Anda di halaman 1dari 25

PR UJIAN

ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Penguji:
dr. Citra Primanita, Sp.KK
(NIP. 19821108 201412 2 002)

Disusun oleh:
Zunairi Nur Arifah G4A020082

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
INFEKSI PARASIT
Infeksi kulit akibat infestasi parasit, terbagi menjadi:
 Arthopoda : Pedikulosis, Skabies
 Nematoda : Ground Itch, Cutaneus Larva Migran, Larva Kuren,
Filariasis, Dracunculiasis
 Protozoa : Trikomoniasis, Amubiasis

Arthopoda
1. Pedikulosis
a. Definisi
Infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh Pediculus.
b. Etiologi
1) Pediculus humanus var. capitis  pedikulosis kapitis.
2) Pediculus humanus var. corporis  pedikulosis korporis.
3) Phthirus pubis  pedikulosis pubis.
c. Patogenesis
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan
rasa gatal. Gatal tersebut timbul karena pengaruh liur dan ekskreta dai kutu
yang masuk ke dalam kulit waktu menghisap darah.
d. Gejala Klinis
 Anamnesis
Gejala awal yang dominan yaitu rasa gatal, terutama pada daerah oksiput
dan temporal serta dapat meluas ke seluruh kepala.
 Pemeriksaan Fisik
- Terjadi erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder (pus, krusta), karena
efek garukan.
- Bila infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal disebabkan oleh
banyaknya pus dan krusta (plikapelonika) dan disertai pembesaran
kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikular). Pada
keadaan tersebut kepala memberikan bau yang busuk.
e. Pemeriksaan Penunjang
Menemukan kutu atau telur di daerah oksiput dan temporal. Telur berwarna
abu-abu dan berkilat.
f. Diagnosis Banding
- Tinea Kapitis
- Pioderma (Impetigo krustosa)
- Dermatitis seboroik
g. Terapi
- Gameksan 1%
- Melathin 0,5%
- Benzil Benzoat 25%

2. Skabies
a. Definisi
Penyakit kulit menular yang ditandai dengan keluhan utama gatal terutama
di malam hari yang disebabkan Sarcoptes scabiei var hominis.
b. Etiologi
Sarcoptes scabiei var hominis.
c. Patogenesis
- Siklus hidup: setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit,
tungau jantan akan mati. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, sambil meletakkan telurnya 2-50.
Bentuk betina yang dibuahi dapat hidup 1 bulan. Telur menetas dalam 3-
10 hari  larva dengan 3 pasang kaki. Setelah 2-3 hari larva  nimfa
(jantan dan betina) dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidup:
memerlukan waktu ± 8-12 hari. Masa inkubasi 4-6 minggu.
- Aktivitas S.scabiei menimbulkan rasa gatal dan respons imunitas selular
dan humoral  meningkatkan IgE baik di serum maupun di kulit.

d. Gejala Klinis dan Diagnosis


 Kelainan dapat berupa papula, vesikula, urtika, ekskoriasi, krusta dan
bila timbul infeksi sekunder terdapat pustula yang dapat mengaburkan
lesi primernya.
 Predileksi: ela-sela jari tangan, telapak tangan, pergelangan tangan
sebelah dalam, siku, ketiak, daerah mammae, daeran pusar dan perut
bagian bawah, daerah genitalis eksterna dan pantat.
 Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 Cardinal Sign,
berikut:
1) Pruritus nokturnal: aktifitas tungau meningkat pada malam hari
2) Menyerang secara berkelompok: keluarga, asrama, pondok
3) Terdapat terowongan (kanalikuli) pada tempat predileksi: terowongan
warna putih/abu-abu, bentuk garis lurus atau berkelok, pada ujung
terowongan ditemukan papul atau vesikel
4) Menemukan tungau
e. Pemeriksaan Penunjang
- Burrow ink test
- Kerokan kulit
- Mengambil tungau dengan jarum
- Membuat biopsi irisan (Epidermal shave biopsy)
f. Diagnosis Banding
- Dermatitis atopik
- Dermatitis kontak
- Insect bite
- Pyoderma
- Pedikulosis korporis
g. Terapi
 Obati seluruh aggota keluarga
 Sistemik: Antihistamin
 Topikal:
- Permethrin 5% krim  Drug of Choice.
- Sulfur presipitatum 4-20% salep atau krim
- Gamma Benzena Heksaklorida (Lindane) 1% krim atau losio
- Benzil Benzoas 20-25%
- Crotamiton 10% krim atau lotion
Nematoda Creeping Eruption

