Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DAERAH PERBATASAN BLOK AMBALAT


Disusun untuk Memenuhi Tugas
“Kewarganegaraan”

Disusun oleh :

1.Bangkit apri saputra (2019011363)


2.Devi oktaviana (2019011364)
3.Dhian asfaul fuad (2019011365)
4.Diah ayu ningtias (2019011366)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN ASIH HUSADA

SEMARANG
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat,karunia,serta taufik dan hidayah-Nya lah kami selaku penyusun
makalah ini dapat menyelesaikan Makalah yang berisi tentang Materi Daerah
Perbatasan (Blok Ambalat).Kami berterimakasih kepada Drs.Sumirin M.Pd,
selaku dosen mata kuliah Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas kepada
kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan


serta pengetahuan tentang Daerah Perbatasan (Blok Ambalat). Kami juga
memahami bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.Oleh sebab itu,kami berharap adanya kritik,saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang kami susun ini agar di masa yang akan datang,makalah
yang kami buat akan lebih baik lagi.Karena tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat berguna dan mudah di pahami bagi
siapapun yang membacanya danyang menyusunnya.Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata ataupun ejaan yang kurang berkenan.

Semarang,06 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.......................................................................................3

B. Rumusan masalah..................................................................................6

BAB II TINJAUAN MATERI

A. Teori kedaulatan...................................................................................7

B. Teori hukum laut internasional.............................................................8

BAB III PEMBAHASAN

A. Faktor klaim blok ambalat.................................................................11

B. Penyebab sengketa blok.....................................................................14

BAB IV PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................17
B. Saran...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah


Melalui pasal 1 Konvensi Montevideo, dalam pembentukan suatu negara
terdapat unsur-unsur pembentuknya, meliputi : adanya penduduk, wilayah,
kedaulatan, serta kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.
Di sini wilayah merupakan salahsatu unsur riil pembentuk negara, dengan kata
lain riil adalah dapat diamati secara fisik. Tak jarang konflik antar negara yang
terjadi pun berbau teritorial.Dan wilayah sering disangkutkan pula dengan
kedaulatan. Saat wilayah suatu negara dilanggar oleh negara lain, sama dengan
mengganggu kedaulatan suatu negara.

Dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai konflik antara Indonesia-


Malaysia mengenai blok Ambalat yang ada di Kalimantan Timur. Dimana terjadi
masalah batas wilayah, yang sangat menarik untuk dibahas ,dilihat dari ceritanya
serta bagaimana pemerintah Indonesia menyikapi hal ini.

Indonesia mempunyai banyak pulau dan potensi Sumber Daya Alam.


Salahsatunya adalah Ambalat , yang terletak di laut Sulawesi atau Selat Makassar
milik negara Indonesia sebagai negara kepulauan. Blok Ambalat dengan luas
15.235 kilometer persegi, ditengarai mengandung kandungan minyak dan gas
yang dapat dimanfaatkan hingga 30 tahun.Yang perlu digaris bawahi wilayah
Ambalat adalah milik Indonesia.Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
penandatanganan Perjanjian Tapal Batas Kontinen Indonesia-Malaysia pada
tanggal 27 Oktober 1969, yang ditandatangani di Kuala Lumpur, telah
diratifikasipada tanggal 7 November 1969.Hal ini kemudian menjadi dasar hukum
bahwa Blok Ambalat berada di bawah kedaulatan Indonesia.Akan tetapi, letak
geografis Blok Ambalat yang berbatasan langsung dengan negara tetangga
Malaysia, sehingga rawan menimbulkan konflikperbatasan.
Namun wilayah itu diklaim oleh Malaysia melalui peta 1979 yang
diterbitkan secara sepihak.Malaysia membuat peta baru mengenai tapal batas
kontinental dan maritim , mereka membuat perbatasan maritimnya sendiri dengan

4
memasukan blok maritim Ambalat ke dalam wilayahnya yaitu dengan memajukan
koordinat 4° 10' arah utara melewati Pulau Sebatik. Indonesia memprotes dan
menyatakan tidak mengakui klaim itu, merujuk pada Perjanjian Tapal Batas
Kontinental Indonesia - Malaysia tahun 1969 dan Persetujuan Tapal batas Laut
Indonesia dan Malaysia tahun 1970.Indonesia melihatnya sebagai usaha secara
terus-menerus dari pihak Malaysia untuk melakukan ekspansi terhadap wilayah
Indonesia. Kasus ini meningkat profilnya setelah lepasnya Pulau Sipadan dan
Ligitan(2002), yang dinyatakan sebagai bagian dari Malaysia oleh Mahkamah
Internasional.
Peta 1979 itu sudah diprotes Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara
lainnya. Sejak tahun 1980, Pemerintah Indonesia terus menyampaikan protes
secara berkala, karena Malaysia telah melanggar wilayah perairan yang berada di
bawah kedaulatan dan hak berdaulat Indonesia

