Kamal Nasir-1830912010022
Kamal Nasir-1830912010022
Oleh:
Kamal Nasir
NIM. 1830912310022
Pembimbing:
BANJARMASIN
April, 2021
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
konjungtiva merupakan membran mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan
anterior sklera yang terdiri dari bagian konjungtiva tarsal, konjungtiva forniks, dan
konjungtiva bulbar. Lapisan konjungtiva adalah lapisan yang kaya akan pembuluh
darah. Lapisan konjungtiva berhenti di daerah limbus yang akan digantikan dengan
epitel kornea.1,2
kasus tertentu pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah, sitologi dan kultur
dingin, irigasi mata, tetes air mata buatan, vasokonstriktor, antihistamin, serta
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. SY
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
RMK : 0-34-98-31
II. ANAMNESIS
Pasien datang dengan mengeluhkan kedua mata merah sejak 13 hari yang
lalu. Awalnya mata merah hanya pada sebelah kiri, 2 hari kemudian kedua mata
menjadi merah. Pasien juga mengatakan keluhan mata merah disertai rasa
mengganjal di kedua bola mata seperti ada kotoran atau pasir sehingga pasien
sering mengusap mata dengan tangannya. Namun, sejak 10 hari yang lalu mata
2
3
merah bertambah parah karena disertai bengkak pada kedua kelopak mata
disertai cairan putih kental pada ujung-ujung mata seperti bentuk kotoran mata.
Sejak saat itu, pasien mengeluhkan sulit membuka matanya. Keluhan lain
seperti mata terasa sakit, pedih, gatal, silau melihat cahaya dan gangguan
Keluhan serupa tidak ada. Riwayat sakit mata (-), gangguan saluran pernapasan
lama (-), pilek berulang (-), trauma (-), DM (-), Hipertensi (-)
Keluarga ada keluhan yang sama, yaitu suami berupa mata merah.
Riwayat kacamata :
Pasien sempat memakai kacamata selama 3 tahun yang lalu karena menderita
rabun jauh.
Riwayat alergi :
Riwayat alergi makanan (-), alergi obat-obatan (-), cuaca dingin debu dan
Riwayat pengobatan :
Pasien sudah mengobati matanya dengan salep Gentamisin namun tidak ada
perubahan, pasien juga tidak ada mengkonsumsi obat rutin untuk penyakit
tertentu.
4
: RR: 18 kali/menit
: HR: 88 kali/menit
: Temp: 36,5oC
Status lokalis :
Foto Klinis
V. DIGNOSIS KERJA
Conjunctivitis Viral
Episkleritis
Keratitits
Iritis Akut
Glaukoma Akut
7
VII. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
Medikamentosa
VIII. PROGNOSIS
IX. EDUKASI
- Bila mengalami gangguan penglihatan, keluhan mata silau, nyeri mata yang tidak
1. Identifikasi Masalah
SUBJEKTIF
Pasien datang dengan keluhan kedua mata merah disertai seperti ada kotoran.
Keluhan ini sudah dirasakan sejak 13 hari yang lalu. Awalnya mata merah hanya
halus dengan latar sklera yang berwarna putih. Mata merah dapat disebabkan oleh
Vasodilatasi yang disertai dengan hiperemia pada mata dinamakan injeksi. Injeksi
siliari melibatkan cabang pembuluh darah arteri siliari anterior dan mengindikasikan
adanya inflamasi pada kornea, iris dan badan siliari. Injeksi konjungtiva utamanya
superfisial daripada pembuluh darah siliari sehingga dapat menyebabkan mata terlihat
9
10
yang berbatas tegas, tanpa disertai dengan produksi cairan berlebihan, dan tidak
merupakan peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh infeksi virus dan
bakteri serta alergi. Konjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri
dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan jari yang terkontaminasi, alat
medis, air kolam renang atau barang personal. Konjungtivitis juga sering dikaitkan
Pada kasus ini dapat disebabkan oleh beberapa penyebab. Pada konjungtivitis
terdapat sebuah tear film yang berfungsi melarutkan kotoran-kotoran dan bahan-
bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi
inferior. Disamping itu tear film juga mengandung beta lysine, lysozyme, IgA, IgG
Beberapa penyebab mata merah lain seperti keratitis, uveitis, dan glaukoma
akut bisa dibedakan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada keratitis, pasien
biasanya mengeluhkan mata silau, mata kabur, nyeri serta sulit untuk membuka mata.
