Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012 1

PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


DALAM PENGAJARAN: SURVEI PADA GURU-GURU SAINS SMP DI INDONESIA

Bambang Sumintono, Setiawan Agung Wibowo, Nora Mislan dan Dayang Hjh Tiawa
Fakulti Pendidikan,Universiti Teknologi Malaysia
Skudai 81310 – Johor Bahru
Malaysia

ABSTRAK
Saat ini, informasi dan teknologi komunikasi (ICT) menjadi alat yang sangat diperlukan untuk
belajar, khususnya multimedia komputer dan sumber daya internet. Makalah ini menyelidiki
penggunaan ICT dalam pembelajaran oleh guru sains di sekolah menengah pertama dari berbagai
provinsi di Indonesia. Ada 151 guru yang berpartisipasi dalam studi ini menggunakan metode
campuran, yang mereka diminta untuk mengisi kuesioner dan menjawab beberapa pertanyaan
terbuka. Di banyak tempat, ilmu guru mulai sudah mulai menggunakan ICT dalam pengajaran dan
kegiatan belajar, baik di laboratorium kelas atau komputer, serta penggunaan internet sebagai sumber
belajar. Ada beberapa masalah yang terungkap disebabkan oleh hal-hal teknis (listrik, fasilitas hard
ware, virus komputer) atau yang berhubungan dengan keterampilan dan isu-isu pengelolaan seperti
pelatihan, penyusunan dan penggunaan yang efektif.
Kata kunci: Informasi dan teknologi komunikasi (ICT) untuk belajar, pendidikan multimedia, sumber
belajar internet

ABSTRACT

Currently, information and communication technology (ICT) is becoming indispensable tool for
learning, particularly computer multimedia and internet resources. This paper investigates the use of
ICT in learning by science teachers at lower secondary school from various provinces in Indonesia.
There were 151 teachers who participated in the study using mixed methods, which they were
required to complete the questionnaire and answer several open-ended questions. In many places,
science teachers begun have started using ICT in their teaching and learning activities, either in
classroom or computer laboratory, as well as the use of internet as learning resources. There were
some problems revealed which were caused by technical things (electricity, hard ware facilities,
computer virus) or related to skills and managing issues such as training, preparation and its effective
use.
Keywords: Information and communication technology (ICT) for learning; multimedia education;
internet learning resources

PENDAHULUAN broadcast satelite, video dan komputer. Pada


milenium baru, penggunaan komputer terjadi
Dewasa ini teknologi informasi dan
dengan pesat dalam perkembangan teknologi
komunikasi (TIK) menjadi bagian yang tidak
terkini yaitu multimetida dan internet yang
terpisahkan dalam berbagai aspek kehidupan
memberikan kesempatan luas pada guru dan
manusia. Pendidikan merupakan salah satu
siswa serta memberikan makna baru dalam
aspek yang tidak lepas dari pemanfaatan
pembelajaran.
teknologi sejak dahulu, dimana produk
inovasi yang ada diaplikasikan untuk Dalam bidang pendidikan, TIK
membantu kegaitan belajar mengajar seperti menyebabkan terjadinya pergerakan informasi
radio, tape-recorder, film, televisi, direct tanpa batas yang dapat dilakukan dengan
122
Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012
123

