Anda di halaman 1dari 26

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MATA KULIAH : AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

DOSEN PENGAMPU:
Drs. La Hanu, M.Si
Haryani Pratiwi, SE, M.Si

OLEH
Kelompok 6
- Romian Nainggolan (7173342047)
- Nurtati Sitorus (7173142027)
- Rachel Maria Yosevin Siregar (7173342041)

Kelas : B

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan Tugas Critical Jurnal Review dalam mata kuliah
Akuntansi Keuangan Lanjutan. Dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, serta penggunaan media sebagai sarana refrensi maka kami mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Drs. La Hanu, M.Si dan Ibu Haryani Pratiwi, SE, M.Si karena
telah memberi kami tugas CJR ini.

Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna bagi siapa saja dalam rangka menambah
pengetahuan dan wawasan. Kami mohon maaf jika di dalam tugas ini terdapat kekurangan.
Dan karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun. Semoga CJR sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Critical Journal Review merupakan salah satu tugas wajib dalam KKNI yang
memacu mahasiswa untuk membaca berbagai artikel penelitian ataupun jurnal. Tugas ini
sangat membangun bagi mahasiswa karena dapat menumbuhkan minat baca bagi mahasiswa.
Dengan mereview artikel jurnal pada mata kuliah tertentu maka seorang mahasiswa akan
dapat menyerap ilmu yang terdapat dalam jurnal tersebut yang dapat menambah pengetahuan
mahasiswa tentang mata kuliah tersebut, misalnya pada mata kuliah Akuntansi Keuangan
Lanjutan ini mahasiswa harus mereview jurnal yang relevan dengan materi perkuliahan, baik
jurnal nasional maupun jurnal internasional. Dengan tugas mereview sebuah jurnal
mahasiswa diajak untuk berfikir kritis mengenai suatu permasalahan yang dibahas dalam
penelitian tersebut, menilai dan menganalisis suatu kajian dengan objektif. Dengan demikian
mahasiswa juga diharapkan mampu mengkritisi isi jurnal, yaitu dengan menemukan keebihan
dan kelemahan dari jurnal yang direview.

1.2 Tujuan

 Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan.
 Melatih proses berfikir penulis dalam menemukan kelebihan dan kekurangan dari jurnal
ini.
 Untuk membuat Mahasiswa lebih baik dalam membuat jurnal.
 Untuk menambah wawasan bagi pembaca mengenai Penggabungan usaha atau Merger.

1.3 Manfaat

 Terpenuhinya salah satu tugas matakuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan.


 Mampu berfikir kritis terhadap penilaian jurnal.
 Agar Mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan jurnal yang baik.
 Menambah wawasan bagi pembaca mengenai Penggabungan usaha atau Merger.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Analisis Jurnal
JURNAL NASIONAL 1
Judul Perbedaan Kinerja Keuangan Bank Ocbc Nisp Sebelum Dan
Sesudah Merger Di Indonesia
Jurnal E-Jurnal Manajemen
Volume Vol. 8, No. 8
Tahun 2019
Penulis Lisa Rachel Usmany dan Ida Bagus Badjra
Reviewer Romian Nainggolan, Rachel Maria Y Siregar, Nurtati Sitorus
Tanggal 21 November2019
ABSTRAK PENELITIAN
Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah
keputusan merger dapat meningkatkan kinerja keuangan Bank
OCBC NISP dan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan
yang signifikan kinerja keuangan Bank OCBC NISP sebelum dan
sesudah merger.
Subjek Penelitian Bank OCBC NISP
Assesment Data paried samples t-test

Kata Kunci CAR, NPL, ROA, LDR, merger

PENDAHULUAN
Latar Belakang Dan Setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu
Teori memaksimalkankekayaan pemegang saham. Globalisasi membuat
perusahaan mengembangkanstrategi untuk tetap dapat mengikuti
persaingan (Dewi dan Trihastuti, 2016).
Strategi yang dikembangkan dapat dilakukan secara internal maupun
eksternal.Secara internal dilakukan dengan memperluas perusahaan
dari dalam, sepertipeningkatan kapasitas produksi, menambah
produk, efisiensi biaya atau mencaripasar baru. Sedangkan strategi
eksternal adalah meningkatkan nilai perusahaandengan
menggabungkan dua atau lebih perusahaan (Dewi dan Trihastuti,
2016).Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
melakukanpenggabungan usaha yang biasa disebut merger. Merger
adalah salah satu strategikorporat paling banyak digunakan dan
diikuti oleh organisasi untuk mencaripeningkatan penciptaan nilai
(Gupta, 2015). Jadi setelah merger perusahaan yang diambil alih
dibubarkan, sedangkanperusahaan yang mengambil alih tetap
beroprasi secara hukum sebagai satu badanusaha dan melanjutkan
kegiatan perusahaan yang diambil alih.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah pada sektor perbankan
per tahun,periode 5 tahun sebelum merger yaitu tahun 2006-2010
dengan cut off pada tahun2011 dan 5 tahun sesudah merger yaitu
2012-2016 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Data dokumentasi tersebut diperoleh dari PT.
BANK OCBC NISPTbk.
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada tingkat kinerja keuangan bank OCBC NISP sebelum
dan sesudah merger.Bukti empiris yang diperoleh melalui penelitian
ini menunjukkan bahwa CAR,NPL, ROA dan LDR menjadi lebih
baik setelah dilakukan merger. Hasil penelitianini dapat digunakan
untuk mendukung teori-teori yang sudah ada, bahwa
mergermerupakan salah satu strategi perusahaan atau bank yang
dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kinerjanya.
Daftar Pustaka Abdulwahab, Bushra A., dan Ganguli, Subhadra. (2017). The Impact
of Mergersand Acquisitions on Financial Performance of Banks in
the Kingdom ofBahrain during 2004-15. Information Management
and Business Review.9 (4). 34-45.
Amalia, Firda., dan Ika, Siti Rochmah. (2014). Kinerja Bank Di
Indonesia SetelahMelakukan Merger Dan Akuisisi Dengan
Kepemilikan Asing: Apakah Lebih Baik?. Efektif Jurnal Bisnis dan
Ekonomi. 5 (1). 73-84.
Ambika, Achini. (2015). A Study on Merger of ICICI Bank and
Bank of Rajasthan.SUMEDHA Journal of Management. 4 (3). 124-
136.
ANALISIS JURNAL
Kelebihan jurnal 1. Abstrak sangat jelas dan mencakup seluruh isi pembahasan
artikel. .
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur untuk
memahami merger melalui pengalaman penelitian ini.
3. Pembahasan jurnal ini dapat dijadikan strategi bagi perusahaan
untuk memperoleh keuntungan yang besar.
Kekurangan jurnal
1. Teori yang dikaji dibahas di pendahuluan, sehingga pembaca
kurang dapat memahami pembahasan teori.
2. Periode waktu yang digunakan sangat singkat seharusnya lebih
panjang agar diperoleh hasil yang lebih akurat.

