Anda di halaman 1dari 36

MODUL PRAKTIKUM

ANALISIS BAHAN ANORGANIK

Tim Penyusun Modul

Ahmad Reza Maulana, S.Pd.

Anisah Nur Khoerunnisa. S.Pd.

Nursuharni, S.Si.

KELAS 12

JURUSAN KIMIA ANALISIS

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 5 BANDUNG


TATA TERTIB
PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN ANORGANIK

1. Siswa harus sudah siap didepan ruang praktikum/laboratorium lima menit sebelum
praktikum dimulai
2. Sebelum praktikum, eksperimen yang akan dikerjakan harus sudah dipersiapkan,
dibuat rencana kerja dan pembagian waktunya, serta latar belakang teorinya harus
sudah dikuasai.
3. Siswa yang oleh guru/instrukturnya dinilai tidak siap, tidak diperbolehkan mengikuti
praktikum.
4. Segala pengamatan ditulis dalam buku catatan lab/jurnal, dan pada lembar laporan
dalam buku penuntun praktikum, jika ada.
5. Setiap kelompok diharuskan membuat satu laporan sementara untuk setiap eksperimen
6. Siswa hanya diperbolehkan menggunakan lab pada waktu praktikumnya sendiri, kecuali
jika mendapat izin dari penanggung jawab praktikum.
7. Di dalam lab, praktikan diharuskan memakai baju praktikum (Jas Lab) dan memakai APD
lengkap seperti masker, sarung tangan dan lainnya.
8. Inventarisasi alat – alat dilakukan pada waktu – waktu yang ditetapkan sebelum dan
sesudah masa praktikum. Alat – alat yang diterima menjadi tanggung jawab
kelompok/masing-masing siswa. Contoh jika ada alat yang pecah atau hilang.
9. Selama praktikum harus dijaga ketenangan dan kebersihan.
10. Selama kegiatan praktikum tidak boleh makan, minum, atau menggunakan HP didalam
lab terkecuali untuk kebutuhan dokumentasi.
11. Pelanggaran tata tertib akan mengakibatkan dalam sangsi akademis.
PETUNJUK KERJA
DIDALAM LABORATORIUM
A. PERSIAPAN
1. Sebelum praktikum dimulai buatlah jurnal pratikum yang berkaitan dengan
praktikum yang akan dilakukan. Isi dari jurnal tersebut diantaranya mulai dari Judul
Praktikum, Tanggal Praktikum, Tujuan, Prinsip, Dasar Teori, MSDS, Alat dan Bahan,
Persamaan Reaksi dan Perhitungan, Prosedur kerja beserta skema pembagian waktu
kerja (dibuat bagan alir), Data Pengamatan (untuk laporan sementara) dan terakhir
Daftar Pustaka
2. Alat yang akan digunakan diatur rapi dimeja praktikum masing-masing dan juga
persiapkan alat alat dan bahan yang mungkin tidak disiapkan oleh lab dan harus
disediakan atau di bawa oleh masing-masing siswa.
3. Sebelum praktikum dimulai sebaiknya hal-hal yang belum jelas sebaiknya ditanyakan
kepada guru/instruktur
4. Jangan lupa setiap siswa membawa buku timbang untuk keperluan mencatan
selama penimbangan zat. Jika tidak membawa buku timbang maka siswa tidak
diizinkan untuk mengikuti praktikum

B. SELAMA PRAKTIKUM
1. Bekerjalah dengan tenang, rapi, hati – hati, teliti, bersih dan hemat, tetapi juga
cepat dan lebih teliti dari yang diperlukan menurut keadaannya.
2. Ingat kepentingan teman – teman sepraktikum. Kembalikan botol yang
digunakan segera ke tempatnya supaya mudah dicari; jangan merebut botol yang
sedang diperlukan orang lain. Sebaliknya, jangan terlalu lambat bekerja sehingga
terpaksa orang menunggu lama, sabar menunggu giliran menggunakan sesuatu yang
diperlukan bersama. Jangan membahayakan orang lain karena api, cara pemanasan
larutan dan sebagainya
3. Berbicara seperlunya dan tidak terlalu keras apalagi berisik
4. Jika mengambil reagen, tutup botol harus segera dipasang kembali untuk
menghindari kekeliruan yang dapat merusak kemurnian isi botol (kontaminasi).
5. Bahan-bahan yang pekat jangan langsung dibuang ke saluran atau bak, tetapi
diencerkan dulu dengan air kran. Setelah membuangnya, bukalah kran secukupnya
untuk menghilangkan daya bahan – bahan pekat tersebut.
6. Kertas saring dan benda padat lain harus dibuang ke tempat sampah atau tempat
yang disediakan. Meja yang menjadi basah/kotor harus dibersihkan
7. Jika suatu reagen diperlukan oleh banyak orang, carilah pekerjaan lain sehingga
waktu tidak terbuang untuk menunggu (dalam hal ini perlu dibuat rencana
pembagian waktu yang fleksibel dan harus diketahui betul – betul bahan yang akan
dipakai).
8. Catatan – catatan pengamatan harus singkat, tegas tetapi jelas dan lengkap. Catatan
yang panjang lebar dapat menghilangkan gambaran tentang isi keseluruhan
9. Gunakan waktu yang luang untuk menyusun laporan praktikum (menyalin dari
konsep laporan, perhitungan – perhitungan, dan sebagainya)

C. SELESAI PRAKTIKUM
1. Bersihkan alat – alat, meja dan lain sebagainya
2. Aturlah botol – botol, tempat duduk, alat-alat gelas, dan lain-lainnya simpat
ketemaptnya danrapihkan Kembali
3. Periksa apakah tidak ada kerusakan, jika ada segera laporkan pada asisten hal
tersebut
4. Tunggulah ditempat masing – masing, asisten akan mengumpulkan buku jurnal dan
memeriksa keperluan alat-alat dan meja praktikum
LANDASAN TEORI

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa parameter wajib dan
parameter tambahan. Parameter wajib merupakan parameter yang harus diperiksa secara
berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sedangkan parameter
tambahan hanya diwajibkan untuk diperiksa jika kondisi geohidrologi mengindikasikan adanya
potensi pencemaran berkaitan dengan parameter tambahan. Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi tersebut digunakan untuk pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan
sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian. Selain itu
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku air minum.