cepat. Hal ini menyebabkan perubahan organisasi sekolah (Tearle dalam Marwan &
mendasar dan penyesuaian dalam hal cara Sweeney, 2010). Tema individu terbagi dalam
mengajar guru, belajar murid, dan manajemen empat faktor yaitu keterbukaan terhadap
sekolah dari yang ada sebelumnya. TIK teknologi, sikap guru, pengetahuan dan
menyebabkan perubahan peran guru yang ketrampilan, dan waktu dan beban kerja guru.
tidak sekedar sebagai sumber dan pemberi Berbagai faktor ini menunjukkan bila terdapat
ilmu pengetahuan, namun menjadikannya satu atau lebih yang tidak mendukung akan
sebagai seorang fasilitator bahkan partner menyebabkan efektivitas integrasi
belajar murid. Disamping potensi yang pembelajaran terganggu malah sampai gagal
memberdayakan, TIK juga perlu persiapan (Abubakar et al., 2008; Marwan & Sweeney,
teknis, pelatihan dan adaptasinya yang 2010).
menjadi tantangan untuk mencapai
Terdapat empat faktor yang berhubungan
keberhasilan yang diinginkan.
dengan proses implementasi yaitu
Tulisan ini merupakan hasil penelitian perencanaan strategis, rasa memiliki, sumber
deskriptif tentang penggunaan TIK oleh guru- daya yang ada dan pengembangan profesional
guru sains di tingkat sekolah menengah (Marwan dan Sweeney, 2010). Bajunid (2008)
pertama (SMP) yang terjadi di berbagai misalnya menulis bahwa ide program Smart
provinsi di Indonesia. Konteksnya adalah School di Malaysia walaupun berasal dari
menjelaskan potensi pembelajaran dengan kelompok yang berpandangan futuristis,
TIK yang telah dimanfaatkan maupun namun proses sosialisasi di kalangan birokrasi
tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh dan sekolah memakan waktu supaya hal
guru-guru sains. tersebut menjadi bagian perencanan strategis
di departmen yang akan
mengimplementasikannya. Keberadaan
Penggunaan komputer multimedia dan sarana dan fasilitas yang disertai dengan
internet dalam dunia pendidikan tidak pelatihan yang terfokus tentunya akan
terbantahkan. Laporan terbaru dari Institute of menguatkan rasa memiliki dan mengubah
Education Sciences (NCES, 2010) pola kerja guru. Riset yang dilakukan Butler
menyebutkan bahwa di Amerika Serikat rata- & Selbom (Marwan dan Sweeney, 2010)
rata sekolah di jenjang dasar dan menengah mendapati bahwa penggunaan peralatan yang
terdapat mempunyai 189 buah komputer terbaharui disertai dengan dukungan teknis
dimana 98%-nya mempunyai koneksi akan terus mendukung guru dalam integrasi
internet. Lebih dari 95% siswa dari usia awal teknologi dalam pendidikan. Lee & Sellapan
sekolah disana sudah menggunakan komputer (1999) yang melakukan analisis fiskal dalam
dengan rasio yang cukup tinggi: 1 komputer hal penggunaan teknologi di sekolah
untuk tiga siswa (NCES, 2010). Di negara mendapati bahwa, rasio komputer dan biaya
berkembang pun inisiatif TIK dalam pembaharuannya menunjukkan beban
pendidikan telah menjadi arah kebijakan finansial yang tinggi kepada sekolah, sehingga
utama, Malaysia misalnya sejak tahun 1999 pola perancangan dan distribusi sumber daya
menerapkan kebijakan ’Smart School’, yang harus didukung sepenuhnya oleh pemerintah.
tidak lain adalah pengintegrasian TIK dalam
Sedangkan dalam konteks organisasi
sistem sekolah secara komprehensif (Puteh &
sekolah, terdapat tiga faktor lain yang
Vicziany, 2004; Abdullah, 2006).
berpengaruh yaitu kepemimpinan, kultur
Menurut Tearle (dalam Marwan & organisasi dan pengalur eksternal (Marwan
Sweeney, 2010) kesuksesan integrasi dan Sweeney, 2010). Puteh dan Vicziany
teknologi pendidikan dalam kegiatan belajar (2004) mendapati bahwa beberapa sekolah
dan mengajar bersifat kompleks dan yang sukses melaksanakan program Smart
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam School di Malaysia, mempunyai karakteristik
konteks sekolah menengah di Inggris yang khas yaitu selain melimpahnya
teridentifikasi tiga tema yang menonjol yaitu dukungan teknis dan sumber daya, juga
segi individu, proses implementasi dan dipimpin oleh kepala sekolah yang berkualitas
Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012
124

yang melaksanakan budaya sekolah yang kualitatif untuk menganalisis jawaban tertulis
terbuka dengan pemanfaatan teknologi. yang diberikan oleh responden, dimana
Sedangkan Abdullah (2006) mencatat bahwa beberapa pertanyaan dalam kuesioner bersifat
implementasi dalam sekolah hal yang tidak terbuka dan juga diberikan ruang untuk
terlepas dari membuat kultur sekolah dan menyatakan pendapat dan tanggapan mereka
kebersamaan dengan pihak lain untuk mengenai pengajaran dengan komputer
menjadikan hal ini menjadi titik trasnformasi multimedia dan internet (Creswell, 1998).
yang kritis dalam integrasi TIK. Disamping itu peneliti juga berkesempatan
untuk bertatap muka dan melakukan diskusi
Pertanyaan berikutnya adalah isi
secara informal dengan beberapa responden di
teknologi seperti apa yang bisa mendukung
berbagai SMPN di Bandung, untuk
inetgrasi ini menjadi sesuatu yang berarti?
mengetahui lebih jauh tentang penggunaan
Kessler (2010) berpendapat, berdasar kajian
TIK dalam pembelajaran.
yang dia teliti terdapat delapan cara dimana
teknologi bisa meningkatkan kualitas Proses pengumpulan data untuk riset ini
pendidikan, yaitu: 1) model dan simulasi yang dilakukan bersamaan dengan pelatihan
lebih baik; 2) global learning; 3) manipulasi perangkat lunak (software) pembelajaran bagi
virtual; 4) penyelidikan dan sensor; 5) guru-guru sains SMP oleh konsultan yang
penilaian yang lebih efisien; 6) multimedia ditunjuk Kementrian Pendidikan Nasional di
dan mendongeng; 7) buku elektronik; dan 8) empat tempat berbeda pada tahun 2009.
permainan perencanaan. Kesemuanya Kuesioner dibagikan sebelum para guru
mengindikasikan bahwa isi dan proses biologi, fisika dan kimia SMP dari berbagai
teknologi harus didasarkan interaktivitas dan provinsi diberikan pelatihan; dari 180
kedekatan dengan lingkungan dan kuesioner yang dibagikan, jumlah yang
pengetahuan siswa. Riset yang dilakukan oleh kembali adalah 151 buah (84%). Tempat
Halim et al., (2005) mendapati betapa disain pelatihan dan pengumpulan data dilakukan di
dan konsep perangkat lunak pendidikan dalam Medan dengan responden dari Provinsi
Smart School yang diteliti banyak Sumatera Utara sebanyak 52 orang; di Solo,
menunjukkan kelemahan yang menyebabkan 37 guru berpartisipasi (dari Provinsi Jawa
guru dan siswa tidak tertarik untuk terus Tengah dan Yogyakarta); di Denpasar, 20
menggunakannya. orang guru IPA terlibat (dari Bali, Jawa
Timur dan Nusa Tenggara Timur); di
Dalam lingkup pemanfaatan internet,
Makassar dimana 43 guru sains meresponnya
Stevens dan Stewarts (2005), mengajukan
(dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
model pembelajaran yang disebutnya
Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua dan Papua
cybercells yang merupakan model
Barat); empat orang guru sisanya adalah dari
pembelajaran kelompok secara aktual dan
SMP di Bandung, Jawa Barat.
virtual. Interaktivitas, disain laman web dan
pola jejaring yang menunjukkan lebih Demografi guru sains yang menjadi
kompleks dibandingkan model klasikal responden adalah 82 orang guru perempuan
menjadi ciri utamanya, sesuatu yang juga (54%) dan 69 orang lelaki. Berdasarkan lokasi
ditawarkan oleh Conrad dan Donaldson sekolah tempat mereka mengajar, 94 orang
(2004). (62%) mengatakan sekolahnya berlokasi di
kota dan 57 guru menyatakan berada di desa.
Dari segi usia, guru pada kelompok usia 40-50
METODE tahun sebanyak 85 orang (56%), 33 orang
Pelitian ini menggunakan gabungan (22%) berada antara 35-39 tahun, sisanya
metoda kuantitatif dan kualitatif (Punch, dibawah 34 tahun (24 orang atau 17%) dan di
2009). Metoda kuantitatif sederhana atas 51 tahun (9 orang atau 6%). Hal ini juga
digunakan saat menghitung jumlah pilihan tercermin dari pengalaman mengajar para
jawaban oleh responden terhadap pertanyaan guru, dimana mayoritas responden adalah
di kuesioner dengan cara ditabulasi dan guru yang berpengalaman lebih dari sepuluh
tahun (99 orang atau 70%). Dari segi
dihitung persentasenya. Sedangkan metoda
Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012
125

