Anda di halaman 1dari 6

Alodiea Yoeantafara : Pengaruh Pola Makan terhadap Kadar Kolesterol Total

PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP KADAR KOLESTEROL


TOTAL

The Influence of Diet to Total Cholesterol Levels


Alodiea Yoeantafara1, Santi Martini2
1
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
2
Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
(alodiieafara09@yahoo.co.id, santi-m@fkm.unair.ac.id)

ABSTRAK
Kadar kolesterol total di dalam darah sangat berpengaruh terhadap pembentukan plak pada dinding pembuluh
darah. Kadar kolesterol yang melebihi batas normal akan memicu terjadinya proses aterosklerosis. Aterosklerosis
merupakan manifestasi klinis dari Penyakit Jantung Koroner. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan
antara pola makan dengan kadar kolesterol total. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik,
menggunakan desain penelitian case control. Sampel penelitian ini sebesar 56 orang yang terdiri dari 28 kasus
dan 28 kontrol. Sampel diambil secara acak menggunakan simple random sampling. Analisis data menggunakan
uji statistik dan perhitungan OR dengan Epi Info. Hasil penelitian besar risiko kadar kolesterol total adalah usia
(p=1,00; OR=1,2;95% CI=0,36<OR<3,92), pola makan tinggi lemak (p=0,285; OR=2,06;95%CI=0,7<OR<5,98),
pola makan tinggi serat (p=0,030;OR=4;95%CI=1,28<OR<12,4). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pola
makan tinggi serat memiliki OR yang bermakna sedangkan usia dan pola makan tinggi lemak tidak signifikan.
Sebaiknya diberikan tambahan informasi yang diberikan kepada masyarakat peduli tentang faktor-faktor risiko
tingkat kolesterol total yang mencakup makan pola diet tinggi lemak, rendah serat.
Kata kunci: Pola makan tinggi serat, pola makan tinggi lemak, kadar kolesterol total

ABSTRACT
Levels of total cholesterol in the blood are very influential towards the formation of plaque in blood vessel
walls.. Cholesterol levels that exceeded the normal limit will trigger the onset of the process of atherosclerosis,
atherosclerosis is the clinical manifestation of coronary heart disease. The purpose of this research was to analyze
the relationship between food pattern and cigarette smoke exposure with total cholesterol levels. The definition of
food pattern was diet in high fat and high fiber. This research was an observational analytic study, with case-control
design. The sample were 56 persons that consisting 28 cases and 28 controls. Sampel taken by simple random
sampling. The results of this research were the risk of total cholesterol levels was age (p=1,00;OR=1,2;95%
CI=0,36<OR<3,92), hight fat diet (p=0,285;OR=2,06;95%CI=0,7<OR<5,98), high fiber diet (p= 0,030
OR=4;95%CI=1,28<OR<12,4). The conclusion of this research was a diet high in fiber have OR that meaningful
while age and high-fat diet have no significant.We recommended additional information given to the public to care
about the risk factors of total cholesterol levels which includes eating pattern high-fat, high-fiber diet.
Keywords: Diet in high fiber, diet in high fat, levels of total cholesterol

