Anda di halaman 1dari 17

1.

1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi pesat.

Dapat kita lihat segala aspek kehidupan menggunakan teknologi terbaru,

yaitu internet. Pada masa yang lalu orang-orang menggunakan surat untuk

berkomunikasi jarak jauh namun berkat kemajuan ilmu pengetahuan yang

semakin meningkat kini kita tidak perlu menggunakan surat konvensional

karena sudah banyak piranti yang dapat digunakan untuk berkomunikasi.

Dalam era globalisasi informasi, berbagai pesan diproduksi,

didistribusikan, diterima, dan disimpan baik melalaui media cetak, elektronik,

dan satelit. Meningkatnya arus informasi sebagai konsekuensi makin

canggihnya piranti teknologi informasi. Peningkatan itu secara teoritis harus

memberi keuntungan kepada setiap individu. Individu memperoleh

kemungkinan menemukan dunianya dan dapat memperluas pandangannya

(McQuail, 1981:78).1 Berbicara mengenai kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi pasti tidak akan ada habisnya, karena manusia selalu berinovasi

untuk melahirkan teknologi terbaru setiap waktu. Perkembangan ilmu

pengetahuan selaras dengan perkembangan media massa yang mengalami

peningkatan setiap saat. Media massa telah menjadi bagian dari kehidupan

masyarakat, peranannya mengalami banyak perkembangan dan merupakan

instrumen kunci dari pembangunan masyarakat. 2 Televisi merupakan media

audio visual paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan perilaku

seseorang. Televisi mampu menyampaikan pesan secara efektif dengan

membentuk pandangan penontonnya melalui ilustrasi visual, gerakan, suara,

dan makna. Maka dari itu televisi memiliki daya tarik yang sangat luar biasa

dalam menyajikan acara yang sesuai dengan karakter televisi dan kebutuhan

para penontonnya. Sering kita lihat berbagai tayangan di televisi yang

semakin bervariasi, seperti acara talk show, kontes menyanyi, hingga ajang

pencarian jodoh.
Berkembang pesatnya pertelevisian di Indonesia dapat dibuktikan

dengan munculnya televisi-televisi swasta di Indonesia. Seiring dengan

banyaknya pertelevisian, maka muncul tradisi baru dalam pola pikir

masyarakat. Banyaknya stasiun televisi yang tumbuh dan saling bersaing

dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi, hiburan, serta

pengetahuan yang bermanfaat bagi pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar

dapat menarik perhatian masyarakat yang tidak lupa di dalamnya

mengandung pesan baik itu berupa unsur pendidikan serta pembelajaran.

Pertelevisian swasta saat ini saling bersaing menampilkan berbagai acara-

acara di dalamnya demi meraih simpati masyarakat khususnya Indonesia

sendiri. Agar acara-acara mereka menjadi minat untuk ditonton atau

dikonsumsi oleh masyarakat dalam keseharian baik menemani bekerja

maupun istirahat mereka. Dengan demikian setiap individu menerima

informasi berupa pesan-pesan verbal maupun non verbal. Pesan-pesan

tersebut kemudian diproses hingga membentuk persepsi tertentu.

Peneliti memilih untuk meneliti pesan kerukunan rumah tangga

karena lebih dominan muncul dalam tayangan sinema indonesia indosiar.

Perum Aster II merupakan sebuah perumahan yang terletak di Desa

Caringin Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang Banten. Perumahan ini

dibangun pada tahun 2004 silam. Penduduk sekitar mayoritas bekerja sebagai

buruh pabrik disekitar daerah tersebut. Ibu rumah tangga perum aster II

memiliki kebiasaan yang unik yaitu menonton tayangan sinema indonesia

indosiar secara bersama-sama atau berkelompok. Mereka memiliki jadwal

menonton tayangan secara bergantian di rumah masing-masing. Dilihat dari

karakteristiknya mereka berbeda satu sama lain, ada ibu yang secara usia

tergolong muda dan ada juga yang sudah lansia. Selain itu mereka juga

berbeda secara tingkat pendidikan, ada ibu yang hanya lulusan sekolah dasar

ada juga yang lulusan sarjana. Kelompok ibu-ibu tersebut merupakan ibu
rumah tangga namun ada beberapa ibu yang bekerja membantu suami

mereka.

