• Defenisi
PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara
di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya
respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD, 2009).
PPOK/COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY DISEASE) adalah istilah yang
sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya
(Price, Sylvia Anderson : 2011).
• Bronchitis Kronis
Sebagai manifestasi klinis dari PPOK adalah terjadinya peningkatan ukuran dan
jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang mana akan meningkatkan produksi
mukus, sehingga mukus menjadi lebih kental. Kerusakan fungsi cilliary dapat terjadi
sehingga menurunkan mekanisme pembersihan mukus. Oleh karena itu,
"mucocilliary defence" dari paru mengalami kerusakan dan meningkatkan kecenderungan
untuk terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi
dan hiperplasia sehingga produksi mukus akan meningkat.
Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali ketebalan
normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini bersama-sama dengan produksi
mukus yang banyakakan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit
saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi hanya pada bronchus
besar, tetapi biasanya seluruh saluran nafas akan terkena. Mukus yang kental dan
pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan
nafas mengalami kollaps, dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-
paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan asidosis.
• Emfisema
Klien dengan emfisema ditandai dengan dispnea, takipnea, inspeksi : barrel chest,
penggunaan otot bantu pernapasan, perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada
seluruh bidang paru, auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi,
hipoksemia, hiperkapnia, anoreksia, penurunan berat badan, serta terjadinya kelemahan.
• Asthma Bronchiale
Merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari
trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa
kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran
nafas (Bruner & Suddarth, 2002). Dapat disebabkan oleh alergen (debu, bulu binatang,
kulit, dll), infeksi saluran nafas, stress, olahraga (kegiatan jasmani berat), obat-obatan,
polusi udara.
Tanda dan gejala dari penderita asthma bronchial terjadi dispnea, pada permulaan
serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat), wheezing, batuk non
produktif, takikardi, serta takipnea.
• Manifestasi Klinis
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK. Batuk
bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung lama dan
sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada awalnya sedikit dan
mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan semakin
bertambahnya parahnya batuk penderita.
• Asidosis Respiratory
• Infeksi Respiratory
• Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi
terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan
dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami
masalah ini.
• Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratory.
• Status Asmatikus
• Penatalaksanaan
• Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ;
Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel, keluar
dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang
menebal; Corak paru yang bertambah.
• Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah
dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan
KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow
rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas
lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada
saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena
permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
• Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi
vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik
merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada
kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja
lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
• Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor
pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III, dan
aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari
1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
• Kultur sputum, untuk mengetahui patogen penyebab infeksi.
• Laboratorium darah lengkap.
Sumber: (Wajan Juni Udjianti, 2010)
• Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
1. Diamati bentuk thorax, apakah biasa/normal ataukah ada kelainan bentuk seperti;
• Kifosis, Iordosis, scoliosis gibbus (kiposis yang ekstrim).
• Catat pola/irama pernapasannya. Teratur, periodic ceynes stokes, periodic biot, Kussmaul
( cepat-dalam), Hiperventilasi (hanya dalam) atau irama satu-satu pada pasien sebelum
meninggal.
• Amati ada tidaknya Dyspnea (setiap ketidaknyamanan bernapas dalam bentuk apapun);
– Tanda-tanda retraksi intercostals
– Tanda-tanda retraksi supra sterna
– Pernapasan cuping hidung
– D’effort inspirasi seperti pada disteria.
– D’effort ekspirasi seperti pada asthma bronchiale
– Orthopnea, lebih nyaman bernapas pada posisi duduk.
4. Amati suara batuk yang kita dengar (produktif, kering, whooping, pendek-pendek/dehem-
dehem)
Palpasi
Palpasi pada dinding thorax menggunakan seluruh telapak tangan dan jari kiri dan kanan
dengan maksud meraba dan merasakan getaran dinding dada sewaktu pasien mengucapkan
kata “tujuh puluh tujuh…….” berulang-ulang. Getaran yang dirasakan disebut: Vocal
fremitus, perabaan dilakukan diseluruh permukaan dada (kiri, kanan, depan dan belakang).
Umumnya pemeriksaan ini bersifat membandingkan bagian mana yang lebih bergetar atau
kurang bergetar. Pemadatan jaringan baru (Pneumonia, keganasan) akan terasa lebih bergetar.
Pleural effusion dan pneumo thorax akan terasa kurang bergetar.
Perkusi
Perkusi dinding thorax, dengan cara mengetuk dengan jari tengah tangan kanan pada jari
tengah-tangan kiri yang ditempelkan dengan erat di dinding dada dicelah intercosta (kecuali
pemeriksa kidal tentu sebaliknya). Ilmu ini meniru para pembuat anggur yang bisa memeriksa
tong-tong anggur yang mereka perkusi dan memastikan dimana batas permukaan cairan
anggur mereka karena memberikan getaran suara yang jelas berbeda.