1. Creeping Eruption:
Terdiri dari 2 tipe:
a) Cutaneous Larva Migran (CLM)
1) Definisi
Kelainan kulit berupa peradangan berbentuk linier atau berkelok-kelok,
menimbul dan progresif disebabkan oleh larva cacing tambang yang
berasal dari feses anjing dan kucing.
2) Etiologi
- Ancylostoma Caninum
- Ancylostoma Braziliense
3) Patogenesis
4) Gejala Klinis
- Investasi larva cacing tambang masuk ke kulit disertai rasa gatal dan
panas.
- Lesi kulit biasanya muncul dalam 1-5 hari setelah pajanan.
- Papul, lesi berkelok-kelok, diameter 2-3 mm, kemerahan. Papul
eritematous menjalar seperti benang berkelokkelok, polisiklik,
serpiginosa, menimbul dan membentuk terowongan (burrow)
mencapai panjang beberapa cm.
- Gatal hebat pada malam hari
- Diagnosis : kelainan seperti benang yang lurus atau berkelok-kelok,
menimbul dan terdapat papul atau vesikel di atasnya.
5) Predileksi
Tungkai, Plantar, tangan, bokong, paha.
6) Diagnosis Banding
- Skabies
- Tinea korporis
- Herpes zoster
- Dermatitis venenata
7) Terapi  prinsip : mematikan cacing
 Topikal
- Tiabendazole 10-15%, dioleskan 3 kali sehari selama 5-7 hari
- Albendazol 10% dioleskan 3 kali sehari selama 7-10 hari
- Kloretil (Ethyl choride) Spray
 Sistemik
- Albendazol 400 mg  anak >2 tahun atau >10 kg selama 3-7 hari
berturut-turut.
- Thiabendazol 50 mg/kg/hari selama 2-4 hari.
- Ivermektin 200 μg/kg dosis tunggal, dosis kedua diberikan bila
gagal. Sebaiknya tidak diberikan pada anak < 5 tahun atau < 15kg
 Cryotherapy
b) Larva Currens
1) Definisi
Kelainan kulit berupa ruam patognomonik infeksi Strongyloides (cacing
gelang), ruam urtikaria linier atau serpiginosa yang sangat gatal yang
mungkin terdiri dari 1 atau lebih larva dan merayap 5-15 cm/jam ke atas
tubuh.
2) Etiologi
Strongyloides stercoralis
3) Patogenesis

4) Gejala Klinis
- Ruam merah dan terasa gatal, terjadi di area predileksi tempat cacing
masuk ke kulit
- Ruam merah timbul secara berulang, biasanya di sepanjang paha dan
bokong
- Dapat menimbulkan infeksi organ dalam, yaitu saluran pencernaan
(diare, konstipasi, mual, penurunan nafsu makan, kembung); saluran
pernapasan (batuk kering, iritasi tenggorokan); siste saraf
5) Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah lengkap
- Pemeriksaan feses
6) Diagnosis Banding
- Kolera
- PPOK
- Asma
- Kolera
- Cutaneus Larva Migran
7) Terapi
- Ivermectin 200 gr/kg selama 1-2 hari  Lini pertama
- Albendazol 500 mg, 2x1 selama 7 hari