Pada 2005, dikagetkan kembali oleh pemberitaan berbagai media massa


yang memuat persoalan wilayah perairan yang telah menjadi sengketa antara
kedua negara, Indonesia dan Malaysia. Wilayah yang disengketakan tersebut tidak
lain adalah di kawasan Ambalat, sebelah timur kepala Pulau Kalimantan, yang
juga masih di perairan Laut Sulawesi. Negara Jiran itu tiba-tiba mengklaim
wilayah Indonesia merupakan wilayah perairan mereka.

Namun, Indonesia tidak akan merujuk sengketa mereka atas minyak dan
gas di Blok Ambalat yang kaya ke Mahkamah Internasional / International Court
of Justice (ICJ). Menteri Luar Negeri Datuk Seri Utama Dr Rais Yatim
mengatakan ini adalah karena pemerintah kedua negara telah membentuk sebuah
kelompok orang terkemuka untuk mempelajari sengketa."Kami telah sepakat
untuk menyelesaikan masalah ini secara damai. Kami akan meminta pandangan
dari pakar hukum laut dan wilayah untuk solusi,"tambahnya. "Kami juga akan
mendapatkan kelompok netral untuk memberikan pandangan pada sekali ini kita
sudah mendapat rekomendasi dari komite teknis yang memiliki perwakilan dari
kedua negara," katanya usai membuka pertemuan tahunan asosiasi Jelebu mantan
polisi yang umum di sini.

5
Pada awal 2005, Malaysia memberikan hak eksplorasi minyak di daerah
lepas Laut Sulawesi, yang juga diklaim oleh Indonesia, untuk Shell. Pada saat
yang sama, pemerintah Indonesia memberikan izin kepada ENI perusahaan Italia
untuk eksplorasi minyak dan gas di blok Ambalat. Indonesia kemudian mengirim
kapal perang dan jet tempur ke daerah tersebut, memaksa Malaysia melakukan
penghentian kegiatan.

C. Rumusan Masalah
Setelah menyimak mengenai sengketa wilayah perbatasan Malaysia-
Indonesia , tepatnya di Ambalat. Terdapat beberapa pertanyaan yang dapat
diajukan , yaitu :

1. Teori Kedaulatan.
2. Teori Hukum Laut Internasional.
3. Faktor Klaim Blok Ambalat.
4. Penyebab Sengketa Blok

6
A. Teori Kedaulatan
Berdirinya suatu negara karena adanya wilayah dan penduduk saja
tidaklah cukup, dibutuhkan kedaulatan di dalamnya.Karena adanya
kekuasaan tertinggi yang mengatur rakyat adalah salahsatu unsur
konstitutif dalam suatu pembentukan suatu negara, yaitu kedaulatan.
Menurut konsep hukum Internasional , kedaulatan memiliki 3 aspek
utama, antaralain:
1. Aspek Intern Kedaulatan
Hak atau kewenangan eksklusif suatu negara untuk menentukan bentuk
lembaga- lembaganya, cara kerja lembaga- lembaga tersebut dan hak
untuk membuat undang- undang yang diinginkan serta tindakan-tindakan
untuk mematuhi.
2. Aspek Ekstern Kedaulatan

Hak bagi setiap negara untuk secara bebas menentukan hubungannya


dengan berbagai negara atau kelompok-kelompok lain tanpa kekangan,
tekanan atau pengawasan negara lain.

3. Aspek Territorial Kedaulatan


Berarti kekuasaan dan eksklusif yang dimiliki oleh negara atas individu-
individu dan benda- benda yang terdapat di wilayah negara tersebut.
Suatu negara dianggap merdeka saat negara tersebut memiliki
kedaulatan, begitupun sebaliknya. Kemerdekaan disini diartikan bebasnya
intervensi negara lain terhadap suatu negara karena adanya kedaulatan tiap
negara yang tidak dapat diganggu gugat lainnya, negara bebas menentukan
kebijakan dalam negri maupun dalam negri tanpa campur tangan
kekuasaan asing.