Gejala tersebut tidak terdapat pada pasien ini. Selain itu dari pemeriksaan fisik,
biasanya terlihat infiltrat pada kornea, peri corneal vascular injection (PCVI), edema
kornea dan bisa tampak ulkus pada kornea pasien. Sedangkan pada uveitis, pasien
juga bisa mengeluhkan nyeri pada mata, mata merah, dan dari pemeriksaan fisik bisa
tampak miosis dan hipopion. Dan pada glaukoma, pasien mengeluhkan nyeri hebat
pada mata disertai mual muntah, dan penurunan penglihatan. Dari pemeriksaan fisik,
tampak bilik mata depan dangkal serta tekanan bola mata yang meningkat.
Jenis sekret mata dan gejala okular dapat memberi petunjuk penyebab
konjungtivitis. Sekret mata berair merupakan ciri konjungtivitis viral dan sekret mata
Keluhan lain seperti mata terasa sakit, pedih, gatal, silau melihat cahaya dan
gangguan penglihatan bersamaan mata merah disangkal.
Konjungtivitis viral jarang disertai fotofobia, sedangkan rasa gatal pada mata
Faktor risiko pasien adalah keluarga (suami) yang memiliki keluhan serupa
yaitu mata merah. Penularan melalui kontak langsung yaitu sekret. Selain itu juga ada
12
faktor risko lainnya seperti higientitas buruk, daya tahan tubuh yang menurun, dan
diagnosis dan memilih terapi. Konjungtivitis dan penyakit mata lain dapat
Dari algoritma diatas, pasien mengalami keluhan sejak 13 hari lalu yang
dicurigai sebagai konjungtivitis akut, pasien tidak mengeluhkan nyeri, tidak ada
fotofobia, tidak ada pandangan kabur karena keluhan, tetapi dari sekret mata
ec suspek bakterial.
Penatalaksanaan pada pasien yaitu berupa non medikamentosa seperti Irigasi mata
jika sekret banyak, kompres dingin jika ada keluhan gatal dan perih sedangkan
untuk medikamentosa dapat diberikan antibiotik topikal : kloramfenikol,
gentamisin, neomisin, eritromisin (4x/hari) dan artificial tears :
Polivynilpyrrolidon 20mg 4 dd gtt 1 ODS
Irigasi mata dapat dilakukan untuk mengurangi sekret mata yang banyak,
kompres dingin juga dapat diberikan untuk mengurangi keluhan gatal dan perih.
Sedangkan air mata buatan dapat diberikan 4 kali per hari. Pemberian air mata buatan
Pemberian antibiotik topikal biasanya dengan dosis 4 kali per hari selama 1 minggu
pemberian.
14
OBJEKTIF
Pemeriksaan tonometri didapatkan TOD : 16,0 mmHg dan TOS : 18,0 mmHg
2. Analisa Kasus
a. Definisi
konjungtiva merupakan membran mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan
anterior sklera yang terdiri dari bagian konjungtiva tarsal, konjungtiva forniks, dan
konjungtiva bulbar. Lapisan konjungtiva adalah lapisan yang kaya akan pembuluh
darah. Lapisan konjungtiva berhenti di daerah limbus yang akan digantikan dengan
epitel kornea.1,2
b. Epidemiologi
global dan merupakan salah satu penyakit mata yang umum. Konjungtivitis viral
1. Global
Secara global kasus konjungtivitis dapat terjadi pada semua kelompok usia, dari
sekitar 6 juta kasus baru konjungtivitis viral per tahunnya. Konjungtivitis viral dapat
konjungtivitis bakterial di Amerika Serikat adalah 135 kasus per 10.000 populasi per
tahun.3
Amerika Selatan, serta negara-negara Asia seperti Jepang, Thailand, dan India.
