Anda di halaman 1dari 6

Negosiasi 

adalah bentuk interaksi yang dilakukan untuk mencapai suatu kesepakatan. Negosiasi
biasa dilakukan di antara dua pihak atau lebih dengan kepentingan yang saling bertentangan dan
berkehendak untuk memecahkan masalah yang dihadapinya bersama.

Beberapa cara untuk menghilangkan hambatan-hambatan dapat digunakan untuk membuat


negosiasi kembali berjalan :

A. Intervensi Pihak Ketiga


Seringkali orang luar melibatkan diri untuk memberikan bantuan ketika kesepakatan tidak bisa
dicapai dan kedua pihak menemui kebuntuan. Dua jenis dasar interverensi pihak ketiga adalah
mediasi dan arbitrase.
i. Mediasi
Dalam mediasi, pihak ketiga yang netral memasuki negosiasi dan berusaha memfasilitasi
penyelesaian perselisihan ketenagakerjaan ketika terjadi kebuntun perundingan. Tujuan mediasi
adalah membujuk pihak-pihak untuk memulai kembali negosiasi dan mencari kesepakatan. Mediasi
yang sukses tergantung pada seberapa besar tingkat kemampuan, diplomasi, kesabaran, dan
ketegasan seorang negoisator. Mediasi bersifat sukrarela dalam setiap tahapan prosesnya. Mediator
berperan sebagai pembimbing informal, membantu memastikan bahwa diskusi-diskusi berjalan
secara adil dan efektif.
ii. Arbitrase
Dalam arbitrase, perselisihan diajukan kepada pihak ketiga yang netral untuk mendapatkan
keputusan yang mengikat; seorang arbritator pada dasarnya bertindak sebagai seorang hakim dan
juri. Perselisihan dalam hal penafsiran dan penerapan berbagai ketentuan dari kontrak yang ada
diajukan sebagai arbitrase hak. Arbitrase ini digunakan dalam menyelesaikan keluhan-keluhan.
Sedangkan arbitrase kepentingan meliputi perselisihan di seputar ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian perundingan bersama yang diusulkan. Arbitrase kepentingan banyak digunakan dalam
sektor publik. Prosedur yang digunakan dalam sektor publik adalah arbitrase penawaran akhir, yang
memiliki dua bentuk dasar yaitu pemilihan paket dan pemilihan per isu. Dalam arbitrase, pihak-pihak
yang berselisih bebas memilih setiap orang sebagai arbitrator mereka.