2. Ground Itch / Hookworm Disease


a. Definisi
Kelainan kulit akibat infeksi infeksi cacing tambang (parasit usus manusia),
yang manifestasi klinis selain pada kulit juga dapat terjadi pada organ dalam.
b. Etiologi
- Ancylostoma duodenale
- Necator americanus
c. Patogenesis
d. Gejala Klinis
- Ruam/iritasi lokal merupakan tanda pertama infeksi (ground itch/ dew
itch), terjadi selama 1-2 minggu pertama setelah infeksi kulit.
- Ruam terasa gatal, eritematous, vasikular
- Predileksi: kaki, tangan
- Dapat terjadi gejala sistemik. Pada sistem pernapasan: batuk dan mengi
sekitar 1 minggu setelah terpapar, akibat migrasi larva melalui paru-paru.
Saluran pencernaan: diare, kembung, kolik, mual, anorexia, penurunan
berat badan.
- Selain itu dapat terjadi kelelahan dan anemia. Pada anak dapat
terpengaruh terhadap pertumbuhan dan kognitif
e. Diagnosis Banding
- Tinea
- Skabies
- Gastroenteritis
- Anemia Akut
f. Terapi
- Albendazol 400 mg, oral, SD
- Mebendazol 100 mg, oral, 2x1 selama 3 hari/ 500mg SD
- Pirantel Pamoat 11 mg/kg (maksimal 1 g),setiap hari selama 3 hari

3. Dracunculiasis / Little Dragon


a. Definisi
Infeksi pada kulit yang disebabkan oleh nematoda Dracunculus
medinensis, juga dikenal sebagai cacing guinea. Infeksi ini dapat
menimbulkan manifestasi klinis pada organ dalam
b. Etiologi
Dracunculus medinensis
c. Patogenesis

d. Gejala Klinis
- Terbentuk lepuhan/ luka lepuh di epidermis, tempat yang dipilih oleh
cacing betina, biasanya di ekstremitas bawah.
- Sebelum terjadi lepuh, terjadi terdapat gejala seperti alergi, berupa
gangguan pernapasan ringan dengan mengi, urtikaria, edema periorbital,
dan pruritus. Pasien mungkin juga demam selama periode ini.
- Munculnya kepala cacing, lepuh bertambah dan menjadi eritematosa di
pinggirannya. Edema terjadi di sekitar lokasi, dan peradangan papula
menyebabkan pruritus lebih lanjut dan nyeri terbakar.
- Biasanya, setelah beberapa hari, ± 2 minggu, lepuh meletus, dan cacing
mengeluarkan kumpulan cairan yang mengandung larva. Pembengkakan
dan nyeri berkurang secara nyata setelah lepuh dibuka.
- Terbentuk ulkus di sekitar lokasi lepuh saat cacing dewasa terus muncul,
Ulkus cenderung dapat menjadi infeksi sekunder.
- Dapat muncul derajat limfadenopati.
e. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah lengkap
- Kadar Imunologi serum
f. Diagnosis Banding
- Filariasis
g. Terapi
- Ekstraksi cacing dewasa di permukaan kulit
- Tidak ada obat khusus yang digunakan untuk dracunculiasis.
Metronidazol atau thiabendazole (pada orang dewasa) biasanya
digunakan untuk memudahkan proses ekstraksi.
- Perawatan bedah

4. Filariasis Limfatik
a. Definisi
Filariasis adalah kelompok penyakit yang disebabkan oleh filaria yang
menyerang manusia dan hewan (yaitu parasit nematoda dari famili
Filariidae) melalui transmisi nyamuk. Pada filariasis limfatik, episode
peradangan dan limfedema yang berulang menyebabkan kerusakan limfatik,
pembengkakan kronis, dan elephantiasis pada kaki, lengan, skrotum, vulva,
dan payudara.
b. Etiologi
- Wuchereria bancrofti (90% kasus)
- Brugia malayi,
- Brugia timori
c. Patogenesis
d. Gejala Klinis
- Timbul gejala lebih dari 3 bulan pasca terpapar
- Gejala disertai demam
- Dapat terjadi urtikaria; pengelupasan kulit
- Limfadenopati inguinal, nyeri
- Limfangitis  rekuren 6-10x/tahun; tiap episode limfangitis 3-7 hari
- Pembengkakan anggota badan atau genital
Episode peradangan dan limfedema yang berulang menyebabkan
kerusakan limfatik, pembengkakan kronis, dan kaki gajah pada kaki,
lengan, skrotum, vulva, dan payudara
e. Pemeriksaan Penunjang
- Apusan darah tepi, dengan pewarnaan Giemsa atau hematoxylin-and-eosin
- Deteksi antibody antifilaria IgG1 dan IgG4
f. Diagnosis Banding
- Angioedema
- Trauma Skrotum
- Kusta
g. Terapi
- Ivermectin 20mcg/kgBB 2 hari
- Dietilkarbamazepin 50mg 3x1
- Albendazol
- Bedah limfatik