Konjungtivitis vernal lebih banyak pada laki-laki dibandingkan wanita, dengan rasio
2. Indonesia
pasien rawat jalan di rumah sakit pada tahun 2009, dengan jumlah kunjungan
sebanyak 135.749. Pada tahun 2010 angka kunjungan menurun menjadi 87.513
c. Etiologi
Infeksi virus dapat disebabkan oleh Adenovirus, virus herpes simpleks tipe I dan II,
16
dan tanaman, bulu binatang, lumut, kosmetik, lensa kontak, dan sebagainya.10
Beberapa penyakit lain yang dapat disertai dengan gejala konjungtivitis adalah
epidermal.1
d. Faktor Risiko
kosmetik, bahkan tempat dudukan dagu pada slit lamp, atau berenang di
eksema).11,12
e. Patofisiologi
sekret mata penderita atau dari droplet batuk dan bersin, serta penggunaan benda-
benda yang menjadi media penularan kuman seperti misalnya handuk, peralatan
kosmetik, dan sarung bantal. Konjungtivitis juga dapat menular melalui air kolam
1. Infeksi Virus
reseptor sel primer seperti CAR, CD46, dan asam sialik dengan protein fiber-knob.
Interaksi tersebut memperantarai penempelan virus dengan sel host pada lapisan
konjungtiva.
Replikasi virus akan terjadi secara lokal. Reaksi imun tipe 1 akan merespon infeksi
Adenovirus pada konjungtiva meliputi respon imunitas innate yang dimediasi oleh sel
natural killer, monosit dan interferon tipe 1, serta respon imunitas adaptif yang
dimediasi oleh sel T CD8, IgA, dan T-helper 1. Pada lapisan air mata juga ditemukan
18
adanya protein defensin yang memiliki sifat antiviral. Defensin menghambat proses
darah yang menimbulkan gejala hiperemia dan edema konjungtiva, yang biasanya
disertai dengan pengeluaran sekret mata. Proses replikasi virus akan memberikan
kapiler konjungtiva. Eksudasi serum, fibrin, dan leukosit dari kapiler yang mengalami
dilatasi serta jaringan epitel yang mengalami nekrosis kemudian dapat membentuk
Konjungtivitis viral memiliki masa inkubasi 5-12 hari dan mampu menular
hingga 10-14 hari atau selama hiperemia masih ada. Penyebaran virus secara sistemik
dari konjungtiva jarang terjadi namun dapat ditemukan pada kasus konjungtivitis
2. Infeksi Bakteri
lapisan epitel konjungtiva rusak (misalnya terjadi abrasi), ada peningkatan jumlah
Selain faktor penyebab tersebut, infeksi juga dapat terjadi akibat kontaminasi
oleh protein adhesins yang diekspresikan oleh bagian pili bakteri pada kebanyakan
jenis bakteri. Bakteri yang melekat pada epitel konjungtiva memproduksi faktor-
faktor seperti protease, elastase, hemolisin, dan cytoxin yang akan memicu sel-sel
radang seperti neutrofil, eosinofil, limfosit, dan sel plasma untuk bermigrasi dari
juga dapat menginduksi destruksi sel-sel epitel konjungtiva. Sel epitel konjungtiva
yang mengalami nekrosis akan terlepas dan menempel di sekret sel goblet
membentuk eksudat. Pada konjungtivitis bakteri sel radang yang mendominasi adalah
3. Alergi
hipersensitivitas tipe I.
afinitas yang kuat dengan sel mast dan ikatan silang dengan 2 molekul IgE oleh
antigen akan memicu proses degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast akan
a. Konjungtivitis Vernal
20
b. Konjungtivitis Atopik
dimediasi oleh IgE dan reaksi imun yang dimediasi oleh limfosit T-helper 1 dan 2.
atopik.
biasanya adalah zat yang bersifat inert seperti misalnya benang jahit pada limbus,
lensa kontak, protesa mata, atau tumor limbal dermoid. Tidak ada peningkatan IgE
atau histamin pada pasien konjungtivitis giant papillary, walaupun pada konjungtiva
dapat ditemukan sel mast, basofil, atau eosinofil. Pada penggunaan lensa kontak,
kemungkinan deposit protein dapat bersifat antigenik dan merangsang produksi IgE.
