Anda di halaman 1dari 55

GIZ 222 - DR.

HADI RIYADI KULIAH1

MASALAH GIZI
dan
KONSEP PENILAIAN GIZI

Departemen Gizi Masyarakat


Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
2020
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA
KULIAH
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini,
mahasiswa akan dapat menilai (assesment )
keadaan pangan dan status gizi individu, rumah
tangga dan penduduk.
CAPAIAN PEMBELAJARAN Kul. 1
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat
menjelaskan masalah gizi dan konsep penilaian
gizi
Konseptual model kecacatan, kesakitan, dan
kematian akibat gangguan gizi (modifikasi dari Bhutta et al
2008 dan UN Commision on Nutrition of the 21st Century 2000)

Dampak Jangka Dampak


Pendek Jangka Panjang
Gangguan Gizi
Kemiskinan Kemampuan
Perkembangan
WUS: Otak Kognitif dan
Konteks sosial - Kekurangan gizi Pendidikan
dan politik mikro
- Pendek
Keterpaparan Disabilitas
- BB pra hamil yang
terhadap rendah
infeksi Pertumbuhan
(akibat gangguan Stunting/pendek
Bumil: Kesakitan
Kerawanan gizi pada Masa
- Kekurangan gizi
pangan Janin)
mikro
-Kenaikan BB ketika Kematian
Layanan yang
hamil yang kurang
tidak Programming
berkualitas -Hipertensi
Baduta: metabolisme dari
dan cakupan -Diabetes
-Gangguan gizi pada glukosa, lemak,
layanan yang -Obesitas
Masa Janin protein,
-PJK
rendah -Gangguan hormon.reseptor
-Stroke
pertumbuhan /gen
Bencana dan -Kekurangan gizi
Kedaruratan mikro
-Infeksi

Gangguan
kesehatan
Sumber : Pokja-Infeksi
2 PraWNPG
berulang X 2012 Sub Tema Gizi dan Kesehatan
Gizi Buruk (NTB)
Kefamenanu-NTT
Halmahera 2010
Kefamenanu-NTT 2007
Masalah gizi dalam daur kehidupan
The world nutrition situation
RATES OF CHILD WASTING REMAIN EXTREMELY HIGH
IN SOME SUBREGIONS IN 2017, ESPECIALLY IN ASIA
PREVALENCE OF THINNESS AMONG
SCHOOL-AGE CHILDREN – 2016

Source: WHO. 2018. Global Health Observatory (GHO) data. In: World Health
Organization [online]. www.who.int/gho
THE NUMBER OF UNDERNOURISHED PEOPLE IN THE
WORLD HAS BEEN ON THE RISE SINCE 2014, REACHING
AN ESTIMATED 821 MILLION IN 2017
PROPORSI STATUS GIZI BURUK DAN
GIZI KURANG PADA BALITA, 2007-
2018
2007 2013 2018

13,013,913,8
• 2013: Gizi Kurang
dan Buruk 19.6%
5,4 5,7 • 2018: Gizi Kurang
3,9 dan Buruk 17.7%

Gizi buruk Gizi Kurang


Balita gizi buruk dan gizi kurang
Riskesdas Target RPJMN
2018 2019
17.7% VS 17%

15
PROPORSI STATUS GIZI SANGAT PENDEK
DAN PENDEK PADA BALITA, 2007-2018
2007 2013 2018

18,818,0 18,019,219,3
• 2013: Sangat
11,5 pendek dan pendek
37.2%
• 2018: Sangat
pendek dan pendek
30.8%

Sangat Pendek Pendek


Balita gizi sangat pendek dan
pendek
Riskesdas 2018 Target RPJMN 2019
30.8% VS 28% (baduta)
(balita)
16
0
10
20
30
40
50
60
DKI Jakarta

17,7
27,5
DI Yogyakarta
Bali
Kepulauan Riau
Bangka Belitung
Sulawesi Utara
Banten
Kalimantan Utara
Lampung
Riau
Papua Barat
Bengkulu

⋆ Sangat pendek : TB/U<-3SD


Sulawesi Tenggara
Kalimantan Timur
Sumatera Barat
Jambi

Indikator tinggi badan menurut umur (TB/U):


INDONESIA

2013
30,8
37,2

Jawa Barat
Jawa Tengah
Maluku Utara

2018
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
PROVINSI, 2013-2018

⋆ Pendek: TB/U ≥-3SD s/d <-2SD Gorontalo


Jawa Timur
Papua
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
DAN PENDEK PADA BALITA MENURUT

Nusa Tenggara Barat


PROPORSI STATUS GIZI SANGAT PENDEK

Maluku
Kalimantan Tengah
Sulawesi Selatan
Aceh
17

Sulawesi Barat
51,7

42,6

Nusa Tenggara Timur


5
10
15
20
25
Nusa Tenggara Barat

0 3,3
8,5
Sulawesi Tengah
Nusa Tenggara Timur
DI Yogyakarta
Maluku
Sumatera Barat
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Selatan

•Gemuk BB/TB >2SD


tinggi badan (BB/TB):
Sulawesi Selatan
Lampung
Jawa Tengah

Indikator berat badan menurut


Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Riau

2013
Papua Barat
DKI Jakarta
2013-2018

2018 Bali
Bangka Belitung
Kalimantan Barat
8

INDONESIA
11,8

Banten
atas prevalensi nasional
• INDONESIA: gemuk 8%

Jawa Barat
Aceh
PROPORSI STATUS GIZI GEMUK

Sumatera Utara
PADA BALITA MENURUT PROVINSI,

Kepulauan Riau
Jawa Timur
• 13 provinsi dengan prevalensi gemuk di

Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
Bengkulu
Jambi
18

Sumatera Selatan
Papua
15

13,2
10
20
30
40
50
60
70
80
Kalimantan Utara

0 1,7
14,4
Aceh
Bengkulu
Kalimantan Timur
Riau
DKI Jakarta

KEK WUS:
Bangka Belitung
Gorontalo
Bali
Sumatera Utara
Sulawesi Utara
Lampung
Jawa Barat
Jambi
Kalimantan Barat
Sumatera Selatan
Wanita Tidak Hamil

Banten
Sumatera Barat
Kepulauan Riau
INDONESIA
14,5

17,3

Sulawesi Barat
Jawa Timur
RKD 2013: WUS hamil 24.2%, WUS tidak hamil 20.8%
RKD 2018: WUS hamil 17.3%, WUS tidak hamil 14.5%

Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Wanita Hamil

Indikator KEK: lingkar lengan atas wanita usia subur 15-49 tahun < 23.5 cm
MENURUT PROVINSI, 2018

Sulawesi Selatan
Jawa Tengah
Sulawesi Tengah
KRONIS PADA WANITA USIA SUBUR

Nusa Tenggara Barat


PROPORSI RISIKO KURANG ENERGI

DI Yogyakarta
Papua
Papua Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku Utara
19

Maluku
Nusa Tenggara Timur
36,8
32,5
PROPORSI ANEMIA IBU HAMIL,
2018
Anemia ibu hamil menurut
60 umur

50
48,9
40 37,1 24
30
33,6 84,6
20
33,7
10

2013 2018 15-24 tahun 25-34 tahun


35-44 tahun 45-54 tahun

20
Pola Konsumsi Pangan
No Pola Konsumsi Persentase
1. Konsumsi sayur & buah rendah >10th 93,6%
2. Konsumsi makanan padat gula 65,2 %
3. Konsumsi makanan padat garam 29,5 %
4. Konsumsi makanan padat lemak 12,8 %

5. Konsumsi makanan protein hewani rendah 61,7 %

Kebiasaan sarapan, yg dpt meningkatkan


konsentrasi belajar & stamina anak, masih rendah:
6. - Tidak sarapan (Pergizi Pangan 2011) 35–50 %
- Sarapan hanya air minum (Riskesdas 2010) 26,1 %
- Asupan energi < 15% (Riskesdas 2010) 44,6 %
ASI Eksklusif 0-6 bln
7. Lebih rendah dari angka harapan (80%) 61,5 %