Tayangan sinema indonesia indosiar menghadirkan pesan-pesan moral

di akhir ceritanya. Mayoritas isi cerita berkisah tentang kehidupan rumah

tangga sehingga pesan-pesan di akhir cerita pun adalah pesan-pesan yang

berkaitan dengan kehidupan rumah tangga. Dalam penelitian ini peneliti

berfokus pada persepsi IRT terhadap pesan yang disuguhkan oleh tayangan

tersebut. Pesan yang dimaksud adalah pesan-pesan yang berkaitan dengan

rumah tangga, yaitu pesan-pesan kerukunan rumah tangga. Peneliti memilih

berfokus terhadap pesan-pesan kerukunan rumah tangga dalam penelitian ini

karena responden tidak lain adalah IRT, selain itu tayangan tersebut secara

keseluruhan bercerita tentang kehidupan rumah tangga. Terdapat keunikan

diantara ibu rumah tangga Perum Aster II yaitu mereka menonton Tayangan

Sinema Indonesia Indosiar secara berkelompok atau bersama-sama memiliki

respon yang berbeda, sebagai contoh ada seorang ibu yang berkomentar tidak

setuju terhadap pesan dalam tayangan tersebut, ada juga ibu yang setuju

terhadap pesan di akhir cerita. Oleh karena itu ini menjadi menarik untuk

diteliti karena mereka menonton tayangan yang sama dengan karakteristik

mereka yang berbeda satu sama lain.

Berdasarkan latar belakang inilah yang menjadi landasan bagi peneliti

untuk melakukan penelitian dengan judul “ Persepsi Ibu Rumah Tangga

Terhadap Pesan Kerukunan Rumah Tangga dalam Tayangan Sinema

Indonesia Indosiar ”.

1.2 Rumusan Masalah

Penulis dapat merumuskan masalah pokok yang akan menjadi

pembahasan utama dalam penelitian ini yaitu : “ Bagaimana Persepsi Ibu


Rumah Tangga Terhadap Pesan Kerukunan Rumah Tangga dalam Tayangan

Sinema Indonesia Indosiar ”

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

identifikasi penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perbedaan persepsi Ibu Rumah Tangga Perum Aster II

berdasarkan usia?

2. Bagaimana perbedaan persepsi Ibu Rumah Tangga Perum Aster II

berdasarkan pendidikan?

3. Bagaimana perbedaan persepsi Ibu Rumah Tangga Perum Aster II

berdasarkan status sosial?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk menjawab permasalahan yang

dirumuskan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menjawab

permasalahan pokok yang telah diidentifikasi di atas, yaitu :

1. Untuk mengetahui perbedaan persepsi Ibu Rumah Tangga Perum Aster II

berdasarkan usia

2. Untuk mengetahui perbedaan persepsi Ibu Rumah Tangga Perum Aster II

berdasarkan pendidikan

3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi Ibu Rumah Tangga Perum Aster II

berdasarkan status sosial

1.5 Signifikansi Penelitian

Signifikansi dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk menambah kajian dalam bidang ilmu komunikasi terutama yang

menggunakan metode kuantitatif pada umumnya, dan analisis deskriptif

pada khususnya.

2. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh


pengetahuan tentang strategi yang digunakan media dalam membingkai

persepsi individu terhadap pesan kerukunan rumah tangga terutama pada

program acara “ Sinema Indonesia Indosiar ”.

3. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi yang tertarik

dengan penelitian deskriptif yang menggunakan metode kuantitatif.

4. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program S1 Ilmu

Komunikasi konsentrasi Humas Untirta.

BAB II

KAJIAN TEORI

Mengacu pada penelitian yang dilakukan adalah berfokus pada ranah

komunikasi massa, dimana komunikasi massa berlangsung satu arah sehingga

ditemukan adanya umpan balik yang tertunda (delaying feedback). Komunikasi

massa adalah komunikasi lewat media massa, dimana komunikator dalam

komunikasi massa biasanya melembaga dan bukan perseorangan, oleh karena itu

media yang digunakan adalah media massa seperti televisi, radio maupun new

media. Dilihat dari struktur pesan dalam komunikasi massa adalah bersifat umum

dalam artian bukan untuk kepentingan perseorangan atau pribadi.

Dalam komunikasi massa pesan-pesan yang diterima audiens bersifat

serempak, artinya setiap audiens serempak atau bersamaan dalam menerima

pesan-pesan komunikasi massa. Dilihat dari komunikan dalam komunikasi massa

adalah bersifat heterogen karena khalayak dari media massa merupakan kumpulan

anggota masyarakat yang keberadaannya terpencar-pencar dan satu sama lainnya

tidak saling mengenal serta berbeda dalam hal ; jenis kelamin, usia, agama,

ideologi, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, pandangan hidup, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada salah satu media massa yaitu

televisi, dimana perkembangan media ini sangat pesat. Setiap hari bahkan setiap

detik televisi selalu memberikan informasi maupun berita yang aktual, dan secara
otomatis audiens menerima informasi tersebut dan memprosesnya dalam pikiran

mereka, sehingga kebutuhan terhadap informasi menjadi cukup. Namun dibalik

perkembangan televisi yang sangat cepat dan pesat kita sebagai audiens tidak bisa

menolak dampak negatifnya, seperti dua sisi mata uang yang berbeda begitu juga

dengan televisi yang memiliki dampak positif dan negatif. Televisi dan

perkembangannya telah banyak melahirkan pandangan baru di bidang kajian

komunikasi massa, salah satunya adalah teori Hypodermic. Tentunya kita sudah

sangat kenal dengan teori tersebut karena sudah sangat populer di bidang

komunikasi massa. Televisi memberikan informasi berupa pesan-pesan yang

dikirimkan secara serempak.

Banyaknya stasiun televisi saat ini membuktikan bahwa masyarakat sangat

membutuhkan media yang bisa memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan yang

beragam serta menarik. Televisi merupakan media audio visual paling

berpengaruh dalam membentuk sikap dan perilaku sesorang. Televisi mampu

menyampaikan pesan secara efektif dengan membentuk pandangan penonton

melalui ilustrasi visual. Gerakan, suara dan warna. Maka dari itu televisi memiliki

daya tarik yang luar biasa dalam menyajikan acara yang sesuai dengan acara

televisi dan kebutuhan para penontonnya.

Membahas mengenai televisi tentunya tidak terlepas dari tujuannya,

seperti yang telah kita ketahui bahwa tujuan utama televisi adalah untuk

memberikan informasi tentang suatu hal yang aktual, penting, dan menarik.

Informasi tersebut kemudian dikemas dalam sebuah pesan sehingga dapat

diterima oleh audiens. Pesan merupakan bagian dari unsur-unsur komunikasi,

Hafied Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menyatakan bahwa

“Dalam proses komunikasi, pengertian pesan adalah sesuatu yang disampaikan


pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau

melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan,

informasi, nasihat atau propaganda”.

Pesan-pesan tersebut dapat mempengaruhi audiens sehingga menimbulkan

efek tertentu, baik secara Kognitif, Afektif, maupun Konatif. Efek Kognitif adalah

akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya,

sedangkan Efek Afektif kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari

komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar

menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi

yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya, kemudian Efek

Konatif yaitu, wujud dari Kognisi dan Afeksi dalam bentuk tingkah laku.

2.1 Komunikasi Massa

Berbagai macam definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh

para ahli sebenarnya mengandung beberapa kesamaan. Pada dasarnya

komunikasi massa adalah komunikasi lewat media massa. Joseph A. Devito

(Nurudin, 2009: 11-12) mengungkapkan bahwa komunikasi massa adalah

komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepadak halayak yang luar biasa

banyaknya.

Gerbner (1967) dalam Psikologi Komunikasi, Jalaludin Rakhmat

mengungkapkan media massa adalah : “Mass Communication is the

technologically and institusionally based production and distribution of the

most broadly shared continous flow of messages in industrial societies”


(komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan

teknologi dan lembaga dari arus pesan yang yang kontinyu serta paling luas

dimiliki orang dalam masyarakat industri).4

Sementara Maletzke, dalam buku Psikologi Komunikasi, Jalaludin

Rakhmat menyebutkan bahwa komunikasi massa kita artikan setiap bentuk

komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media

penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang

tersebar.5

Selanjutnya menurut Bitner, komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui massa pada sejumlah besar orang (mass

communication is messages communicated through a mass medium a large

number of people). Dari definisi tersebut diketahui bahwa komunikasi massa

harus menggunakan media massa sebagai medium penyampaian pesannya.6

Sementara itu menurut Jay Black and Frederick (Nurudin, 2009:12)

disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-

pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada

massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen.

