ini untuk
pemeriksaan media pembawa hewan burung, pengujian yang diprioritaskan untuk dilakukan
yaitu uji untuk penyakit avian influenza, dimana penyakit AI merupakan salah satu penyakit
HPHK golongan 2 yang diprioritaskan untuk dilakukan pengujian karena tergolong dalam
penyakit PHMS. Pengujian laboratorium sebagai tujuan pemeriksaan serta penunjang suatu
diagnosa pada MP HPHK burung dapat dilakukan pemeriksaan secara serologis dan
biomolekuler. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara pengambilan darah yang
nantinya digunakan untuk pengujian Hemeaglutination (HA) dan Hemeaglutination Inhibition
(HI) untuk melihat titer antibodi dan reaksi ikatan antibodi dengan antigen didalam sampel
darah pada burung lovebird. Pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu dapat berupa uji PCR,
sampel untuk uji ini dapat diambil dari hasil swab kloaka atau swab trakea.
3.3.1 Pengiriman Ekspor Domba dan Kambing dari Sumatera Utara ke Malaysia
Dalam kegiatan ekspor domba dan kambing yang bertujuan dimasukkan dari negara
asal Republik Indonesia ke negara tujuan Malaysia guna meningkatkan produksi ekspor
Indonesia. Terdapat dokumen-dokumen yang perlu diperiksa oleh petugas karantina atau dokter
hewan karantina sebelum hewan tersebut diekspor. Media pembawa ekspor dapat dikenakan
tindakan pemeriksaan di tempat–tempat pengeluaran di pelabuhan laut/bandar udara atau
gudang pemilik/IKHS (Instalasi Karantina Hewan). Koordinator fungsional melakukan
pengelolaan penugasan Medik dan Paramedik Veteriner dalam kelompok/individu, dengan
Surat Tugas Kepala Balai atau pejabat yang ditunjuknya, melalui penerbitan form KH-2: Surat
Tugas, yang berisi penugasan dalam unit/tim untuk melakukan pemeriksaan:

1. Kelengkapan dokumen persyaratan karantina negara tujuan dan atau persyaratan


pengeluaran pemerintah Republik Indonesia.

9
2. Keabsahan dokumen persyaratan karantina negara tujuan dan atau persyaratan pengeluaran
pemerintah Republik Indonesia.
3. Fisik komoditas ekspor di lapangan:

• Daerah asal/farm (peternakan, instalasi lain); dan atau


• Tempat pemrosesan (pabrik), unit pengolahan; dan atau
• Tempat pengemasan; dan atau
• Tempat penyimpanan; dan atau
• Pelabuhan pengeluaran;
• Tempat khusus lainnya.

1. Pemeriksaan kebenaran jenis, volume, jumlah media pembawa HPHK (hama dan penyakit
hewan karantina).
2. Pengamatan/pemeriksaan gejala serangan HPHK.
3. Pengamatan/pemeriksaan makroskopis HPHK dan laboratorium. Pada ekspor ini dilakukan
pengambilan serum darah dengan metode Rose Bengal Test (RBT).

10
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan laporan ini yaitu Dokter
hewan karantina memiliki peranan penting dalam pencegahan dan pemberantasan HPHK serta
melakukan tugas pokok dan fungsi di Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP), yaitu
melaksanakan tindakan karantina, 8P yaitu pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan,
penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan. Kewenangan dokter hewan karantina
secara profesi dan otoritas veteriner, yaitu memutuskan hasil tindakan karantina (8P). Pada alur
pelayan karantina hewan dokter hewan telah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Tindakan karantina ini merupakan upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit
hewan dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam
wilayah negara Republik Indonesia.
4.2 Saran
Berdasarkan PPDH rotasi karantina hewan yang sudah dilakukan melalui daring,
maka diperlukan praktek langsung dilapangan untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan yang
sudah diberikan melalui rotasi daring. Praktek dapat dilakukan setelah masa pandemik COVID-
19 berakhir

11
DAFTAR PUSTAKA

[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2004. Lampiran Surat Keputusan Badan Karantina Pertanian
No.344.b/kpts/P.D.670.370/L/12/06 tentang Petunjuk teknis persyaratan dan tindakan
karantina hewan terhadap lalulintas hewan penular rabies (anjing, kucing, kera dan
sebangsanya). Jakarta: Barantan.
Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya. 2020. Profil Dan Struktur Organisasi.
Https://Karantinasby.Pertanian.go.id. [Diakses Pada Tanggal 11 Juli 2020].
Baraniah, Muchtar A. 2005. Peran Karantina Hewan Dalam Mencegah Dan Menangkal Penyakit
Zoonosis. Pusat Karantina Hewan. Jakarta
Kementerian Pertanian RI. 2009. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3238/Kpts/PD.630/9/2009
tentang Penggolongan Jenis-Jenis Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan dan
Klasifikasi Media Pembawa.Berita Negara RI Tahun 2009 Nomor 307. Jakarta: Kementerian
Pertanian RI.
Kementerian Pertanian RI. 2017. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
17/Permentan/Kr.120/5/2017 Tentang Dokumen Karantina Hewan. Jakarta: Kementerian
Pertanian.
Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian. 2017. Pedoman Tindakan Karantina Hewan
Terhadap Pemasukan Dan Pengeluaran Produk Hewan Di Dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia. Jakarta. Badan Karantina Pertanian.

12
Lampiran

13

Anda mungkin juga menyukai