Berdasarkan aspek kedaulatan yang ketiga , bisa diartikan bila ada yang
mengganggu milik yang terdapat di wilayah suatu negara, sama saja telah
mengganggu kedaulatan negara tersebut.

7
B. Teori Hukum Laut Internasional : Konvensi Hukum Laut Internasional
Tahun 1982

Melalui United Nations Convention on the Law of the Sea


(UNCLOS)pada tahun 1982, yang hingga kini telah diratifikasi oleh 140
negara. Negaranegarakepulauan (Archipelagic States) memperoleh hak
mengelola ZonaEkonomi Eksklusif (ZEE) seluas 200 mil laut di luar
wilayahnya.Sebagainegara kepulauan, Indonesia mempunyai hak
mengelola (yurisdiksi) terhadapZona Ekonomi Eksklusif.Hal ini kemudian
telah dituangkan kedalamUndang-undang Nomor 17 tahun 1985 tentang
Pengesahan United NationsConvention on the Law of the Sea (Konvensi
Perserikatan Bangsa-BangsaTentang Hukum Laut).
Penetapan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI)mencapai
jarak 200 mil laut, diukur dari garis dasar wilayah Indonesia kearah laut
lepas. Ketetapan tersebut kemudian dikukuhkan melalui
UndangundangNomor 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eklsklusif
Indonesia.Konsekuensi dari implementasi undang-undang tersebut adalah
bahwa luaswilayah perairan laut Indonesia bertambah sekitar 2,7 juta
Km2, menjadi 5,8juta Km2.Indonesia memiliki sekitar 17.506 buah pulau
dan dua pertiga wilayahnya berupa lautan. Dari 17.506 pulau tersebut
terdapat pulau-pulau terluar yang menjadi batas langsung Indonesia
dengan negara tetangga. Berdasarkan hasil survei Base Point atau Titik
Dasar yang telah dilakukan DISHIDROS TNI AL, untuk menetapkan
batas wilayah dengan negara tetangga, terdapat 183 titik dasar yang
terletak di 92 pulau terluar, sisanya ada di tanjung-tanjung terluar dan di
wilayah pantai.
Konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional 1982
(UNCLOS1982) melahirkan delapan zonasi pegaturan (regime) hukum
laut yaitu :
I. Perairan Pedalaman (Internal Waters).
II. Perairan Kepulauan (Archiplegic Waters), termasuk di dalamnya selat
yang digunakan untuk pelayaran internasional.
III. Laut Teritorial (Teritorial Waters).

8
IV. Zona Tambahan ( Contingous Waters).
V. Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusif Economic Zone).
VI. Landas Kontinen (Continental Shelf).
VII. Laut Lepas (High Seas).
VIII. Kawasan Dasar Laut Internasional (International Sea-Bed Area).
Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982 mengatur
pemanfaatan laut sesuaidengan status hukum dari kedelapan
zonasipengaturan tersebut. Negara-negara yang berbatasan dengan laut,
termasukIndonesia memiliki kedaulatan penuh atas wilayah perairan
pedalaman,perairan kepulauan dan laut territorial, sedangkan untuk zona
tambahan,zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen, negara memiliki
hak-hakeksklusif, misalnya hak memanfaatkan sumberdaya alam yang ada
di zonatersebut. Sebaliknya, laut lepas merupakan zona yang tidak dapat
dimilikioleh negara manapun, sedangkan kawasan dasar laut
internasionaldijadikan sebagai bagian warisan umat manusia.
C. Pengertian Sengketa Internasional
Sengketa Internasional suatu perselisihan antara subjek- subjek
hukum Internasional mengenai fakta, hukum, atau politik dimana tuntutan
atau pernyataan suatu pihak ditolak, dituntut balik, atau diingkari oleh
pihak lainnya.
Senada dengan itu Winardi mengemukakan :Pertentangan atau
konflik yang terjadi antara individu-individu atau kelompok-kelompok
yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu objek
kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang
lain.
Persengketaan bisa terjadi karena :
1. Kesalahpahaman tentang suatu hal.
2. Salah satu pihak sengaja melanggar hak / kepentingan negara lain.
3. Dua negara berselisih pendirian tentang suatu hal.
4. Pelanggaran hukum / perjanjian internasional.