JURNAL NASIONAL 2
Judul Komparasi Rasio Keuangan Pt. Bank Cimb Niaga,Tbk
Sebelum Dan Sesudah Merger
Volume Vol. 10 No.1
Tahun 2018
Penulis Khaira Ainil Putri dan Endang Afriyeni
Reviewer Romian Nainggolan, Rachel Maria Y Siregar, Nurtati Sitorus
Tanggal 21 November 2019
ABSTRAK PENELITIAN
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbandingan PT. Bank CIMB Niaga, Tbk sebelum dan
sesudah merger.

Subjek Penelitian PT. Bank CIMB Niaga


Assesment Data Menggunakan studi literatur (studi dokumen) dengan
mengakses laporan keuangan tahunan Bank CIMB Niaga
melalui www.idx.com. dengan analisis deskriptif sebagai
metode analisis data.
Kata Kunci liquidity ratio, solvability ratio, and profitability ratio

PENDAHULUAN
Latar Belakang Dan Salah satu bank yang menerapkan kebijakan Single Presence
Teori Policy (SPP) adalah Bank Niaga dan Bank Lippo. Khazanah
merupakan investor dari Malaysia yang menjadi pemiliki
saham mayoritas dari kedua bank tersebut memutuskan untuk
melakukan merger demi kepentingan seluruh stakeholder
serta upaya yang harus ditempuh agar dapat mematuhi
kebijakan Single Presence Policy (SPP). Merger kedua bank
ini merupakan merger pertama yang dilakukan untuk
melaksanakan peraturan Single Presence Policy (SPP)
(www.idx.com). Dimana Bank Niaga memiliki nasabah
pribumi dan Bank Lippo kuat dengan nasabah Chinese. Bagi
CIMB Group, merger ini akan memperkokoh posisi dan
meningkatkan prospek pertumbuhan sebagai kelompok bisnis
terkemuka di Asia Merger kedua bank ini merupakan merger
pertama yang dilakukan untuk melaksanakan peraturan Single
Presence Policy (SPP) (Sisbintari, 2011). Merger kedua bank
ini mengakibatkan nama PT Bank Lippo hilang dari dunia
perbankan Indonesia, karena aset yang dimiliki Bank Niaga
lebih besar dibandingkan bank Lippo. Sehingga aset dan
kewajiban Bank Lippo dialihkan kepada bank Niaga yang
berganti nama menjadi Bank CIMB Niaga. Pengumuman
merger kedua bank ini di umumkan di Graha Niaga pada 3
November 2008. Sejak saat itu Bank Lippo tidak tercatat dan
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (Sisbintasri, 2011).
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian Metode pengumpulan data menggunakan studi literatur (studi
dokumen) dengan mengakses laporan keuangan tahunan
Bank CIMB Niaga melalui www.idx.com. dengan analisis
deskriptif sebagai metode analisis data.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan
analisis likuiditas yaitu rasio cepat, rasio perbankan, rasio
kas, dan rasio pinjaman terhadap deposito dan dengan
menggunakan solvabilitas yaitu rasio primer dan rasio aset
risiko, kinerja keuangan Bank CIMB Niaga meningkat
setelah merger.
Daftar Pustaka Darmawi, Herman. (2012). Manajemen Perbankan.Cet.2.
Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 27.
Esterlina, Prisya dan Firdausi, Nila Nuzula. (2017). Kinerja
Keuangan Perusahaan
Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi. Jurnal
Administrasi Bisnis. Vol. 47. No. 2. Hal. 42.
ANALISIS JURNAL
Kelebihan jurnal 1. Abstrak sangat jelas dan mencakup seluruh isi
pembahasan artikel.
2. Didalam pembahasan kajian teori pada artikel utama
penulis menjelaskan secara rinci dan jelas.
3. Penulis menggunakan sistematika yang baik sehingga
pembaca mudah memahami pembahasan jurnal tersebut.

