Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Syifana Puspa Negari


NIM : 010001700433
Program Kekhususan : III (Hukum Agraria)
Judul Sementara : Peran / Tugas Kantor Pertanahan Kota Bekasi
terhadap Pelaksanaan Pengadaan Tanah dalam
Menjalankan Proyek Strategis Nasional di Kota
Bekasi.

A. Latar Belakang

Tanah merupakan bagian dari bumi yang disebut permukaan bumi,


dan tanah adalah salah satu objek yang diatur dalam Hukum Agraria(Hukum
Agraria Indonesia Ipusnas Halaman 7). Tanah merupakan karunia Tuhan
Yang Mahasa Esa untuk kesejahteraan bangsa Indonesia (Pengadaan Tanah
untuk Kepentingan Umum Sebuah Analisis Ipusnas Hal.6), adanya amanah
yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945, yang menyatakan bahwa bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung didalam nya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakat. Dalam hal ini
dapat memberi gambaran bahwasanya Indonesia merupakan salah satu
Negara yang menjadikan tanah sebagai unsur terpenting dalam
keberlangsungan hidup masyarakat tanpa melepas keterkaitan yang erat
dengan kebijakan-kebijakan terkait yang mengatur nya.

Dengan adanya hukum tanah, maka tanah dapat dimaknai dengan


berbagai arti dan berbagai aspek, baik terhadap tanah pertanian maupun
tanah non-pertanian, namun tetap dijadikan sebagai suatu pengertian yang
telah diberi batasan resmi oleh Undang-Undang Pokok Agraria(Hukum
Agraria Indonesia Jilid 1 Halaman 18). Salah satu nya ialah terhadap aspek
tanah yang tertuang dalam lingkungan Administrasi Pemerintahan, tanah
dibatasi dengan perangkat Peraturan Perundang-Undangan yang
memberikan landasan hukum bagi Penguasa dalam melaksanakan
kebijakannya di bidang pertanahan(Hukum Agraria Indonesia Jilid 1 Halaman
5). Adanya wewenang yang diberikan kepada Negara sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria
mengenai Hak Menguasai dari Negara, ketentuan Pasal tersebut
menggambarkan bahwasanya Negara tidak berperan sebagai pemilik penuh
terhadap tanah yang berada di seluruh wilayah Indonesia. Pemberian
kekuasaan pada Negara sepenuhnya akan mengakibatkan terjadinya
pemerintahan sentralistik yang cenderung otoriter, pemerintah demikian dapat
melemahkan sendi-sensi tatanan masyarakat seperti demokrasi, pemerataan,
dan keadilan (Jurnal Ria Fitri Hukum Agraria di Bidang Pertanahan Setelah
Otonomi Daerah Hal. 429), sehingga Negara diberikan batasan dalam
menguasai yaitu untuk batasan dalam mengatur dan menyelenggarakan
peruntukan, penggunaan, persediaan, menentukan dan mengatur hubungan-
hubungan hukum terhadap tanah serta mengatur perbuatan-perbuatan
hukum terhadap tanah. Berangkat dari kewenangan Negara yang memiliki
hak menguasai, Negara dalam hal ini Pemerintah memiliki kewajiban
merancang peruntukan tanah yang sebesar-sebesarnya ditujukan untuk
mencapai kemakmuran rakyat, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Pokok Agraria mengenai kemakmuran
rakyat yang dituangkan dalam arti kebangsaan, kesejahteraan, dan
kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang
merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Subjek Hak Menguasai Negara adalah
Negara Republik Indonesia, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat
Indonesia terhadap seluruh tanah yang ada di wilayah Indonesia.