Mikrotrauma dan iritasi kronis juga dapat merangsang pelepasan mediator seperti
f. Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan utama pasien konjungtivitis adalah mata merah. Keluhan disertai rasa
gatal, rasa panas terbakar, rasa mata mengganjal, silau, penurunan tajam penglihatan,
sekret mata, riwayat alergi, dan riwayat paparan. Hal lain yang perlu ditanyakan
tetes mata), dan riwayat hubungan seksual yang berisiko (bila dicurigai infeksi akibat
2. Pemeriksaan Fisik
visus dan memastikan tidak ada gangguan oftalmologi yang lebih serius. Pemeriksaan
tajam penglihatan dapat dilakukan menggunakan Snellen chart. Pada pasien yang
a. Konjungtivitis Viral
atau injeksi konjungtiva, yaitu pelebaran pembuluh darah dari forniks ke arah limbus,
lain yang bisa ditemukan adanya folikel, yaitu lesi seperti bintil-bintil kecil, multipel,
translusen, paling jelas tampak di forniks. Bisa juga ditemukan papillae, yaitu lesi
Tanda lain yang dapat ditemukan adalah edema kelopak mata, sekret mata
pada palpebra berupa nodul berwarna agak pucat, mengkilap, dengan umbilikasi di
bagian tengah.1,2
yang ditandai dengan demam tinggi yang muncul tiba-tiba, konjungtivitis pada kedua
Keratokonjungtivitis memiliki gejala yang lebih berat, berupa sekret mata yang
b. Konjungtivitis Bakterial
(banyak ditemukan pada konjungtivitis bakterial), serta erosi epitel kornea perifer dan
fisik biasanya didapatkan eksudasi dalam jumlah banyak, sekret yang hiperpurulen,
kemosis berat, hiperemia konjungtiva berat, edema palpebra. Pada kasus yang
terlambat ditangani dapat ditemukan infiltrat, ulkus, bahkan perforasi pada kornea.
memiliki pemeriksaan fisik yang khas seperti pembentukan folikel sangat banyak,
sekret mukopurulen, jaringan parut pada konjungtiva tarsal superior berbentuk linear
atau stelata (Arlt line) yang timbul pada proses penyembuhan setelah nekrosis folikel.
Involusi dan nekrosis folikel juga dapat menimbulkan depresi (lekukan) pada area
limbus yang disebut sebagai Herbert pits. Pada pemeriksaan dapat pula ditemukan
c. Konjungtivitis Alergi
konjungtiva yang disertai dengan kemosis konjungtiva serta edema palpebra. Sekret
alergi vernal dapat terbentuk papillae di area limbus memberikan gambaran titik putih
24
multipel (Horner-Trantas dots) yang merupakan kumpulan sel epitel yang mengalami
perubahan kulit khas eksema, tanda Hertoghe (alis hilang di bagian lateral), dan
3. Pemeriksaan Penunjang
akibat infeksi Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis, serta pada kasus
g. Penatalaksanaan
konjungtivitis bakterial dan konjungtivitis viral dapat sembuh sendiri dalam waktu 2-
7 hari dan 2-3 minggu. Pengobatan antibiotik spesifik diberikan pada kasus-kasus
1. Terapi Suportif
Air mata buatan dapat diberikan 4 kali per hari. Pemberian air mata buatan
air mata buatan yang tidak mengandung bahan pengawet dan dalam kemasan single-
Steroid topikal, misalnya prednisolone 0,5% sebanyak 4 kali per hari dapat
topikal harus hati-hati karena dapat membantu replikasi virus dan memperpanjang
26
Irigasi mata dapat dilakukan untuk mengurangi sekret mata yang banyak,
Kompres dingin juga dapat diberikan untuk mengurangi keluhan. Pasien juga
2. Medikamentosa
melatarbelakangi.
a. Konjungtivitis Viral
Tidak ada terapi medikamentosa spesifik untuk konjungtivitis viral oleh infeksi
dan tetes mata trifluridine biasanya digunakan pada kasus konjungtivitis akibat
infeksi virus herpes simpleks. Pada kasus konjungtivitis akibat infeksi virus varicella
zoster, pasien diberikan antiviral berupa asiklovir 5 x 600-800 mg/ hari selama 7-10
hari. Valasiklovir 3x1000 mg/hari dan famsiklovir 3 x 500 mg/ hari selama 7-10 hari
pemberian juga dapat digunakan untuk mengobati konjungtivitis pada herpes zoster.