B. Strategi Serikat Pekerja untuk Mengatasi Kemacetan Negosiasi


Ada saat-saat dimana sebuah serikat pekerja meyakini perlunya memberikan tekanan ektrem agar
manajemen mau menyepakati tuntutan-tuntutannya. Pemogokan, boikot, dan aktivisme adalah
caracara utama yang dapat digunakan serikat pekerja untuk mengatasi kemacetan dalam negosiasi.
i. Pemogokan
Pemogokan adalah tindakan para anggota serikat pekerja yang menolak untuk bekerja dalam rangka
memberikan tekanan kepada manajemen negosiasi. Pemogokan menghentikan produksi,
menyebabkan kehilangan pelanggan dan pendapatan yang diharapkan oleh serikat pekerja akan
memaksa manajemen menyetujui tuntutan-tuntutannya. Waktu untuk melakukan pemogokan
penting untuk efektivitasnya. Waktu yang tepat adalah saat bisnis sedang maju dan permintaan akan
barang dan jasa perusahaan sedang meningkat. Selama pemogokan, para karyawan mendapatkan
penghasilan yang rendah. Dana pemogokan mungkin hanya menanggung item-item seperti
makanan, utilitas, dan bahan bakar kendaraan. Dana serikat pekerja berkurang karena pembayaran
tunjangan pemogokan kepada para anggotanya.
ii. Boikot
Boikot adalah kesepakatan oleh para anggota serikat pekerja untuk menolak menggunakan atau
membeli produk-produk perusahaan. Boikot memberikan tekanan ekonomi pada manajemen, dan
pengaruhnya sering kali bertahan lebih lama dibandingkan yang ditimbulkan oleh pemogokan.
Praktik serikat pekerja untuk mendorong pihak ketiga (pemasok dan pelanggan) agar menghentikan
hubungan bisnis dengan perusahaan dikenal sebagai boikot sekunder atau boikot ini ilegal.
C. Strategi Manajemen untuk Mengatasi Kemacetan Negosiasi
i. Pelarangan bekerja (Lockout)
Pelarangan bekerja dan mengoperasikan perusahaan dengan menempatkan pihak manajemen dan
para karyawan yang bukan anggota serikat pekerja pada jabatan para karyawan yang mogok
merupakan cara utama yang bisa digunakan manajemen untuk mengatasi kemacetan dalam
negosiasi. Manajemen bisa menggunakan pelarangan bekerja untuk mendorong pekerja kembali ke
meja perundingan. Dalam pelarangan bekerja (lockout), manajemen menahan para di luar tempat
kerja dalam menjalankan operasi dengan para personil manajemen dan/atau para karyawan
pengganti. Karena tidak bisa bekerja, para karyawan tidak memperoleh bayaran dan khawatir
pelarangan bekerja dapat membawa pekerja kembali ke meja perundingan. Pelarangan kerja sangat
efektif jika manajemen menghadapi serikat pekerja yang lemah, jika dana serikat pekerja menyusut
atau jika perusahaan memiliki persediaan berlebih. Pelarangan bekerja dapat digunakan untuk
memberikan informasi kepada serikat pekerja bahwa manajemen bersikap serius terhadap isu-isu
perundingan tertentu.
ii. Melanjutkan operasi tanpa para karyawan yang mogok
Pilihan tindakan lain yang bisa diambil perusahaan jika serikat pekerja melakukan pemogokan adalah
mengoprasikan perusahaan dengan menempatkan manajemen dan para karyawan yang bukan
anggota serikat pekerja pada jabatan para karyawan yang sedang mogok. Memperkerjakan
karyawan pengganti secara sementara ataupun tetap tidak melanggar hukum jika para karyawan
terlibat dalam pemogokan ekonomi, yang merupakan bagian dari perselisihan perundingan
bersama. Manajemen dapat berusaha menunjukan bahwa penggunaan para karyawan yang bukan
anggota serikat pekerja benar-benar meningkatkan produksi. Manajemen melanjutkan operasi
pabrik tersebut dengan para personil manajemen dan karyawan kontrak. Para karyawan melakukan
pemogokan karena kenaikan pembayaran asuransi dan bayaran awal untuk para karyawan pemula.

 Faktor Keberhasilan Negosiasi


 Lakukan Riset tentang Pihak Lain

Dengan melakukan riset terlebih dahulu dan mengetahui seluruh informasi tentang orang
yang ingin Anda temui untuk melakukan negosiasi, Anda akan lebih mudah mencapai tujuan
negosiasi tersebut. Misalnya ketika Anda ingin melakukan negosiasi dengan orang asing yang
berasal dari budaya barat. Mereka biasanya lebih menyukai jika Anda berbicara langsung
mengenai tujuan Anda tanpa banyak berbasa-basi dan penting juga untuk hindari datang
terlambat ketika sudah mengadakan janji untuk bertemu. 

 Sampaikan Sebanyak Mungkin Informasi yang Relevan

Untuk mencapai tujuan bersama (win-win solution), kedua belah pihak harus menyampaikan
informasi yang relevan dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Karena memberikan informasi
sebanyak mungkin menjadi salah satu cara untuk membuat orang lain percaya dengan Anda.
Bukan hanya itu, dengan memberikan informasi selengkap mungkin, Anda dapat
menyampaikan tujuan dan harapan yang sebenarnya Anda inginkan. Meski begitu, Anda
tidak harus membuka seluruh kartu Anda dengan memberikan informasi bisnis Anda yang
termasuk ke dalam informasi yang bersifat strategis maupun informasi rahasia, cukup berikan
informasi yang sesuai dengan tujuan negosiasi tersebut.

 Tentukan Batas Waktu Negosiasi


Menurut Don A. Moore, Profesor Universitas California, menentukan batas waktu negosiasi
dapat memicu tercapainya persetujuan dan pemikiran kreatif dari kedua belah pihak. Selain
itu, Anda juga dapat menciptakan “artificial deadline” untuk mempercepat pengambilan
keputusan dari pihak lain. Misalnya, Anda memberikan batas waktu terhadap tawaran khusus
yang Anda berikan hanya berlaku seminggu kedepan. Setelah lewat dari seminggu, maka
pihak lain tidak akan mendapatkan tawaran khusus dari Anda. Hal ini berguna untuk
menciptakan “scarcity” sehingga akan memicu pihak lain mengambil keputusan dengan lebih
cepat.

