Setan
selalu menggoda manusia agar terjerumus ke dalam perbuatan dosa hingga masuk ke
neraka. Kita harus berlindung kepada Allah Swt. dari godaan setan, yakni dengan
membaca ta’awudz. Selain setan, manusia juga digoda oleh nafsu ammarah untuk
melakukan perbuatan melanggar syariat Allah Swt. Seseorang yang perilakunya
dikendalikan oleh nafsu ammarah akan hidup sengsara di dunia dan akhirat.
Ketika kita mengupayakan segala kemampuan yang ada untuk mengamalkan
syariat Islam seluruhnya maka saat itulah kita hidup dalam kemuliaan. Namun,
sebaliknya apabila kita tidak menjalankan syariat Islam dan melakukan hal-hal yang
dilarang dalam Islam maka, saat itulah kita hidup dalam kehinaan pada pembahasan
kali ini kita akan mengkaji Bagaimana cara kita sebagai seorang muslim agar bisa tetap
hidup dalam kemuliaan dan tidak terjerumus kepada yang akan merugikan kita baik
dunia maupun akhirat
Terdapat tiga amalan yang wajib dilakukan oleh setiap muslim dalam upaya
mempertahankan kemuliaan dirinya yaitu, yang pertama sikap mujahadah An-nafs atau
biasa disebut dengan kontrol diri yang kedua husnudzon (berbaik sangka) dan yang
ketiga ukhuwah (persatuan atau persaudaraan).
A. Mujahadah An-Nafs
1. Pengertian
Secara bahasa terdiri dari dua kata yaitu: Mujahadah yang berarti
Bersungguh-sungguh dan An-Nafs yang berarti Nafsu atau jiwa.
Secara istilah mujahadah an-nafs yaitu; Bersungguh-sungguh menahan diri
untuk menaklukan hawa nafsu sehingga tidak melakukan perbuatan tercela dan
merugikan diri sendiri maupun orang lain. Secara singkatnya mujahadah an-nafs
ialah menahan diri dari segala perilaku tercela yang dapat merugikan diri sendiri
maupun orang lain.
c/o: Serakah, tamak, malas, dan marah
Contoh nyata dari pertarungan antara potensi nafsu dan taqwa ini bisa kita lihat
dalam sejarah pembunuhan Habil oleh Qobil yang mana keduanya merupakan
putra Nabi Adam as. Dalam kisah ini Habil mampu mengendalikan nafsunya
karena takut kepada Allah Rabbal Alamin sedangkan qobil ia dengan tangannya
membunuh Habil yang tidak lain adalah saudaranya sendiri.
Naudzubillahi min dzalik.
4. Peran Setan
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita senantiasa dihadapkan pada pertarungan
antara potensi nafsu dan taqwa. Misalkan ketika kita terbangun di waktu subuh
karena mendengar suara azan kita dihadapkan pada dua pilihan. Taqwa kita
mendorong untuk bangun dan melaksanakan salat tetapi nafsu kita mendorong
untuk melanjutkan tidur atau Ketika kita dihadapkan pada situasi yang membuat
kita marah dan kecewa.Terdapat dua pilihan yaitu sabar dan memaafkan atau
melampiaskan nafsu tersebut dengan cacian atau bahkan yang lebih dari itu.
Yang perlu kita perhatikan disini adalah bahwa, pada setiap situasi setan
senantiasa mencoba untuk masuk mengambil celah dan menghasut agar kita
cenderung memilih nafsu dan mengesampingkan taqwa. Namun pada prosesnya
setann tidak secara langsung dengan tegas melarang kita melakukan ketaatan
atau bahkan memerintahkan kita untuk berbuat dosa melainkan setan
menggunakan tipu dayanya sebagai langkah-langkah yang efektif.
Allah SWT memberitahu kepada kita tentang langkah-langkah setan agar kita
menjadi waspada sebagaimana yang dijelaskan dalam Quran surat an-nisa ayat
119. Terdapat tiga langkah setan dalam menjerumuskan manusia.
Sebagai contoh, ketika terbangun karena kita mendengar suara adzan di waktu
subuh setan tidak dengan tegas melarang kita untuk shalat. Melainkan setan
menggunakan langkah yang pertama yaitu, menyesatkan manusia yang diawali
dengan ajakan “ayo bangun shalat! Adzan subuh berkumandang. Tapi
tenang waktu subuh masih lama.” Ajakan seperti ini apabila kita masih santai-
santai dan melanjutkan tidur dengan niat 5 menit / 10 menit lagi akan terbangun
maka itu tandanya kita sudah masuk perangkap setan yang nomor 1. Setelah
kita masuk perangkap awalnya, maka setan akan melanjutkan ke perangkap
yang kedua.