Tabel 1 berisi daftar parameter wajib untuk parameter fisik yang harus diperiksa untuk
keperluan higiene sanitasi.

Tabel 2 berisi daftar parameter wajib untuk parameter biologi yang harus diperiksa
untuk keperluan higiene sanitasi yang meliputi total coliform dan escherichia coli dengan
satuan/unit colony forming unit dalam 100 ml sampel air
Tabel 3 berisi daftar parameter kimia yang harus diperiksa untuk keperluan higiene
sanitasi yang meliputi 10 parameter wajib dan 10 parameter tambahan. Parameter tambahan
ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dan otoritas pelabuhan/bandar udara.
Pengambilan contoh air (water sampling) merupakan salah satu bagian yang tak
terpisahkan dari system pengukuran kualiatas air, yaitu untuk mendapatkan data kualitas air
yang akurat dan valid. Untuk mendapatkan data hasil pengukuran yang valid (refresentatif)
diperlukan :

1. Contoh air yang representative


2. Metode analisis dengan tingkat akurasi dan presisi yang dapat diterima
3. Peralatan dan instrumentasi yang terkalibrasi
4. Sumber daya manusia (analisis ataua laboran) yang dibekali dengan pengetahuan
dan keterampilan memadai

Penegrtian contoh air yang representative adalah contoh air yang komposisinya sama dengan
komposisis badan air(sungai waduk, laut dan sumur) yang akan diteliti kualitasnya. Jika contoh
air yang akan dianalisis adalah contoh air yang karakteristiknya telah berubah dari karakteristik
asalnya (badan airnya) maka ketika analisis dilaboratorium data yang diperoleh adalah data
yang tidak sama dengan kualitas badan air tersebut, sehingga data yang diperoleh tidak
representative sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam membuat kesimpulan tentang
kualitas badan air tersebut, yang selanjutnya akan menimbulakan kesalahan yang lebih jauh,
yaitu kesalahan dalam mengambil kebijakan yang akan diteraapkan dalam rangka pengelolaan
kualitas air tersebut.

Maksud dan tujuan pengambilan contoh air adalah mengumpulkan volume air dari
badan air yang akan diteliti kualitasnya dengan volume sekecil mungkin tetapi karakteristik dan
komposisisnya masih sama dengan karaakteristik badan air tersebut. Untuk mendapatkan
contoh air yang refresentatif diperlukan beberapa persyaratan diantaranya :

1. Pemilihan lokasi yang tepat


2. Teknik pengambilan contoh
3. Metode pengawetan contoh
PROSEDUR DAN CARA PENGAMBILAN
SAMPEL AIR BERSIH
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Siswa dapat memahami pengambilan sampel air bersih dengan baik dan benar
B. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
Jerigen dan alat yang susai dengan Bahan yang digunakan untuk
SNI pengawetan disesuaikan dengan
table diatas

C. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Tentukan lokasi pengambilan contoh air sesuai yang disarankan dalam SNI
2. Tentukan Teknik pengambilan contoh air yang digunakan
3. Persiapkan dari mulai alat pengambilan contoh air, botol/ wadah contoh air,
persiapan tempat/box untuk pengangkutan sampel air, pereaksi dan peralatan
untuk mengukur parameter lapangan dan pereaksi untuk pengawetan contoh air
4. Siapkan label untuk contoh air
a. Nama contoh air
b. Lokasi pengambilan
c. Waktu pengambilan (jam dan tanggal pengambilan)
d. Metode pengawetan yang dilakukan sesuai dengan masing-masing tujuan
yang akan dianalisis kualitas air nya
e. Kondisi badan air dan kondisi metereologi (banjir, hujan, dll)
5. Lakukan pengambilan sesuai petunjuk yang ada di SNI dengan memperhatikan
komposisis yang diambilnya (misalkan volume dan sebagainya)
6. Lakukan pengawetan sesuai tujuan masing-masing penetapan atau pengujian
kualitasnya

D. Data Pengamatan/laporan sampling dibuat terpisah dikertas HVS A4 dengan


Format (sifat individual)
a. Identifikasi contoh air untuk apa tujuannya
b. Tanggal pengambilan
c. Waktu pengambilan
d. Nama petugas pengambil contoh air
e. Nilai parameter yang diukur dilapangan (yang bisa dilakukan saja semisal uji
organoleptis) untuk sisanya di laboratorium dilakukannya
f. Analisa yang diperlukan
g. Jenis contoh (misalkan contoh, contoh split, duplikat atau blangko)
h. Komentar, pengamatan dan dokumentasi dari awal sampai akhir