kualifikasi akademik 133 orang guru (88%) 1 Apakah anda mempunyai


adalah sarjana, sebelas orang (8%) komputer/ laptop milik
mempunyai ijasah diploma III dan tujuh orang pribadi di rumah?
(5%) lulusan S2. Dari segi pelajaran yang Ya 70 106
diajar, banyak guru menjawab mereka Tidak 30 45
2 Apakah sekolah anda
mengajar lebih dari satu pelajaran, secara
memiliki Lab komputer?
totalnya didapati bahwa 44% responden Ya 95 143
mengajar biologi, 42% guru mengajar fisika Tidak 5 8
dan 13%-nya mengajar kimia. Berdasarkan 3a Jumlah Lab Komputer di
jenis sekolah tempat mereka mengajar, 142 sekolah anda?
orang guru (94%-nya) berasal dari sekolah Satu 83 116
negeri (SMPN), dan 9 orang (6%) mengajar di Dua 11 16
sekolah swasta. Dari segi jumlah siswa, 101 Tiga 1 2
orang guru (67%) menyatakan populasi siswa > Tiga 4 6
di sekolahnya lebih dari enam ratus orang; 3b Jumlah komputer di setiap
dan 50 responden (33%) menjawab jumlah laboratorium?
< 15 18 26
siswa di sekolahnya antara 200 hinga 600
15 – 26 58 83
orang. 27 – 35 11 15
> 35 13 18

