Anda di halaman 1dari 2

Gamelan di Amerika

Gamelan ternyata juga menjadi magnet di Amerika Serikat. Berbekal mimpi melestarikan
kebudayaan Bali dan memperkenalkannya di sana, Kompiang Metri Davies, diaspora
Indonesia yang tinggal di San Francisco mendirikan kelompok gamelan dan tari 'Gadung
Kasturi'.

Untuk mewujudkan impiannya tersebut, Kompiang yang sudah mulai menari sejak usia 5
tahun akhirnya membeli peralatan gamelan. Lalu pada 2007 ia mendirikan kelompok
'Gadung Kasturi'.

Dibantu Carla Fabrizio dan Paul Miller, pemain gamelan di San Francisco Bay Area, mereka
mengumpulkan musisi untuk menjadi anggota dan berlatih setiap Minggu siang di rumah
Kompiang di Richmond.

"Sejak kecil saya sudah ingin punya gamelan, saya nggak dikasih sekolah tari oleh orang
tua, nggak boleh. Saya datang ke sini (Amerika), ingin punya gamelan sendiri, dan akhirnya
tahun 2007 baru bisa dicapai impiannya," tutur Kompiang seperti dikutip dari VOA News
pada 27 Desember 2017.

Kebanyakan anggota 'Gadung Kasturi' adalah warga Amerika yang telah lama mengenal
gamelan. Salah satu anggotanya, Zachary Hejny, yang menempuh pendidikan pasca
sarjananya di Institut Seni Indonesia, Denpasar -- sudah menjadi anggota sejak tahun 2009.

"Saya menikmati bermain (gamelan) bersama kelompok ini karena saya bisa belajar budaya
Indonesia dan bergabung dengan komunitas artis yang luar biasa ini," ucap Zach.

'Gadung Kasturi' yang fokus memainkan musik Bali klasik ini telah tampil di berbagai festival
budaya di San Francisco.

Salah satu anggota lainnya, Lydia Martin, mengatakan kelompok gamelan 'Gadung Kasturi'
adalah salah satu wadah tradisional di mana kita bisa datang dan menggarap musik dan
lagu tradisional. "Yang paling menantang tentang memainkan gamelan di Amerika adalah
sebagian besar orang-orang di sekitar saya masih belum tahu tentang gamelan," jelasnya.

Keberhasilan Kompiang mempertahankan keberadaan kelompok ini selama hampir 10


tahun tak lepas dari kebersamaan yang diciptakannya.

"Bagi saya kegiatan ini tidak sia-sia, ada teman main gamelan setiap hari Minggu, karena
saya janji waktu saya mau membentuk grup ini, saya janji, you come play music, I’ll cook
you lunch. Makan sama-sama itu senang lho, rame-rame walaupun sedikit, sederhana, tapi
enak gitu, kayak keluarga gitu," tuturnya.

Carla Fabrizio, yang juga ikut mendirikan dan melatih gamelan mengaku senang bermain di
kelompok ini. "Saya mendukung apa yang dilakukan Kompiang, karena ia teman saya dan
saya ingin membantunya mewujudkan cita-citanya," tambahnya.
Kompiang sendiri yang mendanai semua keperluan operasional kelompok ini. "Tidak ada
bayaran bulanan, tidak ada iuran," kata Kompiang.

Namun Kompiang bercita-cita membawa guru musik dari Bali. Mereka pun mengumpulkan
dana melalui pertunjukan-pertunjukan yang disertai makan malam dengan menu khas Bali,
agar niat mulia itu tercapai.

Anda mungkin juga menyukai