Dari beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli, Effendy

(2007:21-25) memberikan karakteristik komunikasi massa sebagai berikut:

2.1.1 Komunikasi Massa berlangsung satu arah

Berbeda dengan komunikasi antarpersona, komunikasi

berlangsung satu arah. Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik

dari komunikan kepada komunikator. Dengan kata lain, wartawan

sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan para

pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkannya.


2.1.2 Komunikator pada komunikasi massa melembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan

lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu,

komunikatornya melembaga.

2.1.3 Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum

(public) karena ditujukan kepada umum mengenai kepentingan

umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada

sekelompok orang tertentu.

2.1.4 Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya

menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima

pesan-pesan yang disebarkan. Sebuah informasi atau berita yang

disebarkan akan diterima secara serempak oleh audience.

2.1.5 Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

Khalayak dari media massa merupakan kumpulan anggota

masyarakat yang bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara

terpencar-pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal

dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam

hal; jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan,

pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, kenginan, cita-cita,

dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang

sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang

menggunakan media massa modern (media cetak dan elektronik)

dalam penyampaian informasi yang ditujukan kepada sejumlah

khalayak (komunikan) heterogen dan anonim sehingga pesan yang


sama dapat diterima secara serentak.

Medium komunikasi massa memiliki banyak ragam, cetak

dan elektronik. Media cetak meliputi koran dan majalah yang

sudah umum ditemukan di masyarakat, sedangkan elektronik

terdiri dari televisi, radio, film dan media baru yang disebut

internet.

2.2 Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan.

Sedangkan pengindraan merupakan suatu proses diterimanya stimulus

oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indra. Proses tersebut

selanjutnya akan diteruskan oleh saraf ke otak sebagai pusat susunan

saraf. Kemudian terjadilah sebuah proses yang dinamakan proses persepsi.

Devidoff menjelaskan bahwa stimulus yang diterima oleh indra

akan menjadi sesuatu yang berarti apabila telah diorganisasikan dan

diinterpretasikan. Dengan demikian persepsi dapat diartikan sebagai suatu

proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang

diterima oleh organisme atau individu, oleh karena itu seluruh yang ada

pada individu ikut aktif berperan pada persepsi. Sedangkan menurut

Rakhmat, persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi dapat memberi makna pada stimuli indrawi

(sensory stimuli).7

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan.

Sedangkan pengindraan merupakan suatu proses diterimanya stimulus

oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indra. Proses tersebut

selanjutnya akan diteruskan oleh saraf ke otak sebagai pusat susunan


7
Jalaludin Rakhmat. 2001. Psikologi Komunikasi: Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Hal 51.
saraf. Kemudian terjadilah sebuah proses yang dinamakan proses

persepsi.8

Menurut kamus besar bahasa Indonesia. Persepsi didefinisikan

sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, atau merupakan

proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca indranya.

Jadi secara umum, persepsi dapat diartikan sebagai proses pemilihan,

pengelompokan dan penginterpretasian berdasarkan pengalaman tentang

peristiwa yang diperoleh melalui panca indranya untuk menyimpulkan

infromasi dan menafsirkan pesan.9

Persepsi adalah inti komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat

tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsi yang

menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain.

Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin mudah dan

semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya

semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok

identitas. Persepsi merupakan suatu tanggapan atau pendapat seseorang

atau kelompok atas suatu masalah yang diajukan dan diharapkan dapat

memberikan pemecahan masalah tersebut.

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih

mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan

8
Bimo walgito. 2002. Psikologi sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hal 45.
9
Kamus besar bahasa Indonesia. 2005. 807
proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepilah yang menentukan

kita, memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain.10

2.3 Syarat Terjadinya Persepsi

Syarat timbulnya persepsi yakni, adanya objek, adanya perhatian

sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi, adanya alat indra

sebagai reseptor penerima stimulus yakni saraf sensoris sebagai alat untuk

meneruskan stimulus ke otak dan dari otak dibawa melalui saraf motoris

sebagai alat untuk mengadakan respons.