Kata tanah dalam pengertian yurudis adalah permukaan bumi,


sedangkan hak atas adalah hak atas sebagaian tertentu atas permukaan
bumi yang berbatas, tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang
dengan hak yang disediakan oleh UUPA adalah untuk digunakan dan
dimanfaatkan(Hukum Agraria Indonesia Ipusnas Halaman 8). Selain Hak
Menguasai dari Negara, setiap tanah yang berada di Indonesia dapat dimiliki
oleh Warga Negara Indonsia dengan Status Hak atas Tanah nya masing-
masing yang disesuaikan dengan peruntukan nya, sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria
bahwasanya Hak atas Tanah tersebut memberikan wewenang untuk
mempergunakan tanah yang bersangkutan. Sehingga kewenangan dalam
Hak atas Tanah disebutkan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pokok
Agraria yaitu dalam menggunakakan tanah yang bersangkutan sekedar
diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan tanah itu
dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan peraturan-peraturan
hukum lain yang lebih tinggi. Perkataan “menggunakan” mengandung
pengertian bahwa hak atas tanah untuk kepentingan mendirikan bangunan
(non-pertanian)(Perolehan Hak atas Tanah Ipusnas Halaman 16). Dalam hal
ini agar tanah di seluruh Indonesia tidak dibiarkan terlantar agar semua hak
atas tanah mempunyai fungsi sosial.

Dengan adanya kewenangan Negara terhadap tanah, Negara dalam


hal ini Pemerintah perlu memiliki langkah-langkah yang konkret untuk
mewujudkan kemakmuran masyarakat secara merata. Kewenangan Negara
di bidang pertanahan merupakan pelimpahan tugas Bangsa, kewenangan
tersebut bersifat publik semata-mata. Negara dalam kualitas sebagai
organisasi pasti memiliki tujuan (Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan
Tanah Hal. 1), sehingga Pemerintah perlu memberikan upaya optimalisasi
terhadap rangkaian perwujudan cita-cita Undang-Undang Pokok Agraria.
Indonesia memiliki berbagai sumber daya yang dapat diperuntukan dan
dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa Indonesia, kegiatan diberbagai
bidang tertentu memang perlu dilakukan dalam rangka pembangunan yang
tujuan nya ialah untuk mencapai sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat, sehingga dalam hal tersebut menyimpulkan bahwa pelaksanaan
pembangunan yang dilakukan haruslah pembangunan berkelanjutan (Waty
Suwarty Haryono, Hukum Lingkungan, Jakarta, Penerbit Universitas Islam
Jakarta, 2011, Hal. 9). Mengenai pembangunan yang dilakukan oleh suatu
Negara merupakan suatu keharusan dan keniscayaan, sebab dengan
pembangunan tersebut kesejahteraan rakyat dapat dicapai (Pengadaan
Tanah untuk Kepentingan Umum: Sebuah Analisis Hal.22). Persoalan tentang
tanah dalam pembangunan adalah persoalan yang menarik dan sekaligus
unik mengingat pembangunan sangat membutuhkan tanah tetapi kebutuhan
lahan tersebut tidak terlalu mudah untuk dpenuhi. (Abdurrahman, Pengadaan
Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Penerbit
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Hlm.1

Menitik beratkan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Pokok Agraria