** catatan : untuk sampling bisa berbarengan dengan satu TIM praktikum nya
PEMERIKSAAN AIR BERSIH

SECARA FISIKA

A. METODE PRAKTIKUM
Suhu (metode pemuaian dengan temperature), warna (perbandingan warna secara
visual), Bau (Organoleptik), Rasa (organoleptic), kekeruhan (tabung nesler turbidimetri)
B. PRINSIP PRAKTIKUM
1. Suhu
Pada umumnya pengukuran suhu dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam termometer air raksa yang baik kualitasnya paling sedikit
termometer tersebut harus mempunyai tanda garis setiap strip kecil 0,10C. Tanda
harus digoreskan pada gelas kapiler. Termometer harus mempunyai kapasitas
termal yang minimal memungkinkan tercapainya keseimbangan yang cepat. Hasil
dilaporkan pada derajat yang terdekat.
2. Warna
Warna air ditimbulkan oleh ion-ion logam terutama besi dan mangan,
humas dan susunan tanah, plankton, ganggang dan limbah industri. Warna ini dapat
berasal dari bahan padat atau tersuspensi, tetapi dapat juga berasal dari larutan.
Warna diukur berdasarkan perbandingan sampel air dengan warna standar.
Kekeruhan menjadi pengganggu dalam analisa ini. Meskipun sangat sedikit,
kekeruhan dapat menyebabkan warna yang terlihat akan lebih tua daripada
warna yang sesungguhnya. Warna air sangat tergantung pada pH dan secara tidak
teratur warna akan bertambah bila pH naik.
3. Bau
Alat untuk menguji bau yang paling pokok adalah dengan menggunakan hidung.
Pengujian terhadap bau dilakukan untuk memperoleh suatu gambaran secara
kuantitatif dan mendekati pengukuran kiantitatif dari intensitas bau.
4. Rasa
Rasa seperti halnya bau, merupakan salah satu rangsang kimia. Hanya ada empat
sensasi rasa asli yaitu: asam, manis, asin, dan pahit. Garam organik terlarut dari
tembaga, besi, mangan, kalium, natrium, dan seng dapat diketahui dengan cara
mengecap. Kadar yang dapat menimbulkan rasa berkisar dari beberapa
persepuluhan sampai beberapa ratus miligram. Pengujian ras hanya dilakukan
pada sampel yang diketahui jelas aman untuk ditelan (air minum).
5. Kekeruhan
Air yang jernih diperlukan untuk keperluan rumah tangga dan industri.
Kekeruhan dalam air terjadi oleh bahan-bahan yang tersuspensi misalnya tanah
liat, lumpur, bahan-bahan organik dan anorganik yang halus, serta plankton dan
mikroba. Sampel harus segera diperiksa, jika ditunda sampel harus disimpan
ditempat yang gelap dan diperiksa sebelum 24 jam. Lebih dari itu akan terjadi
perubahan kekeruhan. Tingkat kekeruhan sampel dibandingkan dengan deret
standar, sehingga didapatkan warna yang sama antara bahan dengan deret
standar.Dalam analisa ini, yang menjadi pengganggu adalah :
a. Serpihan-serpihan dan endapan kasar yang cepat mengendap.
b. Peralatan gelas yang kotor, adanya gelombang udara serta pengaruh
pengorokan yang mengganggu penglihatan pada permukaan sampel, akan
memberikan hasil yang palsu.
c. Adanya warna sejati yaitu warna air yang terjadi karena substansi
terlarut yang mengabsorbsi cahaya akan menyebabkan pengukuran
kekeruhan menjadi rendah.
C. KADAR NORMAL
1. Suhu : Maksimum yang diperbolehkan sesuai dengan suhu udara.
2. Warna : Maksimum yang diperbolehkan 50 unit skala pt-co
3. Bau : tidak berbau
4. Rasa : tidak berasa
5. Kekeruhan : kadar minimu yang dapat diukur (1) 0-150 unit skala silica (C 2O2), (2)
yang dianjurkan 5 unit kali maksimum 25 unit.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Suhu : alat yang digunakan adalah thermometer raksa dan labu Erlenmeyer
2. Warna : corong, botol transparan, standar warna
3. Bau : semua peralatan dari gelas harus bebas bau. Jangan menggunakan tutup gabus
atau plastic, juga bejana yang mempunyai mulut sempit
4. Rasa : beaker glass, alat pengecap (lidah)
5. Kekeruhan : rak tabung Nessler, pipet volume 100 ml dan 50 mL, pipet ukur 1 ml dan
2 ml, gelas kimia, silika sebagai standar kekeruhan 1 gram dalam 1 liter, 1ml=1mg
SiO2 (kalua endapan sudah besar-besar diganti) dan alat turbidimeter
E. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Suhu
a. Sampel air dituangkan ke dalam labu Erlenmeyer.
b. Masukan thermometer
c. Tunggu 1-2 menit
d. Dibaca dan dicatat suhunya (waktu membaca suhu, temperature harus tetap
dalam air)
e. Hasilnya dilaporkan dengan memakai satuai 0C
2. Warna
a. Satu buah diisi dengan larutan standar (aquadest) kemudian dimasukkan
kedalam lubang yang warnanya bervariasi (standar warna).
b. Tabung yang lain diisi dengan sampel secukupnya, dimasukkan pada lubang yang
berwarna putih
c. Warna sampel dicocokkan sampai didapatkan warna yang sama antara standar
dengan warna sampel
d. Hasil dibaca dengan menggunakan satuan unit
3. Bau
a. Hindarkan stimulum-stimulum bau dari luar seperti yang disebabkan karena
merokok dan makan sebelum pengujian test atau stimulasi-stimulasi bau yang
disebabkan oleh bau sabun, parfum dan shaving lotion.
b. Sampel dimasukkan kedalam wadah mulut sempit bebas bau.
c. Sampel dibaui
d. Kalau kurang jelas sampel dipanaskan pada 400C
Keterangan
a. Berbau/ tidak berbau.
b. Bau spesifik zat-zat tertentu yang sudah umum antara lain: Alkohol,
Minyak, Kaporit, Tanah, dan lain-lain
4. Rasa
Sampel dirasakan oleh penilai dengan cara memasukkan sampel tersebut kedalam
mulut, ditahan beberapa detik dan dikeluarkan tanpa menelan airnya. Dicatat,
apakah rasa dapat dikecap dari sampel yang diperiksa tersebut.
5. Kekeruhan
a. Disiapkan alat-alat yang sudah dibilas dengan aquadest 3 kal
b. Dengan menggunakan pipet dipipet 100 ml bahan kemudian dimasukkan
kedalam tabung nessler volume sebanyak 5 tabung Nessler
c. Dipipet 100 ml aquadest, dimasukkan kedalam tabung nessler, dilakukan
untuk 5 tabung nessler.
d. Kelima tabung yang berisi 100 ml aquadest ditambahkan larutan Standar
sebanyak 0,1 ml, 0,5 ml, 1 ml, 1,5 ml, 2 ml, ......., dan seterusnya
e. Dikocok, lalu dibandingkan kekeruhannya dengan deret standar.

