Anda di halaman 1dari 2

Lonjakan kredit seret memang menimpa banyak bank sepanjang tahun lalu, tak terkecuali bank dengan

aset terbesar di Tanah Air yaitu PT Bank Mandiri Tbk. Beberapa kredit macet diduga terjadi lantaran
debitur melakukan penyimpangan (fraud) terhadap dana yang diterimanya. Bank pun memperketat
persetujuan kredit.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, modus yang kerap dilakukan debitur
adalah memailitkan diri sendiri setelah menerima kucuran kredit. “Ada beberapa nasabah yang dari awal
niatnya tidak baik. Mereka pada waktu sudah mendapatkan kredit menyalahgunakan dananya dan
memailitkan dirinya sendiri,” ucapnya selepas rapat dengar pendapat dengan Komisi XI Dewan
Perwakilan Rakyat, Kamis (30/3).

Ia menjelaskan, pihaknya menggaet Kejaksaan Agung sebagai pengacara negara untuk memproses
secara hukum debitur-debitur yang dimaksud. “Kami akan pidanakan,” ujarnya. Kerja sama dengan
Kejagung juga dilakukan untuk melacak aset debitur, sehingga bank bisa memperoleh pengembalian
atas kredit macet yang dimaksud. (Baca juga: Bank Permata Terbebani Kredit Macet Garansindo Rp 1,2
Triliun)

Salah satu kasus kredit macet yang tengah ditangani Kejagung yaitu kredit senilai Rp 350 miliar milik
perusahaan baja PT Central Steel Indonesia (CSI). Kredit yang mengucur pada 2011 itu mendadak macet
seiring dengan konflik yang terjadi di internal perusahaan. Adapun, aset yang menjadi jaminan kredit
diduga digelapkan oleh perusahaan.

Menanggapi kasus tersebut, Kartika menjelaskan, proses hukum masih berjalan. “Central Steel
prosesnya sudah beberapa lama. Mereka seperti ada sengketa di dalam, tapi kami akan teliti apa itu
sengketa benaran atau sengketa-sengketaan,” kata dia.

Selain CSI, ia mengatakan ada dua atau tiga debitur lainnya yang terindikasi melakukan fraud dan tengah
diselidiki bank bersama penegak hukum. Salah satu debitur yang dimaksud adalah PT Rockit Aldeway.
Pemilik perusahaan bahan bangunan tersebut Harry Suganda (HS) diduga sengaja memailitkan
perusahaan setelah mendapat kucuran kredit.

Akibat langkahnya tersebut, sebanyak tujuh bank, termasuk Bank Mandiri, mengalami kerugian dengan
nominal total Rp 836 miliar. Kepolisian pun sudah menetapkan HS sebagai tersangka.
Ke depan, untuk mengantisipasi kredit macet terutama di segmen menengah, Kartika menjelaskan,
pihaknya akan mengedepankan pengecekan rekam jejak (track checking). Tujuannya, untuk mengecek
keaslian atau keabsahan data debitur.

Pengecekan akan dilakukan ke pemasok (supplier) yang selama ini bekerja sama dengan debitur, dan
kepada kreditur kredit sebelumnya. (Baca juga: Bantah OJK, Dirut BTN: Kasus Bilyet Palsu Bukan
Kelemahan Sistem)

Selain itu, pihaknya juga akan meningkatkan kewaspadaan pegawainya agar tidak hanya mengandalkan
data keuangan dari akuntan publik. Bank juga akan lebih selektif dalam memilih kantor akuntan publik
yang kredibel. “Challenge-nya (tantangan) kami bagaimana memahami laporan keuangan itu merupakan
laporan keuangan yang merepresentasikan aktivitas yang benar,” ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai