Anda di halaman 1dari 2

IGD INDIVIDU

Seorang laki-laki umur 17 tahun kecelakaan lalu lintas menggunakan sepeda motor, dan ketika
terjatuh helm terlepas dari kepala, kemudian kepala membentur aspal. Pasien tersebut dibawa
ke IGD dengan penurunan kesadaran, skor GCS 10 (E: 2, V: 4. M: 4), airway : bersih paten,
breathing: terasa nafas mengalir dari jalan nafas, RR: 18x/menit, terlihat pengembangan dada
simetris, Circulation : CRT: 3 detik, TD: 135/80 mmHg, ketika di eksposure : terlihat adanya
Vulnus laceratum di bagian kepala belakang, beberapa Vulnus laceratum terlihat di bagian
eksterimitas seperti patella dextra dan sinistra dan dorsalis pedis dextra dan sinistra. Terkadang
klien terbangun kemudian mual dan muntah. Setelah dilakukan pemeriksaan CT-Scan terlihat
adanya Subdural hematoma di bagian parietal dextra.

IGD KELOMPOK

Seorang pria 30 tahun terjatuh dari tangga rumahnya dengan ketinggian sekitar 2 meter. Dia
masih bisa bangun dan bergerak tapi terdapat kelemahan di lengannya. Tidak ada riwayat
penyakit metabolik atau penyakit neurologis sebelumnya. Satu jam kemudian, pria tersebut di
bawa ke IGD. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 123/64 mmHg, HR 98 x/mnt,
RR 24 x/menit, suhu 36,7 0C, dan saturasi oksigen 92%. Didapatkan luka abrasi kepala bagian
temporal kiri. Pemeriksaan neurologis didapatkan bicara pelo, GCS 15, kelumpuhan
ekstremitas atas, serta kelemahan minimal di ekstremitas bawah. Pasien tercatat dua kali
mengompol, terlihat mengantuk, dan tidak dapat memegang cangkir. Pasien mengeluh nyeri di
area leher, bahu kiri, dan nyeri lengan. Hasil CT scan kepala dan cervical tidak ada kelainan,
GDS 562 mg/dL. Hasil MRI cervical spine menunjukkan adanya hemmorage into the central
substance of the cervical spinal cord. Terapi yang didapatkan adalah methylprednisolon 30
mg/Kg IV dalam sau jam, kemudian dilanjutkan infus 5,4 mg/kg/jam dalam 23 jam.
ICU INDIVIDU

Pasien laki-laki 28 tahun dirawat di ICU dengan diagnosis medis traumatic brain injury
sudah hampir 30 hari. Hasi pengkajaian saat ini didapatkan pasien dalam kondisi koma, GCS
3, TD 93/56 mmHg, HR 46 x/menit, suhu tubuh 35 0C, pasien terpasang ventilator dengan
napas spontan pasien tidak ada. Pupil tidak berespon terhadap cahaya, ukuran pupil 6 mm,
tidak ada reflek oculocephalic. Reflek korneal tidak ada ketika dilakukan pengusapan kapas di
kornea. Hasil analisis gas darah menunjukkan asidosis metabolik. Pasien direncanakan akan
dilakukan pemeriksaan EEG.

ICU KELOMPOK

Tn R 55 tahun, 2 hari sebelumnya pasien demam, kemudian dibawa berobat ke dokter umum dan dikatakan ISK.
± 2 jam yang lalu pasien tiba-tiba tidak sadar, tidak bisa dibangunkan saat tidur dalam kondisi ngorok. Sebelumnya
tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah dan tidak ada kejang sebelumnya. Keluarga membawa pasien
ke Rumah Sakit Kasih Ibu pukul 00.15 WIB. Kemudian dari RS Y dirujuk ke IGD RSU X pukul 13.00 WIB.
Klien datang di IGD RS X Surakarta dalam keadaan tidak sadar dengan GCS E1M2V1. Kemudian klien dirujuk
ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif dengan ventilator. Saat pengkajian di ICU klien soporokoma
dengan GCS E1M2VET, terpasang Ventilator dengan mode SIM V, FiO2 70%, PEEP + 5, VT 487, RR 38x/menit.
Vital Sign : TD 140/90 mmHg, Heart rate 160x/menit, Suhu : 38,5⁰C, dan SaO2 100%. Kondisi pupil keduanya
miosis, reflek cahaya +/- . Ada akumulasi secret di mulut dan di selang ET, tidak terpasang mayo dan lidah tidak
turun. Terdapat retraksi otot interkosta dengan RR 38 x/menit dan terdengar ronkhi basah di basal paru kanan.
CRT < 3 detik. Di ICU klien sudah mendapatkan Brainact /12 jam, Alinamin F/12 jam, Ranitidin /12 jam, dan
infuse RL 20 tpm.

Anda mungkin juga menyukai