DisusunOleh :
1. Dias Rizki Y (108118045)
2. Riki Andri M (108118046)
3. Adi Nugraha V.D (108118047)
4. Via Wahyuningtyas (108118048)
Serabut saraf simpatis bermula dari medulla spinalis yang keluar bersama dengan nervus
spinalis diantara segmen medulla T-1 dan L-2 dan berjalan mula-mula ke “rantai simpatis” untuk
selanjutnya ke jaringan dan organ target. Sistem saraf otonom berbeda dengan SSS, dimana setiap
perjalanan SSO terdiri atas dua neuron, yaitu neuron preganglion dan postganglion. Badan sel
neuron preganglion simpatis terletak di kornu intermediolateral medula spinalis; dan kemudian
serabut-serabutnya berjalan melewati radiks anterior medulla menuju saraf spinal. Segera setelah
saraf spinal meninggalkan kanalis spinalis, serabut preganglion simpatis bermielin meninggalkan
saraf spinal tersebut dan berjalan melewati ramus putih ke salah satu ganglia dari rantai simpatis.
Selanjutnya serabut tersebut dapat mengalami salah satu dari ketiga hal berikut:
1. Serabut-serabut dapat bersinaps dengan neuron simpatis postganglion yang ada di dalam
ganglion yang dimasukinya.
2. Serabut-serabut tersebut dapat berjalan ke atas atau ke bawah dalam rantai simpatis dan
bersinaps di salah satu ganglia lain dalam rantai tersebut atau
3. Serabut itu dapat berjalan melalui rantai ke berbagai arah dan selanjutnya melalui salah satu
saraf simpatis memisahkan diri keluar dari rantai, untuk akhirnya bersinaps dengan ganglia
perifer simpatis.
Serabut presinapsis dapat bersinapsis di ganglia rantai simpatis, atau di ganglia perifer simpatis
yang meliputi ganglia kolateral dan medula adrenal (gambar 2.2). Satu serabut preganglion dapat
bersinapsis dengan dua lusin atau lebih neuron ganglionik. Rantai simpatis memiliki tiga ganglion
servikalis, 10-12 thorakalis, 4-5 lumbalis dan 4-5 sakrais, namun jumlahnya bervariasi tergantung
fusi yang terjadi pada ganglion yang berdekatan. Serabut saraf simpatis pada segmen T-1
umumnya naik melewati “rantai simpatis” untuk berakhir di daerah kepala; T-2 ke daerah leher;
dari T-3, T-4 T-5 dan T-6 ke daerah thoraks; T-7 sampai T-11 ke daeragh abdomen; dan L-1 dan
L-2 ke daerah tungkai. Pembagian tersebut hanya kurang lebih demikian dan biasanya saling
tumpang tindih.
a. Ganglia Rantai Simpatis
Serabut preganglion yang target organnya pada permukaan tubuh, kavitas torakalis, kepala
dan ekstremitas akan memasuki ganglia di rantai simpatis. Serabut postganglion yang
membawa perintah motorik untuk target organ di permukaan tubuh, kepala, leher atau
ekstremitas akan memasuki ramus abu-abu dan kembali ke nervus spinalis untuk kemudian
berjalan ke target organ (gambar 2.1 kanan). Semua serabut simpatis ini merupakan serabut
tipe C yaitu serabut yang sangat kecil yang bersamaan dengan serabut skeletal pada saraf
skeletal untuk menyebar keseluruh bagian tubuh.2 Sedangkan, serabut postganglion yang
membawa perintah motorik ke struktur di kavitas torakalis, seperti pada jantung dan paru,
keluar melalui bundel disebut nervus simpatis (gambar 2.1 kiri)
Neuron preganglion simpatis hanya terdapat pada T1 sampai dengan L2, namun serabut
postganglion simpatis dari ganglion akan memasuki ramus abu-abu kemudian berjalan ke
arah saraf servikalis, lumbalis, dan spinalis. Sebagai hasilnya, meskipun hanya saraf spinalis
T1-L2 yang memiliki ramus putih, setiap nervus spinalis memiliki ramus abu-abu yang
membawa serabut postganglion simpatis untuk distribusi ke permukaan tubuh.
b. Ganglia Kolateral
c. . Medula Adrenal
Terdapat dua kelas reseptor simpatis yang umum yaitu reseptor alfa dan reseptor beta.
Secara umum, NE lebih menstimulasi reseptor alfa dibandingkan dengan reseptor beta karena
reseptor β2 lebih responsif terhadap E, oleh karea itu epinefrin menstimulasi kedua kelas reseptor.
Sehingga NE terlibat dalam stimulasi terlokalisir sedangkan E mempengaruhi reseptor alfa dan
beta seluruh tubuh.
Reseptor alfa dan beta adalah reseptor dengan protein G dimana efek stimulasi pada
reseptor tersebut tidak sama di seluruh tubuh, tergantung produksi jenis second messengers yang
dihasilkan. Stimulasi reseptor alfa (α) mengaktivasi enzim didalam membran sel. Terdapat dua
tipe reseptor alfa yaitu alfa -1(α 1) dan alfa-2 (α2). Fungsi reseptor α1 (tipe reseptor alfa yang
paling banyak) adalah pelepasan ion kalsium dari cadangan di retikulum endoplasma yang
menyebabkan efek eksitatori pada sel target. Sedangkan stimulasi reseptor α 2 menghasilkan
penurunan kadar cyclic-AMP (cAMP) di sitoplasma. Cyclic-AMP adalah second messenger yang
dapat mengaktifasi sehingga penurunan cAMP umumnya memiliki efek inhibisi sel. Umumnya
reseptor α2 terdapat di presinap yang disebut autoreseptor untuk self-inhibiting sehingga NE akan
berhenti dilepaskan ke celah sinaps. Reseptor α2 juga terdapat pada divisi parasimpatik yang
berfungsi membantu koordinasi aktivitas simpatik dan parasimpati dimana saat NE dilepaskan
akan menghambat aktivitas parasimpatis.
Reseptor β adalah reseptor dengan protein G yang menstimulasi peningkatan kadar cAMP
intrasel setelah neurotransmitter berikatan dengan reseptor. Reseptor beta (β) berlokasi di
membran sel pada banyak organ, dimana reseptor ini umumnya terdiri dari β1, dan β2. Reseptor
β1 lebih dominan di jantung sedangkan β2 lebih tersebar luas di dalam tubuh, meskipun terdapat
reseptor β1 yang terdapat di organ lain selain jantung dan β 2 di jantung.Umumnya stimulasi
reseptor β1 kemudian akan meningkatkan aktifitas metabolisme atau eksitasi sedangkan, stimulasi
reseptor β2 menyebabkan inhibisi sebagai contoh memicu relaksasi otot polos sepanjang jalur
pernafasan. Tipe reseptor beta yang ketiga adalah beta-3 (β3), terdapat di jaringan lemak,
stimulasinya menyebabkan lipolisis, penghancuran trigliserid yang disimpan dalam adiposit.
Divisi simpatis juga meliputi sinaps nitroadrenergik, yang melepaskan nitrit oxide (NO)
sebagai neurotransmitter untuk menghasilkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah yang
melalui daerah tersebut. Sinaps tersebut terdapat pada neuron yang menginervasi otot polos
dinding pembuluh darah pada banyak regio, khususnya di otot skeletal dan otak.
Esmolol
Betaksolol
E) skeletal (isoprenaline)