Secara umum, terdapat beberapa sifat persepsi, antara lain bahwa

persepsi timbul secara spontan pada manusia, yaitu ketika seseorang

berhadapan dengan dunia yang penuh dengan rangsangan. Persepsi

merupakan sifat paling asli yang merupakan titik tolak perubahan. Dalam

mempersepsikan tidak selalu dipersepsikan secara keseluruhan, mungkin

cukup hanya diingat. Persepsi tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi atau

bergantung pada konteks dan pengalaman.13

Menurut Rhenald Kasali (2006, hal 23) dalam buku Manajemen Public

Relations, persepsi ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

13
Jalaludin Rakhmat. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 67
2.3.1 Latar belakang budaya

Persepsi itu terikat budaya. Bagaimana kita

memaknai suatu pesan, objek atau lingkungan bergantung

pada sistem nilai yang kita anut. Semakin besar perbedaan

budaya antara dua orang semakin besar pula perbedaan

persepsi mereka terhadap suatu realitas. Oleh karena itu

tidak ada dua orang yang mempunyai nilai-nilai budaya

yang sama persis, maka tidak pernah ada dua orang yang

mempunyai persepsinya yang persis sama pula. Dalam

konteks ini sebenarnya budaya dianggap sebagai pola

persepsi dan perilaku yang dianut oleh sekelompok orang.

Larry A Samovar dan Richard E Porter mengemukakan

enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi

persepsi ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya

lain, yakni beliefs (kepercayaan) dan attitudes (sikap),

worldview (pandangan duniawi), social organization

(organisasi soaial), human nature (tabiat manusia, activity

orientation (orientasi kegiatan), perception of self and

others (persepsi tentang diri dan orang lain) (Mulyana,

2001, hal 197).

2.3.2 Berita-berita yang berkembang

Berita-berita yang berkembang adalah berita-berita

seputar produk baik melalui media massa maupun

informasi dari orang lain yang dapat berpengaruh terhadap


persepsi seseorang. Berita yang berkembang merupakan

salah satu bentuk rangsangan yang menarik perhatian

khalayak. Melalui berita yang berkembang di masyarakat

dapat mempengaruhi terbentuknya persepsi dalam benak

khalayak.

Tidak jauh dengan pendapat Rhenald Kasali, Ristiyanti Prsaetijo dan John J.O.I Ihalauw dalam buku
mereka Perilaku Konsumen (2005, hal 68). Menyimpulkan bahwa ada faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan persepsi orang. Faktor internal mengikuti pengalaman, kebutuhan saat
ini nilai-nilai yang dianutnya, ekspektasi atau pengharapannya. Sedangkan faktor eksternal tampakan
produk, sifat-sifat stimulus, situasi lingkungan

2.1 Sekilas Tentang Ibu Rumah Tangga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat

diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai

macam pekerjaan rumah tangga, atau ibu rumah tangga merupakan seorang

istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga

(tidak bekerja di kantor).

Arti ibu rumah tangga adalah wanita yang lebih banyak menghabiskan

waktunya di rumah dan mempersembahkan waktunya tersebut untuk


mengasuh dan mengurus anak-anaknya menurut pola yang diberikan

masyarakat umum. (Dwijayanti : 1999).14

Definisi Ibu Rumah Tangga adalah wanita yang mayoritas waktunya

digunakan dipergunakan untuk mengajarkan dan memelihara anak-anaknya

dengan pola asuh yang baik dan benar. (Kartono : 1992).15

2.4 Teori Perbedaan Individu

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teori Perbedaan Individu

(Individual Differences Theory). Teori yang dikeluarkan oleh Melvid D.Fleur ini

lengkapnya adalah “Individual Differences Theory of Mass communication

Effect”.

Teori Perbedaan Individu (Individual Differences Theory) menurut

peneliti sangat cocok digunakan dalam penelitian ini, karena dalam penelitian

ini peneliti meneliti persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap pesan dalam sebuah

tayangan sinema sebagai responden dalam penelitian ini. Jadi teori ini

menelaah perbedaan-perbedaan diantara individu-individu sebagai sasaran

media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu.19

Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayaknya

sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan,

terutama jika berkaitan dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap-

sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya.


Tanggapan terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya.

Jadi, efek media massa pada khalayak itu tidak seragam, melainkan beragam

disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur

kejiwaannya.20

Teori Perbedaan Individu ini mengandung rangsangan-rangsangan

khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak

perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada

setiap anggota pribadi khalayak itu, maka secara alamiah dapat diduga akan

muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual itu.

Tetapi dengan berpegang pada pengaruh variabel-variabel kepribadian (yaitu

menganggap khalayak memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama) teori tersebut

tetap akan memprediksi keseragaman tanggapan terhadap pesan tertentu (jika

variabel antara bersifat seragam).

Anda mungkin juga menyukai