Dalam perangkap kedua setan akan memberikan angan-angan kosong. Pada
langkah ini biasanya akan memberikan mimpi yang indah sehingga membuat
kita terlena dan percayalah mimpi ini tidak berlangsung hanya 5 menit tetapi
bahkan bisa mencapai 30 menit / 1 jam.
Setelah itu kita sadar ternyata waktu subuh tinggal beberapa menit lagi tetapi
setan dengan sigapnya langsung melancarkan langkah yang ketiga yaitu dengan
tegas memerintahkan dengan membisikkan kepada kita bahwa waktu shalat
sudah berakhir “sudahlah tidak apa kali ini tidak sholat,sholatnya besok
saja. Besok pasti bisa melakukan shalat subuh besok dengan lebih
khusyuk”.
Ada yang pernah mengalaminya?
B. Husnudzan
Bagi seorang muslim dalam upaya meniti hidup dengan kemuliaan di samping harus
melakukan mujahadah an-Nafs kita juga diharuskan untuk senantiasa berpikiran
positif yang dalam ajaran islam dikenal dengan istilah husnudzon.
1. Pengertian Husnudzan
Husnudzan terdiri dari 2 kata yaitu yang berasal dari kata Husn yang berarti baik
dan Adz-dzan yang berarti prasangka. Maka husnudzon adalah berprasangka
baik.
Secara istilah Husnudzan dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang selalu
berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain. Lawan dari
sifat ini adalah buruk sangka atau suudzan yaitu menyangka orang lain
melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang benar.
Allah SWT memerintahkan kita sebagai orang yang beriman untuk tidak banyak
berprasangka sebagaimana FirmanNya dalam Quran surat al-Hujurat ayat 12
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu
yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa
jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat,
Maha Penyayang.” (Q.S. al-Hujurat/49: 12)
Jadi jika seseorang telah mampu mengendalikan nafsunya dari keinginan untuk
berbuat keburukan dengan mujahadah an-Nafsi maka tugas selanjutnya adalah
dia harus mampu mengendalikan pikirannya agar senantiasa berpikiran positif
dan menghilangkan pikiran-pikiran negative. Jika seseorang berpikiran positif
terhadap siapapun maka hal itu akan mendorongnya untuk melakukan kebaikan
terhadap orang siapapun. Begitupun ketika dia senantiasa berpikiran buruk
terhadap siapapun maka dia akan melakukan kebaikan terhadap orang tersebut.
2. Pembagian Husnudzan
Husnudzan dikelompokkan kedalam tiga bagian yaitu kepada Allah SWT.
kepada diri sendiri dan kepada orang lain.
a. Husnudzan kepada Allah
yaitu dengan meyakini bahwa apapun kebaikan yang didapat oleh kita adalah
datangnya dari Allah dan apapun keburukan yang menimpa kita itu
datangnya dari kesalahan diri sendiri sebagaimana firman Allah subhanahu
wa taala dalam Quran Surah Annisa ayat 79:
“apa saja yang kamu peroleh adalah datangnya dari Allah Apa saja
bencana yang menimpa mu adalah dari kesalahan diri sendiri”
Agar kita senantiasa berhusnudzan kepada Allah SWT maka terlebih dahulu
kita harus mengenal Allah lebih dekat melalui pemahaman akan sifat-sifat
Allah yang terkumpul dalam 99 Asmaul husna. Dari Asmaul husna tersebut
kita bisa mengetahui bahwa tidak ada dalam sifat tersebut melainkan
seluruhnya adalah sifat yang mencerminkan kebaikan Allah SWT.
Jika kita meyakini bahwa Allah SWT ti maka kita akan senantiasa
berprasangka baik.
Dalam hadits
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
Allah ta’ala berfirman: ”Aku sesuai persangkaan hamba-Ku, Aku
bersamanya ketika mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku saat sendirian,
Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku di suatu
kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada
itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun alaih)
Sebagaimana ketika kita mengenal seseorang yang baik dan ketika kita
mendengar bahwa dia melakukan suatu keburukan kita tidak akan
mempercayai berita tersebut. Maka ketika orang tersebut mencuri dan
melakukan kejahatan kita pun tidak akan begitu saja mempercayai tuduhan
tersebut dan sebaliknya tentu saja kita akan membelanya selagi tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa orang tersebut telah melakukan hal buruk.