Menggunakan turbidimeter

a. Kalibrasi alat turbidimeter


1. Hidupkan alat turbidimeter
2. Lakukan kalibrasi dengan menggunakan larutan standar kekeruhann yang
sudah ada bersama dengan alat tersebut atau menggunakan larutan standar
kekeruhan dibawah ini :

No Vol. lar. Standar kekeruhan Volume Aquades Kekeruhan NTU


NTU
1 1 ml 99 4
2 5 95 20
3 10 90 40
4 20 80 80
5 25 75 100
6 50 50 200
3. Tabung kekeruhan yang telah bersih dan kering dibilas dengan larutan
standar kekeruhan yang akan diukur kemudian tabung tersebut disimpan
pada alat turbidimeter. Selaanjutnya dibaca nilai kekeruahn yang
ditampilkan oleh alat tersebut. Jika nilai kekeruahn yang dibaca alat otidak
sesuai dengan kekerihan sebenarnya maka putar tombol pengatur kalibrasi
sampai diperroleh nilai kekeruhan yang sesuai
4. Untuk kekeruhan contoh air yang jernih, maka digunakan larutan standar
kekeruhan yang kecil untuk kalibrasinya, sebaliknya untuk pengukuran
contoh air yang keruh digunakan larutan standar kekeruhan yang tinggi yang
mendekati dengan kekeruhan contoh air.
b. Pengukuran contoh air
a. Contoh air dikocok dengan sempurn, kemudian dibiarkan sampai
gelembung udara menghilang. Kemudian contoh air dimasukan kedalam
tabung kekeruhan yang bersih dan kering. Jika perlu tabung kekeruhan
dibilas dengan contoh air
b. Kemudian tabung contoh air disimpan pada alat turbidimeter, dan baca
kekeruhan yang ditampilkan didisplay alat tersebut.
c. Jika kekeruhan air lebi tinggi dari kemampuan alat, maka contoh air
diencerkan dengan aquades bebas kekeruhan (aquades) kemudian hasil
pembacaan kekeruhan dikali dengan factor pengenceran.
PEMERIKSAAN AIR BERSIH
SECARA KIMIA
A. METODE PRAKTIKUM
Kertas pH/indicator pH
B. PRINSIP PRAKTIKUM
Penentuan pH sangat penting untuk setiap kegiatan sanitasi. Dalam
penyedian air bersih pH merupakan faktor penting dalam proses koagulasi,
desinfeksi, pelunakan air dan pengawasan korosi pada system distribusi. Pada
pengolahan air limbah industri secara biologik. PH harus dijaga supaya sesuai
dengan pertumbuhan optimal kuman yang dipergunakan.
Sampel diluapkan sampai kering pada cawan yang telah diketahui bobot
konstannya. Hasilnya ditetapkan berdasarkan selisih antara diketahui dengan
pengurangan buat sisi penguapan dan cawan kosong.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : Beaker glass, cawan penguap, pipet volume, waterbath, penangas air,
open, eksikator, tissue
Bahan : pH indikator
D. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Sampel dituangkan pada gelas kimia
2. Kertas pH dimasukan kedalam (dicelupkan) sampel
3. Cocokan dengan warna standar

SISA KERING

1. Cawan penguap kosong dimasukkan kedalam lemari pengering pada suhu


105- 1100C selama 1-2 jam.
2. Dinginkan dalam eksikator.
3. Ditimbang
4. Diulangi lagi (sampai selisih penimbangan tidak lebih dari 0,01 gram),
timbang sampai konstan (A) gram.
5. Diambil 100 ml air/ sampel dengan volume pipet, dimasukkan pada cawan
petri yang telah diketahui beratnya. Dipanaskan di atas waterbath.
Setelah kering dimasukkan kedalam oven bersuhu 105-1100C 1-2 jam.
Dinginkan pada eksikator, ditimbang sampai konstan (B) gram.
E. PERHITUNGAN
PENENTUAN