304
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017

PENDAHULUAN di Indonesia sebesar 1,5% pada laki-laki dan 2,2


Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan pada perempuan.4 Hasil Riskesdas tahun 2013 pro-
salah satu masalah kesehatan yang telah menjadi porsi penduduk Indonesia dengan kadar kolesterol
perhatian nasional maupun global. Morbiditas dan di atas normal lebih tinggi pada perempuan yaitu
Mortalitas PTM semakin meningkat di Indonesia. sebesar 39,6% jika dibandingkan dengan laki-laki
Data kematian menurut World Health Organiza- sebesar 30%. Beberapa faktor yang memengaruhi
tion (WHO) menunjukkan bahwa dari 57 juta ke- kadar kolesterol total adalah pola makan tinggi
matian di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta serat, pola makan tinggi lemak, kebiasaan mero-
disebabkan oleh PTM. Penyakit kardiovaskular kok, jenis kelamin, obesitas dan aktifitas fisik.3
merupakan PTM penyebab kematian terbesar yai- Konsumsi serat dapat membantu menurun-
tu sebesar 39%. Kematian akibat PTM akan terus kan absorpsi lemak dan kolesterol di dalam da-
meningkat di seluruh dunia. Peningkatan terbesar rah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet
akan terjadi di negara menengah dan miskin. Se- serat dengan cara mengkonsumsi makanan tinggi
besar 70% dari populasi global akan meninggal kacang polong, termasuk kacang merah, mam-
akibat PTM seperti jantung, stroke, diabetes mel- pu menurunkan kadar kolesterol di dalam darah
litus, kanker.1 hingga 10% pada penderita hiperkolesterolemia.
Transisi epidemiologi penyakit menular Selain itu serat larut air yang difermentasi dalam
menjadi penyakit tidak meular akan terlihat jelas usus besar akan menghasilkan asam-asam lemak
pada tahun 2030. Jumlah kesakitan akibat penya- rantai pendek yang dapat menghabiskan sintesis
kit tidak menular dan kecelakaan akan meningkat, kolesterol hati.5
sedangkan penyakit menular akan menurun. Pe- Seringnya mengkonsumsi makanan tinggi
ningkatan kejadian PTM ini berhubungan dengan lemak menjadi penyebab utama meningkatnya ka-
faktor risiko akibat adanya perubahan gaya hi- dar kolesterol total di dalam darah. Hasil penelitian
dup seiring dengan perkembangan yang semakin Sulastri menunjukkan kadar kolesterol akan berku-
moderen, pertumbuhan populasi dan peningkatan rang seiring dengan rendahnya asupan makanan
usia harapan hidup.2 berlemak.6 Kadar kolesterol yang melebihi batas
Tingginya kadar kolesterol di dalam da- normal akan memicu terjadinya proses ateros- kle-
rah merupakan permasalahan yang serius karena rosis. Aterosklerosis merupakan proses terjadi-
merupakan salah satu faktor risiko dari berbagai nya penyempitan pembuluh darah oleh lemak.
macam penyakit tidak menular seperti jantung, Aterosklerosis merupakan manifestasi klinis dari
stroke, dan diabetes mellitus. Bedasarkan peneli- penyakit jantung. Penelitian ini bertujuan menge-
tian-penelitian yang telah dilakukan risiko terjadi- tahui hubungan pola makan tinggi lemak dan serat
nya ateroklerosis yang merupakan penyebab PJK dengan kadar kolesterol total.
akan meningkat apabila kadar kolesterol total di
dalam darah melebihi batas normal.3 BAHAN DAN METODE
Kadar kolesterol yang berlebih dalam da- Jenis penelitian yang digunakan adalah
rah akan akan mudah melekat pada dinding sebe- observasional yang bersifat analitik karena ingin
lah dalam pembuluh darah. LDL yang berlebih menganalisis hubungan antar variabel. Desain
melalui proses oksidasi akan membentuk gum- yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus
palan yang jika gumpalan semakin membesar kontrol. Populasi kasus dalam penelitian ini ada-
akan membentuk benjolan yang akan mengakibat- lah seluruh pasien yang memiliki kadar kolester-
kan penyempitan saluran pembuluh darah. Proses ol total tinggi, sedangkan populasi kontrol adalah
ini biasanya disebut dengan atheroklerosis.3 seluruh pasien yang memiliki kadar kolesterol nor-
Prevalensi hiperkolesterolemia di Indone- mal. Untuk menentukan populasi penelitian dan
sia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga sampel penelitian terdapat kriteria inklusi dan ek-
(SKRT) tahun 2004 pada kelompok usia 25-34 slusi. Kriteria inklusi yang dierapkan adalah: Pa-
tahun adalah 9,3% dan meningkat seiring betam- sien berumur ≥40 tahun. Sedangkan kriteria eks-
bahnya usia pada kelompok usia 53-64 tahun sebe- lusi yang diterapkan adalah pasien dengan obesi-
sar 15,5%.Untuk prevalensi hiperkolesterolemia tas, pasien yang melakukan olahraga scara rutin 5

