Anda di halaman 1dari 11

PAPER

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM


SARAF SIMPATIS
Tugas ini
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3
Dosen Pembimbing Bejo Danang Saputra, M.Kep

DisusunOleh :
1. Dias Rizki Y (108118045)
2. Riki Andri M (108118046)
3. Adi Nugraha V.D (108118047)
4. Via Wahyuningtyas (108118048)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2020
A. Anatomi Sistem Saraf Simpatis

Serabut saraf simpatis bermula dari medulla spinalis yang keluar bersama dengan nervus
spinalis diantara segmen medulla T-1 dan L-2 dan berjalan mula-mula ke “rantai simpatis” untuk
selanjutnya ke jaringan dan organ target. Sistem saraf otonom berbeda dengan SSS, dimana setiap
perjalanan SSO terdiri atas dua neuron, yaitu neuron preganglion dan postganglion. Badan sel
neuron preganglion simpatis terletak di kornu intermediolateral medula spinalis; dan kemudian
serabut-serabutnya berjalan melewati radiks anterior medulla menuju saraf spinal. Segera setelah
saraf spinal meninggalkan kanalis spinalis, serabut preganglion simpatis bermielin meninggalkan
saraf spinal tersebut dan berjalan melewati ramus putih ke salah satu ganglia dari rantai simpatis.
Selanjutnya serabut tersebut dapat mengalami salah satu dari ketiga hal berikut:
1. Serabut-serabut dapat bersinaps dengan neuron simpatis postganglion yang ada di dalam
ganglion yang dimasukinya.
2. Serabut-serabut tersebut dapat berjalan ke atas atau ke bawah dalam rantai simpatis dan
bersinaps di salah satu ganglia lain dalam rantai tersebut atau
3. Serabut itu dapat berjalan melalui rantai ke berbagai arah dan selanjutnya melalui salah satu
saraf simpatis memisahkan diri keluar dari rantai, untuk akhirnya bersinaps dengan ganglia
perifer simpatis.
Serabut presinapsis dapat bersinapsis di ganglia rantai simpatis, atau di ganglia perifer simpatis
yang meliputi ganglia kolateral dan medula adrenal (gambar 2.2). Satu serabut preganglion dapat
bersinapsis dengan dua lusin atau lebih neuron ganglionik. Rantai simpatis memiliki tiga ganglion
servikalis, 10-12 thorakalis, 4-5 lumbalis dan 4-5 sakrais, namun jumlahnya bervariasi tergantung
fusi yang terjadi pada ganglion yang berdekatan. Serabut saraf simpatis pada segmen T-1
umumnya naik melewati “rantai simpatis” untuk berakhir di daerah kepala; T-2 ke daerah leher;
dari T-3, T-4 T-5 dan T-6 ke daerah thoraks; T-7 sampai T-11 ke daeragh abdomen; dan L-1 dan
L-2 ke daerah tungkai. Pembagian tersebut hanya kurang lebih demikian dan biasanya saling
tumpang tindih.
a. Ganglia Rantai Simpatis
Serabut preganglion yang target organnya pada permukaan tubuh, kavitas torakalis, kepala
dan ekstremitas akan memasuki ganglia di rantai simpatis. Serabut postganglion yang
membawa perintah motorik untuk target organ di permukaan tubuh, kepala, leher atau
ekstremitas akan memasuki ramus abu-abu dan kembali ke nervus spinalis untuk kemudian
berjalan ke target organ (gambar 2.1 kanan). Semua serabut simpatis ini merupakan serabut
tipe C yaitu serabut yang sangat kecil yang bersamaan dengan serabut skeletal pada saraf
skeletal untuk menyebar keseluruh bagian tubuh.2 Sedangkan, serabut postganglion yang
membawa perintah motorik ke struktur di kavitas torakalis, seperti pada jantung dan paru,
keluar melalui bundel disebut nervus simpatis (gambar 2.1 kiri)
Neuron preganglion simpatis hanya terdapat pada T1 sampai dengan L2, namun serabut
postganglion simpatis dari ganglion akan memasuki ramus abu-abu kemudian berjalan ke
arah saraf servikalis, lumbalis, dan spinalis. Sebagai hasilnya, meskipun hanya saraf spinalis
T1-L2 yang memiliki ramus putih, setiap nervus spinalis memiliki ramus abu-abu yang
membawa serabut postganglion simpatis untuk distribusi ke permukaan tubuh.