Sumber : Thaha et. al., 2012, Satelit Meeting WNPG X, Jakarta


Sumber : Kemenke RI (2013)
10 juta anak balita di Indonesia
Kurang vitamin A

Anak buta, kurang vitamin A


Risiko meninggal lebih tinggi
Sumber : Depkes, 2005
Indikator Masalah Kurang Vit A
Indikator Batas 1978 1992 2007 2011
masalah
Kesmas

% xerophthalmia 0.5 1.3 0.35 0.13 -


% anak dengan 20 - 54 14.6 0.8
retinol < 0.7
umol/L
Sumber data:
1978 – Survai Nasional
1992 – Survai Nasional
2007 - Survai Gizi Mikro 12 prop
2011 - SEANUTS

Sumber : Minarto, Satelit Meeting WNPG X


Prevalence of vitamin A deficiency (SEANUTS 2012)
INDONESIA VIETNAM
100
100

80 37.0
80 44.0

% Prevalence
% Prevalence
60 82.4 60
93.8 Sufficient
40 40
57.3 46.3 Borderline
20 20 Deficient
16.7
6.1 5.7 9.7
0 0.1 0.9 0
urban rural urban rural
5 – 12 y 5 – 11 y

THAILAND MALAYSIA
100 100

80 80 34.5
45.0 45.5 46.2 45.5 44.5
55.7
% Prevalence

62.9 64.7

% Prevalence
68.7 69.2
60 83.4 60

40 40
61.0
49.8 51.3 49.7 51.2 51.3
36.3
20 37.1 31.6 20
29.6 30.5
15.7
8.0 5.2 4.5 4.2 4.2
0 0.9 1.7 0.3 3.7 0 3.2 3.3
urban rural urban rural urban rural urban rural urban rural urban rural

3.0 – 5.9 y 6 – 12 y Total 4.0 – 6.9 y 7 – 12 y Total


Vitamin A deficiency based on serum retinol < 0.7 μmol/l, borderline: 0.7 -1.05 μmol/l, sufficient: > 1.05 μmol/l
Sumber : Minarto, Satelit Meeting WNPG X 2012
Prevalence of Anemia
2011(SEANUTS 2012)

70

60 58,3 57,1
54,7
52,3
50
Axis Title

40

30 boys
girls
20 16,3 16,2
14,1 12,7
10,3 11 12,2 11,3
10

0
urban rural urban rural urban rural
0.5-1.9 y 2.0-4.9y 5.0-12.9y

• Cut off anemia for 6-59 mo : 110 g/l (WHO 2001)


•Cut off anemia for 5-12 y : 115 g/l (WHO 2001)
Sumber : Minarto, Satelit Meeting WNPG X 2012
Prevalensi Defisiensi Fe (SEANUTS 2012)
20
18,7
18

16
14,4
14

12 10,8
% Iron Deficiency

10 9,4
Boys
8 Girls
6 5,6
5
4 2,8
2 1,3

0
Urban Rural Urban Rural
2.0-4.9y 5.0-12.9y

•Cut off ferritin for < 5 y : 12 ug/l (WHO 2001)


•Cut off ferritin for >=5 y : 15 ug/l (WHO 2001)
Sumber : Minarto, Satelit Meeting WNPG X 2012
Population with Iodine Deficiency

Cretinism: 6 million

Brain damage: 26 million

Goitre: 655 million

At risk of mental
impairment: 2.2 billion

source: UNICEF
28
Urinary Iodine Excretion (UIE) SEANUTS 2011

9.9% deficit( < 100 ug/l)


11.5%

optimal( 100-199 ug/l)

30.4%
risk of iodine induced
46.7% hyperthyroidism (200-299 ug/l)

risk of adverse health


consequences (>300 ug/l)

Sumber : Minarto, Satelit Meeting WNPG X 2012


Sumber : Kemenkes RI 2013
Estimated percent of global population at risk of
inadequate zinc intake, by region