Kekurangan jurnal
Pembahasan di kesimpulan terlalu rumit sehingga sulit untuk
dipahami.
JURNAL INTERNASIONAL 1
Judul Organizational Identification During a Merger: Determinants
of Employees Expected Identification With the New
Organization.
(Identifikasi Organisasi Selama Penggabungan: Faktor
Penentu Karyawan Diharapkan Identifikasi dengan
Organisasi Baru)
Jurnal British Journal of Management
Volume Vol. 17
Tahun 2006
Penulis Jos Bartels, Rynke Douwes, Menno de Jong and Ad Pruyn
Reviewer Romian Nainggolan, Rachel Maria Y Siregar, Nurtati Sitorus
Tanggal 21 November2019
DOI 10.1111/j.1467-8551.2006.00478.x
ABSTRAK PENELITIAN
Abstrak Penelitian Untuk menyelidiki perkembangan identifikasi organisasi
selama merger, studi kasus kuasi-eksperimental dilakukan
pada merger yang masih berlangsung dari organisasi
kepolisian. Penelitian ini dilakukan di antara karyawan yang
akan terlibat langsung dalam merger dan di antara karyawan
yang terlibat secara tidak langsung. Berbeda dengan
penelitian sebelumnya, identifikasi organisasi diukur sebagai
identifikasi yang diharapkan sebelum merger. Lima faktor
penentu digunakan untuk menjelaskan identifikasi yang
diharapkan karyawan: (a) identifikasi dengan organisasi pra-
merger, (b) rasa kontinuitas, (c) utilitas yang diharapkan dari
merger, (d) iklim komunikasi sebelum merger dan (e) )
komunikasi tentang merger. Lima penentu tampaknya
menjelaskan proporsi yang cukup besar dari varian
identifikasi organisasi yang diharapkan. Hasil menunjukkan
bahwa untuk memperoleh identifikasi yang kuat dengan
organisasi yang akan segera bergabung, manajer harus
memberikan perhatian ekstra kepada departemen saat ini
dengan ikatan sosial yang lebih lemah karena ini diharapkan
untuk mengidentifikasi yang paling sedikit dengan organisasi
baru. Peran variabel komunikasi yang berbeda antara dua
kelompok karyawan: komunikasi tentang merger hanya
berkontribusi pada identifikasi organisasi karyawan yang
terlibat langsung; dan iklim komunikasi hanya memengaruhi
identifikasi karyawan yang terlibat secara tidak langsung.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menyelidiki
perkembangan identifikasi organisasi selama merger.
Subjek Penelitian 420 karyawan yang akan terlibat langsung dan 295 karyawan
yang terlibat secara tidak langsung dalam merger.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Dan Baik dalam organisasi nirlaba maupun nirlaba, merger
Teori tampaknya menjadi urutan utama. Penggabungan adalah
salah satu strategi utama yang digunakan oleh organisasi
untuk meningkatkan pangsa pasar, mengurangi biaya atau
menciptakan sinergi. Pada saat yang sama, secara umum
diakui bahwa merger dapat melibatkan proses yang sulit
dengan hasil yang tidak pasti. Lebih dari setengah merger
akhirnya gagal sampai batas tertentu (Cartwright dan Cooper,
1992). Masalah seringkali dapat dianggap berasal dari aspek
manusia
terlibat dalam merger (Blake dan Mouton, 1985; Haunschild,
Moreland and Murrell, 1994). Mereka dapat terjadi karena
persepsi anggota tentang perbedaan antar kelompok dalam
organisasi baru (Jetten et al., 2002), budaya organisasi yang
tidak kompatibel (Cartwright dan Cooper, 1993) dan
bertentangan dengan identitas perusahaan (Melewar dan
Harrold, 2000). Semua masalah ini tampaknya merujuk pada
satu fenomena mendasar: bahwa dalam proses merger
anggota (atau karyawan) dari organisasi baru ('merger')
mungkin merasa terancam ketika kelompok mereka terancam
oleh 'infus' identitas baru dan bahwa mereka cenderung
melekat pada kelompok mereka sudah menjadi bagian dari.
Bukti ditemukan bahwa identifikasi organisasi awal yang
tinggi memiliki efek positif pada komitmen organisasi jangka
panjang. Namun, tampaknya relevan apakah karyawan
mengidentifikasi diri mereka sendiri terutama dengan
kelompok kerja atau dengan organisasi secara keseluruhan.
Karena merger menyiratkan ancaman besar terhadap struktur
kelompok kerja yang ada ('komposisi tim kerja berubah
secara dramatis untuk sebagian besar karyawan', Jetten et al.,
2002, hal. 293), identifikasi kelompok kerja yang kuat dalam
fase pra-merger menyebabkan negatif perasaan tentang
merger. Dalam kondisi seperti itu orang tidak akan
mengharapkan identifikasi postmerger yang kuat. Identifikasi
organisasi super-ordinat yang kuat (dengan organisasi
'perusahaan' alih-alih dengan kelompok kerja atau
departemen) menyebabkan perasaan yang lebih positif
tentang merger. Variabel-variabel mendasar yang penting
dalam penelitian-penelitian ini tampaknya adalah arti-penting
dan ancaman yang dirasakan dari identitas subkelompok pra-
merger. Dengan demikian, hubungan positif antara pra-
merger dan identifikasi pasca-merger mungkin ada ketika
karyawan tidak mengalami perubahan (yang akan datang)
sebagai ancaman terhadap situasi mereka (pra-merger) saat
ini. Ini mungkin terjadi, misalnya, ketika mereka hanya
secara tidak langsung terlibat dalam merger karena kelompok
kerja mereka hampir tidak terpengaruh olehnya atau ketika
karyawan menganggap identitas perusahaan lebih penting
bagi mereka daripada identitas kelompok kerja.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian Pengaturan Penelitian
Penelitian ini mencakup merger yang akan datang dari tiga
organisasi investigasi kriminal regional (CIO) menjadi satu
organisasi baru pada awal tahun 2005. Data dikumpulkan
enam bulan sebelum merger. Sebanyak 715 karyawan terlibat
langsung atau tidak langsung dalam merger. Karena mereka
dipekerjakan dalam tiga CIO yang akan digabung, 420
karyawan terlibat langsung: dipekerjakan seperti sebelumnya.
295 karyawan lainnya hanya terlibat secara tidak langsung:
mereka bekerja di lebih banyak kelompok kerja investigasi
kriminal lokal (CIW). Mereka tidak akan bergabung dengan
organisasi baru tetapi harus bekerja sama sangat erat dengan
organisasi postmerger yang baru.
Prosedur Untuk Pengumpulan Data
Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dikelola
sendiri. Kuesioner dikirimkan ke seluruh populasi karyawan
yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam merger yang
akan datang. Untuk menyelidiki pandangan karyawan yang
terlibat langsung, 420 kuesioner dikirimkan kepada karyawan
dari tiga CIO. Kuesioner didistribusikan melalui sekretariat
CIO. Mereka disertai dengan surat pengantar yang
menjelaskan tujuan penelitian dan meminta karyawan untuk
berpartisipasi. Total waktu respons untuk responden adalah
tiga minggu. Selain itu, 295 kuesioner dikirimkan kepada
karyawan (yang secara tidak langsung terlibat) dari dua belas
CIW. Kuesioner, disertai dengan surat pengantar yang serupa,
didistribusikan melalui kepala CIW. Sekali lagi, waktu
respons adalah tiga minggu.

Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk memperoleh


identifikasi yang kuat dengan organisasi yang akan segera
bergabung, manajer harus memberikan perhatian ekstra
kepada departemen saat ini dengan ikatan sosial yang lebih
lemah karena ini diharapkan untuk mengidentifikasi yang
paling sedikit dengan organisasi baru. Peran variabel
komunikasi yang berbeda antara dua kelompok karyawan:
komunikasi tentang merger hanya berkontribusi pada
identifikasi organisasi karyawan yang terlibat langsung; dan
iklim komunikasi hanya memengaruhi identifikasi karyawan
yang terlibat secara tidak langsung.
Hipotesis pertama (H1), mengenai hubungan positif antara
identifikasi pra-merger di tingkat organisasi (penyelidikan
polisi kekuatan) dan identifikasi pasca-merger yang
diharapkan, telah dikonfirmasi. Ini diukur hanya untuk
karyawan CIO yang terlibat langsung, karena perbedaan
antara tingkat organisasi dan kelompok kerja tidak dapat
dibuat dalam CIW yang jauh lebih kecil. Hasil penelitian ini
menguatkan temuan sebelumnya oleh Bachman (1993), dan
Van Knippenberg, Van Knippenberg, Monden dan De Lima
(2002), yang mempelajari hubungan antara konstruksi ini dari
perspektif pasca-merger. Hipotesis kedua (H2) tidak
dikonfirmasi untuk karyawan yang terlibat langsung.
Identifikasi kelompok kerja pra-merger tidak secara
signifikan memengaruhi identifikasi pasca-merger yang
diharapkan. Selain itu, korelasi antara keduanya tampaknya
lebih positif daripada negatif.
Kesimpulan keseluruhan penting yang dapat ditarik dari
penelitian ini adalah bahwa mengukur identifikasi pasca-
merger yang diharapkan dapat menjadi pendekatan yang
berguna dalam penelitian akademik dan praktis ke dalam
proses merger. Tampaknya, karyawan yang diberi tahu
tentang merger yang akan datang memang mengembangkan
pandangan tentang sejauh mana mereka berharap untuk
mengidentifikasi dengan organisasi baru, meskipun merger
yang sebenarnya belum terjadi. Ini tidak hanya dikonfirmasi
oleh kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan identifikasi pasca-merger, tetapi bahkan lebih lagi
oleh hubungan yang bermakna yang ditemukan di antara yang
diharapkan. Identifikasi pasca-merger dan determinannya.
Setelah semua, hasil penelitian ini menunjukkan kesamaan
yang cukup besar dengan studi retrospektif sebelumnya
menjadi penentu identifikasi pasca-merger (misalnya Jetten,
O'Brien dan Trindall, 2002; Van Knippenberg, Van
Knippenberg, Monden dan De Lima, 2002; Van Dick ,
Wagner dan Lemmer, 2004). Ini berarti bahwa penjelasan
'bias pandang balik' untuk hubungan positif antara identifikasi
pra-merger dan pasca-merger tidak berlaku. Fakta bahwa
karyawan tampaknya dapat mentransfer identifikasi pra-
merger mereka ke situasi pasca-merger dengan demikian
tidak dapat dikaitkan dengan distorsi memori dan asimilasi
dan strategi koping dalam situasi pasca-merger.
Daftar Pustaka Albert, S. and D. A. Whetten (1985). ‘Organizational
identity’, Research in Organizational Behaviour, 7, pp. 263–
295.
Allen, M. W. (1992). ‘Communication and Organizational
Commitment: Perceived Organizational Support as a
Mediating Factor’, Communication Quarterly, 40(4), pp.
357–367.
Allen, N. J. (1996). ‘Affective reactions to the group and the
organization’. In M. A. West (ed.), The handbook of work
group psychology.
Wiley, Chichester. Allen, M. W. and R. M. Brady (1997).
‘Total Quality Management Organizational Commitment:
Perceived Organizational Support and Intra-Organizational
Communication’, Management Communication Quarterly,
10(3), pp. 316–341.
Ashforth, B. E. and F. Mael (1989). ‘Social Identity Theory
and the Organization’, The Academy of Management
Review, 14(1), pp. 20–39.
Ashforth, B. E. and S. A. Johnson (2001). ‘Which hat to
wear? The relative salience of multiple identities in
organizational contexts’. In: M. A. Hogg and T. J. Terry
(eds.), Social Identity Processes in Organizational Contexts,
pp. 31–48. Psychology Press, Philadelphia.
ANALISIS JURNAL
Kelebihan jurnal  Abstrak yang disajikan sudah baik, karena disajikan
secara luas dan jelas serta menggambarkan isi jurnal
secara keseluruhan. Sehingga dengan membaca abstrak
saja kita dapat mengetahui isi dari jurnal tersebut.
 Dalam penelitian ini penulis menyusun penelitianya
secara sistematis dan alur dalam penelitian ini dapat
dengan mudah dimengerti oleh pembaca dan juga
walaupun versi Bahasa Inggris namun bahasanya mudah
dipahami
 Peneliti mencantumkan penelitian terdahulu sehingga
memperkuat teori dari penelitiannya.
Kekurangan jurnal  Keterbatasan dari penelitian ini terdapat pada sifatnya
yang crosssectional. Identifikasi pasca-merger yang
diharapkan dan determinannya diukur hanya sekali,
sehingga mencerminkan situasi pada satu titik waktu
tertentu selama proses merger yang lebih lama. Oleh
karena itu, hati-hati dengan interpretasi kausal dari hasil
direkomendasikan.
 Pengumpulan data dalam penelitian ini kurang signifikan
menyangkut sifat data yang dikumpulkan. Dimana Semua
tindakan yang termasuk dalam penelitian ini didasarkan
pada laporan diri karyawan atau pengumpulan data
laporan diri. Sehingga validitas eksternal dan generalisasi
dianggap kurang penting.

JURNAL INTERNASIONAL 2
Judul Continuity and Change in Mergers and Acquisitions: A Social
Identity Case Study of a German Industrial Merger
Tahun December 2005
Penulis Johannes Ullrich, Jan Wieseke and Rolf Van Dick
Reviewer Rachel Maria Yosevin Siregar, Romian Nainggolan, Nurtati
Sitorus
Tanggal 21 November 2019
ABSTRAK PENELITIAN
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan
pemahaman tentang reaksi karyawan untuk merger organisasi
melalui penerapan alat analitis dari pendekatan identitas
sosial.
Analisis ini melibatkan tiga tahap. Pertama,
memperkenalkan pendekatan identitas sosial dan meninjau
aplikasi terbaru ini pendekatan untuk proses perubahan
organisasi. Pada tahap kedua, menyajikan hasil enam belas
wawancara mendalam yang kami lakukan dengan manajer
yang terlibat dalam merger baru-baru ini dari sebuah
organisasi besar Jerman. Bagian ketiga dan terakhir dari ini
kertas berusaha untuk membangun dan memperluas
konseptualisasi sebelumnya dari proses identitas dalam
merger dan akuisisi dan selanjutnya memberikan kerangka
kerja yang bermanfaat untuk penelitian dan praktik.
Subjek Penelitian Industri Jerman yang baru digabung perusahaan.
Assesment Data Menggunakan metode analisis kualitatif.

Kata Kunci Rolf Van Dick, Work & Organizational Psychology, Aston
Business School, Aston University, Aston Triangle,
Birmingham B4 7ET, UK (r.vandick@aston.ac.uk).
PENDAHULUAN
Latar Belakang Dan Berdasarkan data kualitatif ini kami mendemonstrasikan
Teori bagaimana fitur postmerger struktur perusahaan dan cara
penerapannya mungkin telah terkikis identifikasi organisasi.
Akhirnya, kami mengusulkan model pelit untuk diuji oleh
penelitian masa depan, di mana rasa kontinuitas terdiri dari
keduanya diamati sebagai serta kontinuitas yang
diproyeksikan.
Rasa kontinuitas tidak hanya bergantung pada sejauh mana
karakteristik penting dari perusahaan pra-merger terus ada
setelah merger. Atas dan di luar kurangnya kontinuitas dari
masa lalu sampai sekarang, peserta kami menunjukkan bahwa
missing link antara sekarang dan masa depan, seperti yang
dituturkan dalam perasaan ketidakpastian, membuat
identifikasi dengan organisasi pasca merger secara
keseluruhan tidak mungkin. Perasaan ketidakpastian dapat
diragukan diamati di bangun dari hampir setiap merger (untuk
contoh terbaru melihat Brown dan Humphreys, 2003; Vaara,
2003).
Dalam kasus ini, kekosongan antara sekarang dan masa
depan adalah sebagian karena rumor bahwa pemegang saham
utama akan menjual seluruh perusahaan di beberapa titik
dalam waktu dekat, manajemen dan menghadirkan mereka
dengan fait accompli. Dimana diusulkan ketidakpastian yang
dapat berhubungan dengan menurunkan organisasi
identifikasi karena dua alasan: (a) ancaman kehilangan
pekerjaan membuat identitas pribadi seseorang lebih
menonjol; (B) kejelasan hilang dari masa depan organisasi
secara keseluruhan berjumlah frustrasi dari kebutuhan untuk
af fi liation dan rasa memiliki (lihat Haslam et al., 2000,
untuk diskusi tentang hubungan antara organisasi identifikasi
dan konsep kebutuhan yang berbeda).
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian Metode pengumpulan data menggunakan metode analisis
kualitatif.
Hasil Penelitian Ada dua faktor yang harus sangat mendukung untuk
memproyeksikan kontinuitas. Pertama, partisipasi manajemen
menengah dalam keputusan yang mempengaruhi masa depan
perusahaan dapat diusulkan sebagai variabel yang sangat
relevan ditangani oleh penelitian tentang merger. Kedua,
kami mengusulkan bahwa penelitian masa depan harus fokus
pada peran pemimpin sebagai agen perubahan. Jika top
manajer akan bertindak sebagai anggota organisasi
postmerger, yaitu, berdasarkan pemahaman tentang prototipe
berkembang dari identitas merger, mereka dapat berfungsi
sebagai lem yang menempel dua organisasi pra-merger
bersama-sama. Jika mereka akan bertindak sebagai agen
kontinuitas (Van Knippenberg dan Hogg, 2003) ini akan
memiliki efek positif yang sangat besar pada sikap dan
bantuan karyawan untuk mengatasi resistensi terhadap
perubahan. Ini, bagaimanapun, harus diuji dalam kedua studi
kuantitatif seperti diuraikan di atas, tetapi juga dalam
penyelidikan kualitatif mendalam seperti studi observasional
dan wawancara dari CEO dan perilaku manajer puncak.
Daftar Pustaka Bebek, JM dan Fielding, KS (2003). 'Pemimpin dan
perlakuan mereka terhadap subkelompok: implikasi untuk
evaluasi dari pemimpin dan kelompok superordinate'.
European Journal of Social Psychology, 33, 387-401.
Ellemers, N. (2003). 'Identitas, budaya, dan perubahan dalam
organisasi: analisis identitas sosial dan tiga kasus ilustrasi.
Dalam Haslam, SA et al. (Eds), Identitas sosial di Tempat
Kerja: Membangun Teori untuk Praktek Organisasi. New
York: Taylor dan Francis, 191-204.
Fiol, CM (2001). 'Menyingkap pandangan berbasis identitas
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan'. Majalah
Manajemen, 27, 691-9.
ANALISIS JURNAL
Kelebihan jurnal 1. Peneliti memberikan usulan model yang akan
digunakan di penelitian masa depan yaitu dengan
menggunakan modep pelit di mana rasa kontinuitas
terdiri dari keduanya diamati sebagai serta kontinuitas
yang diproyeksikan.
2. Dalam membahas masalah kontinuitas dalam
perubahan organisasi, peneliti telah menyediakan cara
alternatif untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan
menggunakan pendekatan studi kasus untuk
memberikan yang lebih dalam memahami konsep
kontinuitas.
3. Peneliti menyampaikan atau memberikan arahan
untuk peneliti masa depan.
Kekurangan jurnal
Pada abstrak peneliti kurang jelas dalam memaparkan
pembahasan pada penelitian ini.

