Anda di halaman 1dari 5

Nama : Novi Mirawati

NPM : 18307049

Kelas : FAR-K31/18

Tugas Pertemuan 9 dan 10

1. Apa yang dimaksud kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom, dan kromatografi
kertas? Jelaskan!
 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Adalah salah satu metode pemisah komponen menggunakan fasa diam berupa
plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT termasuk kedalam
kromatografi planar. Keuntungan KLT adalah sederhana dan mudah. KLT
dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya
hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan
dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen
untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi
kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni
skala kecil.
 Kromatografi Kolom
Adalah salah satu meode yang digunakan untuk pemurnian senyawa dari
campuran dengan memakai kolom. Kromatografi kolom termasuk
kromatografi preparatif. Keuntungan utama kromatografi kolom adalah biaya
yang rendah dan kemudahan membuang fasa diam yang telah digunakan.
 Kromatografi Kertas
Adalah metode analitik yang digunakan untuk memisahkan zat atau bahan
kimia yang berwarna, terutama pigmen. Kromatografi kertas sebenarnya telah
tergantikan oleh kromatografi lapis tipis. Kromatografi kolom berguna untuk
memisahkan senyawa campuran kompleks yang mempunyai polaritas sama
seperti asam amino.

2. Carilah 3 jurnal kromatografi, buat resumenya!


 Judul jurnal : Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis Sudamala (Artemisia
vulgaris L.)
 Penulis : Ira Arundina, Theresia Indah Budhy S, Muhammad Luthfi
dan Retno Indrawati
 Judul : Majalah Kedokteran Gigi Indonesia
 Volume : 1(2): 167 – 171, Desember 2015
 Latar belakang: Karsinoma sel skuamosa rongga mulut merupakan jenis
kanker yang paling sering ditemukan di rongga mulut. Faktor risiko utama
terjadi keganasan di rongga mulut meliputi riwayat serta kebiasaan
mengkonsumsi tembakau dan atau alkohol. Tanaman sudamala (Artemisia
vulgaris L.) sering digunakan di masyarakat sebagai anti tumor pada organ
pencernaan termasuk di rongga mulut, namun belum ada penelitian tentang
bahan aktif yang berperan sebagai anti kanker di rongga mulut. Banyak
didapatkan spesies dari genus Artemisia, sedangkan yang banyak tumbuh di
Indonesia adalah spesies Artemisia vulgaris L.
 Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan identifikasi
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari sudamala.
 Metodologi : Penelitian meliputi ekstraksi sudamala, identifikasi ekstrak
sudamala, fraksinasi sudamala menggunakan Kromatografi Kolom Vakum
dan identifikasi dari fraksi sudamala menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT). Ekstrak heksan sudamala yang dilakukan fraksinasi menggunakan n-
heksan: etil asetat menghasilkan 11 fraksi. Fraksi n-heksan: etil asetat (3:7,v/v)
dari sudamala yang teridentifikasi menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) mengandung terpenoid.
 Hasil : Berdasarkan identifikasi menggunakan KLT menunjukkan
pada fraksi n-heksana: etil asetat (3:7, v/v) ada spot merah keunguan dengan
penampak noda anisaldehide – asam sulfat, sesuai standart Artemisinin yang
merupakan senyawa terpenoid. Noda pada fraksi tersebut yang sejajar dengan
pembanding Artemisinin yang merupakan senyawa golongan terpenoid,
mempunyai harga Rf = 0,375. Hal ini menunjukkan bahwa pada fraksi n-
heksana: etil asetat (3:7, v/v) mengandung senyawa golongan terpenoid.
 Kesimpulan : Fraksi n-hexane: ethyl acetate (3: 7, v / v) dari Sudamala
(Artemisia vulgaris L) teridentifikasi secara KLT mengandung senyawa
terpenoid.
 Sumber : journal.ugm.ac.id