Pada praktek laboratorium dan bangsal, diminta berlatih baik sampai trampil dengan cara
yang benar. Penilaian suara yang ditimbulkan oleh perkusi:
Auskultasi
Auskultasi paru adalah mendengarkan suara pada dinding thorax dengan menggunakn
stetoskop, caranya : pasien diminta bernafas cukup dalam dengan mulut terbuka dan letakan
stetoskop secara sistematik dari atas kebawah dengan membandingkan kiri-kanan.
• Vesicular, suara nafas vesicular terdengar di semua lapangan paru yang normal. Barsifat
halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
• bronchial, suara nafas bronchial terdengar di daerah trachea (leher) dan supra sternal
notch. Bersifat kasar, nada tinggi/inspirasi lebih pendek di bandingkan dengan ekspirasi.
2. Suara ucapan (= vocal resonans)
• Suara normal, perlu mengenal atau membiasakan mendengar pada orang sehat. Intensitas
dan kualitas di kiri sama dengan kanan
• Brochoponi, suara terdengar jelas ucapannya dan lebih keras dibandingkan daerah sisi
lain. Umumnya, ini akibat dari adanya proses pemadatan/konsolidasi paru.
• Pectoriloquy, suara terdengar “jauh” dan tidak jelas (= ngereyem). Bisa terdapat pada
effusion atau atelaktasis.
• Egophony, sura bergema seperti seorang yang hidungnya tersumbat(= bindeng) dan terasa
dekat. Suara semacam ini bisa didapat pada pemadatan paru yang disertai caverne/berongga-
rongga besar.
Tidak jarang ditemui pada sebuah paru sekaligus ada daerah effusion, ada daerah konsolidasi,
mempunyai caverne ada daerah yang masih normal maka vocal resonansnya bercampur sesuai
distribusi kelainan parunya.
3. Suara tambahan
Pada pernfasan normal tidak didapati suara tambahan. Suara tambahan menun jukan ada
kelainan. Macam-macam suara tambahan :
• Rales, bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket saat saluran-saluran halus pernfasan
mengembang pada inspirasi :
• Ronchi, ciri khas ronchi adalah pada rendah dan sangat kasar terdengar baik pada
inspirasi maupun ekspirasi. Ciri lain ronchi adalah akan hilang bila pasien disuruh batuk.
Ronchi terjadi akibat terkumpulnya cairan mucus dalam trachea atau bronchus-bronchus besar
(misalnya pada edema paru).
• Wheezing, adalah bunyi musical terdengar “ngiii….ik” atau pendek ngiik. Yang bisa
didapat pada fase inspirasi dan atau ekspirasi, bahkan biasanya lebih jelas pada ekspirasi.
Wheezing terjadi karena adanya exsudat lengket tertiup aliran udara dan bergetar nyaring.
• Pleural Friction-Rub, suatu bunyi yang terdengar “kering” persis seperti suara gosokan
Amplas pada kayu. (catatan;Rales dan Ronchi terdengar “basah” karena seperti gemercik
cairan), pleural friction –rub terjadi karena peradangan pleura terdengar sepanjang fase
pernapasan (inspirasi sepenuhnya). Paling jelas suara ini terdengar di daerah posteri-lateral
bawah dinding thorax.
8. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
• Biodata klien
• Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah klien memiliki riwayat penyakit genetik seperti hipertensi, diabetes, sakit
jantung.
• Riwayat kesehatan sekarang
• Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
• Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah
meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
• Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
• Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit
jelek dan membran mukosa kering.
• Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
• Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan
sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman.
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan
memori, afasia, anisokor, nistagmus, ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda
brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal
menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
• Nyeri/keamanan
Gejala : Nyeri pada dada. Tanda : gelisah, menangis.
• Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
Pola Fungsional Gordon
• Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan
pada pola ini kita mengkaji:
• Bagaimanakah pandangan klien terhadap penyakitnya?
• Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan konsumsi obat-
obatan tertentu?
• Bagaimanakah pandangan klien terhadap pentingnya kesehatan? Biasanya
klien tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya dan bagaimana
penyakit ini terjadi. Klien akan menganggap biasa gejala penyakit yang
dirasakan.
• Pola nutrisi – metabolisme
• Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama dirawat di
rumah sakit?
• Pola eliminasi
0 = mandiri
2 = membutuhkan pengawasan
4 = ketergantungan
Biasanya klien akan mengalami gangguan tidur karena nyeri yang dirasakan
di telinga.
