Anda di halaman 1dari 5

| E. Victoria F. Ritonga | 00000013203 | CE II: Laporan Kasus (Jambe) | dr.

Septiani | Case: 1 | 1 |

BAB I. IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. H
Usia : 31
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jambe
Status Perkawinan : Sudah menikah
Medical Record : 368xx

Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis di Puskesmas Jambe pada tanggal 23 Agustus 2016.
a) Keluhan Utama
Sakit Tenggorokan sejak 2 hari sebelum datang ke Puskesmas

b) Keluhan Tambahan
Tidak ada

c) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh sakit tenggorokan yang sudah berlangsung selama 2 hari sebelum datang ke
puskesmas. Nyeri tenggorokannya terasa pada saat mengkonsumsi makanan ataupun minuman.
Oleh karena itu, pasien mengurangi banyaknya makan dan minum untuk menghindari rasa nyeri.
Selain itu, pasien mengeluh meriang dan tidak enak badan untuk 2 hari pertama tetapi sudah
tidak terlalu terasa di hari datang ke Puskesmas. Pasien juga keluhkan batuk tetapi tidak
berdahak, dan pilek serta mampet selama 4 hari. Pasien telah mengkonsumsi obat Panadol Hijau
buat flu dan batuk 3 kali sehari, dan hanya membantu sedikit, sehingga hanya dikonsumsi untuk
2 hari saja. Dapat terlihat mata pasien memerah pada saat datang ke puskesmas. Badannya terasa
ngilu dan tidak bisa di tunjuk di satu tempat karena terasa di seluruh tubuh. Tidak ada rasa mual
dan muntah. Buang air besar dan kecil normal.

d) Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak sedang menderita penyakit yang sama.

e) Riwayat Penyakit Dahulu


| E. Victoria F. Ritonga | 00000013203 | CE II: Laporan Kasus (Jambe) | dr. Septiani | Case: 1 | 2 |

Pasien tidak ada riwayat alergi, tidak pernah di operasi atau dirawat di rumah sakit. Pasien
berkata sudah sering mengalami hal yang sama, terlebih lagi pada saat musim hujan. Tidak ada
riwayat diabetes mellitus, hipertensi, asam urat, atau pun TB paru.

f) Riwayat Sosial
Di kantornya ada yang menderita hal yang sama. Banyak yang bersin-bersin juga pilek. Ada
orang yang izin dari pekerjaannya karena keluhan sakit tenggorokan juga.

g) Riwayat Konsumsi Obat


Obat Panadol hijau selama 2 hari untuk 3 kali sehari tetapi tidak terlalu membantu.

h) Riwayat Kebiasaan
Tidak ada kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol. Makanan yang dikonsumsi makanan
rumah, dan juga makanan pinggir jalan.

Resume
Pasien keluhkan sakit tenggorokan selama 2 hari, juga pilek selama 4 hari, dan batuk tidak
produktif. Nyeri tenggorokan pada saat mengkonsumsi makanan dan minuman. Terdapat
pengurangan nafsu makan.

Diagnosis Banding
i. Infeksi Saluran Pernafasan Atas
ii.Faringitis Bakterial

Diagnosis Kerja
Faringitis Viral
| E. Victoria F. Ritonga | 00000013203 | CE II: Laporan Kasus (Jambe) | dr. Septiani | Case: 1 | 3 |

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Infeksi bagian oropharyngeal berkisar dari mild, infeksi virus yang dapat sembuh dengan
sendirinya, sampai infeksi bakteri yang mematikan. Gejala yang paling sering dikeluhkan oleh
pasien adalah sakit tenggorokan. Pharyngitis adalah perasaan tidak nyaman, nyeri di bagian
tenggorokan, dan membuat pasien merasakan sakit untuk menelan. Kebanyakan dari sakit
tenggorokan itu disebabkan oleh rhinovirus, coronavirus, virus influenza, parainfluenza, atau
adenovirus. Dalam kasus yang jarang ditemukan, faringitis juga dapat disebabkan oleh HSV (human
simplex virus) tipe 1 dan 2, cytomegalovirus (CMV), coxsackievirus A, dan Epstein-Barr Virus
(EBV). Selain dari virus, faringitis juga bisa disebabkan oleh bakteri seperti streptokokus grup A
(seperti pyogenes), gonorrhea dan chlamydia. Biasanya frekuensi dari pasien yang mengalami
faringitis terpengaruh oleh musim, seperti meningkat di musim dingin dan hujan.
Tanda-tanda dan gejala yang terlihat dari faringitis ini seringkali terdiri dari, pusing, nyeri di
bagian sendi dan otot, gatal-gatal, dan pembengkakan kelenjar getah bening di bagian leher. Dalam
pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan adanya demam bagi di faringitis yang disebabkan oleh
virus-virus respiratori yang contohnya, rhinovirus atau coronavirus. Bagi virus influenza, biasanya
sering ditemukan demam, pusing, nyeri otot, dan batuk tidak produktif. Untuk faringitis yang
disebabkan oleh bakteri streptokokus, gejalanya adalah sakit bagian faring yang amat sangat,
demam, meriang, konjunktivitis, suara serak, coryza, diare, mual, muntah dan sakit bagian
abdomen, pengeluaran exudate dan jarang disertakan dengan batuk. Beberapa tipe dari S. pyogenes
yang mengeluarkan toksin erythrogenic dapat menyebabkan demam scarlet yang dikarakterisasikan
dengan lidah stroberi dan gatal erythematous.
Alasan utama dari melakukan uji diagnostik adalah untuk mengetahui apakah penyebab
faringitasnya itu adalah infeksi streptokokus atau virus, agar pemberian antibiotik dapat diberikan
secara lebih efisien bagi pasien yang sakitnya disebabkan oleh bakteri. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah throat swab. dan akan di kultur, tetapi memakan waktu 24-48 jam, dan tidak
terlalu spesifik. Tes deteksi-antigen secara rapid dapat dilakukan dan spesifitasnya berada di >90%.
Bagi anak-anak yang memiliki hasil tes negatif pada deteksi-antigen tes rapid harus diberlakukan
throat swab untuk mempersempit kemungkinan transmisi berlanjut.
| E. Victoria F. Ritonga | 00000013203 | CE II: Laporan Kasus (Jambe) | dr. Septiani | Case: 1 | 4 |

BAB III. CASE REVIEW


Pada laporan kasus ini saya memberkan diagnosis faringitis yang disebabkan oleh virus karena
gejala yang terekspress sama dengan yang dikatakan di dalam buku Harrison.
Pada dasarnya faringitis termasuk dari infeksi saluran pernafasan atas, akan tetapi itu terlalu
luas dan gejala yang dikeluarkan oleh pasien ini dapat dikecilkan lagi menjadi faringitis viral.
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) biasanya beserta dengan gejala paru-paru seperti terasa
terhambat, merasa lelah, dan penurunan fungsi paru-paru. Sehingga, agar diagnosisnya lebih tertuju,
saya singkirkan ISPA. Untuk faringitis bakteri, biasanya gejalanya lebih parah dari pada yang viral.
| E. Victoria F. Ritonga | 00000013203 | CE II: Laporan Kasus (Jambe) | dr. Septiani | Case: 1 | 5 |

BAB IV. DAFTAR PUSTAKA


Kasper, dkk. Harrison’s Principle of Internal Medicine. New York: McGraw Hill Education;
2015

Anda mungkin juga menyukai