HASIL DAN PEMBAHASAN


Mayoritas sekolah yang gurunya menjadi
Bagian pertama dari kuesioner adalah responden (116 orang atau 83% dari sekolah
menyatakan fasilitas komputer yang dipunyai yang mempunyai lab komputer) menyatakan
oleh guru dan sekolah. Sebanyak 106 orang memiliki satu buah laboratorium komputer;
guru (70%) menyatakan mereka mempunyai sedangkan ada 24 guru yang menjawab
komputer/laptop pribadi, 45 orang (30%) memiliki lebih dari satu lab komputer di
lainnya menjawab belum memiliki (Tabel 1). sekolahnya. Pada Tabel 1 terlihat bahwa
Data ini menunjukkan bahwa sebagain besar sebagian besar lab komputer di SMP jumlah
guru sains mampu secara ekonomi memiliki komputernya maksimal 26 buah (dijawab oleh
komputer/laptop; mayoritas guru yang 109 guru atau 76%), hal ini menunjukkan
menjawab belum/tidak memiliki komputer bahwa rata-ratanya dalam pembelajaran di
adalah bertugas di sekolah di desa, namun laboratorium, satu komputer untuk dua orang
tidak dijumpai perbedaan yang mencolok dari siswa, dimana jumlah siswa per kelas
segi usia dan pengalaman mengajar dalam hal kebanyakannya adalah 40 orang. Bila
kepemilikan komputer pribadi. Dalam hal menghitung total secara keseluruhan guru
memiliki laboratorium komputer, 143 orang yang sekolahnya berpartisipasi dalam riset ini,
guru (95%) menyatakan bahwa sekolah maka rata-ratanya nisbah satu komputer untuk
mereka memilikinya; hanya 8 orang guru saja lebih dari sepuluh siswa. Observasi yang
yang menyatakan sekolah mereka belum dilakukan di beberapa SMPN di Bandung
memilikinya, yang semua adalah SMP yang mendapati satu sekolah yang mempunyai
berlokasi di desa. Mengingat 38% guru (57 1200 siswa, maka komputer yang bisa
orang) yang menjadi responden sekolahnya dipergunakan siswa di lab sekitar 40 buah
ada di desa, data ini menunjukkan bahwa (perbandingan 1:30). Kondisi ini jauh dari
kepemilikan laboratorium komputer sesuatu ideal dalam hal penggunaan yang efektif bagi
yang hampir merata di tingkat SMP baik yang siswa, yang juga menunjukkan beratnya beban
berlokasi di kota maupun desa (atau lebih finansial yang harus ditanggung sekolah
tepatnya pada sekolah negeri) di berbagai dalam hal pengadaan, pemeliharaan dan
provinsi yang terlibat. pembaruan komputer bila ingin mencapai
Tabel 1. Fasilitas Komputer Pribadi dan rasio yang ideal bagi pembelajaran dengan
Sekolah (N=151) TIK di sekolah (Lee & Sellappan, 1999).
No Deskripsi % Total
Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012
126

Beberapa komentar yang ditulis oleh Bila ditanyakan lebih detail mengenai
responden menggambarkan tantangan dan kegiatan pembelajaran dengan TIK ini
kesulitan yang dihadapi oleh para guru sains didapatkan berbagai jawaban yang
dalam pembelajaran dengan TIK di sekolah menunjukkan kesulitan dan rintangan yang
seperti di bawah ini: dihadapi para guru di sekolah. Jawaban yang
Kesulitan bukan pada saya tetapi paling banyak disebut adalah sehubungan
kebanyakan dari pihak sekolah yang dengan digital proyektor, dimana 18 orang
belum mampu memenuhi permintaan guru (21% dari guru yang telah melakukan
yang dibutuhkan dalam proses KBM pembelajaran TIK) menyatakannya, seperti
1
(K80 )
jawaban dari empat responden dari Bali,
Karena tidak ada lab komputer maka Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Jawa
pada saat pemakaian komputer, Barat di bawah ini:
ngesetnya lama karena setiap laptop
programnya berbeda (K150) LCD2 dan latop/komputer terbatas (K6)
LCD masih kurang di sekolah (K130)
Dua orang guru dari Sumatera Utara dan Jawa Masih minimnya jumlah proyektor yang
ada di sekolah (K95)
Barat di atas mengilustrasikan dukungan Perangkat proyektor yang kurang
sarana yang diperlukan dalam hal ini. memadai (K148)
Pada Tabel 2 menjelaskan mengenai Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan
tempat guru sains melakukan pembelajaran sarana sesuatu yang vital bagi terlaksananya
dengan TIK, 32 orang (22%) melakukannya pembelajaran dengan TIK, dimana ketiadaan
di dalam kelas, 26 orang selalu di lab proyektor menghambatnya (Puteh &
komputer, dan 19 orang (13%) bergantian bisa Vicziany, 2004; Marwan & Sweeney, 2010).
lab atau di kelas; terdapat 66 orang guru
(46%) yang menyatakan bahwa mereka belum Hal terbanyak kedua (disebut oleh tujuh
melaksanakan kegiatan belajar mengajar orang) yang menjadi halangan menurut para
(KBM) dengan komputer. Guru-guru yang guru berhubungan dengan infrastruktur dasar
sudah melakukan KBM dengan komputer, sekolah yaitu ketersediaan daya listrik.
dalam hitungan per minggu, 35 orang Kesulitan ini disebut oleh berbagai guru dari
melakukanya sekali, 43 pengajar dua kali dan berbagai daerah seperti Bali oleh K10 (”listrik
19 guru lainnya lebih dari tiga kali. tidak cukup dan sering mati”), Jawa Tengah,
K51 (”daya listrik di sekolah kurang
memadai”), Sulawesi Selatan, K133 (”tidak
Tabel 2. Penggunaan Komputer dalam semua kelas ada arus listrik”), dan Sumatera
Kegiatan Belajar mengajar (KBM) Utara, K83 (”daya listrik kurang”). Tentu
akan menjadi penghalang bila keberadaan
No Deskripsi % Total
laboratorium TIK tidak bisa digunakan saat
4a Dimana menggunakan komputer
dalam KBM
daya listrik tidak mencukupi.
di kelas 22 32 Disamping itu beberapa responden juga
di lab komputer 18 26 menyebutkan hal lainnya sehubungan dengan
di kelas dan lab komputer 13 19 kesulitan yang mereka hadapi seperti
Belum/tidak menggunakan 46 66
keterbatasan waktu:
4b Seberapa sering menggunakan Karena sering PBM di kelas yang belum
dalam KBM ada fasilitas multimedia, harus
< 1 kali per minggu 36 35 menyiapkan perangkat dan memerlukan
1 - 2 kali per minggu 44 43 waktu khusus (K41)
3 - 4 kali per minggu 9 9
Masalah pemakaian yang sangat vital
> 4 kali per minggu 10 10 sebab waktu untuk menggunakan