Begitupun ketika kita senantiasa berhusnudzan kepada Allah SWT maka kita
akan menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur karena meyakini bahwa
kebaikan yang kita peroleh datangnya dari Allah SWT dan hal ini akan
melahirkan motivasi dalam semangat beribadah yang pada akhirnya Allah
akan membalasnya dengan limpahan kebaikan yang tak terhitung jumlahnya.
Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda:
“Seorang muslim (yang sejati) adalah orang yang dengan muslim lainnya
selamat dari (bahaya) lisan dan tangannya.” (H.R. Tirmidzi)
Senantiasa berprasangka baik. Baik kepada Allah diri sendiri maupun orang
lain maka kita akan menjadi pribadi yang mulia dengan memiliki sikap
sebagai berikut: yang pertama senantiasa taat dan semangat dalam
beribadah yang kedua selalu optimis dan pantang menyerah dalam
menghadapi kesulitan apapun dan selalu termotivasi untuk melakukan
kebaikan kepada orang lain dengan menjadi pribadi yang memiliki prasangka
baik kepada siapapun. Semoga kita senantiasa meniti kehidupan dengan
kemuliaan. Amiin
2. Husnuzhan
Husnudzan kepada Allah Swt. dapat dilakukan dengan tiga sikap, yaitu sebagai
berikut:
a. Selalu yakin bahwa Allah Swt. akan senantiasa memberi yang terbaik bagi
hamba-Nya.
b. Selalu mensyukuri nikmat dari Allah Swt. Rasa syukur dapat diungkapkan
dengan mengucapkan hamdalah, dan menggunakan nikmat tersebut sesuai
kehendak Allah Swt.
c. Bersikap tawakal, sabar, dan ikhlas atas semua cobaan dan ujian dari Allah
Swt. Ingatlah bahwa Allah Swt. tidak akan membebani seseorang di luar
batas kemampuannya dan semua cobaan yang diberikan oleh Allah Swt.
pasti ada hikmahnya
Husnuzhan kepada orang lain dapat dilakukan dengan sikap sebagai berikut:
a. Melihat seseorang dari sisi baiknya, ditunjukkan dengan rasa senang, dan
berpikir positif.
b. Selalu memaafkan kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap dirinya
c. Bersikap hormat pada orang lain tanpa ada rasa curiga, dengki, dan
perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas
d. Selalu mengingat kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan oleh seseorang
e. Melupakan kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap dirinya.
Husnuzhan kepada diri sendiri dapat dilakukan dengan sikap sebagai berikut:
a. Yakin bahwa dirinya mampu melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang
lain
b. Selalu yakin dapat menyelesaikan semua masalah, tantangan hidup, dan
tidak mudah putus asa bila menemui kesulitan atau kegagalan
c. Berusaha sekuat tenaga untuk mencapai semua keinginan dengan kerja
cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas, penuh dengan inisiatif untuk meraih
cita-cita
D. Hikmah
Di antara hikmah perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs) sebagai
berikut:
1) meningkatnya sifat sabar, dengan tidak cepat memberikan reaksi
terhadap permasalahan yang timbul
2) dapat mencegah perilaku buruk atau negatif dari seseorang
3) mendapatkan penilaian yang positif dari lingkungan
4) terbinanya hubungan baik dalam berinteraksi sosial dengan sesama.
E. Ukhuwah
Kemuliaan hidup sebagai seorang Muslim belum dapat kita raih sebelum kita
memiliki sikap ukhuwah atau persaudaraan. Dengan mujahadah an-nafsi kita
mampu mengendalikan nafsu kita dan dengan husnudzon kita bisa
mengendalikan pikiran kita sedangkan dengan ukhuwah atau persaudaraan
kita bisa mengendalikan hubungan antar sesama muslim agar tetap terjaga
dalam persatuan.
1. Pengertian Ukhuwah (Persaudaraan)
persaudaraan dalam Islam adalah Persaudaraan yang diikat oleh tali aqidah atau
keyakinan antar sesama muslim sebagaimana firman Allah subhanahu wa taala
dalam Quran surat al-hujurat ayat 10:
sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih dan bertakwalah
kepada Allah agar kamu mendapat rahmat
Setelah Allah memerintahkan untuk memelihara perdamaian maka selanjutnya
Allah memerintahkan orang yang beriman untuk tidak membiarkan satu kelompok
mengolok-olok kelompok lain satu bangsa mengolok-olok bangsa lain atau satu
golongan mengolok-olok golongan lain.