JURNAL INTERNASIONAL 3
Judul The Impact of Leadership and Change Management Strategy
on Organizational Culture and Individual Acceptance of
Change during a Merger
Tahun 2006
Penulis Marie H. Kavanagh and Neal M. Ashkanasy
Reviewer Rachel Maria Yosevin Siregar, Romian Nainggolan, Nurtati
Sitorus
Tanggal 21 November 2019
ABSTRAK PENELITIAN
Tujuan Penelitian Menunjukkan bahwa dalam banyak kasus, perubahan yang
terjadi sebagai akibat dari merger dibebankan pada para
pemimpin itu sendiri, dan sering kali laju perubahan yang
menghambat keberhasilan rekayasa ulang budaya.
Subjek Penelitian Melibatkan pengumpulan data dari tiga universitas yang
bergabung dengan beberapa perguruan tinggi pendidikan
lanjutan lainnya. Sebuah studi kuantitatif longitudinal yang
besar dilakukan di semua kampus dari tiga universitas yang
terlibat selama enam tahun. Ini diikuti oleh studi kualitatif di
seluruh peserta dari semua kampus dari tiga universitas. Tiga
universitas dipilih karena kesamaan dalam hal lokasi, jumlah
mitra merger yang terlibat dan perbedaan mendasar yang ada
di antara mereka dalam hal ukuran, orientasi, lamanya
keberadaan dan cara masing-masing lembaga mendekati
proses merger / perubahan .
Assesment Data Menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Dan Keberhasilan atau merger apa pun bergantung pada
Teori persepsi individu tentang cara penanganan proses dan arah di
mana budaya dipindahkan. Komunikasi dan proses perubahan
yang transparan adalah penting, karena ini akan sering
menentukan tidak hanya bagaimana seorang pemimpin akan
dianggap, tetapi siapa yang akan dianggap sebagai seorang
pemimpin. Pemimpin harus kompeten dan terlatih dalam
proses transformasi organisasi untuk memastikan bahwa
individu dalam organisasi menerima perubahan yang
didorong oleh merger.
Akuisisi, merger dan perubahan telah menjadi bagian
berkelanjutan dari strategi operasional banyak organisasi
selama bertahun-tahun, dan telah terbukti menjadi sarana
yang signifikan dan populer untuk mencapai keragaman,
pertumbuhan, dan rasionalisasi perusahaan (Cartwright dan
Cooper, 1992). Dalam era postmodern ini, organisasi harus
menghadapi kekacauan sebanyak keteraturan dan perubahan
adalah dinamika yang konstan (Berquist, 1993). Organisasi
yang beroperasi di sektor pendidikan tinggi tidak terkecuali.
Literatur budaya organisasi mengingatkan kita bahwa
berbagai faktor mempengaruhi perubahan organisasi seperti
yang dihasilkan selama merger, dan bahwa para pemimpin
yang berharap untuk memulai perubahan organisasi dan
menghasilkan penerimaan pengikut menghadapi tugas yang
menakutkan (Michaela dan Burke, 2000). Tantangannya
adalah memilih serangkaian tindakan yang dapat dicapai
dalam kapasitas organisasi untuk menyerap perubahan dan
kendala sumber daya.
Penelitian awal yang didasarkan pada teori kepemimpinan
'orang hebat' (Hakim et al., 2002) menemukan bahwa situasi
juga memainkan peran penting dalam menentukan efektivitas
pemimpin dan bahwa, agar efektif, para pemimpin harus
berperilaku berbeda dalam situasi yang berbeda (Stogdill,
1974; Yukl, 2002). Banyak yang telah ditulis tentang kualitas
dan tipe kepemimpinan (mis. Bass dan Avolio, 1994; House,
1996; Conger dan Kanungo, 1998). Bass (1985)
mengemukakan bahwa pemimpin harus mempromosikan
perubahan dengan menciptakan visi. Teori kepemimpinan
transformasional dan perubahan organisasi menekankan
bahwa perubahan dicapai melalui penerapan visi unik
organisasi oleh pemimpin melalui karakteristik dan tindakan
pribadi persuasif yang kuat yang dirancang untuk mengubah
bentuk dan substansi budaya organisasi internal (Bass dan
Avolio, 1994; Hatch, 1993; Porras dan Robertson, 1992).
Kouzes dan Posner (1987, hlm. 30) mengemukakan bahwa,
ketika menghadapi perubahan yang signifikan,
'Kepemimpinan adalah seni memobilisasi orang lain untuk
mau memperjuangkan aspirasi bersama'. Oleh karena itu
pemimpin harus terampil dalam proses manajemen perubahan
jika mereka ingin bertindak dengan sukses sebagai agen
perubahan dan memotivasi orang lain untuk mengikuti (Van
Knippenberg dan Hogg, 2003). Weber (1978)
menghubungkan perubahan budaya dengan 'intervensi
karismatik dari jenis yang unik dan istimewa' dan
menekankan kepemimpinan dan basis kekuatan dan
kepentingannya. Fishman dan Kavanaugh (1989)
mengemukakan bahwa budaya suatu organisasi dan
bagaimana orang merespons perubahan dan inovasi secara
substansial dibentuk oleh perilaku pemimpin. Lebih luas,
pemimpin organisasi adalah sumber utama pengaruh pada
budaya organisasi (Schein, 1992). Menurut Mumford et al.
(2002), iklim dan budaya organisasi merupakan konstruksi
sosial kolektif di mana para pemimpin memiliki kontrol dan
pengaruh yang substansial. Karena kepemimpinan lebih
merupakan proses kelompok (Chemers, 2001), ahli teori
identitas sosial (Haslam dan Platow, 2001; Hogg dan Terry,
2001; Hogg dan van Knippenberg, 2003) akan berpendapat
bahwa pergeseran dari personal ke relasional ( kelompok)
tingkat identitas sesuai dalam analisis kepemimpinan dalam
konteks organisasi terutama setelah merger (van Knippenberg
dan van Leeuwen, 2001). Teori identitas sosial berfokus pada
gagasan tentang konsep diri - yang disebut sebagai identitas
sosial - yang berasal dari keanggotaan dalam kelompok sosial
dan berbeda dengan identitas pribadi, yang mencerminkan
karakteristik seseorang sebagai individu yang unik (Hogg,
1996; Hogg and Abrams, 1988 ; Tajfel dan Turner, 1979).
Van Knippenberg dan Hogg (2003) dan van Dick (2004)
berpendapat bahwa dalam kelompok yang menonjol dengan
orang-orang yang mengidentifikasi dengan kuat, efektivitas
kepemimpinan secara signifikan dipengaruhi oleh bagaimana
prototipikal kelompok yang dirasakan oleh pemimpin oleh
anggota. Sementara perspektif identitas sosial mungkin
menjadi salah satu yang penting ketika memeriksa
kepemimpinan dan kekuasaan, itu tidak berarti hanya
perspektif. Meskipun demikian, pengaruh para pemimpin
bertumpu pada bagaimana orang lain memandang mereka.
Menurut Weber (1978, 1996), para pemimpin dalam
pengertian ini adalah gengsi yang dipinjamkan ketika
karyawan percaya pada mereka dan apa yang mereka
lakukan, dan bersedia menerima keputusan mereka. Conger
dan Kanungo (1988) dan Kotter (1988) menekankan secara
khusus bahwa para pemimpin perlu memahami bahwa
manajemen mengacu pada proses perencanaan,
pengorganisasian dan pengendalian; sementara
kepemimpinan adalah proses memotivasi orang untuk
berubah. Amabile (1998) mengemukakan bahwa, dengan
memengaruhi sifat lingkungan kerja dan budaya organisasi,
para pemimpin dapat memengaruhi sikap anggota organisasi
terhadap perubahan dan motivasi terkait pekerjaan.
Tantangannya kemudian adalah memilih serangkaian
tindakan yang layak dalam kapasitas organisasi untuk
menyerap perubahan dan mengelola sumber daya.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian Metode pengumpulan data dengan menggunakan metode
analisis kualitatif dan kuantitatif untuk menguji pengaruh
kepemimpinan dan strategi manajemen perubahan terhadap
penerimaan perubahan budaya oleh individu.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif penelitian ini
memberikan suara untuk persepsi dan pendapat dari mereka