2 LCD adalah singkatan dari Liquid Crystal Display, yang merupakan


teknologi untuk menampilkan tampilan seperti layaknya
1 K80 adalah inisial responden yang mengemukakan pendapat secara monitor/televisi, namun merupakan istilah umum yang digunakan
tertulis di kuesioner yang berada pada nomor urut ke-80 dari daftar untuk menyebutkan digital proyektor seperti disebut oleh responden
yang dimiliki oleh peneliti. K95 & K148.
Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012
127

komputer terbatas sehingga sulit untuk pemahaman guru tentang penggunaan dan
memakai komputer di sekolah (K88) pelaksaan dalam pembelajaran multimedia
Waktu lebih banyak digunakan untuk (Marwan & Sweeney, 2010).
memasang perangkat (alat) multimedia
(K126) Ditanyakan lebih lanjut mengenai
Komputer di kelas kadang error
perangkat lunak (software) yang digunakan
sehingga harus membetulkan dulu, dalam kegiatan KBM dengan komputer
waktu tersisa (K54) tersebut, hanya dijawab dengan jelas 72 guru
(47%): yaitu 45 orang menggunakan
Tiga jawaban di atas menunjukkan fakta
Microsoft Office (word, excel dan power
menarik bahwa pembelajaran dengan TIK pun
point), sebelas guru menggunakan software
perlu persiapan khusus yang lebih banyak
dari perusahaan PesonaEdu 3, enam orang juga
dibanding cara tradisional. Hal ini
menggunakan Macromedia flash dan terdapat
menunjukkan kerumitan tambahan yang perlu
juga satu orang yang telah menggunakan
dihadapi guru sains (Abdullah, 2006). Secara
Physics 101 dan GSCE Biology. Banyaknya
lebih khusus beberapa guru menuliskanya
guru yang menyebut menggunakan Microsof
berhubungan dengan pemilikan komputer dan
Office dalam KBM, karena banyak guru sains
penggunaan perangkat lunak presentasi:
yang juga ternyata mengajarkan mata
Tidak punya komputer sendiri, jadi pelajaran TIK, dan perangkat lunak paket
persiapannya kurang kalau hanya
program Microsoft Word, Excel dan Power
dikerjakan di sekolah saja (K8)
Point merupakan bagian kurikulum yang
Kesulitan dalam program power point diajarkan pada siswa di tingkat SMP untuk
terlalu banyak menggunakan waktu
dalam penyusunannya (K118)
mengolah keterampilan siswa dalam hal
mengetik, mengolah data dan presentasi.
Hal teknis yang juga disebut oleh para Bagi beberapa guru yang telah mahir
guru sehubungan dengan pembelajaran TIK menggunakan Power Point misalnya, maka
adalah kualifikasi alat dan besarnya ruangan kesulitan yang dihadapi menunjukkan hal
kelas, dimana suara yang bisa didengarkan yang berbeda, seperti dinyatakan oleh
oleh murid tidak cukup kuat, satu responden seorang guru di Bali (K18, ”membuat KBM
dari Jawa Tengah menyebutkannya: dalam power point yang lebih menarik”) dan
Suara kurang keras sehingga perlu Jawa Tengah (K49, ”pemberian musik dalam
tambahan pengeras suara (K50) tayangan power point”). Kedua pendapat ini
Kondisi ini menunjukkan bahwa lab atau menunjukkan bahwa ada guru sains yang
kelas tempat digunakannya pembelajaran sudah menggunakan dan tantangan yang
degan TIK memang tidak didisain khusus dihadapi meningkat untuk lebih efektif dalam
untuk itu, sehingga tambahan alat lain supaya pembelajaran dengan TIK ini (Kessler, 2010).
bisa berfungsi seperti yang diinginkan. Bila dilihat jawaban para guru secara
Dua kendala lain yang berhubungan yang spesifik, maka terdapat 33 orang guru sains
disebut oleh responden adalah ancaman (22%) yang telah menggunakan pembelajaran
program virus komputer dan pemahaman dengan berbagai software khsusnya seperti
program. Dua responden dari Bali (K7) dan MS Power point dan PesodaEdu dalam
Jawa Tengah (K21) mempunyai pengalaman pelajaran biologi, fisika dan kimia. Hal ini
serangan virus saat ditanyakan kendala yang pun perlu dilihat lebih jauh, dimana software
pernah dihadapi dalam pembelajaran TIK ini seperti MS Power Point atau Macromedia
(”program kena virus/terhapus”, & ”apabila Flash lebih kepada alat bantu presentasi
kena virus”). Berhubung bahasa dalam pelajaran pada siswa dalam kelompok besar
program perangkat lunak yang dipakai bahasa serperti di depan kelas; hanya 12 orang guru
Inggris, bagi dua orang guru di Sumatera saja yang memang memanfaatkan software
Selatan (K100, ”bahasa pengantar bahasa
Inggris”) dan Sulawesi Selatan (K113, 3Pesona Edu (http://www.pesonaedu.com/)
”kadang bahasa yang digunakan adalah adalah perusahaan lokal yang menyediakan paket
bahasa Inggris”) ini juga bisa menghambat program pembelajaran untuk pelajaran sains
Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012
128