ASIDITAS DAN ALKALINITAS

A. METODE PRAKTIKUM
Menggunakan Penetralan Asam Basa
B. PRINSIP PRAKTIKUM
Asiditas atau alkalinitas dalam air dinetralakan dengan basa NaOH atau asam HCl/H 2SO4
menggunakan indicator PP dan meil merah
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : labu Erlenmeyer 250 ml, gelas kimia, buret 50 ml, pipet volume 10 ml, pipet tetes
Bahan : NaOH 0.1 N dan asam oksalat 0.1 N, larutan HCL 0,1 N, indicator PP 1%,
indicator metil merah 0,1%, larutan natrium tetra borat 0,1 N
D. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Standarisasi NaOH 0,1 N dengan asam oksalat 0,1 N
a. 25 ml asam oksalat dimasukan kedalam Erlenmeyer
b. Ditambahkan indicator PP 1% sebanyak 1-2 tetes
c. Dititrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari jernih menjadi
merah muda
2. Standarisasi larutan HCL 0,1 N
a. 25 ml natrium borat 0,1 N dimasukan kedalam Erlenmeyer
b. Ditambahkan indicator metil merah 0,1 %
c. Dititrasi dengan HCL 0,1 N sampai cairan berubah warna dari kuning menjadi
jingga
3. Pengukuran asiditas dan alkalinitas
a. Masukan 100 ml contoh air kedalam labu Erlenmeyer, tambahkan beberapa
tetes indicator PP 1%
b. Amati perubahan yang terjadi. Jika warna air tetap tidak berwarna, lakukan cara
kerja untuk asiditas. Jika terjadi perubahan warna air merah (merah muda),
lakukan cara kerja untuk alkalinitas
c. Asiditas
1) Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai cairan berwarna merah muda. Catat
banyaknya larutan NaOH 0,1 N yang digunakan (misalkan p ml)
2) Tambahkan beberapa tetes indicator metil merah 0,1%
3) Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan berubah warna dari kuning
menjadi jingga (orange). Catat larutan HCl yang digunakan (misalkan m
ml)
d. Alkalinitas
1) Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan berubah warna dari merah
atau merah muda menjadi tidak berwarna. Catat banyaknya larutan HCl
0,1 N yang digunakan (misalkan p ml)
2) Tambahkan beberapa tetes metil merah 0,1%
3) Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan berubah warna dari kuning
menjadi jingga (orange). Catat banyakdnya larutan HCl yang digunakan
(misalkan m ml)
E. PERHITUNGAN ASIDITAS
1) Jika p = m, maka air tersebut mengandung CO2

CO2 = ( volume1000sample )× ( volume titasi( p)× N NaOH ) × BE CO ×1 mg/l


2

2) Jika p < m, maka air tersebut mengandung CO2 dan HCO3-

CO2 = ( volume1000sample )× ( volume titasi( p)× N NaOH ) × BE CO ×1 mg/l


2

HCO3- =

( volume1000sample )× [ ( volume titasi ( m ) × N HCl )−(volume titasi ( p ) × N NaOH ) ] × BE HCO − 3

3) Jika p > m, maka air tersebut mengadung H+ dan CO2


H+ =

( volume1000sample )× [ ( volume titasi ( p ) × N NaOH )−( volume titasi ( m ) × N HCl ) ] ×1 mg/l


CO2 = ( volume1000sample )× ( volume titasi( p)× N NaOH ) × BE CO ×1 mg/l
2

F. PERHITUNGAN ALKALINITAS
1) Jika p = m, maka air tersebut mengandung CO32-

CO32- = ( volume1000sample )× ( volume titasi( p)× N HCl ) ×60


2) Jika p < m, maka air tersebut mengandung CO32- dan HCO3-

( volume1000sample )× ( volume titasi( p)× N HCl ) ×60


CO32- =

1000
HCO = (
volume sample )
3
-
× ( m− p¿× N HCl ) ×61

3) Jika p > m, maka air tersebut mangandung OH- dan CO32-

OH- = ( volume1000sample )× ( p−m¿× N HCl ) ×17


1000
=(
volume sample )
CO32- × ( volume titasi ( p ) × N HCl ) ×60

G. CATATAN
Pengukuran asiditas dan alkalinitas harus dilakukan sesegera mungkin dan
biasanya dilkukan ditempat pengambilan contoh air.teknik pengawetan yang digunakan
adalah dengan pendinginan 4 derajat dan batas waktu penyimpanan yang masih
direkomendasikan adalah 14 hari, kecuali untuk gas karbon dioksida harus dilakukan
pada saat sampling karena gas karbon dioksida mudah berubah/menguap
PENENTUAN