 Tetap Bersikap Profesional

Ketika melakukan negosiasi, adakalanya Anda mengalami perbedaan pendapat dan mungkin
akan terlihat jika pihak lain terkesan merendahkan Anda. Jika hal ini terjadi, Anda harus tetap
bersikap profesional dan fokus dengan tujuan bersama yang ingin dicapai. Dan ketika solusi
yang Anda tawarkan belum dapat diterima pihak lainnya, hindari untuk memaksakan
kehendak dan usahakan untuk tidak menanggapinya dengan emosional. Teruslah berusaha
mencari solusi kreatif yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. 

 Buat Kontrak atau Perjanjian

Hal penting lainnya yang harus Anda lakukan ketika telah mencapai kesepakatan dalam
proses negosiasi yang panjang adalah membuat perjanjian atau kontrak secara tertulis.
Biasanya sebelum menandatangani perjanjian pokok, para pihak akan
menandatangani Memorandum of Undertstanding (MoU) terlebih dahulu sebagai
kesepakatan awal. Hindari untuk terlalu mengandalkan omongan tanpa adanya bukti secara
tertulis mengenai kesepakatan yang telah Anda buat. Tanpa adanya kontrak tertulis, hasil
negosiasi akan sia-sia dan mungkin saja akan merugikan Anda di kemudian hari, misalnya
jika pihak lain ternyata tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan kesepakatan di awal.

Faktor Penghambat Negosiasi

 Informasi yang kurang tepat dari lawan negosiasi


 Saling menutup diri atua tidak terbuka
 Adanya manipulasi salah satu negosiator
 Adanya negosiator yang melakukan kecurangan
 Kurang bisa menjaga emosi dan saling egois
 Waktu negosiasi yang tidak tepat
 Hasil negosiasi yang memberatkans alah satu negosiator
 Hasil negosiasi tidak dilaksanakan dengan baik

1. Syarat Perjanjian Kerja/ Kesepakatan kerja

Ini hal terpenting karena terkait dengan syarat-syarat sahnya perjanjian kerja menurut hukum.
Sesuai pasal 52 UU Ketenagakerjaan, perjanjian kerja harus dibuat atas dasar:

a. Kesepakatan kedua belah pihak


b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum
c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan
d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku

Artinya, pengusaha dan pekerja sepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan dan mengingkatkan diri
mereka. Kedua pihak haruslah cakap membuat perjanjian, waras (tidak ada gangguan jiwa), dan
cukup umur atau minimal 18 tahun. Perjanjian kerja juga harus memiliki obyek, yakni pekerjaan yang
diperjanjikan, yang memenuhi ketentuan sebagai pekerjaan yang halal, tidak bertentangan dengan
undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.

Jika bertentangan atau tidak memenuhi syarat (a) dan (b), maka perjanjian dapat dibatalkan,
sedangkan melanggar syarat (c) dan (d) maka perjanjian batal demi hukum.

2. Isi Perjanjian Kerja / Kesepakatan kerja bersama

Sebuah perjanjian kerja mengandung tiga unsur, yakni syarat-syarat pekerjaan, hak pekerja dan
pengusaha, serta kewajiban pekerja dan pengusaha. Pasal 54 UU Ketenagakerjaan mengatur
perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya memuat:

a. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha


b. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh
c. Jabatan atau jenis pekerjaan
d. Tempat pekerjaan
e. Besarnya upah dan cara pembayarannya
f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh
g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja
h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat
i. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja

Ketentuan (e) dan (f) tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan, perjanjian kerja
bersama, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misalnya, besarnya upah wajib
mengikuti aturan upah minimum (UMP/UMK/UMR) dan disesuaikan dengan struktur dan skala upah
perusahaan.

3. Bentuk Perjanjian Kerja / Kesepakatan kerja bersama

Anda perlu memastikan bentuk perjanjian kerja sebelum dibuat, apakah untuk waktu tertentu atau
waktu tidak tertentu. Pasal 56-60 UU Ketenagakerjaan menjelaskan aturan mengenai keduanya.

 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)


PKWT didasarkan pada jangka waktu atau selesainya pekerjaan tertentu, dan hanya untuk jenis
pekerjaan yang akan selesai pada waktu tertentu. Jenis pekerjaan PKWT meliputi:

 Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya.


 Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan
paling lama 3 (tiga) tahun.
 Pekerjaan yang bersifat musiman.
 Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
PKWT harus dibuat secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dan huruf latin. Jika tidak dibuat secara
tertulis, statusnya berubah dan dinyatakan sebagai PKWTT. PKWT dibuat maksimal untuk jangka 2
tahun, dan dapat diperpanjang satu kali paling lama 1 tahun. PKWT juga dapat diperbarui satu kali
paling lama untuk 2 tahun. Tidak ada masa percobaan dalam PKWT.

 Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)


Jika PKWT dibuat untuk karyawan kontrak, PKWTT diperuntukkan bagi karyawan tetap dan untuk
pekerjaan yang sifatnya tetap dan terus-menerus. PKWTT dapat dibuat secara tertulis maupun lisan.
Jika perjanjiannya tak tertulis, perusahaan wajib membuat surat pengangkatan pekerja yang minimal
berisi: nama dan alamat pekerja/buruh; tanggal mulai bekerja; jenis pekerjaan; dan besarnya upah.

Dalam PKWTT, diperbolehkan masa percobaan paling lama 3 bulan, namun perusahaan dilarang
membayar gaji masa percobaan di bawah upah minimum.

4. Berakhirnya perjanjian kerja bersama / Kesepakatan kerja bersama

 Perjanjian kerja berakhir apabila:


 Pekerja meninggal dunia.
 Berakhirnya jangka waktu perjanjian.
 Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial yang berkekuatan hukum tetap.
 Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan
kerja.

Dalam PKWT, jika salah satu pihak mengakhiri perjanjian sebelum habis jangka waktu perjanjian, dan
bukan karena sebab di atas, maka ia wajib membayar ganti rugi kepada pihak lainnya senilai upah
pekerja sampai masa perjanjian yang tersisa.

Jika perusahaan Anda mempekerjakan karyawan PKWT, Anda dituntut cermat mencatat dan
mengingat masa berakhirnya kontrak mereka satu per satu.

Manfaat Perjanjian Kerja Bersama / Kesepakatan Bersama

Memang bukanlah dokumen wajib, namun merupakan sarana yang harus dibuat untuk kesepakatan
baru yang dibutuhkan perusahaan dan pekerja. Dibuat berdasarkan perundingan, terdaftar pada
pihak terkait (Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja) dan mengikat kedua
belah pihak. 

Manfaat ini sendiri terbagi atas 3 (tiga) yaitu :

1. Bagi Perusahaan dan Pekerja 

Agar kedua belah pihak dapat memahami tentang hak dan kewajibannya masing-masing dan
terciptanya kesepakatan bersama yang saling menguntungkan bagi semua pihak yang
bernegosiasi, Menghindari munculnya perselisihan yang akan muncul di masa mendatang. Hal ini
juga membantu kelancaran proses produksi dan peningkatan usaha.

2. Bagi Perusahaan
Penilaian positif akan didapat perusahaan dari pemerintah, karena dianggap melakukan tindakan
yang membuat hubungan semua pihak berjalan dengan lancar. 

Menciptakan hubungan yang kondusif antara perusahaan dan pekerja. Serta dapat melakukan
anggaran biaya tenaga kerja sesuai dengan masa berlakunya Perjanjian Kerja Bersama.

3. Bagi Pekerja 

Menjadi motivasi bagi karyawan yang lebih produktif dan termotivasi karena adanya kesepakatan
bersama. Adanya kepuasaan hak inilah membuat nilai positif dan interaksi yang positif antara
pihak yang bernegosiasi sehingga jalinan kerjasama akan menghasilkan dampak yang
lebih luas bagi banyak orang.

Tujuan Negosiasi

 Tujuan utama negosiasi adalah mendapatkan kesepakatan bersama atas suatu hal yang
diperdebatkan.
 Menyelesaikan konflik atau perdebatan yang timbul akibat perbedaan pendapat dalam
sebuah negosiasi.
 Mendapatkan kesepakatan dan jalan keluar dari perbedaan pendapat.
 Menghindari hal-hal negatif yang dapat timbul dari bisnis seperti perbedaan pendapat dan
pertikaian karena tidak ada pihak yang ingin mengalah dan mendengarkan pendapat pihak
lain apabila terjadi masalah dikemudian hari.
 Menyatukan beberapa perbedaan pendapat agar diperoleh kesepakatan bersama.
 Memajukan kesejahteraan semua pihak yang bekerja untuk kehidupan,

Sumber :

http://arissusanti17blogger.blogspot.com/2017/04/human-relation-and-collective-bargaining.html?
m=1

https://libera.id/blogs/tips-negosiasi-bisnis/

https://www.gadjian.com/blog/2018/04/18/4-hal-yang-perlu-diperhatikan-saat-membuat-
perjanjian-kerja/

Anda mungkin juga menyukai