pembelajaran interaktif dalam mengajar sains guru sains, keterampilan mereka


kepada siswa secara individu/kelompok kecil menggunakan komputer dan perangkat
melalui software seperti PesonaEdu atau lunaknya lebih banyak karena belajar sendiri,
GSCE Biology (Halim et al., 2005). yang dijawab oleh 108 guru (71%); sebanyak
33 orang menjawab mendapatkannya melalui
Secara khusus terdapat satu orang guru
pelatihan/kursus komputer (17 orang
dari Sumatera Utara yang menyatakan:
diantaranya menyatakan pelatihan
Program yang dapat saya gunakan dilaksanakan oleh dinas pendidikan); hanya
sangat minim. Tidak dapat menampilkan
sebagian kecil guru (11 orang) yang
gambar-gambar animasi yang
mendukung KBM (K76) belum/tidak bisa menggunakan. Kondisi ini
menggambarkan bahwa guru sains SMP di
Kondisi seperti ini oleh enam orang guru berbagai daerah menunjukkan kemandirian
dijadikan peluang dengan disebutkannya dengan belajar sendiri sesuatu yang berguna
software Macromedia Flash yang dia gunakan bagi pengembangan karir dan profesional
untuk membuat sendiri media pembelajaran mereka yang menunjukkan sesuatu yang
animasi yang menarik bagi muridnya, seperti positif. Hal ini juga menunjukkan besarnya
komentar di bawah ini guru dari Bali dan jumlah guru di tanah air selalu menjadi
Sulawesi Selatan: tantangan pengelolaan bagi pemerintah dan
sekolah untuk menyegarkan pengetahuan dan
Membuat animasi yang kontekstual
sehingga memudahkan pemahaman keterampilan yang perlu dimiliki pendidik
konsep bagi siswa (K4) khususnya dalam penguasaan TIK untuk
Pembuatan animasi khusus macromedia
pembelajaran, karena pada saat yang sama
(K16) berbagai kursus dan pelatihan lain untuk guru
pun harus tetap diberikan. Seorang guru dari
Walaupun hanya beberapa orang saja, namun Sulawesi Tenggara mengilustrasikan hal ini:
ini menunjukkan inisiatif dan kemandirian Perlu latihan khusus tentang
para guru dalam membuat media pembelajaran dengan memanfaatkan
pembelajaran dengan TIK sudah banyak komputer dan multimedia dalam
dimulai di berbagai daerah. pembelajaran sains di sekolah, karena
tidak semua guru mempunyai dasar
Pada saat yang sama beberapa guru yang pengetahuan tentang komputer (K123).
sudah berpengalaman dalam hal ini juga telah
melakukan evaluasi dan memberikan Guru sains dari provinsi lain pun
penilaiannya, seperti dua pendapat responden menyebutkan hal yang sama, seperti guru
masing-masing dari Jawa Tengah dan Papua: dengan inisial K40 dari Jawa Tengah (”belum
ada pelatihan”), K111 dari Sulawesi Selatan
Siswa hanya memperhatikan penjelasan
guru, tidak bisa langsung praktek
(”masih kesulitan dalam membuat bahan
sehingga kalau terlalu sering pembelajaran karena belum pernah mendapat
membosankan (K32) pelatihan khusus”), K144 dari Papua Barat
Tidak tersedianya semua materi/ bahan
(”kurangnya pengetahuan/keterampilan
sajar; guru kurang kreatif untuk berkarya sehingga terkadang tidak dapat
karena tinggal pakai/tinggal putar CD memaksimalkan program tersebut), dan K147
(K146) dari Papua (”kurang lancar karena tidak
pernah dapat pelatihan”). Dengan kata lain
Kedua pandangan ini menunjukkan hasil masih luas kesempatan bagi pihak dinas
refleksi dari frekuensi yang lumayan dalam pendidikan di kabupaten/kota untuk secara
pembelajaran TIK terhadap siswa; disamping spesifik bisa merintis kerjasama dengan
berbagai kelebihan yang bisa dimanfaatkan berbagai pihak seperti tempat kursus
dalam pembelajaran multimedia, juga komputer, perguruan tinggi ataupun individu
beberapa keterbatasannya sudah mulai yang mahir dengan komputer untuk melatih
diketahui. guru-guru sesuai dengan keperluan mereka
Hal yang cukup unik ditampilkan di dalam pembelajaran dengan TIK (Marwan &
Tabel 3, dimana menurut pengakuan para Sweeney, 2010).
Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012
129