KADAR KLORIDA

A. METODE PRAKTIKUM
Titrasi argentometri cara Mohr
B. PRINSIP PRAKTIKUM
Klorida dalam suasan netral diendapkan dengan perak nitrat membentuk perak klorida.
Kelebihan sedikit ion perak dengan adanya indicator kalium kromat akan membentuk
endapat merah bata pada titik akhir titrasi
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : buret 50 ml, labu Erlenmeyer 250 mL, pipet ukur 5 ml, sendok plastic kecil, labu
seukuran 1000 ml, gelas ukur 100 ml
Bahan : larutan standar peraknitrat 1/35.5 N, asam nitrat pekat, kristal ZnO atau MgO,
larutan kalium kromat 10 %, larutan standar NaCl
D. PROSEDUR PRAKTIKUM
a. Standarisasi larutan perak nitrat
1. Ambil 10 mL larutan standar NaCl 0,1 N dengan menggunakan pipet dan
masukan kedalam Erlenmeyer
2. Tambahkan 2-3 tetes asam nitrat pekat dan 3-5 tetes larutan kalium kromat 10%
3. Tambahkan sedikit demi sedikit ZnO atau MgO sambal dikocok hingga cairan
berwarna kuning kehiajuan
4. Titrasi dengan larutan perak nitrat sampai terjadi endapan merah bata
5. Catat volume perak nitrat yang habis
b. Penetapan kadar klorida
1. 100 ml sampel air dimasukan kedalam labu Erlenmeyer
2. Tambahan 2 tetes asam nitrat pekat dan 3-5 tetes kalium kromat 10 %
3. Tambahkan sedikit serbuk ZnO atau MgO atau Natriumbikarbonat sambil
dikocok hingga larutan berwarna kuning kehijauan.
4. Titrasi dengan perak nitrat 1/35.5 N sampai terjadi endapan warna merah bata
5. Catat volume peraknitrat yang habis
E. PERHITUNGAN
1000 1
[Cl]mg/l = × [ vol . peraknitrat−0,3 ] × faktor kelarutan × ×35.5
vol . sampel 35.5
F. CATATAN
Metode lain yang dapat dilakukan untuk mengukur kadar klorida dalam air dengan
metode elktroda selektif untuk ion klorida. Metode ini lebih praktis dan lebih cocok
untuk contoh air yang keruh atau berwarna yang akan mengganggu metode titrasi.
Tetapi ketelitiannya lebih rendah dibanding dengan metode titrasi moh.
Klorida dalam air relative stabil, sehingga tidak ada Teknik pengawetan contoh air untuk
pengukuran klorida. Tetapi lebih baik kalau diawetkan dengan cara didinginkan 4 derajat
dan dapat bertahan selama 28 hari
PENENTUAN
KADAR BESI

A. METODE PRAKTIKUM
Metode phenantroline-spektrofotometri
B. PRINSIP PRAKTIKUM
Pada metode ini yaitu besi didalam air direduksi dengan hidroksil amin membentuk
besi(II). Selanjurnya ion ferro tersebut direaksikan dengan senyawa 1,10-phenantroline
membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah, warna merah tersebut diukur
intensitas dengan alat spektrofotometer pada gelombang 510 nm. Metode ini mampu
mengukur konsentrasi besi 10ug/L jika digunakan lebar kuvet 5 cm.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : Spektrofotometer, gelas kimia.
Bahan :
1. Larutan hidroksilamin (10 gram hidroksilamin NH 2OH.HCl dilarutkan dalam 100 ml
aquades
2. HCl Pekat yang tidak boleh mengandung besi lebih besar 0,00005%
3. Larutan buffer ammonium asetat (250 gram ammonium asetat NH 4C2H3O2)
dilarutkan dalam 150 ml aquades, ditambah 700 ml asam asetat glasial)
4. Larutan phenantroline (dilarutkan 1,10-phenantroline monohydrate C 12H8N2.H2O
dalam 100 ml aquades dengan cara diaduk dan dipanaskan (jangan sampai
mendidih). Pemanasan tidak diperlukan jika ditambahkan 2 teteh HCl Pekat
5. Larutan standar besi (1ml=0.2 mg/L) 20 ml H 2SO4 pekat dimasukan kedalam 50 ml
aquades, kemudian dilarutkan 1,404 gram Fe(NH 4)2(SO4)2.6H2O. tambahkan
beberapa tetes larutan KMnO4 0,1N sampai cairan berwarna ungu (merah muda)
6. Larutan standar besi (1ml=0.01 mg/L) dipipet 50 ml larutan standar besi pada poin 5
kemudian dimasukan pada labu ukur 1 liter, kemudian diencerkan dengan aquades
sampai tanda batas
D. PROSEDUR PRAKTIKUM
a. Penentuan Panjang gelombang maksimum
1. Pipit larutan induk Fe yang sudah dibuat, masukan kedalam gelas kimia tambahkan 4
ml HCl dan 2 ml Hidroksilamin 20% dan 5 ml aquades
2. Tambahkan batu didih dan panaskan hingga volume larutan setengah volume awal
3. Dinginkan larutan kemudian pindahkan larutan kedalam labu ukur 25 mL
4. Tambahakan 10 ml larutan buffer asetat pH 4 dan 2 ml larutan fenantrolin 0,1%
tambahkan aquades hingga tanda batas miniskus
5. Baca absorbansi larutan pada Panjang gelombang 480-540 nm
b. Pembuatan larutan baku 1,1 ; 2,2 ; 3,3 ; 4,4 ; 5,5
1. Pipet 2,4 6,8 dan 10 ml larutan induk Fe yang sudah dibuat masukan kedalam gelas
kimia kemudian tambahkan 4 ml HCl dan 2 ml hidroksilamin 20% dan 5 ml aquades
2. Tambahkan batu didih dan panaskan hingga larutan setengah volume awal
3. Dinginkan larutan tersebut, kemudian pindahkan kedalam labu ukur 50 ml
4. Tambahkan 10 ml larutan buffer asetat pH 4 dan2 ml larutan fenantrolin 0,1%
tambahkan aquades hingga tanda batas
5. Baca absorbansi larutan pada Panjang gelombang maksimum
c. Penentuan kadar Fe
1. Pipiet 50 ml air masukan kedalam gelas kimia tambahakan 4 ml ml HCl dan 2 ml
larutan hidroksilamin 20% dan 5 ml Aquades
2. Tambahkan batu didih da panaskan sampai hingga larutan setengah volume awal
3. Dinginkan larutan tersebut, kemudian pindahkan kedalam labu ukur 50 ml
4. Tambahkan 10 ml larutan buffer asetat pH 4 dan2 ml larutan fenantrolin 0,1%
tambahkan aquades hingga tanda batas
5. Baca absorbansi larutan pada Panjang gelombang maksimum