Protozoa

1. Trikomoniasis
a. Definisi
Infeksi saluran urogenital bagian bawah pada perempuan maupun laki-laki,
dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, dan
penularannya melalui kontak seksual.
b. Etiologi
Trichomonas vaginalis
c. Patogenesis

d. Gejala Klinis
 Perempuan
 Anamnesis
- Asimtomatik
- Keputihan berbau busuk, warna kuning kehijauan, kadang berbusa
- Gatal dan perih di sekitar vulva
 Pemeriksaan Fisik
- Pada forniks posterior terdapat duh vagina seropurulen, berbau
busuk, sedikit-banyak, berwarna kuning kehijauan
- Rasa tidak enak di perut bagian bawah
- Vulvitis dan vaginitis
- Gambaran Strawberry Cervix
 Laki-laki
 Anamnesis
- Asimptomatis
- Duh tubuh sedikit sampai sedang, nyeri berkemih, iritasi uretra
 Pemeriksaan Fisik
- Duh tubuh purulent, bengkak dan nyeri pada skrotum
e. Pemeriksaan Penunjang
- Mikroskopis : sediaan basah  ditemukan parasit trikomonas dengan
pergerakan yang khas, peningkatan jumlah leukosit
f. Diagnosis Banding
- Bakterial Vaginosis
- Kandidiasis
- Gonorea
- Servisitis
- Uretritis
g. Terapi
- Metronidazol 2 g PO Single dose
- Metronidazol 2x500 mg/hari PO selama 7 hari

2. Amubiasis
a. Definisi
Amebiasis disebabkan oleh protozoa Entamoeba histolytica. Menyebabkan
kelainan intestinal dan ekstra intestinal.
b. Etiologi
Entamoeba histolytica
c. Patogenesis
Amubiasis kutis primer  pada pasien tanpa ada kelainan amubiasis
intestinal/ekstraintestinal, sangat jarang  akibat inokulasi langsung
tropozoit pada kulit yang luka akibat garukan/gesekan.
Ex. Lesi pada penis akibat penularan secara anogenital
Amubiasis kutis sekunder  akibat perluasan abses amubiasis
intestinal/ekstraintestinal, penularan melalui pelpasan kateter, fistula,
kolostomi, laparotomi / Implantasi tropozoit langsung pada kulit akibat diare
karena amoeba.
d. Gejala Klinis
- Ulkus berbatas tegas, tepi teratur, dasar berwarna merah seperti daging
mentah, bau busuk, purulen, progresif dapat mengalami destruksi hingga
otot dan tulang, limfadenopati.
e. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium  menunjukkan organisme amoeba
f. Diagnosis Banding
- Shigellosis
g. Terapi
- Metronidazol 3x500-750mg slm 10hr
PSORIASIS
1. Definisi
Psoriasis merupakan penyakit kulit yang bersifat kronis dan residif (berulang)
yang ditandai oleh adanya makula, papul, plak eritematus, bentuknya dapat bulat
atan lonjong yang tertutup skuama tebal, transparan atau putih keabu-abuan.
2. Etiologi
- Faktor genetik (terutama pada HLA Cw6)  terjadi pemendekan waktu
keratinisasi/turn over kulit, yang seharusnya 28 hari  3-4 hari.
- Autoimun
3. Tanda Khas
a. Fenomena Koebner
Trauma pada kulit (garukan) pada
kulit yang normal, akan timbul lesi
baru yang bersifat sama dengan yang
telah ada, kira-kira 3 minggu

b. Fenomena Tetesan Lilin/


Karsvlek/ Candle sign
Skuama psoriasis jika dikerok
dengan pinggiran kaca objek/ benda
ujung tajam, terlihat perubahan
warna putih dan linier sesuai dengan
goresan, seperti kerokan lilin