Tabel 3. Sumber ketrampilan berkomputer dan Berbagai respon di atas menunjukkan


akses internet bahwa kurang dari sebagian guru sains yang
No Deskripsi % Total berpartisipasi dalam riset ini terbiasa mencari
5 Sumber keterampilan bahan ajar di internet; yang banyak terjadi
menggunakan komputer adalah dengan mengandalkan mesin pencari
Mengikuti Kursus 11 16 informasi seperti situs google. Informasi dan
Pelatihan dari dinas 11 17 pelatihan pencarian bahan ajar di internet
Belajar sendiri 71 108 menjadi sesuatu yang penting untuk diberikan
Belum/Tidak bisa 7 11 pada para guru, sehingga mengefektifkan
menggunakan waktu dan sumber daya dalam pencarian
6 Adakah akses internet di sekolah? informasi. Sesuatu yang tidak terelakan
Ya 72 105
dengan adanya fasilitas internet di sekolah
Tidak 28 46
digambarkan oleh pendapat dari guru di Jawa
7 Menggunakan internet utk bahan Tengah dan Sulawesi Selatan seperti di bawah
ajar? ini:
Ya 52 74
Tidak 48 67 Sebenarnya manfaatnya banyak sekali
karena kita dapat mengakses
pengetahuan yang banyak tetapi kadang
Sehubungan dengan akses internet, 105 disalahgunakan untuk mengakses situs-
situs yang tidak penting bahkan yang
guru (70%) menyatakan bahwa sekolah cenderung bahaya (K44).
mereka menyediakannya dibandingkan pada
46 sekolah lain yang belum memilikinya Pemanfaatan komputer dan internet di
(Tabel 3). Jumlah yang hampir tiga perempat sekolah kami masih bersifat minim,
komputer dan internet hanya digunakan
sekolah mempunyai akses internet
untuk main [games] dan facebook
menunjukkan tingkat inisiatif yang bagus, (K129).
khususnya dari berbagai SMP negeri di
berbagai provinsi. Lebih jauh saat ditanyakan, Kedua pendapat ini menunjukkan potret yang
apakah para guru menggunakan internet bisa terjadi bila penggunaan internet di
sebagai mencari sumber bahan ajar tambahan, sekolah tidak fokus dan tidak menerapkan
sebanyak 141 orang menjawabnya, dimana 74 aturan penggunaan. Berbagi pengetahuan
orang (52%) mengatakan iya dan 67 lainnya tentang situs internet yang bermanfaat dalam
(48%) tidak. Hal ini menunjukkan pembelajaran dan pelatihan model
perkembangan positif lainnya, dimana pemanfaatannya yang tepat juga diperlukan
mayoritas guru sudah memanfaatkan internet sehingga guru sains efektif dalam utilisasinya
untuk memperkaya bahan pelajaran bagi (Stevens & Stewart, 2005; Kessler, 2010).
siswa (Conrad & Donaldson, 2004).
Seorang guru dari Jawa Tengah (K41)
Pertanyaan berikutnya yang bersifat mengukapkan sisi yang berbeda dalam
terbuka mengenai situs internet apa yang pemanfaatan internet yang telah dilakukan di
digunakan untuk mencari bahan ajar, terdapat sekolahnya:
jawaban yang berbeda: 96 guru (64%) tidak
Selama ini pemanfaatan komputer dan
menjawab sama sekali, 32 orang menjawab internet hanya untuk mencari bahan
google dan sembilan guru menyebut tugas mandiri dan kelompok bagi siswa,
wikipedia. Hanya sebagian kecil guru sains belum digunakan sebagai media KBM
yang bisa menuliskan situs yang memang dengan maksimal.
berhubungan dengan bahan ajar seperti: e-
dukasi.net (disebut tujuh orang) yang dikelola Hal ini suatu yang menarik, dimana
oleh Kemendiknas; chem-is-try.org (dua keterbatasan penggunaan di sekolah ternyata
orang) yang merupakan situs yang berbagi juga bisa memberdayakan siswa dalam
informasi tentang ilmu kimia; dan satu orang pemanfaatannya secara langsung untuk
yang menyebut situs pengajaran dunia pembelajaran.
(worldoftecahing.com), dan tim olimpiade Sikap para guru sains dari berbagai
fisika Indonesia (tofi.or.id). provinsi yang berpartisipasi dalam penelitian
Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012
130