d. PERHITUNGAN
[Fe]= Absorbansi contoh sampel X slope
e. CATATAN
Contoh air harus diawetkan dengan menambahkan HNO3 pekat sampai pH <2 dan batas
waktu penyimpanan 28 hari
Hasil pengukuran dengan metode tersebut diatas adalah Fe2+ dan Fe3+ , jika hanya mau
mengukur Fe2+ ikuti prosedur sebelumnya diatas, tetapi tidak perlu ditambahkan
hidroksilamin dan tidak perlu dipanaskan
PENENTUAN
KESADAHAN (WATER HARDNESS)
A. METODE : Kompleksometri
B. PRINSIP : Kesadahan total Ca2+ dan Mg2+ ditentukan dengan cara titrasi
langsung dengan larutan standar Na2EDTA menggunakan indikator EBT pada pH 10.
C. ALAT BAHAN

Alat Bahan
a. Labu Erlenmeyer 250 ml a. Larutan buffer pH 10
b. Beaker glass Cara: Dipipet 57 ml NH4OH pekat
c. Pipet volume 10 ml, 50 ml ditambah 7,0 gram NH4Cl lalu
d. Pipet tetes ditambahkan aquades add 100 ml.
b. Larutan Baku CaCO3 0,0025 M
c. Larutan standar Na2EDTA 0,0025 M.
d. Indikator EBT dan Murexide.
e. NaOH 3 N
f. larutan KCN 10%

D. PROSEDUR
a. Standarisasi Na2EDTA dengan Kalsium Karbonat 0.0025 M
1. Dipipet 10 ml larutan CaCO3 dimasukkan dalam Erlenmeyer
2. Ditambah 1-2 ml buffer pH 10
3. Tambahkan indikator EBT.
4. Dititrasi dengan Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru keunguan konstan
b. Penetapan kesadahan
1. Dipipet 50 ml sampel dimasukkan dalam Erlenmeyer
2. Ditambah larutan buffer pH 10 sebanyak 1-2 ml.
3. Jika cairan menjadi keruh tambahkan 0.5 ml larutan KCN 10%
4. Ditambahkan indikator EBT.
5. Dilatitrisi dengan Na2EDTA dari warna merah violet menjadi warna biru
keunguan konstan.
6. Catat ml EDTA yang diperlukan
c. Penetapan kesadahan Ca2+
1. Dimasukkan 50 ml sampel dimasukkan dalam Erlenmeyer
2. Ditambahkan larutan NaOH 3 N sampai pH 12-13
3. Jika cairan menjadi keruh tambahkan 0.5 ml larutan KCN 10%
4. tambahkan indikator murexide
5. Dititrisi dengan larutan baku Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna menjadi
ungu
6. Catat ml EDTA yang diperlukan
E. PERHITUNGAN
a. Faktor EDTA
Misal, dilakukan penimbangan CaCO3 sebanyak 1000 mg dan dilarutkan sampai
menjadi 200 ml larutan CaCO3, kemudian di ambil 10 ml sebagai LSP. Maka :
CaCO3 10 ml ~ x ml EDTA ( x = volume EDTA saat standarisasi )
1 ml CaCO3 = 0,25 mg
10 ml CaCO3 = 2,5 mg

b. Kesadahan total
c. Kesadahan Ca2+

d. Kesadahan Mg2+

Keterangan :
Faktor EDTA adalah jumlah CaCO3 ~ dengan 1 ml titrasi EDTA T1 : Volume titrasi
EDTA pada penetapan kesadahan total. T2 : Volume titrasi EDTA pada penetapan
kesadahan Ca.
PENENTUAN MANGAN
A. METODE : metode persulfate-spektrofotometri
B. PRINSIP : pengukuran mangan denganmetode persulfate adalah oksidasi mangan
dalam air oleh fersulfat dalam suasana asam dan panas membentuk MnO 4- yang
berwarna merah coklat. Warna yang terjadi diukur dengan spectrophotometer pada
panjanggelombang 525nm.
C. ALAT BAHAN

Alat Bahan
1. Asam nitrat pekat
2. Larutan AgNO3 1/35.45 N
Cara membuatnya sama pada cara
penentuan klorida
3. Larutan Standar Mn (1ml=0.11mg)
Digunakan larutan KMnO4 0.01 M
cara pembuatan sama dengan
prosedur pada penetapan zat
organik
D. PROSEDUR
1. 50 ml contoh air dimasukan kedalam labu Erlenmeyer. Tambahkan 2-3 tetes HNO3
pekat. Tambahkan larutan AgNO3 1/35.45 N yang banyaknya sesuai dengan
keperluan pada penetapan klorida
2. Panaskan sampai mendidih jika cairan tetapkeruh harus disaring. Tambahkan kristal
K2S2O8 dan panaskan lagi. Jika cairan berwarna merah muda atau merah ungu
maka contoh air mengandung Mn
3. Pengukuran dengan spectrophotometer
Cairan contoh yang berwarna merah dimasukan dalam labu ukur 50 ml kemudian
ditambahkan aquades sampai tanda batas
Baca intensitas warna meraah dengan spectrophotometer pada Panjang gelombang
525 nm
4. Untuk kalibrasinya dibuat sederetan larutan standar Mn dari 1-15 mg/l
menggunakan larutan KMnO4 0.01 N kemudian diukur intensitas masing-masing
larutan standar Mn tersebut.
Dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan absorbansi dan ditentukan slope
kemiringannya
E. PERHITUNGAN
Konsentrasi Mn (mg/L) = absoransi contoh x slope
ZAT ORGANIK
A. METODE : Permanganometri
B. PRINSIP : Zat organik dalam sampel air dioksida dengan larutan standar KMnO4
berlebihan. Kelebihan KMnO4 direduksi dengan larutan standar asam oksalat. Kelebihan
asam oksalat dititrasi kembali dengan larutan standar KMnO4.
C. ALAT BAHAN