305
Alodiea Yoeantafara : Pengaruh Pola Makan terhadap Kadar Kolesterol Total

hari dalam seminggu selama 30 menit.. Bedasar- Tabel 1. Variabel Penelitian


kan perhitungan sampel untuk desain penelitian Variabel n = 56 %
kasus kontrol, didapatkan jumlah sampel sebanyak
Pola Makan Tinggi Lemak
56 responden.7 Dengan jumlah sampel kasus se- Sering 29 51,8
banyak 28 responden dan untuk sampel kontrol Jarang 27 48,2
sebanyak 28 responden. Pola Makan Tinggi Serat
Sering 33 58,9
Jarang 23 41,1
Sumber: Data Primer, 2017

Cara yang digunakan untuk pengambilan sia >45 sampai 75 tahun (73,2%). Sisanya sebesar
sampel adalah menggunakan metode simple ran- 26,8% responden berusia 40-45 tahun. Pola makan
dom sampling. Pengambilan sampel dilakukan responden tinggi lemak dikategorikan sering jika
menggunakan nomor undian hingga mendapat-kan hasil skor pada Food Frequency Questionnaire ≥
jumlah yang sesuai dengan besar sampel yang dib- mean (1,47) , sedangkan dikategorikan jarang jika
utuhkan dari masing-masing kelompok. Tempat skor < mean. Sebagian besar responden memiliki
penelitian dilakukan di Puskesmas Mulyorejo dan pola makan tinggi lemak dengan kategori sering
rumah masing-masing responden. Waktu peneli- (51,8%), untuk persentase kategori jarang sebesar
tian bulan Mei-Juli 2017. Sumber data yang digu- 48,2%. Pola makan responden tinggi serat dikat-
nakan dalam penelitian ini adalah data primer dan egorikan sering jika hasil skor pada Food Fre-
sekunder. Data primer diperoleh melalui wa- wan- quency Questionnaire ≥ mean (2,37), sedangkan
cara kepada responden dengan menggunakan kue- dikategorikan jarang jika skor < mean. Sebagian
sioner, untuk data sekunder diperoleh dari data ha- besar responden memiliki pola makan tinggi serat
sil rekam medik responden di Puskesmas Mulyo- dengan kategori jarang (58,9%), untuk persentase
rejo. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian kategori sering sebesar 41,1% (Tabel 1).
ini adalah FFQ (Food Frequency Questionnaire). Hubungan variabel usia dengan kadar koles-
FFQ digunakan untuk mengukur frekuensi pola terol total menunjukkan sebagian besar responden
makan tinggi lemak dan serat responden. Pola yang memiliki kadar kolesterol total tinggi adalah
makan responden tinggi lemak dan serat dikate- kelompok usia ≥45 tahun (75%). Bedasarkan ha-
gorikan sering jika hasil skor pada Food Frequency sil uji statistik diperoleh hasil uji chi-square deng-
Questionnaire ≥ mean, sedangkan dikategorikan an nilai p=1 (p>0,05) berarti tidak ada hubungan
jarang jika skor < mean. Analisis data dilakukan antara usia dengan kadar kolesterol total. Per-
menggunakan software SPSS dan Epi Info. Untuk hitungan besar risiko kelompok yang berada pada
melihat besar hubungan pola makan dan paparan rentang usia tertua >45 tahun dan usia termuda
asap rokok dengan kadar kolesterol total menggu- ≤45 tahun, diperoleh OR sebesar 1,2 dengan nilai
nakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan 95% CI sebesar 0,36<OR<3,92. Nilai OR mele-
0,05. Apabila persyaratan tabel 2x2 memenuhi wati angka 1 menunjukkan bahwa nilai OR tidak
maka hasil uji chi-square yang dibaca adalah con- signifikan secara statistik sehingga tidak terdapat
tinuity correction, tetapi apabila tabel 2x2 tidak perbedaan risiko yang bermakna antara kelompok
memenuhi syarat yang dibaca adalah Fisher’s Ex- responden yang berusia >45 tahun dan ≤45 tahun
act Test. Untuk menghitung besar risiko menggu- (Tabel 2).
nakan nilai Odd Ratio (OR) pada 95% Confidence Hubungan variabel pola makan tinggi le-
Interval (CI) pada statcalc Epi Info. mak dengan kadar kolesterol total menunjukkan
sebagian besar responden yang memiliki ka-
HASIL dar kolesterol total tinggi adalah yang memiliki
Hasil penelitian di Puskesmas Mulyorejo pola makan tinggi lemak dalam kategori sering
pada bulan Juli tahun 2017 menununjukkan bahwa (60,71%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh
karakteristik responden bedasarkan usia pada sam- chi-square dengan nilai p=0,285 (p>0,05) berar-
pel penelitian ini, sebagian besar responden beru- ti tidak ada hubungan antara pola makan tinggi