bahwasanya untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bagsa dan
negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat
dicabut, dengan memberikan ganti kerugian yang layak dan menurut cara
yang diatur dengan Undang-Undang. Kegiatan yang dapat ditempuh untuk
mewujudkan kepentingan umum sebagaimana dimaksud Pasal 18 UUPA
dapat dengan dilakukannya Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum,
kriteria kepentingan umum adalah diselenggarakan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah, selanjutnya dimiliki Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dan dalam penyelenggaraanya Pemerintah dapat bekerja sama dengan
BUMN, BUMD, atau Badan Usaha Swasta(Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang
2 Tahun 2012). Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum dengan tujuan
Negara Kesejahteraan (Welfarestaat) hal tersebut bisa diwujudkan manakala
Negara Pemerintah harus mengedepankan keadilan antara masyarakat
sebagai pemilik tanah dan Negara yang membutuhkan tanah tersebut.
(Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum: Sebuah analisis Hal.15)
sehingga dalam proses nya Pemerintah harus tetap menggenggam erat
Peraturan Perundang-Undang yang mengaturnya, agar tidak merugikan
masyarakat walaupun dalam perwujudan mengarah pada kepentingan umum.
Batasan tentang pengertian kepentingan umum yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan tersebut masih terlihat abstrak sehingga menimbulkan
penafsiran berbeda-beda dalam masyarakat (Jurnal , dengan adanya
penelitian ini penulis akan mengimplementasikan realitas pengertian
kepentingan umum sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan
Perundang-Undangan. Namun argumentasi menurut John Salindeho,
kepentingan umum adalah termasuk kepentingan bangsa dan negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, dengan memperhatikan segi-segi sosial,
politik, psikologis, dan Hankamnas atas dasar azas-azas Pembangunan
Nasional dengan mengindahkan Ketahanan Nasional serta Wawasan
Nusantara. (John Salindeho, 1987, Masalah Tanah dalam Pembangunan,
Sinar Grafika Jakarta, Hal.40)

Untuk mewujudkan konsep pembangunan sebagai penunjang


kesejahteraan masyarakat, adanya pengusulan sebuah proyek yang dalam
hal ini diistilahkan dengan Proyek Strategis Nasional yang diajukan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau Swasta kepada Komite
Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP)(Peraturan Presiden
No.20 Tahun 2017). Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi
melalui pengembangan infrastruk di Indonesia, Pemerintah melakukan upaya
percepatan proyek-proyek yang dianggap strategis dan memiliki urgensi yang
tinggi untuk dapat direalisasikan dalam kurun waktu yang sesingkat-
singkatnya(Kpip.go.id). Proyek Strategis Nasional ditetapkan pertama kali
oleh Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 8 Januari 2016 melalui Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Didalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 terdaftar 225 Proyek Strategis
Nasional dan 1 Program. (5 Tahun Infrastruktur Konekvitas Indonesia Hal.2
Kompas.com), kemudian dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2017 yang ditandatangani 15 Juni 2017 terdapat daftar 245
Proyek Strategis Nasional dan 3 Program.(Jurnal Metris)

Dapat dikerucutkan bahwasanya Negara dalam hal ini Pemerintah


memiliki rangkaian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang
dibentuk secara kesatuan dalam Proyek Strategis Nasional. Dalam proses
Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum dilalui dengan beberapa tahap,
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 meliputi
Perencanaan, Persiapan, Pelaksanaan, Penyerahan Hasil. Terhadap
Perencanaan Pengadaan Tanah dilaksanakan oleh instansi yang
memerlukan tanah bersama-sama instansi teknis terkait dan dapat
mengikutsertakan lembaga profesional (Dinamika Pengaturan Pengadaan
Tanah di Indonesia, Halaman 20), namun tidak sampai dengan perencanaan
saja melainkan sampai tahap akhir Pelaksanaan Pengadaan Tanah
dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan dalam hal ini
selaku Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah. (Pasal 1 ayat 1 Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 5 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah), dalam ketentuan tersebut
dinyatakan bahwasanya penugasan Kepala Kantor Pertanahan dilakukan
dengan mempertimbangkan efisiensi, efektivitas, kondisi geografis dan
sumber daya manusia terhadap pengadaan tanah yang terletak dalam satu
wilayah kabupaten/kota.

Proyek Pembangunan berjalan dan berkembang cukup pesat di


daerah perkotaan khususnya ibu kota, namun seberjalannya proyek
pemerintah tersebut Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang berubah
wajahnya sebab dilintasi Proyek Strategis Nasional. Pembangunan Proyek
Strategis Nasioal di Kota Bekasi mengubah Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 5
Tahun 2015 tentang RDTR Tahun 2015(beritasatu.com). Ada beberapa
Proyek Strategis Nasional yang melintas di Kota Bekasi antara lain Tol
Layang Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) Kereta Cepat Jakarta-
Bandung, Tol Layang Jakarta Cikampek II, Light Rail Transit (LRT), KRL
Jakarta-Cikarang, Tol Cimanggis-Cibitung, Tol Jakarta Cikampek II Selatan,
dan lain-lain.