c. Fenomena Auspitz
Skuama putih yang dikerok, akan
tampak bintik-bintik perdarahan,
karena terkena papilla dermis pada
Perdarahan setelah skuama
ujung-ujung yang memanjang dihilangkan
4. Gejala Klinis
a. Ananmnesis
- Keluhan biasanya berupa bercak merah bersisik mengenai bagian tubuh
terutama daerah yang mudah terkena trauma, seperti: siku, lutut, sakrum,
kepala dan genitalia, berupa bercak merah bersisik
- Keluhan biasanya disertai rasa gatal, selain itu juga terdapat keluhan
kosmetik.
b. Pemeriksaan Fisik
- Lesi kulit psoriasis yang paling sering dijumpai adalah bentuk makula
yaitu berupa bercak yang dapat bulat atau oval.
- Karakteristik lesi yang lain dapat berupa plak eritem, batas tegas dengan
ukuran miliar-numular, diskret, disertai dengan skuama putih transparan.
- Bentuk lesi ini akan statis dalam jangka waktu lama. Jika terjadi
eksaserbasi dapat berubah menjadi: anular, gyrata, folikularis, gutata dan
punktata.
- Dapat menyerang kuku, mukosa dan sendi, terutama sendi kecil
- Ditemukan 3 ciri khas: fenomena tetesan lilin, fenomena koebner dan
tanda auspitz.
5. Variasi Klinis Psoriasis
a. Psoriasis plakat (Vulgaris)
- Bentuk psoriasis yang paling banyak dialami pasien.
- Lesi dimulai dari makula, plak eritematosa berbatas tegas dengan skuama
berwarna keperakan, atau papul yang melebar ke arah pinggir dan
bergabung dengan beberapa lesi menjadi satu.
- Daerah predileksi: siku, lutut, kepala, celah intergluteal, palmar dan
plantar, kadang-kadang genitalia.
b. Psoriasis gutata
- Khas pada dewasa muda
- Bentuk papul erupsi, seperti tetesan air, plak merah muda dengan skuama
menyebar diskret dan sentripetal terutama di badan
- Onset mendadak, biasanya terjadi setelah infeksi streptokokal pada
saluran napas atas
- Predileksi: badan, ekstremitas
c. Psoriasis pustulosa
 Generalisata (Von Zumbusch)
- Ditandai dengan pustule steril yang timbul sangat parah, diikuti gejala
konstitusi (demam, malaise).
- Predileksi: sebagian besar area tubuh, kepala, dan ekstremitas,
- Kulit merah, nyeri, meradang, dengan pustule milier tersebar
diatasnya.
- Pada kasus yang berat, pustul dapat bergabung dan membentuk
kumpulan pus (like of pustules).
- Fungsi perlindungan kulit hilang dan pasien rentan terhadap infeksi,
hilangnya cairan dan nutrisi, serta dapat membahayakan kehidupan.
 Lokalisata
- Lesi dimulai dari vesikel bening, vesikopustul, dan pustul yang parah
dan makulopapular kering cokelat, pustul terletak di atas plak.
- Predileksi: palmo plantar, akral dan kuku
- Sering resisten terhadap pengobatan
d. Psoriasis inversa
- Letak lesi pada daerah intertriginosa, tampak lembab dan eritematosa.
- Lesi nyaris tidak berskuama dan merah, mengkilap, berbatas tegas.
- Predileksi: aksila, fossa antecubital, poplitea, lipat inguinal, infra
mammae, perineum.
e. Eritroderma psoriatika
- Eritema luas dengan skuama yang dapat mengenai sampai 100% luas
permukaan tubuh
- Sering disertai dengan gejala sistemik yaitu demam dan malaise
f. Psoriasis artritis
- Predileksi: menyerang banyak sendi terutama di distal interphalanges,
proksimal phalanges, metacarpal
g. Psoriasis kuku
- Lesi pada kuku beragam, terbanyak 65% kasus berupa pits (sumur-sumur
dangkal).
- Bentuk lain, berupa kuku berwarna kekuning-kuningan (yellowish dish
coloration atau oil spots), kuku yang terlepas dari dasarnya (onikolisis),
hiperkeratosis subungual (penebalan kuku dengan hiperkeratotik),
abnormalitas lempeng kuku.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Histopatologi: hiperkeratotik, parakeratotik, akantosis
b. Pemeriksaan ASTO, faktor rheumatoid
7. Diagnosis Banding
a. Tinea Korporis
b. Pitiriasis rosea
c. Neurodermatitis
d. Dermatitis nummular
e. Sifilis sekunder psoriasiformis
8. Terapi
a. Penatalaksanaan Psoriasis perlu diperhatikan:
- Bentuk klinis
- Luas/keparahan penyakit:
 Ringan : <5% atau PASI <8
 Sedang : 5-20% atau PASI 8-12
 Berat : >20% atau PASI >12
- Lokasi lesi : Kulit kepala, wajah, lipatan, telapak tangan/kaki, genitalia
- Umur penderita
- Ada atau tidaknya kontraindikasi terhadap obat yang akan diberikan
b. Langkah pengobatan psoriasis
Langkah 1: Pengobatan topikal (obat luar) untuk psoriasis ringan, luas
kelainan kulit kurang dari 3%.
Langkah 2: Fototerapi/fotokemoterapi untuk mengobati psoriasis sedang
sampai berat, selain itu juga dipakai untuk mengobati psoriasis yang tidak
berhasil dengan pengobatan topikal.
Langkah 3: Pengobatan sistemik (obat makan atau obat suntik) khusus untuk
psoriasis sedang sampai parah (lebih dari 10% permukaan tubuh) atau
psoriatis arthritis berat (disertai dengan cacat tubuh). Juga dipakai untuk
psoriatis eritroderma atau psoriasis pustulosa.