yang paling terpengaruh oleh merger - anggota staf individu
di semua tingkatan - dan menyoroti fakta bahwa cara di mana
proses perubahan dikelola oleh para pemimpin akan memiliki
efek signifikan pada hasilnya. Sebagai akibatnya, kelompok
individu yang berbeda dapat memandang merger secara
berbeda (menerima penolakan) dengan konsekuensi yang
berimplikasi pada cara kepemimpinan selama merger dilihat.
Kebanyakan merger muncul sebagai akibat dari kebutuhan
untuk merasionalisasi, meningkatkan efisiensi, atau
mengurangi biaya dengan cara tertentu. Namun, kecuali
merger ditangani secara efektif, kebalikannya kemungkinan
terjadi (Cartwright dan Cooper, 1996). Apa yang terbukti
dalam penelitian ini adalah bahwa manajer yang bertanggung
jawab untuk mendorong proses merger tidak dilengkapi
dengan komunikasi yang tepat atau mengubah keterampilan
manajemen untuk mengelola proses merger secara efektif.
Pada gilirannya, ini mengarah pada persepsi negatif oleh
individu tentang cara di mana proses itu dikelola dan tentang
para pemimpin itu sendiri. Ini memiliki konsekuensi yang
merugikan pada kemampuan individu untuk merangkul
perubahan yang diperlukan oleh merger dan melihat
'organisasi baru dan budayanya' secara positif. Penunjukan
fasilitator manajemen perubahan yang terampil atau
pemimpin untuk memimpin perubahan harus terjadi pada
awal proses merger.
Penelitian ini menunjukkan bahwa para pemimpin perlu:
(1) untuk memilih dengan hati-hati metode atau pendekatan
yang akan digunakan untuk mengelola merger dan
mengembangkan budaya baru setelah merger (acuh tak acuh,
langsung, bertahap); (2) untuk membangun saluran
komunikasi yang efektif yang melibatkan individu di semua
tingkatan organisasi untuk memberi tahu individu tentang
tahapan yang harus diikuti dan untuk menguraikan secara
jelas hasil bagi mereka; (3) memilih mitra (kecil) yang
bersedia terlebih dahulu dan pindah ke mitra yang lebih sulit
setelah memberikan lebih banyak waktu untuk konsultasi dan
pembenaran; dan (4) untuk memimpin secara positif,
mengakui bahwa perubahan adalah proses emotif dan orang-
orang perlu 'diubah' dengan bermartabat dengan mengakui
kontribusi dan membenarkan alasan bagi mereka untuk
melanjutkan.
Daftar Pustaka Berquist, W. (1993). The Postmodern Organization:
Mastering the Art of Irreversible Change. Jossey-Bass, San
Francisco.
Cartwright, S. and C. L. Cooper (1992). Mergers and
Acquisitions: The Human Factor. Butterworth-Heinemann,
Oxford.
Michela, J. L. and W. W. Burke (2000). 'Organizational
culture and climate in transformations for quality and
innovation'. In: N. M. Ashkanasy, C. P. E. Wilderom and M.
F. Peterson (eds), Handbook of Organizational Culture and
Climate, pp. 117–129. Sage Publications Inc., London.
ANALISIS JURNAL
Kelebihan jurnal 1. Mencakup seluruh isi pembahasan artikel.
2. Peneliti juga memberikan suatu himbauan kepada
peneliti selanjutnya agar untuk penelitian masa depan
salah satu dari sedikit untuk menganalisis merger di
sektor pendidikan tersier dan untuk meneliti pengaruh
kepemimpinan merger dalam studi longitudinal.
Populasi untuk penelitian ini diambil dari staf
akademik karena kelompok ini mengalami perubahan
dalam hal ketiga aspek peran mereka: administrasi,
penelitian dan pengajaran. Studi ini harus direplikasi
untuk memasukkan staf dari populasi administrasi dan
akademik untuk memungkinkan perbandingan.
Penelitian di masa depan juga dapat mencakup
pengaruh variabel kontrol seperti jenis organisasi
(publik versus swasta), ukuran organisasi dan status
keuangan. Ini mungkin menjelaskan lebih lanjut
tentang faktor-faktor yang menyebabkan budaya
organisasi bergerak ke arah yang mereka lakukan
setelah merger dan untuk memperluas pemahaman
tentang kualitas kepemimpinan yang diperlukan untuk
manajemen merger yang efektif. Terakhir, penelitian
ini juga mengidentifikasi bahwa metode yang
digunakan untuk mengelola perubahan yang terkait
dengan merger memiliki hasil yang berbeda untuk
individu dan persepsi mereka tentang bagaimana
proses perubahan mengarah. Pekerjaan lebih lanjut
perlu dilakukan untuk menguji tiga metode perubahan
- inkremental, segera dan acuh tak acuh, dan
mengaitkannya dengan gaya dan kualitas
kepemimpinan dalam situasi merger lainnya untuk
menguji generalisasi.
3. Terbukti dalam hal model, strategi atau pendekatan
manajemen perubahan yang dipilih oleh para
pemimpin akan menghasilkan perubahan dalam
budaya organisasi yang akan menyebabkan
konsekuensi bagi individu dalam hal tingkat kendala
yang diberlakukan atau otonomi yang diberikan sesuai
dengan Cartwright dan Cooper ( 1996) model.
Kekurangan jurnal 1. Penelitian ini didasarkan pada langkah-langkah
laporan diri dan variabel untuk budaya organisasi
diukur dalam survei yang sama dengan variabel untuk
nilai individu menggunakan metode yang sama. Oleh
karena itu ada kemungkinan varians metode dalam
bahwa kovarians artifaktual antara dua variabel dapat
menyebabkan kesalahan ketika menyimpulkan
hubungan substantif yang tidak ada (Podsakoff dan
Organ, 1986). Namun, untuk mempertahankan hal ini,
penelitian ini bersifat longitudinal, instrumen survei
mengukur dua konstruk yang berbeda, telah divalidasi
oleh peneliti lain selama bertahun-tahun dan upaya
untuk menghubungkan nilai-nilai individual kolektif
dengan tipe budaya organisasi ketika bagian dari
analisis gagal.
2. Selain itu, sebagai sarana pengumpulan data, tingkat
respons kuesioner dapat dipengaruhi oleh sikap
negatif atau apatis terhadap kuesioner, terutama di
organisasi besar. Keterbatasan lebih lanjut yang
mungkin terjadi adalah erosi dalam tingkat respons
untuk survei 2 dan 3 karena pergantian staf. Ada
beberapa pengurangan, 120 orang menanggapi ketiga
survei selama periode enam tahun.
3. Informasi yang disajikan dalam penelitian ini adalah
dari analisis catatan dan transkrip wawancara, dan
termasuk penilaian yang dibuat oleh manusia yang
sangat rentan terhadap kesalahan. Walaupun
pengambilan sampel dilakukan secara acak, tidak
diklaim bahwa pandangan-pandangan ini
menunjukkan pandangan semua staf akademik di
masing-masing institusi. Penelitian ini juga
melibatkan penelitian lintas level dan multi-level,
yang menyiratkan hubungan hierarkis antara berbagai
hal. Masalah dasar dalam penelitian multi-level (Klein
dan Kozlowski, 2000) adalah salah spesifikasi.
Misalnya, dengan menghubungkan deskripsi individu
tentang keterlibatan mereka dalam pengambilan
keputusan selama merger dan menghubungkannya
dengan hasil individu, setiap ekstrapolasi tentang
struktur organisasi dan risiko kinerja salah spesifikasi
(Rousseau, 1985). James (1982) telah mengatasi
masalah ini dengan mengeksplorasi sejauh mana data
yang diturunkan pada tingkat individu dapat memberi
tahu kita sesuatu tentang fenomena tingkat unit
tertentu. Suatu kasus telah dibuat untuk penggunaan
data agregat, karena mereka memenuhi kriteria seperti
perjanjian antar penilai. Untuk alasan ini, penekanan
dalam penelitian ini adalah untuk memungkinkan
individu 'menceritakan kisah' sebagaimana yang
mereka rasakan, dan tidak ada upaya yang telah
dilakukan untuk menyimpulkan hasil untuk institusi.