% of population at risk of low intake

50 ~33% of the world’s


population is at risk
40
of inadequate zinc
30 intake

20

10

0 r m r d a c r ia ia fr ld
Eu A Eu Me hin Pa Ca As As S A or
W N E r/E C W & S E S W
f m S
A L .A
N
Risk of zinc deficiency, based on absorbable zinc in food
supply and prevalence of growth-stunting

Low

Inter-
mediate

High

~33 of the world’s population live


in countries with a high risk of
zinc deficiency
Proporsi anak balita dengan kadar Zn serum < 70 µg/dl
(survei Depkes 2006; hasil sementara)

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Ba Su Ka NT Su Su Ba
nte l tra l se B ms mb l i
n l el ar
Vitamin D deficiency (SEANUTS 2012)
INDONESIA VIETNAM

60 60 53.2
48.0 45.4 45.4 48.1
50 43.8 45.2 50
39.0
% Prevalence

% Prevalence
40 40
30 30
20 20
10 10
0 0
2.0 – 4.9 5.0 – 12 Total 2.0 – 4.9 5.0 – 11 Total
Age group (y) Age group (y)

THAILAND MALAYSIA
60 57.3
52.2 60
45.6 50.2
50 50 45.6
% Prevalence

% Prevalence
40 34.6 36.9
31.3 29.2 40
27.7
30 24.5
30
20 17.9
20
10
10
0
0
3.0-5.9 6.0-12 Total
4.0 – 6.9 7.0 - 12 Total
Age group (y) Age group (y)

Urban Rural Vitamin D deficiency based on 25 (OH) D < 50 nmol/l

Sumber : Minarto, Satelit Meeting WNPG X


Sumber : Kemenkes RI 2013
Sumber : Kemenkes RI 2013
Sumber : Kemenkes RI 2013
Sumber : Kemenkes RI 2013
KONSEP PENILAIAN GIZI
Malnutrisi pada anak
Kematian dan Kecacatan Dampak

Konsumsi makanan Kesehatan Faktor


Langsung
Pengasuhan
Pemberian
Ketahanan ASI/MPASI Sarana Faktor
pangan Stimulasi psikososial kesehatan Tak
rumahtangg Pengolahan pangan dan Langsung
a Praktek higiene Lingkungan
Praktek kesehatan
Perawatan kesehatan
untuk wanita

Informasi, Pendidikan, Komunikasi

Kualitas dan kuantitas rumahtangga dan


sumberdaya masyarakat, serta cara pengelolaannya

Penyebab
Struktur dan konteks politik, budaya, sosial Dasar
Struktur ekonomi

Sumberdaya potensial

Kerangka Pikir UNICEF Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Status Gizi Anak
PATHWAYS FROM INADEQUATE FOOD ACCESS TO
MULTIPLE FORMS OF MALNUTRITION
Tahapan kekurangan gizi dan cara penilaiannya

Tahapan Tahap kekurangan gizi Cara penilaian


1 Ketidakcukupan makanan Konsumsi
makanan
2 Penurunan cadangan gizi di Biokimia
jaringan tubuh
3 Penurunan kadar gizi di Biokimia
cairan tubuh
4 Penurunan taraf fungsional Antropometri/bioki
di jaringan tubuh mia
5 Penurunan aktivitas enzim Biokimia
6 Perubahan fungsional Perilaku/Fisiologi

7 Gejala-gejala klinis Klinis


8 Tanda-tanda anatomis Klinis
Illustration . The usual sequence of events in the development of a
nutrient deficiency and an example of how vitamin A deficiency
develops (Brown, 2011)
SISTEM PENILAIAN GIZI