c. Pengobatan kausal belum dapat diberikan, pengobatan ditujukan:


 Menghilangkan faktor-faktor yang dianggap sebagai pencetus timbulnya
psoriasis, seperti: stress diberi sedative; imunitas menurun diberi vitamin,
supplement; fokal infeksi dapat berupa tonsillitis, gigi karies, investasi
parasit harus diberantas.
 Menekan/menghilangkan lesi psoriasis yang telah ada:
1) Terapi Topikal
- Emolien: vaselin, gliserin, minyak mineral, dll
- Retinoid (topikal)
- Keratolitik: asam salisilat
- Analog Vitamin D
2) Fototerapi
- Ultraviolet B (UVB) broadband (BB)

Efek: penyembuhan awal terlihat setelah 4 minggu terapi, kulit


bersih (clearance) dapat tercapai setelah 20-30 terapi, terapi
pemeliharaan (maintenance) dapat memperpanjang masa remisi.

Dosis: menurut tipe kulit 20-60 mJ/cm2 atau 50% minimal


erythemal dose (MED), dosis dinaikan 5-30 mJ/cm2 atau ≤25%
MED awal, penyinaran 3-5 kali/minggu.

- Ultraviolet B (UVB) narrowband (NB)

Efek: penyembuhan awal terlihat setelah 8-10 terapi, kulit bersih


dapat tercapai setelah 15-20 terapi, terapi pemeliharaan dapat
memperpanjang masa remisi.

Dosis: menurut tipe kulit 130-400 mJ/cm2 atau 50% MED, dosis
dinaikan 15-65 mJ/cm2 atau ≤10% MED awal, penyinaran 3-5
kali/minggu

- PUVA

Efek: penyembuhan awal terlihat dalam satu bulan terapi, 89%


pasien mendapatkan perbaikan plak dalam 20-25 kali terapi selama
5,3-11,6 minggu. Terapi pemeliharaan tidak ditetapkan, masa remisi
3-12 bulan.