306
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017

Tabel 2. Fakto yang Berhubungan dengan Kadar Kolesterol Total


Kadar Kolesterol Tinggi
OR
Variabel Tinggi Normal p
(95%CI)
n % n %
Usia (tahun)
> 45- 75 21 75 20 71,43 1,000 1,2
40 - 45 7 25 8 28,57 0,36<OR<3,92
Pola Makan Tinggi Lemak
Sering 17 60,71 12 42,86 0,285 2,06
Jarang 11 39,29 16 57,14 0,7<OR<5,98
Pola Makan Tinggi Serat
Jarang 21 75 12 42,86 0,030 4
Sering 7 25 16 57,14 1,28<OR<12,4
Sumber: Data Primer, 2017

lemak dengan kadar kolesterol total. Untuk hasil PEMBAHASAN


perhitungan besar risiko diperoleh OR sebesar Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan,
2,06 dengan nilai 95% CI sebesar 0,7<OR<5,98. didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara
Nilai OR melewati angka 1 menunjukkan bahwa usia dengan kadar kolesterol total (p>0,05). Ba-
nilai OR tidak signifikan secara statistik sehingga nyak peneliti menyimpulkan bahwa semakin ber-
tidak terdapat perbedaan risiko yang bermakna tambahnya usia kemampuan reseptor LDL akan
antara kelompok responden yang memiliki pola menurun sehingga kadar LDL di dalam darah akan
makan tinggi lemak dalam kategori sering dengan meningkat dan akan berdampak pada proses terjadi-
kelompok responden yang memiliki pola makan nya penyumbatan pada pembuluh darah koroner.8
tinggi lemak dalam kategori jarang (Tabel 2). Kemampuan reseptor akan berkurang seiring deng-
Hubungan variabel antara pola makan tinggi an bertambahnya usia. Sedangkan LDL reseptor
serat dengan kadar kolesterol total menunjukkan merupakan faktor penghambat (inhibitor) sintesis
sebagian besar responden yang memiliki kadar kolesterol di dalam tubuh, menurunnya aktivitas
kolesterol total tinggi adalah yang memiliki pola reseptor LDL akan meningkatkan sintesis koles-
makan tinggi serat dalam kategori jarang (75%). terol sehingga kadar kolesterol akan meningkat.9
Bedasarkan hasil uji statistik chi-square diperoleh Usia diatas 45 tahun adalah rentang usia yang be-
nilai p=0,030 (p<α) berarti ada hubungan antara risiko untuk menderita hiperkolesterolemia.10 Se-
pola makan tinggi serat dengan kadar kolesterol hingga penelitian ini tidak sesuai dengan peneli-
total. Untuk hasil perhitungan besar risiko diper- tian yang dilakukan Cooper Clinic, USA menge-
oleh OR sebesar 4 dengan nilai 95% CI sebesar nai hubungan usia dengan profil lemak dalam da-
1,28<OR<12,4. Nilai OR tidak melewati angka rah membuktikan bahwa terdapat kenaikan kadar
1 menunjukkan bahwa nilai OR signifikan secara kolesterol pada pria seiring dengan bertambahnya
statistik sehingga terdapat perbedaan risiko yang usia seseorang. Hasil dari penelitian Aulia menun-
bermakna antara kelompok responden yang memi- jukkan bahwa kadar kolesterol total yang tinggi
liki pola makan tinggi serat dalam kategori sering (≥200 mg/dl) lebih banyak di alami pada respon-
dengan kelompok responden yang memiliki pola den yang lebih tua (>45 tahun) dibandingkan deng-
makan tinggi serat dalam kategori jarang. Sedang- an responden dengan usia muda (≤ 45 tahun).11
kan nilai OR menujukkan bahwa responden yang Pola makan tinggi lemak dalam penelitian
memiliki pola makan tinggi serat dalam kategori ini adalah frekuensi responden dalam mengkon-
jarang berisiko 4 kali mempunyai kadar koleste- sumsi makanan yang tinggi akan kandungan le-
rol tinggi dibandingkan dengan responden yang mak. Makanan tinggi lemak pada penelitian ini
memiliki pola makan tinggi serat dalam kategori meliputi sumber makanan lemak hewani (daging
sering (Tabel 2). sapi, ayam goreng, daging kambing, ikan mujair,