Penilaian gizi didefinisikan sebagai


interpretasi informasi yg diperoleh dari
studi makanan, biokimia, antropometri
dan klinis.
Informasi tsb digunakan untuk
menentukan status kesehatan individu
atau penduduk tertentu yg dipengaruhi
oleh intik dan utilisasi zat-zat gizi.
Sistem penilaian gizi dapat
dilakukan dengan 4 cara
berikut :
surveys
surveillance
screening
interventions
Methods of Data Collection
Assessment Survey Surveillance
Medium-term Continuous
Objective Rapid appraisal
appraisal appraisal
Quantitative/
Qualitative/ Quantitative/
Cross
Data Type Cross sectional sectional
Longitudinal
snapshot trends
snapshot
Observational / Sample with Periodic,
Method Secondary survey standardized
source instrument data collection
Methods
Direct and Indirect.
Direct methods deal with the
individual and measure
objective criteria.
Indirect methods use
community health indices
that reflects nutritional
influences.
Direct Methods
These are ABCD
 Anthropometric methods
 Biochemical, laboratory
methods
 Clinical methods
 Dietary evaluation methods
Indirect Methods
These include three categories:
Economic factors e.g. per capita
income, population density & social
habits
Vital health statistics particularly
infant & under 5 mortality & fertility
index
Ecological variables including crop
production
SISTEM PENILAIAN GIZI
Sistem penilaian gizi yang digunakan,
serta jenis dan jumlah pengukuran yang
dipilih tergantung berbagai faktor :
1.Tujuan penelitian

2.Protokol pengambilan sampel


(sampling)
Harus dirancang dengan baik.
3.Validitas (validity)
Menjelaskan indeks mana yang
merefleksikan parameter gizi yang ingin
diketahui. Cth. Indeks biokimia yang
dipakai harus valid mengukur kandungan
zat gizi dalam tubuh total atau besarnya
simpanan zat gizi dalam tubuh.
SISTEM PENILAIAN GIZI
Sistem penilaian gizi yang digunakan, serta
jenis dan jumlah pengukuran yang dipilih
tergantung berbagai faktor :
4. Presisi (Precision), reproducibility, reliability
Kemampuan suatu alat ukur memberikan hasil
pengukuran yang sama apabila pengukuran
dilakukan secara berulang
5. Eror pengukuran acak (random measurement
errors)
Intrumen tidak sensitif, variasi dalam teknik
mengukur dan mencatat data.
6. Akurasi (Accuracy)
Seberapa besar kemampuan suatu alat ukur akan
memberikan nilai pengukuran yang mendekati nilai
pengukuran yang sebenarnya
7. Eror atau bias pengukuran sistematik
Misal : suatu alat ukur selalu memberi hasil
overestimate atau underestimate
SISTEM PENILAIAN GIZI
Sistem penilaian gizi yang digunakan, serta
jenis dan jumlah pengukuran yang dipilih
tergantung berbagai faktor :
8. Sensitivitas Sensitivity)
Seberapa besar kemampuannya
merefleksikan status gizi atau menduga
perubahan-perubahan status gizi atau
memiliki kemampuan mengidentifikasi
dan mengklasifikasi seseorang yang
benar-benar kurang gizi pada suatu
populasi.
9. Spesifisitas (specificity)
Kemampuan suatu indeks (alat ukur)
untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasi seseorang yang benar-
benar bergizi baik.
10.Faktor-faktor lainnya
Tenaga, peralatan, biaya, waktu, dll.
Daftar Pustaka
1. Charney P. 2016. Nutrition Assessment. New York : Momentum
Press.
2. Gibson, R.S. 2005. Principles of Nutritional Assessment.
Second Edition. Oxford University Press, New York.
3. Minarto. 2012. Paper Presentasi pada Satelit Meeting WNPG X.
Jakarta.
4. Kemenkes RI. 2007. Laporan Hasil Riskesdas 2013. Jakarta.
5. Kemenkes RI. 2013. Laporan Hasil Riskesdas 2013. Jakarta.
6. Lee RD & Nieman DC. 2012. Nutritional Assessment. Sixth
Edition. New York : McGraw-Hill.
7. Taha R et al. 2012. Paper Presentasi pada Satelit Meeting
WNPG X, Jakarta.
8. WHO. 1995. Physical Status : the Use and Interpretation of
Anthropometry. Report of a WHO Expert Committee. WHO,
Geneva.

Anda mungkin juga menyukai