 Judul jurnal : Penggunaan Kitin Sebagai Aalternatif Fase Diam


Kromatografi Lapis Tipis Dalam Pratikum Kimia Organik
 Penulis : Syahmani, Leny, Rilia Iriani, dan Noor Elfa
 Judul : Jurnal Vidya Karya
 Volume : Volume 32, Nomor 1, April 2017
 Latar belakang: Banyaknya penelitian yang dilakukan mengenai pemanfaatan
kitin sebagai adsorben, maka peneliti tertarik untuk melakukan pemanfaatan
kitin dari limbah kulit udang sebagai media fasa diam pada KLT untuk
mengidentifikasi komponen senyawa biji mahoni.
 Tujuan : (1) Mengetahui efektivitas kitin sebagai fasa diam pada KLT
untuk memisahkan komponen senyawa dalam biji mahoni, rimpang kunyit,
dan daun pandan (2) Mengetahui komposisi senyawa dalam ekstrak biji
mahoni, rimpang kunyit, dan daun pandan yang mampu dipisahkan oleh kitin.
 Metodologi : Penelitian menggunakan metode eksperimen, yaitu
mengidentifikasi komponen senyawa dalam tumbuhan dan menguji
keefektivan kitin sebagai media fasa diam pada KLT untuk memisahkan
senyawa dari tumbuhan.
 Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendaman kitin yang
berhasil diisolasi dari kulit udang sebesar 36,44%. Kitin cukup efektif
digunakan sebagai alternatif fasa diam pada KLT untuk memisahkan
komponen senyawa dari ekstrak sampel tumbuhan (biji Mahoni, daun Pandan,
dan rimpang Kunyit).
 Kesimpulan : Limbah udang memiliki potensi yang besar untuk diolah
menjadi kitin karena ketersediaan limbah udang sebagai bahan baku cukup
besar dan mudah diolah. Kitin cukup efektif digunakan sebagai alternatif fasa
diam pada KLT untuk memisahkan komponen senyawa dari ekstrak sampel
tumbuhan (biji mahoni, daun pandan, dan rimpang kunyit).
 Sumber : ppjp.ulm.ac.id 

 Judul jurnal : Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang Untuk Makanan Yang
Beredar Di Pasaran
 Penulis : Azizahwati, Maryati Kurniadi, Heidi Hidayati
 Judul : Majalah Ilmu Kefarmasian
 Volume : Vol. IV, No. 1, April 2007, 7 – 25
 Latar belakang: Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan
kualitas makanan, antara lain warna dapat memberi petunjuk mengenai
perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan (deMan JM. 1997).
Selain itu, beberapa warna spesifik dari buah juga dikaitkan dengan
kematangan. Warna juga mempengaruhi persepsi akan rasa. Oleh karena itu,
warna menimbulkan banyak pengaruh terhadap konsumen dalam memilih
suatu produk makanan dan minuman (Fennema OR. 1996; Smith J. 1991).
 Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk manganalisis beberapa merek
zat warna sintetik yang digunakan untuk makanan yang beredar di pasaran.
 Metodologi : Analisis sampel zat warna dengan reaksi warna, pemilihan
eluen terbaik, analisis sampel zat warna dengan kromatografi kertas, analisis
sampel zat warna dengan kromatografi kertas-densitometri
 Hasil : Dari tujuh belas baku pembanding zat warna dan enam
wanteks yang digunakan, terdapat lima baku pembanding zat warna yang tidak
dapat terelusi oleh keenam eluen yaitu Auramine, Chrysoine S, Indanthrene
Blue RS, Orange GGN, dan Jingga K1. Kelima baku pembanding tersebut
tidak digunakan lagi dalam identifikasi selanjutnya. Ternyata, dari keenam
belas sampel tersebut, setelah dilakukan elusi kembali dengan etanol – butanol
– air (20:25:25), hanya sepuluh sampel yang positif mengandung zat warna
sintetik yang dilarang untuk makanan
 Kesimpulan : 1) Dari 31 sampel yang diperoleh, hanya delapan sampel yang
terdaftar di Departemen Kesehatan, memiliki keterangan lengkap yang
tercantum pada kemasan, dan tidak diganti kemasannya oleh penjual. 2)Dari
31 sampel zat warna yang diperiksa, terdapat sepuluh sampel yang
mengandung zat warna sintetik yang dilarang untuk makanan. Sampel Me,
Mg, dan Mi mengandung Merah K4, sampel Mh dan Ub mengandung
Rhodamin B, serta sampel Ma dan Mc mengandung Scarlet GN. Selain itu,
sampel Jf mengandung Orange G, sampel Kc mengandung Metanil Yellow,
dan sampel Ca mengandung Chocolate Brown FB.
 Sumber : psr.ui.ac.id

Anda mungkin juga menyukai