Terapi antibiotik topikal biasanya diberikan bila ada risiko superinfeksi oleh
bakteri.1,11,16
27
b. Konjungtivitis Bakterial
biasanya dengan dosis 4 kali per hari selama 1 minggu pemberian. Pada kasus dengan
gejala yang berat, pemberian antibiotik dapat lebih sering untuk mempercepat
Antibiotik topikal dalam bentuk salep dan gel akan mencapai konsentrasi yang
lebih tinggi karena kontak yang lebih lama, namun tidak dapat digunakan pada siang
pemberian setiap 1-2 jam sekali disertai pemberian antibiotik sistemik golongan
azithromycin 1 gram dosis tunggal, dapat diulang 1 minggu kemudian. Antibiotik lain
28
3. Konjungtivitis Alergi
azelastine. Antihistamin oral juga dapat diberikan untuk mengurangi keluhan gatal
Mast cell stabilizer digunakan sebagai terapi jangka panjang untuk mencegah
proses degranulasi sel mast akibat paparan alergen sehingga mengurangi frekuensi
terjadinya eksaserbasi akut. Mast cell stabilizer biasanya digunakan bersama dengan
topikal dapat mengurangi injeksi konjungtiva untuk sementara dan tidak efektif
Kortikosteroid digunakan pada eksaserbasi akut dengan gejala berat atau bila
ditemukan keratopati. Kortikosteroid diberikan per 2 jam dalam jangka waktu pendek
yang kemudian di-tapering off. Sediaan yang dapat digunakan adalah prednisolone
Sediaan OAINS topikal mata seperti ketorolak 0,5% dan diklofenak 0,1% dapat
3. Pembedahan
Tidak ada tindakan pembedahan khusus untuk kasus konjungtivitis. Pada kasus
4. Rujukan
dengan produksi sekret mukopurulen yang banyak, nyeri mata sedang hingga berat,
kornea, konjungtivitis yang rekuren, dan pasien dengan infeksi virus herpes simpleks.
Pasien juga harus dirujuk bila tidak mengalami perbaikan setelah 1 minggu terapi.
atau ureteritis, rujukan ke spesialis kulit dan kelamin juga diperlukan untuk
h. Komplikasi
dapat berupa iritasi kornea ringan, keratitis, jaringan parut kornea, hingga penurunan
i. Pencegahan
konjungtivitis.
1. Edukasi Pasien
penggunaan lensa kontak untuk sementara waktu, dan melakukan kompres dingin
untuk mengurangi keluhan gatal dan perih. Pasien disarankan untuk beristirahat di
rumah untuk sementara waktu untuk mencegah penularan di sekolah atau tempat
kerja. Bila mengalami gangguan penglihatan, keluhan mata silau, nyeri mata yang
tidak tertahankan, sekret mata yang bertambah banyak walaupun sudah diberikan
hand hygiene yang baik (mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun),
paparan dari benda seperti alat kosmetik atau lensa kontak secara bertukar-tukar
dengan orang lain, serta edukasi cara penggunaan dan membersihkan lensa kontak
31
pemberian salep mata profilaksis. Salep tetes mata yang dapat digunakan berupa
tetrasiklin 1%, eritromisin 0,5%, tetes mata silver nitrat 1%, dan tetes mata povidon
iodin 2,5%.1,2,4
j. Prognosis
tanpa komplikasi pada hampir sebagian besar kasus konjungtivitis viral dan bakterial.
Komplikasi pada konjungtivitis biasanya terjadi akibat infeksi kuman tertentu seperti
sering terjadi pada kasus konjungtivitis alergi subtipe atopik dan vernal yang dapat
PENUTUP
jika keluhan tidak membaik atau 1 minggu jika keluhan mulai berkurang.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
2. Scott IU, Dahl AA. Viral conjunctivitis (pink eye). Medscape; 2021
4. Yeung KK, Dahl AA. Bacterial conjunctivitis (pink eye). Medscape; 2021.
5. Leung AKC, Hon KL, Wong AHC, Wong AS. Bacterial conjunctivitis in
childhood: etiology, clinical manifestations, diagnosis, and management.
Recent Pat Inflamm Allergy Drug Discov. 2018;12(2):120-127.
16. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Basic and clinical science course external
disease and cornea. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology;
2016.