Gambar 2.1 Perjalanan serabut postganglionic Simpatis

b. Ganglia Kolateral

Ganglia kolateral membawa perintah motorik ke visera abdominopelvik. Serabut


preganglion yang menginervasi ganglia kolateral keluar dari saraf splanknik yang berjalan di
dinding dorsal kavitas abdominal. Meskipun ganglia kolateral merupakan ganglia yang
terpisah yaitu ganglia kolateral kiri dan kanan, keduanya biasanya berfusi bersama terutama
pada orang dewasa.
Saraf splaknik menginervasi tiga ganglia kolateral. Serabut preganglion tujuh segmen
thorakalis inferior berakhir di ganglion celiac atau ganglion mesenteric superior, sedangkan
pada ganglion mesenterik inferior berasal dari segmen lumbalis. Ketiga ganglia tersebut
dinamai berdasarkan hubungannya dengan arteri terdekat (gambar 2.2).5 Serabut postganglion
ganglion celiac akan menginervasi lambung, hati, kantung empedu, pancreas, dan lien;
ganglion mesenteric superior menginervasi usus halus dan duapertiga proksimal usus
besar;sedangkan ganglion mesenterik

c. . Medula Adrenal

Serabut preganglion memasuki kelenjar adrenal berjalan ke pusatnya (medulla adrenal).


Medula adrenal adalah ganglion simpatis yang bermodifikasi dimana serabut preganglion
bersinapsis pada sel neuroendokrin, neuron yang terspesialisasi mensekresikan hormon
(chemical messengers) ke dalam aliran darah. Sel neuroendokrin medulla adrenal
mensekresikan katekolamin yaitu 80% neurotransmitter epinefrin (E) yang dibentuk dari
norepinefrin (NE) dan 20% NE itu sendiri. 3 Katekolamin tersebut disimpan dalam badan
kromafin medula adrenal inferior menginervasi porsio terminal usus besar, ginjal dan kandung
kemih serta organ seks.

Aliran darah kemudian membawa neurotransmitter ke seluruh tubuh, menyebabkan


perubahan aktivitas metabolisme yang luas pada sel-sel di tubuh. Efek tersebut menyerupai
stimulasi yang dihasilkan oleh innervasi langsung oleh serabut postganglion simpatis. Namun,
terdapat perbedaan stimulasi oleh medulla spinalis dibandingkan dengan serabut postganglion
yaitu: (1) Sel tidak diinervasi oleh serabut postganglion simpatis dan (2) efeknya berakhir
lebih lama dibandingkan yang dihasilkan oleh innervasi simpatis langsung, karena hormon
tetap lanjut berdifusi keluar aliran darah untuk periode yang lebih lama dan eliminasi
neurotransmitter yang lebih lama pula.

B. Stimulasi Simpatis dan Neurotransmitter


Stimulasi neuron preganglion simpatis menghasilkan ACh yang kemudian menstimulasi
serabut postganglion simpatik. Serabut postganglionik tersebut akhirnya akan menghasilkan NE,
atau E pada medula adrenal. Terminal serabut postsinaps berupa jaringan telodendria yang
membentuk varikositas disepanjang atau dekat permukaan sel efektor untuk kontak sinaps dengan
efektor sel. Varikosa yang menyerupai untaian mutiara ini juga merupakan tempat NE yang
merupakan neurotransmitter yang paling banyak dilepaskan oleh postganglion simpatis disintesa
dan disimpan. Ujung saraf postganglion secara aktif menangkap L-tyrosin di celah sinaps untuk
diubah menjadi dopamin dan akhirnya menjadi NE. Neuron simpatis disebut neuron adrenergic
karena neurotransmitter yang dihasilkan kebanyakan adalah NE, meskipun demikian, terdapat
sedikit neuron ganglionik simpatis yang melepaskan neurotransmitter lain namun memainkan
peranan yang penting.
NE dan atau E yang dilepaskan oleh neuron simpatis akan ditangkap oleh reseptor
adrenergik yang akan menyebkan efek tertentu pada sel target. NE yang di lepaskan varikosa
mempengaruhi targetnya sampai NE diabsorbsi kembali oleh varikosa dan selanjutnya dapat
digunakan kembali (70%) atau sampai NE dihancurkan oleh enzim monoaminoksidase (MAO)
ataupun catechol-O- methyltransferase (COMT) di jaringan sekitarnya. Difusi NE dari celah
sinaps ke darah juga akan menyebabkan deaktivasi NE pada celah sinaps. Secara umum, efek NE
pada membran postsinaps menetap selama beberapa detik, lebih lama daripada efek Ach yang
hanya mencapai 20 milidetik.

Terdapat dua kelas reseptor simpatis yang umum yaitu reseptor alfa dan reseptor beta.
Secara umum, NE lebih menstimulasi reseptor alfa dibandingkan dengan reseptor beta karena
reseptor β2 lebih responsif terhadap E, oleh karea itu epinefrin menstimulasi kedua kelas reseptor.
Sehingga NE terlibat dalam stimulasi terlokalisir sedangkan E mempengaruhi reseptor alfa dan
beta seluruh tubuh.