Alat Bahan
1. Labu Erlenmeyer 250 ml 1. KMnO4 0,01 N
2. Buret 50 ml 2. H2C2O4 0,01 N
3. Breaker glass 3. H2SO4 4 N bebas zat organic
4. Gelas ukur 200 ml aquadest ditambah dengan
5. Pemanas H2SO4 pekat 25 ml, didinginkan
6. Pipet volume 100 ml, 10 ml (direndam dalam air) lalu dipanaskan
7. Pipet ukur dan ditambah KMnO4 0,01 N sampai
terbentuk warna merah muda tetap
digunakan.

D. PROSEDUR
a. Standarisasi KMnO4 dengan H2C2O4 0,01 N
1. Dipipet 10 ml larutan H2C2O4 0,01 N dimasukkan dalam labu Erlenmeyer
2. Ditambah 5 ml larutan H2SO4 4 N bebas zat organik.
3. Dipanaskan pada suhu 70 0C
4. Dititrasi dalam keadaan panas dengan larutan KMnO4 sehingga terjadi warna
merah muda konstan
b. Penetapan kadar zat organic
1. Dipipet 50 ml sampel dimasukkan dalam labu Erlenmeyer lalu ditambahkan 5 ml
H2SO4 4 N bebas zat organik, lalu tambahkan KMnO40,01 N tetes demi tetes
sampai terbentuk warna merah muda
2. Dididihkan selama 10 menit, bila warna merah muda hilang tambahkan lagi
KMnO4 hingga warna merah mudah stabil (dengan menggunakan pipet ukur)
3. Tambahkan 15,0 ml KMnO4 0,01, lalu panaskan hingga 10 menit.
4. Ditambahkan H2C2O4 0,01 N sampai dengan ±15,0 ml sampai warna merah
muda KMnO4 hilang, dididihkan.
5. Dititrasi dengan KMnO4 0,01 N dalam keadaan panas sampai terbentuk warna
merah muda konstan (A ml).
E. PERHITUNGAN
1. Standarisasi

2. Penetapan kadar

1 ml KMno4 0,01 N ~ 0,316 mg KMnO4


PENENTUAN TS TDS TSS

A. PRINSIP : Sejumlah contoh air diuapkan, kemudian dipanaskan pada temperature


105 0C atau 550-600 0C, banyak residua tau senyawa yang menguap ditentukan dengan
penimbangan
B. ALAT BAHAN

Alat Bahan
1. Cawan penguap 50-100 ml
2. Cawan pijar
3. Neraca
4. Oven
5. Furnace
6. Waterbatch
7. Cawan gouch dilengapi dengan asbes
8. Cawan saring kaca masir 0.5 mikron

C. PROSEDUR
a. Pengukuran TS
1. 100 ml contoh air diuapkan dalam cawan ( yang sebelumnya telah dipanaskan
pada suhu 105 derajat atau dipijarkan pada suhu 600 derajat) diatas penangas
air
2. Setelah semua air menguap sempurna pindahkan cawan kedalam oven 105 dejat
dan biarkan selama satu jam
3. Dinginkan dalam eksikator kemudian timbang sampai berat konstan (selisih 0.5
mg)
b. Pengukuran TDS
1. Sejumalah contoh air disaring dengan cawan gouch/cawan saring kaca masir
2. 100 ml contoh yang telah disaring diuapkan dalam cawan yang telah diketahui
beratnya diatas penangas air
3. Setelah semua air menguap, pindahkan cawan kedalam open 105 dejat dan
biarkan selama 1 jam
Dinginkan dalam eksikator kemudian timbang sampai berat konstan
c. Pengukuran TSS cara langsung
1. Saring sejumlah air tertentu 250 ml dengan cawan gouch/cawan saring kaca
masir dan yang sebelumnya telah dipanaskan pada temperature 105 derajat dan
telah diketahui beratnya
2. Setelah selesai penyaingan masukan penyaringan dengan endapan kedalam
oven selama 1 jam
3. Dinginkan dalam eksikator kemudian timbang sampai berat didapat berat
konstan

D. PERHITUNGAN
TS/TDS (mg/l) = {{ berat cawan penguapan dan residu (mg) – berat cawan
penguapan } x 1000 ]/ml contoh air

TSS (mg/l) = {{ berat penyaring dan residu (mg) – berat penyaring } x 1000 ]/ml
contoh air
Konduktivitas (daya hantar listrik)
A. METODE : Konduktometri
B. ALAT BAHAN :

Alat Bahan
Konduktometer KCl

C. PROSEDUR
a. Kalibrasi alat
1. Larutan standar KCl 0.01 M disimpan dalam penangas air hingga temperature
larutan mencapai 25 derajat
2. Celupkan elektroda dalam larutan tersebut
3. Nilai konduktivitas harus sama dengan 1413 uS/cm
4. Cuci elektroda dengan aquades dan keringkan
b. Pengukuran konduktivitas
1. Celupakan elektroda yang telah dibilas aquades kedalam contoh air
2. Ukur temperature contoh air dengan thermometer yang digabungkan dengan
electrode
3. Baca hasil pengukuran konduktivitas

Anda mungkin juga menyukai