307
Alodiea Yoeantafara : Pengaruh Pola Makan terhadap Kadar Kolesterol Total

jeroan sapi, ayam, telur ayam dan telur bebek), ser- sumsi makanan yang tinggi akan kandungan serat.
ta produk olahan lainnya (lemak babi, margarine, Makanan tinggi serat pada penelitian ini meliputi
mentega, gorengan, santan, coklat batang, es krim sumber makanan kacang-kacangan, sayur-sayuran
dan susu). Menggunakan uji statistik chi square (wortel, tomat, ketimun, bayam, kangkung, selada,
diperoleh p=0,285 (p>0,05) hal ini menunjukkan kacang panjang, terong dan daun singkong), serta
bahwa tidak ada hubungan antara pola makan ting- buah-buahan (pisang, salak, jeruk, apel, pepaya,
gi lemak dengan kadar kolesterol total. nanas, mangga). Menggunakan uji statistik chi-
Teori menurut Sastriamidjojo menyebut- square diperoleh p=0,030 ( p<0,05) hal ini menun-
kan bahwa konsumsi makanan yang tinggi lemak jukkan terdapat hubungan antara pola makan ting-
dan kolesterol akan meningkatkan kadar koleste- gi serat dengan kadar kolesterol total.
rol total dan kadar LDL.12 Hati akan mempunyai Hasil Penelitian ini sesuai dengan teori
cukup kadar kolesterol dan akan menghentikan dari Sulistijani lactobacillus memfermentasikan
pengambilan LDL yang dapat meningkatkan ka- serat menjadi asam lemak rantai pendek dan gas,
dar kolesterol total. Hasil penelitian Nurrahmani asam lemak rantai pendek mampu mengikat asam
menyatakan orang yang berisiko memiliki kadar empedu sehingga kadar asam empedu menurun.17
kolesterol tinggi adalah mereka yang menerapkan Berkurangnya asam empedu dapat memperlambat
pola makan yang mengandung kadar lemak jenuh penyerapan lemak sehingga serat berperan dalam
yang tinggi.13 Lemak jenuh (ditemukan pada da- penurunan kadar kolesterol dalam darah. Hal ini
ging, mentega, keju dan krim) dapat meningkat- sejalan dengan penelitian Shreya terdapat hubung-
kan kadar kolesterol LDL dalam darah. an antara asupan serat makanan dengan kadar ko-
Penelitian ini sejalan dengan penelitian lesterol total dan LDL.18 Seseorang yang kurang
yang dilakukan Hamiid yang menyatakan bahwa mengkonsumsi serat (<29 g/hari) mempunyai
asupan makanan dari lemak tidak berpengaruh risiko 38% dan 43% lebih tinggi untuk meng-
pada kadar kolesterol total, HDL rendah meru- alami hiperkolesterolemia dan mempunyai kadar
