Anda di halaman 1dari 4

COVID-19 ada penyakit baru dan para peneliti masih mempelajari bagaimana

cara penularannya. Dari berbagai penelitian, metode penyebaran utama


penyakit ini diduga adalah melalui droplet saluran pernapasan dan kontak dekat
dengan penderita. Droplet merupakan partikel kecil dari mulut penderita yang
dapat mengandung virus penyakit, yang dihasilkan pada saat batuk, bersin, atau
berbicara. Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter).
Droplet bisa menempel di pakaian atau benda di sekitar penderita pada saat
batuk atau bersin. Namun, partikel droplet cukup besar sehingga tidak akan
bertahan atau mengendap di udara dalam waktu yang lama. Oleh karena itu,
orang yang sedang sakit, diwajibkan untuk menggunakan masker untuk
mencegah penyebaran droplet. Untuk penularan melalui makanan, sampai saat
ini belum ada bukti ilmiahnya.
Tindakan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan infeksi antara lain
tetap berada di rumah, menghindari bepergian dan beraktivitas di tempat umum,
sering mencuci tangan dengan sabun dan air, tidak menyentuh mata, hidung,
atau mulut dengan tangan yang tidak dicuci.

Penambahan kasus baru Covid-19 didominasi oleh mereka yang tidak


mengalami sakit apa pun atau Orang Tanpa Gejala ( OTG). Hal ini diketahui dari
hasil tracing di Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Sulawesi Tenggara. Juru Bicara
Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto mengungkapkan para OTG
tersebut harus segera mendapatkan edukasi yang benar, untuk kemudian dapat
melaksanakan isolasi secara mandiri. Sebab, mereka dapat berpotensi
menyebarkan virus lebih luas lagi apabila masih bersinggungan dengan orang lain.

Pada situasi saat ini, kita membutuhkan peran puskesmas. Peran


puskesmas melakukan screening terhadap COVID-19 dengan dua cara. Yang
pertama rapid test antibodi dan tes polymerase chain reaction (PCR) virus
Corona (COVID-19) untuk masyarakat di puskesmas.
Rapid test adalah skrining awal virus corona dalam tubuh melalui sampel
darah. Sampel inilah yang memberi informasi adanya imunoglobulin atau IgM
dan IgG dalam tubuh manusia. IgM dan IgG adalah antibodi yang dihasilkan
tubuh saat terpapar virus corona. Jika rapid test menunjukkan hasil positif,
pemeriksaan dilanjutkan dengan swab test yang menggunakan PCR. Swab test
untuk memastikan IgM dan IgG diproduksi karena virus corona bukan yang lain.
Rapid test dilakukan dengan mengambil sampel darah yang dilakukan
petugas kesehatan. Sampel darah tersebut diteteskan pada alat uji rapid test
COVID-19 yang tersedia bersama cairan penanda antibodi. Hasil rapid tes akan
terlihat perlu waktu 10-15 menit berupa garis pada keterangan C, IgG, dan IgM.
Garis pada C mengindikasikan pasien negatif, sedangkan garis pada C dan IgG
atau IgM menandakan pasien positif.
Pada pasien negatif biasanya tes akan diulang dalam waktu 7-10 hari.
Pengecekan ulang untuk memastikan tubuh tidak memproduksi IgM atau IgG
akibat paparan virus corona. Pembentukan IgM dan IgG perlu waktu beberapa
minggu bergantung pada reaksi tubuh.
Rapid test tersedia di puskesmas seluruh Indonesia untuk pemeriksaan
COVID-19. Namun rapid test ini hanya untuk pasien berstatus Orang Dalam
Pemantauan atau ODP sehingga tidak perlu harus ke rumah sakit.
Untuk tes swab atau tes PCR dilakukan dengan pengambilan cairan, baik
dari hidung maupun tenggorokan. Hal ini tersebut dilakukan sesuai dengan
standar.

a. Skrening pada semua orang/ pasien yang beresiko tinggi tertular


covid 19
b. Dilakukan tes cepat antibodi yaitu rapid tes
c. Hasil rapid test  corona dapat berupa hasil reaktif atau tidak reaktif :
1) Hasil deteksi antibodi reaktif (positif)
 Hasil deteksi antibodi dikatakan reaktif apabila salah satu
atau kedua antibodi IgM atau IgG menunjukkan hasil reaktif.
Ini menandakan bahwa pasien mengalami infeksi tertentu.
 Dokter akan merujuk untuk langsung melakukan swab
test atau PCR. Dengan tes ini, infeksi dalam tubuh Anda bisa
dipastikan akibat COVID-19 atau bukan.
2) Hasil deteksi antibodi nonreaktif (negatif)
 Hasil deteksi antibodi dikatakan nonreaktif bila kedua
antibodi IgG dan IgM menunjukkan hasil nonreaktif. Ini
berarti, pasien tidak sedang mengalami infeksi.
 Pemeriksaan rapid test corona perlu diulang sekali lagi pada
7-10 hari kemudian. Anda juga disarankan untuk melakukan
isolasi mandiri di rumah meski merasa sehat.
3) Hasil negatif palsu
 Pemeriksaan rapid test corona juga rentan menghasilkan
negatif palsu. Ini artinya, tes menunjukkan hasil negatif,
padahal terdapat virus SARS Cov-2 atau Covid-19 dalam
tubuh pasien.
 Hasil negatif palsu terjadi karena antibodi IgG dan IgM tidak
langsung terbentuk saat Anda terinfeksi. Butuh waktu sekitar
tujuh hari sampai antibodi muncul.
 Jadi jika Anda baru terpapar virus corona kemarin dan
melakukan rapid test hari ini, hasil tes Anda akan negatif
karena antibodinya belum terbentuk. Pada kondisi seperti
ini, rapid test ulang perlu dilakukan pada tujuh hari
setelahnya.

Pada tes cepat antibodi, sampel yang digunakan adalah darah pasien.
Prosedur pengambilan darah ini meliputi:
a. Tenaga medis akan membersihkan area pengambilan darah dengan
cairan antiseptik untuk membunuh kuman dan mencegah infeksi.
b. Pengambilan darah dilakukan dengan menusukkan jarum di ujung
jari pasien. Prosesnya mirip dengan tes golongan darah.
c. Darah yang keluar dari penusukan berupa darah kapiler dan akan
diteteskan pada alat rapid test.
d. Hasilnya akan keluar dalam waktu beberapa menit.

Lintas Program : Petugas Laboratorium, Tim satgas covid 19, Dokter dan
bidan pembina desa
Lintas Sektor : Instansi terkait
Metode yang digunakan pada kegiatan skrening rapid tes adalah
pengambilan darah melalui ujung jari..

Anda mungkin juga menyukai