Pelaksanaan Pengadaan Tanah terhadap menjalankan Proyek


Strategis Nasional dituntut dan diharap berjalan sesuai dengan kebijakan
yang berlaku, Kantor Pertanahan Kota Bekasi berperan penting dalam proses
penyelenggaraan Proyek Strategis Nasional tersebut, menjalankan
mekanisme dan berinteraksi langsung dengan masyarakat dalam
merealisasikan proyek tersebut. Sehingga dalam hal ini, penulis memiliki
tujuan untuk memberikan gambaran terhadap Pembaca terkait bentuk praktik
yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Bekasi dengan mengaitkan
kebijakan-kebijakan yang berlaku sebagai bentuk batasan terhadap Kantor
Pertanahan dalam menjalankan kewenangannya. Dikarena Proyek Strategis
Nasional menjadi wajah baru Kota Bekasi, maka tidak menutup kemungkinan
apabila Kantor Pertanahan Kota Bekasi mengalami kendala-kendala hukum
dalam proses nya, penulis berusaha untuk meneliti aspek tersebut
berdasarkan substansi-substansi yang teruang dalam kebijakan
pelaksanaannya, hingga dapat menghasilkan sebuah kesimpulan dan saran
yang mampu menjadi upaya hukum dalam menyelesaikan kendala-kendala
yang terjadi dalam prosesnya.

Tidak melepas kaitan dengan uraian diatas, penulis ingin melakukan


penelitian lebih lanjut dengan judul “Peran atau Tugas Kantor Pertanahan
Kota Bekasi dalam Pelaksanaan Pengadaan Tanah dalam menjalankan
Proyek Strategis Nasional di Kota Bekasi.”

B. Rumusan Permasalahan
Dalam penelitian ini akan dikemukakan Rumusan Masalah sebagai
berikut:
1. Apakah pelaksanaan Pengadaan Tanah dalam menjalankan Proyek
Strategis Nasional di Kota Bekasi sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku?
2. Apa saja kendala hukum yang dihadapi dan bagaimana upaya
penyelesaian terkait kebijakan pelaksanaan Pengadaan Tanah untuk
Proyek Strategis Nasional di Kota Bekasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, adapun


tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menggambarkan kesesuaian pelaksanaan Pengadaan Tanah
dalam menjalankan Proyek Strategis Nasional di Kota Bekasi dengan
Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
2. Untuk menggambarkan upaya hukum yang dapat ditempuh oleh
Kantor Pertanahan dalam menyelesaikan kendala atau permasalahan
yang terjadi saat menjalankan proses pelaksanaan Pengadaan Tanah
untuk Proses Strategis Nasional di Kota Bekasi?

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka
penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun beberapa manfaat penelitian ini ialah
sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat


untuk pengembangan Ilmu Hukum, dan dapat menjadi wawasan yang
dipahami secara penuh oleh Penulis dan Mahasiswa Hukum mengenai
Hukum Agraria serta dapat menjadi bentuk pengembangan media
informasi di perpustakaan agar dapat menjadi upaya kontribusi
terhadap peningkatan kualitas pembelajaran terutama dalam
penyelesaian karya ilmiah.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih


pemikiran secara luas dan mendalam bagi masyarakat terhadap
proses pelaksanaan Pengadaan Tanah yang dilaksanakan untuk
Kepentingan Umum khususnya terhadap Proyek Strategis Nasional
di wilayah Kota Bekasi.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran akan
permasalahan yang terjadi dan menjadi salah satu bentuk
penyuluhan hukum yang dapat membantu permasalahan dalam
proses pelaksanaan Pengadaan Tanah dalam menjalankan Proyek
Strategis Nasional.