pakan faktor risiko penting yang menyebabkan LDL yang tinggi dibanding dengan yang meng-
infark miokard akut dan tidak dipengaruhi oleh konsumsi serat (>29 g/hari). Sifat fisiko kimia
asupan lemak dalam makanan.14 Hasil penelitian dari serat mengubah jalur metabolisme kolesterol
Gayet-Boyer menemukan tidak ada hubungan hati dan metabolisme lipoprotein, yang mengaki-
liniear antara konsumsi lemak trans dengan HDL, batkan penurunan kolesterol LDL plasma.19 Hasil
LDL dan kadar kolesterol total.15 Hal ini berbeda dari penelitian Quan Zhou juga menunjukkan bah-
dengan penelitian Kusuma yang menunjukkan ada wa meningkatnya konsumsi serat akan menurunk-
hubungan antara pola makan (makanan berlemak) an kadar kolesterol total dan LDL.20 Bila asupan
dengan kadar kolesterol total.18 serat makanan rata-rata meningkat dari <18 g/hari
Tidak ada hubungan antara pola makan menjadi >30 g/hari, tingkat kolesterol HDL ra-
tinggi lemak dengan kadar kolesterol di Puskes- ta-rata meningkat sebesar 10,1%, sedangkan kadar
mas Mulyorejo bukan berarti pola makan tinggi kolesterol total dan LDL akan menurun sebesar
lemak diabaikan begitu saja. Bedasarkan data dari 14,4% untuk laki-laki dan sebesar 11,1% untuk
penelitian, diduga bahwa pola makan tinggi lemak perempuan.
dapat menjadi faktor risiko dari seseorang yang
mempunyai kadar kolesterol yang tinggi, karena KESIMPULAN DAN SARAN
menurut data penelitian sebagian besar responden Hasil dari penelitian mengenai pengaruh
yang memiliki kadar kolesterol tinggi mempunyai pola makan dengan kadar kolesterol total yang
pola makan tinggi lemak dalam kategori sering dilakukan di Puskesmas Mulyorejo Surabaya
yaitu sebanyak 17 responden. Hal ini menunjuk- dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
kan berarti terdapat kecenderungan bahwa respon- antara usia dengan kadar kolesterol total yang di-
den yang sering mengkonsumsi makanan berle- tunjukkan dengan hasil analisis statistik yaitu p=1
mak mempunyai kadar kolesterol total yang tinggi. (p>0,05). Kemudian untuk variabel pola makan
Pola makan tinggi serat dalam penelitian tinggi lemak tidak terdapat hubungan antara pola
ini adalah frekuensi responden dalam mengkon- makan tinggi lemak dengan kadar kolesterol to-

308
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017

tal yang ditunjukkan dengan hasil analisis yaitu ECG; 2000.