Dosis: 8-metoksi psoralen, 0,4-0,6 mg/kgBB diminum peroral 60-


120 menit sebelum disinar UVA. Kaca mata bertabir ultraviolet
diperlukan untuk perlindungan di luar rumah 12 jam setelah minum
psoralen. Dosis UVA menurut tipe kulit 0,5-3,0 J/cm2, dosis
dinaikan 0,5-1,5 J/cm2 penyinaran 2-3 kali/minggu.
3) Terapi Sistemik
a) Metotreksat
 Mekanisme kerja:
Melalui kompetisi antagonis dari enzim dehidrofolat reduktase.
Metotreksat memiliki struktur mirip dengan asam folat yang
merupakan substrat dasar enzim tersebut. Enzim dehidrofolat
reduktase mampu mengkatalisis asam folat menjadi berbagai
kofaktor yang diperlukan oleh beragam reaksi biokimia
termasuk sintesis DNA. Metotreksat mampu menekan
proliferasi limfosit dan produksi sitokin, oleh karena itu bersifat
imunosupresif.
 Dosis:
- Dosis oral 2,5-5 mg selang 12 jam.
- Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap sampai
menghasilkan repons pengobatan yang optimal; dosis
maksimal tidak boleh melebihi 25 mg/minggu.
- Dosis harus diturunkan serendah mungkin sampai jumlah yang
dibutuhkan secara memadai dapat mengendalikan psoriasis
dengan penambahan obat topikal.
- Dianjurkan untuk melakukan dosis uji 0,5-5 mg/minggu.
Pemakaian dapat berlangsung sepanjang tidak memberikan
tanda toksisitas hati dan sumsum tulang dengan pemantauan
yang memadai. Pemberian asam folat 1 mg perhari atau 5 mg
per minggu secara oral, pada waktu selain hari pemberian
metotreksat, akan mengurangi efek samping.
 Efek samping:
- Peningkatan nilai fungsi hati (bila 2 kali lipat pantau lebih
sering; 3 kali lipat turunkan dosis dan bila lebih dari 5 kali lipat
hentikan pemberian).
- Efek yang lain berupa: anemia aplastik, leukopenia,
trombositopenia, pneumonitis intersisial, stomatitis ulserativa,
mual, muntah, diare, lemah, cepat lelah, menggigil, demam,
pusing, menurunnya ketahanan terhadap infeksi, ulserasi dan
perdarahan lambung, fotosensitif dan alopesia
 Interaksi obat:
Obat hepatotoksik misalnya barbiturat, sulfametoksazol,
NSAID, penisilin, trimetoprim.
 Kontraindikasi absolut:
Hamil, menyusui, alkoholisme, penyakit hati kronis, sindrom
imunodefisiensi, hipoplasia sumsum tulang belakang,
leukopenia, trombositopenia, anemia yang bermakna,
hipersensitivitas terhadap metotreksat.
 Kontraindikasi relatif:
Abnormalitas fungsi renal, hepar, infeksi aktif, obesitas,
diabetes melitus.
 Pemantauan:
- Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik.
- Pemeriksaan penunjang: darah lengkap, fungsi hati dan renal,
biopsy sesuai anjuran, pemeriksaan kehamilan, uji HIV,
PPD, foto toraks.
b) Siklosporin
 Mekanisme kerja:
Menghambat enzim kalsineum sehingga tidak terbentuk gen
interleukin-2 dan inflamasi lainnya.
 Dosis:
- Dosis rendah 2,5 mg/kgBB/hari dipakai sebagai terai awal,
- Dosis maksimum 4 mg/kgBB/hari
- Dosis dikurangi 0,5-1,0mg/kgBB/hari bila sudah berhasil, atau
mengalami efek samping.
 Efek samping:
- Gangguan fungsi ginjal, hipertensi, keganasan, nyeri kepala,
hipertrikosis, hiperplasia gingiva, akne memburuk, mual,
muntah, diare, mialgia, flu like syndrome, letargia,
hipertrigliserida, hipomagnesium, hiperkalemia,
hiperbilirubinemia, meningkatnya risiko infeksi dan
keganasan.
 Interaksi obat:
- Obat-obatan yang menginduksi/menghambat sitokrom P450
3A4. Menurunkan pembuangan (clearence) digoksin,
prednisolon, statin, diuretik (potasium sparing), tiazid, vaksin
hidup, NSAID, grapefruit.
 Kontraindikasi:
- Bersamaan dengan pemberian imunosupresan lain
(metotreksat, PUVA, UVB, tar batubara, radioterapi), fungsi
renal terganggu, keganasan, hipersensitif terhadap siklosporin,
hindari vaksin, perhatian seksama bila diberikan pada pasien
dengan infeksi berat juga diabetes melitus tidak terkontrol.
 Pemantauan:
- Pemeriksaan fisik, tensi, ureum, kreatinin, urinalisis PPD,
fungsi hati, profil lipid, magnesium, asam urat, dan potasium,
uji kehamilan.
c) Retinoid
d) Sulfasalazin
e) Mofetil Mikofenolat

Anda mungkin juga menyukai