2.2 Pembahasan Jurnal Dihubungkan Dengan Materi Pada Buku Akuntansi Keuangan
Lanjutan

Sesuai dengan hasil review kelompok kami terkait dengan 5 jurnal tersebut yaitu
membahas tentang penggabungan usaha sebelum dan sesudah merger lebih ke arah teori
bagaimana situasi sebelum dilakukannya penggabungan usaha dan bagaimana perlakuannya
setelah penggabungan usaha. Jika dikaitkan dengan materi yang ada pada buku Akuntansi
Keuangan Lanjutan terdapat persamaan yang kami temui yaitu mengenai teori penggabungan
usaha namu yang menjadi pembedanya adalah dibuku tersebut lebih ke perhitungannya. Serta
bagaimana pencatatan pada lembah konsolidasi sebelum dan sesaat konsolidasi pada tanggal
penggabungan usaha. Penerapannya sudah sesuai dengan teori yang ada, dimana pada jurnal-
jurnal tersebut dijelaskan mengenai perbandingan variabel yang diteliti sebelum dan sesudah
penggabungan yang memiliki pengaruh terhadap perusahaan yang melakukan merger, dengan
itu sesuai dengan materi yang dipelajari dimana pada buku tersebut juga dibahas mengenai
pengaruh dari penggabungan usaha tersebut serta status kepemilikan pada konsolidasi.
Namun penerapannya terkait dengan perhitungan nya belum sesuai dengan yang ada dibuku,
dimana pada jurnal yang kami bahas tidak mencantukan perhitungan terkait dengan
kepemilikan akan saham setelah dilakukan penggabungan usaha yang ada hanya
penjelasannya atau secara deskripsi saja.

Anda mungkin juga menyukai