p=0,285 (p>0,05). Sedangkan untuk variabel pola 10. Sayeed M. Prevalence and Risk Factor of Cor-
makan tinggi serat menunjukkan terdapat hubung- onary Heart Disease In Rural Population of
an antara pola makan tinggi serat dengan kadar Bagladesh. Ibrahim Med Coll J. 2004; 4.
kolesterol total yang ditunjukkan bedasarkan hasil 11. Aulia A. Hubungan Pola Konsumsi Makan,
analisis statistik yaitu p=0,030 (p>0,05) dengan Status Gizi, Stress Kerja dan Faktor Lain de-
besar risiko OR=4. Saran bagi responden sebaik- ngan Hiperkolesterolemia pada Karyawan PT
nya melakukan pemeriksaan rutin kadar koleste- Semen Padang Tahun 2012. Jakarta: Univer-
rol total minimal 6 bulan sekali. Sedini mungkin sitas Indonesia, Gizi Kesehatan Masyarakat;
melakukan pengaturan pola makan yang seim- 2012.
bang. Menghimbau masyarakat untuk meningkat- 12. Sastromidjodjo. Peganga Penatalaksana Nut-
kan konsumsi serat. Puskesmas hendaknya mem- risi Pasien Jakarta: Binarupa Askara; 2000.
berikan tambahan informasi dan menghimbau 13. Nurrahmani U. Stop! Kolesterol Tinggi. Jog-
kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas jakarta: Group Relasi Inti Media; 2012.
Mulyorejo Surabaya untuk peduli terhadap fak- 14. Hamiid M, Abdul R, Rehan R, Nadeem HM.
tor risiko dari kadar kolesterol total yang meliputi Relation of Cholesterol Level to Dietary Fat
pola makan tinggi lemak, pola makan tinggi serat, Intake in Patients of Ischemic Heart disease.
dan paparan asap rokok. Hal ini dilakukan karena Cardiovascular Pharmacology. 2015; 4.
kadar kolesterol total merupakan faktor risiko dari 15. Gayet B, Tenenhaus A, Prunent C. Is There
beberapa penyakit tidak menular seperti jantung Linier Realtionship Betwee Dose of Rumi-
koroner dan stroke. nant Trans-Fatty Acid and Cadiovascular
Risk Markers in healthy Subject: Resul Fro-
DAFTAR PUSTAKA ma Systemaic review and Meta-Reression of
1. WHO. Noncommunicable Disease Country Randomised Clinical trial. British Journals of
Profiles Geneva: WHO Press; 2011. Nutritions. 2014; 112.
2. Kementrian K. Profil Kesehatan Dasar Ta- 16. Ira M. Hubungan Pola Makan dengan Pening-
hun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; katan Kadar Kolesterol Pada Lansiadi Jebres
2014. Surakarta. Jurnal Keperawatan 17 Surakarta.
3. Annies. Kolesterol dan Penyakit Jantung 2014.
Koroner Jogjakarta: Ar-Ruzz Media; 2015. 17. Sulistijani D. Sehat dengan Men Berserat. Ja-
4. Kemenkes RI. Survei Kesehatan Rumah Tang- karta: Trubus Agriwidya; 2002.
ga. Jakarta: Badan Litbangkes Kemenkes RI; 18. Shreya N, Nagarajan L, Ruch V, Mookambika
2004. R, Vasudevan S, Kamala K, et al. Association
5. Khomsan A. Sehat dengan Makanan Berkha- of Dietary Fiber Intake with Serum Total Cho-
siat Jakarta: PT Kompas Media Nusantara; lesterol and Low Density Lipoproein Choles-
2007. terol Levels in Urban Asia-Indian Adults with
6. Sulastri, Delmi, Rahayuningsih S, Pur- Type 2 Diabetes. Indian Journal of Endocri-
wantyastuti. Pola Asupan Lemak, Antioksi- nology and Metabolism. 20014 Sempetm-
dan, serta Hubungannya dengan profil Lipid ber-October; 18.
pada Laki-laki Etnik Minangkabau. Majalah 19. Fernandez M. Soluble Fiber and NonDisgest-
Kedokteran Indonesia. 2005; 55. ible Carbohydrate Effect On Plasma Lipid and
7. Sastroasmoro S, Ismael L. Dasar-Dasar Cardiovascular Risk. Curr Opin Lipidol. ; 12.
Metode Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa 20. Zhou Q, Jiang W, Jie T, Jia-Ji W, Chu-Hong
Askara; 1995. L, Pei-Xi W. Benefical Effect of Higher Di-
8. Soeharto I. Pencegahan dan Penyumbatan etary Fiber Intake on Plasma HDL-C and TC/
Penyakit Jantung Koroner Jakarta: PT Grame- HDL-C Ratio among Chinese Rural-to-Urban
dia Pustaka Utama; 2002. Migrant Workers. International Journal of
9. Murray R, Granner D, Mayes P&R. Biokimia Environtmental Research and Public Health.
Herper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran 2015; 12.

309

Anda mungkin juga menyukai