Reseptor alfa dan beta adalah reseptor dengan protein G dimana efek stimulasi pada
reseptor tersebut tidak sama di seluruh tubuh, tergantung produksi jenis second messengers yang
dihasilkan. Stimulasi reseptor alfa (α) mengaktivasi enzim didalam membran sel. Terdapat dua
tipe reseptor alfa yaitu alfa -1(α 1) dan alfa-2 (α2). Fungsi reseptor α1 (tipe reseptor alfa yang
paling banyak) adalah pelepasan ion kalsium dari cadangan di retikulum endoplasma yang
menyebabkan efek eksitatori pada sel target. Sedangkan stimulasi reseptor α 2 menghasilkan
penurunan kadar cyclic-AMP (cAMP) di sitoplasma. Cyclic-AMP adalah second messenger yang
dapat mengaktifasi sehingga penurunan cAMP umumnya memiliki efek inhibisi sel. Umumnya
reseptor α2 terdapat di presinap yang disebut autoreseptor untuk self-inhibiting sehingga NE akan
berhenti dilepaskan ke celah sinaps. Reseptor α2 juga terdapat pada divisi parasimpatik yang
berfungsi membantu koordinasi aktivitas simpatik dan parasimpati dimana saat NE dilepaskan
akan menghambat aktivitas parasimpatis.

Reseptor β adalah reseptor dengan protein G yang menstimulasi peningkatan kadar cAMP
intrasel setelah neurotransmitter berikatan dengan reseptor. Reseptor beta (β) berlokasi di
membran sel pada banyak organ, dimana reseptor ini umumnya terdiri dari β1, dan β2. Reseptor
β1 lebih dominan di jantung sedangkan β2 lebih tersebar luas di dalam tubuh, meskipun terdapat
reseptor β1 yang terdapat di organ lain selain jantung dan β 2 di jantung.Umumnya stimulasi
reseptor β1 kemudian akan meningkatkan aktifitas metabolisme atau eksitasi sedangkan, stimulasi
reseptor β2 menyebabkan inhibisi sebagai contoh memicu relaksasi otot polos sepanjang jalur
pernafasan. Tipe reseptor beta yang ketiga adalah beta-3 (β3), terdapat di jaringan lemak,
stimulasinya menyebabkan lipolisis, penghancuran trigliserid yang disimpan dalam adiposit.

Meskipun kebanyakan serabut postganglion simpatis adalah adrenergik, beberapa adalah


kolinergik. Serabut postganglion tersebut menginervasi kelenjar keringat kulit dan pembuluh
darah otot skeletal dan otak. Aktivasi serabut simpatis tersebut menstmulasi sekresi kelenjar
keringat dan dilatasi pembuluh darah. Hal ini penting karena saat stimulasi simpatis terjadi, akan
terjadi peningkatan panas sehingga dibutuhkan ekskresi keringat untuk termoregulasi, dan pada
saat itu juga dibutuhkan sediaan energi yang banyak untuk otak dan otot sehingga saat stimulasi
simpatis menurunkan aliran darah pada viseral lain di tubuh dengan vasokontriksi, vasodilatasi
pembuluh darah di otak dan otot skeletal menyebabkan darah tersebut dialihkan ke kedua organ
ini.

Divisi simpatis juga meliputi sinaps nitroadrenergik, yang melepaskan nitrit oxide (NO)
sebagai neurotransmitter untuk menghasilkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah yang
melalui daerah tersebut. Sinaps tersebut terdapat pada neuron yang menginervasi otot polos
dinding pembuluh darah pada banyak regio, khususnya di otot skeletal dan otak.

Taber 2.1 Distribusi reseptor simpatis serta agonis dan antagonisnya6,7,8


Jenis Jaringan Efek perangsangan katekolamin Agonis Antagonis
Reseptor
α1 SSP Aktivias simpatis meningkat Fenilefrin Prazosin

Kelenjar air liur Meningkat Phentolamine

Hati Glikogenolisis meningkat

Ginjal Mengubah ambang pelepasan


renin

Otot polos pada Kontraksi


arteriol, uterus,
duktus deferen,
bronkiolus, kandung
kemih, sfingter GIT,
dan pupil dilator

α2 SSP Aktivitas simpatis menurun Klonidin Atipemezol

Kelenjar air liur Sekresi menurun Phentolamine Efaroxan


Pulau pankreas Sekresi insulin menurun Idazoxan

Liposit Lipolisis menurun Yohibine

Platelet Agregasi meningkat Rauwolscin

Neuron simpatis Autoreseptor presinaps

β1 Jantung Menghasilkan efek kronotropik, Isoproterenol Metoprolol


dromotropik, dan inotropic positif (isoprenaline)
Atenolol
Ginjal Sekresi basal renin meningkat Dobutamin
Asebutolol

Esmolol

Betaksolol

β2 (Oleh Bronkiolus dan Dilatasi Isoproterenol Butoxamine


pembuluh darah otot

E) skeletal (isoprenaline)

Otot uterus, duktus Relaksasi Albuterol


deferen, GIT

Pankreas Sekresi insulin meningkat

Hati Glikogenolisis meningkat

Platelet Agregasi platelet menurun

Otot rangka Mendorong penyerapan kalium

β3 Liposit coklat Produksi panas melalui lipolysis Isoproterenol SR59230A


(isoprenaline)
Menurunkan kekuatan kontraksi
ventrikel jantung
.

Anda mungkin juga menyukai