BAB III

9
PEMBAHASAN
A. Faktor yang mendasari Malaysia melakukan klaim atas wilayah blok
Ambalat
Sudah tercatat bahwa blok Ambalat merupakan bagian dari wilayah
Indonesia, tepatnya di Kalimantan Timur Indonesia. Yang telah tercantum
pada Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia - Malaysia tahun 1969
dan Persetujuan Tapal batas Laut Indonesia dan Malaysia tahun 1970.
Akan tetapi masih saja ada klaim dari Malaysia yang menyatakan
bahwa blok Ambalat adalah milik negara Malaysia. Berikut adalah
beberapa faktor mengapa Malaysia ingin mendapatkan blok Ambalat.
1. Segi Politik

Malaysia ingin memperluas wilayah negaranya, untuk mencapai


kedaulatan yang lebih atas wilayah tersebut. Dengan bertambahnya
wilayah sehingga meningkatkan kedaulatan , hal tersebut dapat
meningkatkan pula harga diri bangsanya di kancah Internasional.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa sistem hubungan


internasional bersifat anarki sehingga seperti tanpa aturan, siapa yang
mempunyai power (kekuatan) yang lebih besar ,maka dialah yang lebih
berperluang memperoleh keuntungan politik, dan tidak ada yang bisa
mencegah suatu negara untuk mencapai kepentingannya baik itu
organisasi internasional (PBB) ataupun hukum internasional (bagi negara
mempunyai power yang sangat besar), karena kepentingan nasional adalah
segala-galanya bagi negara ,tidak ada kepentingan lainselain mencapai
kepentingan nasionalnya.

Apalagi Malaysia tergabung dalam British Common


Wealth( negara- negara persemakmuran Inggris) yang otomatis mem-back
up pergerakan Malaysia sendiri. Dan koalisi ini bisa dijadikan senjata
politik tersendiri bagi pertahanan Malaysia di dunia Internasional.

2. Segi Ekonomi

10
Keinginan Malaysia untuk memiliki kawasan perairan Ambalat
adalah karena di perairan tersebut terdapat sumber daya alam yang
melimpah yaitu minyak dan gas bumi yang diperkirakan masih sangat
menghasilkan dalam jangka waktu 30 tahun ke depan.

Apabila kawasan itu jatuh ke tangan Malaysia , tentu saja


membawa keuntungan besar dari eksploitasi kawasan tersebut. Mereka
juga dapat menggunakan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar bagi
negaranya serta menjual dapat menjual pula ke perusahaan asing
(shell).Dengan begitu meningkatkan industrialisasi dan berdampak baik
bagi pendapatan domestik.

B. Dasar Hukum bahwa blok Ambalatadalah Milik Indonesia

Indonesia maupun Malaysia mengklaim bahwa blok Ambalat adalah


milik masing-masing negara tersebut.Akantetapi bagaimana menurut
hukum maupun perjanjian yang berlaku antara mereka sebagai bukti
kepemilikan blok Ambalat yang penuh potensi sumber daya alam
tersebut.
Adapun beberapa landasan maupun dasar hukum akan kepemilikin
blok Ambalat atas Indonesia. Antara lain:
1. Garis Pangkal Teritori menurut Konvensi Hukum Laut UNCLOS
1982Seperti yang telah dijelaskan melalui kerangka teori, bahwa
konvensi hukum laut telah disepakati oleh negara- negara di
PBB.Yangkemudian dituangkan dalam UU No.17 Tahun1985.

2. Dalam KHL 1982, terdapat 3 cara penarikan garis pangkallaut


teritorial atau garis dari mana laut teritorial mulai diukur, yaitu cara
penarikan garis pangkal normal (normal baselines), cara penarikan garis
pangkal lurus ( straight baselines), cara penarikan garis pangkal kepulauan
(archipelagic baselines).