E. Metode Penelitian

1. Objek Penelitian

Penelitian tentang “Peran/Tugas Kantor Pertanahan Kota


Bekasi terhadap Pelaksanaan Pengadaan Tanah dalam menjalankan
Proyek Strategis Nasional di Kota Bekasi.” Merupakan suatu penelitian
hukum normatif, yaitu bentuk penelitian hukum yang memiliki tujuan
untuk meneliti hukum positif, realisasi hukum, maupun sinkronisasi
hukum. Dalam penelitian ini mengadopsi asas-asas hukum, dasar
hukum, Undang-Undang, Peraturan, buku, makalah, serta dokumen-
dokumen ilmiah yang berhubungan dengan pelaksanaan Pengadaan
Tanah untuk Kepentingan Umum khususnya terhadap Proyek Strategis
Nasional di Kota Bekasi.

Terhadap sifat penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah


deksirptif analitis, yaitu menggambarkan ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam teori hukum dan peraturan-peraturannya berdasarkan
Perundang-Undangan(Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum, Jakarta: UI Press, 2014, hal.51). Sehingga penulis dapat
menggambarkan proses Pengadaan Tanah terhadap Proyek Strategis
Nasional di Kota Bekasi dan mengetahui kendala hukum yang terjadi,
serta memberikan upaya yang dapat dilakukan terkait dengan
kebijakan yang berlaku dalam menjalankan proses pelaksanaan
Pengadaan Tanah tersebut.

2. Sifat Penelitian

Sifat dari penelitian ini menggunakan bentuk deksriptif – analitis


yaitu dengan menggunakan hubungan antar teori-teori hukum, peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta pemahaman secara praktik
yang juga berusaha penulis tuangkan dalam penelitian ini. Dalam hal ini,
penelitian juga diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan yang di
lengkapi dengan wawancara dari informan kunci yang dapat menunjang
informasi-informasi terkait analisa yang dilakukan, sehingga dapat
menghasilkan penelitian yang mampu menggambarkan relevansi antara
teori-teori hukum yang berlaku dengan proses praktik yang berlangsung
dalam Proses Pengadaan Tanah dalam menjalankan Proyek Strategis
Nasional khususnya di wilayah Kota Bekasi. Dengan demikian, terhadap
hal-hal yang tertuang dalam penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan
dengan baik sebab tidak melepas kaitan yang erat dengan dasar-dasar
hukum yang berlaku.

3. Data dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Data Sekunder


dan Data Primer. Data Sekunder pada dasarnya digunakan untuk
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, dengan adanya
bahan hukum sekunder maha peneliti akan terbantu untuk memahami
atau menganalisis data atau bahan hukum
primer(ngobrolinhukum.wordpress.com).

a. Data Sekunder, sebagaimana dimaksud meliputi:


1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan atau dasar-dasar hukum
yang sifatnya mengikat, tertuang dalam Undang-Undang No. 2
Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum, Peraturan Presiden Republik
Indonesia No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia No. 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pengadaan Tanah, Peraturan Presiden Republik
Indonesia No. 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan atau refrensi yang
memberikan penjelasan secara definitif mengenai bahan
Hukum Primer, antara lain buku-buku dari para Sarjana atau
Ahli Hukum, makalah-makalah, dokumen-dokumen resmi dan
hasil penelitian yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini,
3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan atas istilah maupun terhadap
bahan-bahan yang tertuang dalam Bahan Hukum Primer dan
Sekunder, yang meliputi Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Kamus Hukum, dan Media Internet yang berkaitan dengan
penulisan skripsi ini.
b. Data Primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari
masyarakat. Dalam penelitian ini berarti data diperoleh langsung
dengan wawancara Para Pihak yang Berwenang dalam Badan
Pertanahan Nasional di Kota Bekasi yang terlibat secara langsung
dalam melaksanakan Pengadaan Tanah dalam menjakankan
Proyek Strategi Nasional di Kota Bekasi.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan yang


dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari berbagai macam buku
ilmiah, buku cetak dan peraturan perundang-undangan serta melalui data-
data yang diakses melalui internet yang berkaitan dengan penulisan ini.
Selain itu juga melalui wawancara dengan Kepala Bagian seksi
Pengadaan Tanah di Badan Pertanahan Nasional Kota Bekasi.

5. Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis secara kualitatif, yang berarti


sebagai bentuk analisa berdasarkan pengamatan atau tata cara penelitian
yang menghasilkan data dekskriptif yang

Analisa ini dilakukan terhadap data sekunder ataupun data primer


yang sudah dikumpulkan dan diolah, guna mencapai perumusan
kesimpulan dari penelitian yang dilakukan(Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Hukum) Jakarta: Fakultas Hukum Trisakti 2006 Halaman 12).

6. Cara Penarikan Kesimpulan

Dalam hal penarikan kesimpulan, penulis menggunakan pola pikir


deduktif, artinya adalah penarikan kesimpulan berdasarkan data yang
bersifat umum, kemudian dilakukan nya perbandingan dengan data yang
bersifat khusus sehingga akan memperoleh suatu bentuk kesimpulan.
Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis pengertian atau konsep
umum, kemudian akan dianalisis secara mendalam dengan aspek dan
substansi yang tertuang dalam Peraturan Perundang Undang-Undangan,
dalam hal ini Undang-Undang No.2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum atau dengan
kebijakan-kebijakan lain yang terkait, kemudian konsep khusus yakni
mengenai Peran atau Tugas Kantor Pertanahan terhadap Pelaksanaan
Pengadaan Tanah dalam menjalankan Proyek Strategis Nasional di Kota
Bekasi, dan kemudian akan dilakukannya penarikan kesimpulan pada
pernyataan yang bersifat umum.

F. Kerangka Konsepsional

Penelitian ini akan menggunakan beberapa konsep dan


pengertian yang tertuang dalam beberapa Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku terkait dengan objek dan substansi penelitian.

Sebagai dasar penelitian hukum, dirumuskan dalam ketentuan


Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria,
yang dimaksud dengan tanah ialah permukaan bumi. Sehingga dalam
Hukum Tanah kata sebutan “tanah” dipakai dalam arti yuridis, sebagai
suatu pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA atau
Undang-Undang Pokok Agraria.

Atas dasar ketentuan yang dituangkan dalam Pasal 33 ayat (3)


Undang-Undang Dasar dan hal-hal yang dimuat dalam Pasal 1
Undang-Undang Pokok Agraria, bumi air dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan
tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh
rakyat.

Dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria


menyatakan bahwa atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai
yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak
atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan
kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-
sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum. Pasal 4
ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria menjelaskan bahwa hak-hak
atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang
untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh
bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya sekedar diperlukan untuk
kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah
itu dalam batas-batas menurut Undang-Undang ini dan peraturan-
peraturan hukum lain yang lebih tinggi.

Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan


Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pengadaan
Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan memberi ganti
kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.

Pasal 1 angka 6 Undang-Undang No.2 Tahun 2012 tentang


Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan umum,
dalam hal ini kepentingan umum adalah kepentingan bangsa, negara,
dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan
digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Pasal 1 angka 9 Undang-Undang No.2 Tahun 2012 tentang


Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan umum,
Pelepasan Hak adalah kegiatan pemutusan hubungan hukum dari
pihak yang berhak kepada negara melalui Lembaga Pertanahan.

Pasal 1 angka 14 Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang


Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum,
Lembaga Pertanahan adalah Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia, lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanahan.

Pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 26


Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional, Badan Pertanahan
Nasional dalam Keputusan Presiden ini selanjutnya disebut Badan
Pertanahan, adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden.
Pasal 1 angka 16 Peraturan Presiden Republik Indonesia No.71
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat BPN adalah Lembaga
Pertanahan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 2
Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum.

Pasal 1 angka 18 Peraturan Presiden Republik Indonesia No.71


Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Kantor Pertanahan adalah
BPN di Kabupaten/Kota yang dipimpin oleh Kepala Kantor Pertanahan
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPN
melalui Kepala Kantor Wilayah BPN.

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional


No.5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan
Tanah menyatakan bahwa Pelaksanaan Pengadaan Tanah
dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
selaku Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah.

Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia No.3


Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional, Proyek Strategis Nasional adalah proyek yang dilaksanakan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau badan usaha yang
memiliki sifat strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan
pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pembangunan daerah.
G. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan Latar
Belakang, Pokok Permasalahan, Tujua Penelitian,
Metode Penelitian yang digunakan, Kerangka
Konsepsional dan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dijelaskan mengenai Pengertian


Tanah, Hak Penguasaan atas Tanah, Hak
Menguasai Negara, Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum, Proyek Strategi Nasional.

BAB III : DEKSKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan secara ringkas mengenai


dekskripsi objek penelitian dalam penulisan skripsi
ini.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diurikan mengenai Pelaksanaan


Pengadaan Tanah dalam menjalankan Proyek
Strategi Nasional di Kota Bekasi, dan kendala-
kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan
nya.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini akan dituangkan Kesimpulan yang


didapat sebagai bentuk hasil dari penelitian,
disertai dengan saran yang berkaitan dengan
permasalahan yang penulis akan tuliskan dalam
penelitian.

H. Daftar Pustaka

Buku Lokal:

Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan


Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Universitas
Trisakti, 2015.

S.W, Maria Sumardjono. Dinamika Pengaturan Pengadaan Tanah Di


Indonesia: Dari Keputusan Presiden Sampai Undang-Undang. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2015.

Sugianto, dkk. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum: Sebuah


Analisis dalam Prespektif Hukum dan Dampak Terhadap Prilaku Ekonomi
Masyarakat, Yogyakarta: Deepublish, 2017

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press,


2014.

Fakultas Hukum Trisakti, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum,


Jakarta: Rineke Cipta, 2006.

Suwarty, Waty Haryono, Hukum Lingkungan, Jakarta: Universitas


Islam Jakarta, 2011

Abdurrahman, Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan


untuk Kepentingan Umum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

Salindeho, John. Masalah Tanah dalam Pembangunan, Jakarta: Sinar


Grafika, 1987.

Arba, H.M. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2015.

Santoso, Urip. Perolehan Hak Atas Tanah. Jakarta: Kencana, 2015.


Hasni. Hukum Penataan Ruang Dan Penatagunaan Tanah

Jurnal:

FitrI, Ria. Hukum Agraria Bidang Pertanahan Setelah Otonomi Daerah.


Banda Aceh: Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, 2018.

Yulita Priska Raya, Kepentingan Umum dalam Pengadaan Tanah bagi


Pembangunan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 dalam
Mewujudkan Kemanfaatan Hukum Bagi Masyarakat, Yogyakarta: Fakultas
Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2014.

Bachtiar, Marsellinus Wahyu. Pendekatan Manajemen Program


dengan Menggunakan Maeutic Machine dalam Percepatan Pencapaian
Proyek Strategi Nasional RPJMN 2015-2019, Jurnal Metris, 2018

Buku Asing:

Website:

https://kppip.go.id/proyek-strategis-nasional/

https://www.beritasatu.com/megapolitan/577319-8-psn-ubah-wajah-kota-
bekasi-perlu-rdtr-baru

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Pokok Agraria No.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang


Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
Umum.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 tentang


Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1988


tentang Badan Pertanahan Nasional.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.

Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan


Nasional Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 tentang


Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2018 tentang


Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Anda mungkin juga menyukai