ini menunjukkan hal yang positif, misalnya Terdapat beragam kesulitan yang
pandangan seorang guru dari Nusa Tenggara dihadapi guru dalam pembelajaran dengan
Timur yang menulis: TIK, mulai dari aspek teknis seperti
Dengan adanya pemanfaatan komputer kepemilikan komputer oleh sekolah maupun
multimedia dan internet dalam pribadi, daya listrik yang bisa digunakan,
pembelajaran sains, dapat memudahkan ketersediaan proyektor, sampai kepada
guru dalam menjelaskan hal-hal yang serangan program virus yang mengancam
cukup rumit seperti rumus dan bagian-
bagian mahluk hidup serta ruang
efektivitas pengajaran; secara khusus kendala
angkasa. Siswa juga tertarik dengan waktu dalam hal penyiapan bahan ajar
materi-materi pembelajaran tersebut maupun kemampuan bahasa Inggris untuk
karena bersifat interaktif dan mudah memahami program perangkat lunak
dipahami (K20). menunjukkan aspek lain yang harus dihadapi
guru.
Guru lain dari Bali yang telah merasakan
manfaat langsung yang berhubungan dengan Berbagai paket program perangkat lunak
administrasi pembelajaran, menyatakan sudah banyak oleh mayoritas guru, walaupun
pendapatnya: kebanyakannya adalah programn ketrampilan
dasar komputer dalam hal mengetik,
Sangat bermanfaat dalam membantu
guru dalam kegiatan pembelajaran dan mengolah data dan presentasi dengan program
juga membantu guru dalam membuat Microsoft Office. Terdapat beberapa orang
adminisrasi dalam melengkapi guru yang telah memanfaatkan program
perangkat pembelajaran (K9). pengajaran berbasis multimedia baik dari luar
maupun tanah air untuk pengajaran sains, dan
Seorang guru dari Sumatera Utara beberapa malah sudah bereksperimen
(K106) pun mengemukakan keyakinannya membuat media pembelajaran melalui animasi
dalam hal pembelajaran dengan TIK ini: dengan macromedia flash.
Manfaat komputer sangat membantu
dalam mengembangkan bahan ajar; Dalam hal penggunaan internet, banyak
sedangkan pemanfaatan internet bagi guru di berbagai penjuru tanah air yang
siswa sangat baik karena membantu berpartisipasi dalam penelitian sudah
siswa dalam mengembangkan menggunakannya dalam kegiatan
pengetahuan dan kreativitas siswa.
pembelajaran. Paling banyak mereka
menggunakannya melalui mesin pencari
Disamping itu terdapat juga guru yang
google, namun baru sebagian kecil yang
menyatakan keterbatasan potensi yang
konsisten mengakses yang berhubungan
dimiliki sekolah dan harapannya dalam hal
dengan situ pembelajaran.
pembelajaran dengan komputer multimedia
dan internet ini: Penelitian ini juga menjumpai bahwa
Sangat baik. Mohon pemerintah sikap guru terhadap pembelajaran dengan TIK
memfasilitasi sarana dan prasarana di menunjukkan hal yang positif dengan
sekolah-sekolah, juga sering tanggapan bahwa ini meningkatkan
melaksanakan pelatihan-pelatihan ketrampilan mengajar. Pada saat yang sama
software (K69). beberapa guru yang berpengalaman dalam
menggunakan komputer multimedia juga
KESIMPULAN sudah menyadari keterbatasan model
pembelajaran ini dan menjadikannya sebagai
Penelitian ini merupakan riset yang
alternatif pilihan metoda mengajar secara
menyigi tentang penggunaan komputer
klasikal.
multimedia dan internet dalam pembelajaran
pada guru-guru sains di berbagai provinsi di
tanah air. Sebanyak 151 orang guru sains
terlibat sebagai responden yang berasal dari
pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku dan
Papua.
Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012
131

DAFTAR PUSTAKA Kessler, S. (2010). 8 Ways Technology is


Improving Education. Available at:
Abdullah, A.T.S. (2006). Deconstructing
http://mashable.com/2010/11/22/technolo
Secondary Education: The Malaysian
gy-in-education/ [28 July 2011]
Smart School Initiative. 10th SEAMEO
Innotech conference. Pear Hall 15-17 Lee, K.H. and Sellappan, P. (1999). The
November 2006. Fiscal viability of Malaysia’s Smart
School Project. Malaysian Journal of
Abubakar, Z., Kamaruddin, M.I., Ibrahim,
Economic Studies. 36 (2) pp 65-90.
M.A. and Ab Samad, R.S. (2008).
Kemahiran ICT di kalangan guru pelatih Marwan, A. and Sweeney, T. (2010).
IPTA Malaysia (Kemahiran ICT pada Teachers perception of educational
calon guru di universitas-universitas technology integration in an Indonesian
negeri di Malaysia). Shah Alam, polytechnic. Asia Pacific Journal of
Selangor: Arah Publications. Education. Vol 30, No 4. Pp. 463-476
Bajunid, I.A. (ed.). (2008) . Malaysia, from NCES [National Center for Education
Traditional to Smart School; the Statistics]. (2010). Digest of Education
Malaysian Educational Odyssey. Shah Statistics: 2010. Washington D.C.:
Alam: Oxford-Fajar. Intitute of Education Sciences, U.S.
Department of Education. Available at:
Conrad, R. And Donaldson, J.A. (2004).
http://nces.ed.gov/programs/digest/d10
Engaging the Online Learner, activities
[4 Aug. 2011]
and resources for creative instruction.
San Fransisco: Jossey Bass. Punch, K. (2009). Introduction to Research
Methods in Education. Los Angeles:
Creswell, J. W. (1998). Qualitative inquiry
Sage Publishing.
and Research design, choosing among
five traditions. Thousand Oaks: Sage Puteh, M. and Vicziany, A.M. (2004). How
Publications. Smart are Malaysia’s Smart SchoolS?
SEAMEO Conference Bangkok,
Halim, A.H.A., Zain, M.ZM., Wong, S L.
Thailand 5-9 July 2004.
And Atan, H. (2005). The Taxonomical
Analysis of Science Educational Stevens, K. And Steward, D. (2005).
Software in Malaysian Smart Schools. Cybercells, Learning in Actual and
Malaysian Online Journal of Virtual Groups. Victoria, Australia:
Instructional Technology. 2 (2) pp 106- Dunmore Press.
113.

Anda mungkin juga menyukai