Kemudian menjadikan luaswilayah perairan laut Indonesia


bertambah sekitar 2,7 juta Km2, menjadi 5,8juta Km2.Indonesia

11
memiliki sekitar 17.506 buah pulau dan dua pertiga wilayahnya
berupa lautan
1. Garis Pangkal Kepulauan Indonesia menurut UU No.6
Tahun 1996mengenai perairan IndonesiaBerdasar KHL
1982, Indonesia mengiplementasikannya melalui UU NO.6
Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia. Selanjutnya dalam
pasal yang menyatakan garis pangkal lurus yang
menyatakan garis pangkal kepulauan Indonesia tersebut
dicantumkan dalam peta yang memadai untuk menegaskan
posisi Indonesia dengan dibuatnya titik- titik koordinat
geograis dan lebih lanjut diatur dalam PP. PP tersebut tidak
lain adalah PP No. 38 tahun 2002 tentang Daftar Koordinat
Geografis Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.
Karena adanya perubahan titik pangkal Pulau
Sipadan dan Ligitan, Karang Unarang sebgai penggantinya,
Karang Unarang terletak pada posisi 12 mil di luar batas
maritim Malaysia dan 12 mil di selatan Pulau Sipadan,
batas maritim klaim ini tidak pernah dibicarakan oleh
Malaysia ke Indonesia. Dengan dibangunnya mercusuar di
atas Karang Unarang dapat menjadi acuan bagi pearikan
garis batas maritim laut teritorial,zona ekonomi eksklusif,
dan landasan kontinen.Sehingga Malaysia akan kehilangan
langkah untuk mengklaim Blok Ambalat yang mencakup
landasan kontinen dan perairannya sejauh 200 mil laut dari
perbatasn maritim

B. Penyebab Mengapa Indonesia Tidak Ingin Mengajukan Masalah Sengketa


Blok Ambalat ke Mahkamah Internasional

12
Sebenarnya masalah peng-klaiman blok Ambalat oleh Malaysia yang
seharusnya milik Indonesia bisa dikategorikan sebagai konflik sengketa
internasional. Karena Malaysia sudah melanggar perjanjian internasional,
melanggar hak , kepentingan dan kedaulatan negara lain, yaitu Indonesia.

Tetapi mengapa sampai saat ini, Indonesia menolak untuk mengajukan


masalah tersebut ke Mahkamah Internasional/ ICJ tentu menjadi suatu
pertanyaan.Nah,alasan mengapa blok Ambalat tidak diajukan ke Mahkamah
Internasional adalah adanya trauma tersendiri semenjak lepasnya Pulau
Sipadan dan Ligitan pada tahun 2002.

Kasus sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan telah di sepakati Indonesia


dan Malaysia untuk dibawa ke mahkamah internasional tahun 1997, dan
keputusan Mahkamah Internasional pada 17 desember 2002.Indonesia saat itu
telah berjuang untuk mempertahankan Pulau Sipadan dan Ligitan,
denganmenyewa lima penasehat hukum asing dan tiga peneliti asing untuk
membuktikan kepemilikannya.

Akantetapi alhasil Pulau tersebut jatuh ke tangan Malaysia. Ada 17


hakim Mahkamah Internasional dalam proses penentuan keputusan, dan
diantaranya hanya ada 1 yang berpihak pada Indonesia, sedangkan 16 hakim
lain berpihak pada Malaysia. Hal tersebut karena pertimbangan efektivitasyaitu
pemerintah Inggris(mantan penjajah malaysia ) telah melakukan tindakan
administratif secara nyata berupa penerbitan peraturan perlindungan satwa
burung, pungutan pajak terhadap pengumpulan telur penyu sejak tahun1930
dan operasi mercusuar sejak 1960-an.

Mengacu pada hal tersebut membuat Indonesia menjadi sentimen


terhadap tindakan Malaysia yang mengajak mengajukan masalah sengketa
tersebut ke Mahkamah Internasional. Kemudian yang harus dipertimbangkan
untuk maju ke tingkat negosiasi atau diplomasi di Mahkamah
Internasional,adalah siapa yang menjadi koalisi Malaysia. Malaysia tergabung
dalam British Commonwealth,secara langsung maupun tidak langsung
Malaysia mendapatkan bantuan dari Inggris maupun member British

13
Commonwealth lannya saat menghadapi masalah termasuk sengketa dengan
negara lain.

Dengan demikian Indonesia tidak mau mengakui bahwa ini suatu


sengketa perebutan wilayah melainkan wilayah teritori Indonesia yang
dilanggar oleh Malaysia sebagai negara tetangga.

Lalu berlaku Yurisdiksi Eksekutif, dimanakewenangan negara untuk


mengatur undang-undang dan menerapkannya dan muncul sebagai
perlindungan terhadap laut yang hanya dapat dieksplorasi oleh negaranya, serta
bersifat eksklusif. Dalam pengertian tidak satupun pihak yag dapat melakukan
aktivitas demikian atau melakukan klaim atas landas kontinen tersebut tanpa
persetujuan dari negara pemilik kewenangan.