Fungsi indra pendengaran klien akan terganggu, ada yang terasa berdenging
atau sudah tuli. Fungsi indra lain biasanya tidak mengalami gangguan.
Gangguan konsep diri yang dialami klien akan terjadi bila klien sudah
mengalami gangguan atau kehilangan fungsi pendengarannya.
9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Rencana keperawatan Intervensi
Masalah Kolaborasi
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:
berhubungan dengan : • Respiratory status : • Posisikan pasien untuk
• Hiperventilasi Ventilation memaksimalkan ventilasi
• Penurunan energi/kelelahan • Respiratory status : • Pasang mayo bila perlu
• Perusakan/pelemahan Airway patency • Lakukan fisioterapi dada
muskulo-skeletal • Vital sign Status jika perlu
• Kelelahan otot pernafasan • Keluarkan sekret dengan
• Hipoventilasi sindrom Setelah dilakukan tindakan batuk atau suction
• Nyeri keperawatan selama • Auskultasi suara nafas,
• Kecemasan ………..pasien menunjukkan catat adanya suara
• Disfungsi Neuromuskuler keefektifan pola nafas, tambahan
• Obesitas dibuktikan dengan kriteria • Berikan bronkodilator :
• Injuri tulang belakang hasil: -…………………..
• Mendemonstrasikan batuk …………………….
DS: efektif dan suara nafas • Berikan pelembab udara
• Dyspnea yang bersih, tidak ada Kassa basah NaCl Lembab
• Nafas pendek sianosis dan dyspneu • Atur intake untuk cairan
DO: (mampu mengeluarkan mengoptimalkan
• Penurunan tekanan sputum, mampu bernafas keseimbangan.
inspirasi/ekspirasi dg mudah, tidakada • Monitor respirasi dan status
• Penurunan pertukaran pursed lips) O2
udara per menit • Menunjukkan jalan nafas • Bersihkan mulut, hidung
• Menggunakan otot yang paten (klien tidak dan secret trakea
pernafasan tambahan merasa tercekik, irama • Pertahankan jalan nafas
• Orthopnea nafas, frekuensi yang paten
• Pernafasan pursed-lip pernafasan dalam rentang • Observasi adanya tanda
• Tahap ekspirasi normal, tidak ada suara tanda hipoventilasi
berlangsung sangat lama nafas abnormal) • Monitor adanya
• Penurunan kapasitas • Tanda Tanda vital dalam kecemasan pasien
vital rentang normal (tekanan terhadap oksigenasi
• Respirasi: < 11 – 24 darah, nadi, pernafasan) • Monitor vital sign
x /mnt • Informasikan pada pasien
dan keluarga tentang
tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas.
• Ajarkan bagaimana batuk
efektif
• Monitor pola nafas
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan/ Intervensi
Hasil
Masalah Kolaborasi
Ketidakseimbangan NOC: NIC:
nutrisi kurang dari • Nutritional status: • Monitor Nutrisi:
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient • Berat badan dalam batas
Berhubungan dengan : • Nutritional Status : normal
Ketidakmampuan food and Fluid Intake • Monitor adanya penurunan
untuk memasukkan • Weight Control BB dan gula darah
atau mencerna nutrisi Setelah dilakukan • Monitor tipe dan jumlah
oleh karena faktor tindakan keperawatan aktivitas yang biasa
biologis, psikologis selama….nutrisi kurang dilakukan
atau ekonomi. teratasi dengan indikator: • Monitor turgor kulit
DS: •Albumin serum • Monitor kekeringan, rambut
• Nyeri abdomen •Pre albumin serum kusam, total protein, Hb dan
• Muntah •Hematokrit kadar Ht
• Kejang perut •Hemoglobin • Kaji makanan kesukaan
• Rasa penuh tiba-tiba •Total iron binding • Monitor intake nuntrisi
setelah makan capacity • Monitor pucat, kemerahan,
DO: • Jumlah limfosit dan kekeringan jaringan
• Diare konjungtiva
• Rontok rambut yang • Manajemen Nutrisi:
berlebih • Mengkaji adanya alergi
• Kurang nafsu makan makanan
• Bising usus berlebih • Kolaborasi dengan ahli gizi
• Konjungtiva pucat untuk menentukan jumlah
• Denyut nadi lemah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
• Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
• Monitor lingkungan selama
makan
• Monitor mual dan muntah
• Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat
nutrisi
• Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
• Pertahankan terapi IV line
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008. Nursing
Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevie.
Mansjoer, Arif Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.
Mark. H. Swart.2012. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta:EGC.
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby Elsevier
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom : Markono
Print Media