C. Usaha yang Dapat Diterapkan Oleh Indonesia dalam Menyelesaikan


Konflik Ambalat
1. Melalui Departemen Luar Negeri
Posisi Indonesia dapat diakatakan kuat menurut landasan hukum
yang ada.Jadi Deplu berfungsi sebagai juru bicara kenegaraan melakukan
diplomasi. Dimana menekankan kembali kepada Malaysia mengenai
perjanjian Internasional dan landasan hukum bahwa Ambalat sejatinya
adalah milik Indonesia.Walaupun bisa dikatakan Malaysia sukar untung
diajak berkompromi,namun Deplu harus terus mencoba sebaik mungkin
demi mempertahankan kedaulatan negara.
2. Melalui Militer : TNI AL
Adanya Tentara Negara Indonesia adalah untuk berperan sebgai
penegak hukum dan komponen utama dalam pertahanan negara.Oleh
sebab itu untuk mempertahankan kestabiitasan perairan wilayah Ambalat,
militer dapat dikerahkan.Dan berfungsi menjaga agar tidak ada kapal
Malaysia yang melanggar kedaulatan wilayah Indonesia.Meskipun tidak
diperhadapkan perang secara langsung.
Dengan adanya penjagaan dari militer tersebut diharapkan bisa
memberi efek jera bagi kapal Malaysia yang melintas tanpa izin.Dan

14
menindak tegas penyelewengan yang ada, sehingga Indonesia tidak
diremehkan oleh Malaysia.
Jangan sampai dengan sikap Indonesia yang tidak membawa
maslaah ni ke ICJ/ Mahkamah Internasional membuat Malaysia merasa
diposisi status qou. Melihat kasus sebelumnya yaitu Pulau Sipadan dan
Ligitan , status qou bagi Indonesia adalah wilayah sengketa tidak boleh
tersentuh, melainkan bagi Malaysia staus qou nya adalah wilayah tersebut
adalah milik mereka. Rugi bukan bila dibiarkan itu terjadi

BAB IV
PENUTUP

15
1. Simpulan
Demikian permasalahan mengenai konflik sengketa Ambalat antara Malaysia
dan Indonesia yang telah diulas.Ambalat memang patut untuk dipertahankan.Dan
Indonesia sebagi pemiliknya menurut landasan hukum yang berlaku patut
menjaganya. Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi pelajaran berharga
bahwa, Indonesia harus lebih memperhatikan pulau , perairan yang berada di
kawasan perbatasan.

Sebagai aktor politik yang rasional Indonesia tidak mau secara gegabah
mengajukan permasalahan ini ke pada Mahkamah Internasional ataupun
memutuskan perang. Hal tersebut karena:

1. Melihat dukungan negara lain yang ada membantu Malaysia


2. Secara ekonomi Indonesia tidak siap bila harus bertarung lewat perang,
karena ada kebutuhannegara yang tak kalah pentingnya.
3. Membangun image di dunia Internasional bahwa Indonesia tidak arogan
dan ramah pada negara tetangga.
Akan tetapi bukan berarti pemerintah Indonesia lepas tangan begitu saja bila
kedaulatan negara terancam. Melalui Deplu dan pertahanan militer terbukti bahwa
setidaknya ada upaya untuk mempertahankan wilayah teritorial negara yang juga
sebagai bentuk dari wilayah kedaulatan.

2. Saran
Kita harus belajar dari kasus lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan,
harusnya Indonesia lebih melihat bagaimana keadaan daerah perbatasan dan
memperhatikannya. Membuat batasan antar negara secara jelas sehingga
mencegah negara lain yang mencoba mengeklaim milik Negara walau sejengkal
tanah.

DAFTAR PUSTAKA

16
 Hadiwijaya, Suryo Sakti.2011. Perbatasan Negara dalam dimensi Hukum
Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu.

 Sodik, Dikdik Mohamad. 2011. Hukum Laut Internasional dan


Pengaturannya di Indonesia. Bandung : Refika Aditama.

 Adolf, Huala. 2006. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional.


Jakarta: Sinar Grafika.

 Koers, Albert W. 1991. Konvesi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang


Hukum Laut , Suatu Ringkasan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

17

Anda mungkin juga menyukai