Anda di halaman 1dari 9

Al-Qur’an menegaskan bahwa setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.

Setan
selalu menggoda manusia agar terjerumus ke dalam perbuatan dosa hingga masuk ke
neraka. Kita harus berlindung kepada Allah Swt. dari godaan setan, yakni dengan
membaca ta’awudz. Selain setan, manusia juga digoda oleh nafsu ammarah untuk
melakukan perbuatan melanggar syariat Allah Swt. Seseorang yang perilakunya
dikendalikan oleh nafsu ammarah akan hidup sengsara di dunia dan akhirat.
Ketika kita mengupayakan segala kemampuan yang ada untuk mengamalkan
syariat Islam seluruhnya maka saat itulah kita hidup dalam kemuliaan. Namun,
sebaliknya apabila kita tidak menjalankan syariat Islam dan melakukan hal-hal yang
dilarang dalam Islam maka, saat itulah kita hidup dalam kehinaan pada pembahasan
kali ini kita akan mengkaji Bagaimana cara kita sebagai seorang muslim agar bisa tetap
hidup dalam kemuliaan dan tidak terjerumus kepada yang akan merugikan kita baik
dunia maupun akhirat
Terdapat tiga amalan yang wajib dilakukan oleh setiap muslim dalam upaya
mempertahankan kemuliaan dirinya yaitu, yang pertama sikap mujahadah An-nafs atau
biasa disebut dengan kontrol diri yang kedua husnudzon (berbaik sangka) dan yang
ketiga ukhuwah (persatuan atau persaudaraan).
A. Mujahadah An-Nafs
1. Pengertian
Secara bahasa terdiri dari dua kata yaitu: Mujahadah yang berarti
Bersungguh-sungguh dan An-Nafs yang berarti Nafsu atau jiwa.
Secara istilah mujahadah an-nafs yaitu; Bersungguh-sungguh menahan diri
untuk menaklukan hawa nafsu sehingga tidak melakukan perbuatan tercela dan
merugikan diri sendiri maupun orang lain. Secara singkatnya mujahadah an-nafs
ialah menahan diri dari segala perilaku tercela yang dapat merugikan diri sendiri
maupun orang lain.
c/o: Serakah, tamak, malas, dan marah

Penggunaan kata mujahadah atau kesungguhan hati ini menggambarkan Betapa


sulitnya untuk mengendalikan nafsu sehingga dibutuhkan upaya yang sungguh-
sungguh dalam melakukannya. Ketika Allah menciptakan usia pada saat itupun
Allah melebihkan manusia dengan kemuliaan-nya dibandingkan makhluk yang
lainnya bahkan pada saat itu malaikat pun diperintahkan untuk bersujud sebagai
wujud penghormatan atas manusia.
Kenapa manusia bisa lebih mulia dari malaikat? Seperti yang kita ketahui
bersama bahwa malaikat adalah makhluk Allah yang senantiasa taat dengan
Bertasbih dan memuji Allah. Selain itu mereka juga tidak pernah bermaksiat
kepada Allah. Malaikat senantiasa melakukan atau melaksanakan seluruh
perintah-Nya. Lalu kenapa Allah melebihkan manusia daripada malaikat?
Allah SWT memberikan kemuliaan kepada manusia karena dalam jiwa manusia
Allah menyimpan satu potensi yang tidak dimiliki oleh malaikat. Allah
menyempurnakan jiwa manusia berdasarkan dengan diilhamkan nya potensi
Fujur dan potensi Taqwa sedangkan malaikat hanya memiliki potensi Taqwa saja
yaitu dorongan untuk berbuat ketaatan yang berdampak kepada tersebarnya
kebaikan. Sedangkan manusia oleh Allah tidak hanya diberikan potensi Taqwa
melainkan diberikan juga potensi Fujur yaitu dorongan yang menyebar ke
seluruh anggota tubuh manusia untuk berbuat keburukan.
2. Pembagian Nafsu
Nafsu terbagi menjadi tiga:
a. Nafsu Amarah yaitu nafsu yang mendorong kepada keburukan,
b. Nafsu Lawwamah yaitu nafsu yang menimbulkan rasa penyesalan setelah
melakukan keburukan,
c. Nafsu Muthmainnah yaitu nafsu yang tenang dan menenangkan.
3. Cara Kerja Nafsu
Ketika kita didorong oleh nafsu untuk berbuat keburukan maka dorongan ini
ditransfer kepada anggota tubuh lainnya seperti tangan, kaki, mata, dan lain-lain.
Ketika anggota tubuh tersebut terdorong oleh nafsu untuk melakukan keburukan,
seperti tangan yang ingin memukul, mulut untuk memaki, mata memandang hal
yang dilarang, ataupun anggota tubuh lainnya yang berdampak kepada perilaku
buruk. Dorongan itu disebut dengan fujur dan ketika fujur tersebut sudah
diaplikasikan dalam sebuah tindakan, maka hasilnya bisa terbagi menjadi dua
yaitu fahsyaa (keburukan yang muncul dari syahwat seperti memandang
menyentuh lawan jenis yang bukan muhrim dan puncaknya yaitu perbuatan zina)
ataupun perilaku munkar yang sumbernya dari nafsu amarah yang berdampak
kepada kerugian terhadap orang lain maupun lingkungan.

Itulah mengapa ketika malaikat melakukan ketaatan dengan beribadah kepada


Allah itu merupakan hal yang biasa dan memang mudah dilakukan oleh malaikat
Karena malaikat tidak perlu melakukan proses mujahadah an-Nafs karena
mereka tidak memiliki nafsu. Sedangkan manusia ketika mampu melakukan
ketaatan dengan beribadah kepada Allah bisa dipandang sebagai hal yang luar
biasa karena dia telah mampu menunjukkan serta mengendalikan nafsunya
melalui proses mujahadah an-nafs.

Manusia menjalani kehidupannya di dunia ini 2 potensi tersebut yaitu potensi


fujur dan taqwa yang senantiasa saling tarik-menarik sehingga manusia selalu
dihadapkan pada dua pilihan. Apakah mengikuti potensi Taqwa yang berbuah
pada perilaku kebaikan atau mengikuti potensi bujur yang akan mengarah pada
perbuatan dosa? Dalam posisi diantara dua pilihan tersebut, Allah mengutus
malaikat untuk memberi dorongan melalui potensi taqwa kepada manusia namun
disisi lain setanpun meminta kepada Allah untuk ambil bagian dalam
memberikan dorongan melalui potensi fujur dengan memanfaatkan nafsu
manusia. Sesungguhnya nafsu senantiasa mendorong/memerintahkan untuk
berbuat keburukan atau kejahatan.

Contoh nyata dari pertarungan antara potensi nafsu dan taqwa ini bisa kita lihat
dalam sejarah pembunuhan Habil oleh Qobil yang mana keduanya merupakan
putra Nabi Adam as. Dalam kisah ini Habil mampu mengendalikan nafsunya
karena takut kepada Allah Rabbal Alamin sedangkan qobil ia dengan tangannya
membunuh Habil yang tidak lain adalah saudaranya sendiri.
Naudzubillahi min dzalik.

4. Peran Setan
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita senantiasa dihadapkan pada pertarungan
antara potensi nafsu dan taqwa. Misalkan ketika kita terbangun di waktu subuh
karena mendengar suara azan kita dihadapkan pada dua pilihan. Taqwa kita
mendorong untuk bangun dan melaksanakan salat tetapi nafsu kita mendorong
untuk melanjutkan tidur atau Ketika kita dihadapkan pada situasi yang membuat
kita marah dan kecewa.Terdapat dua pilihan yaitu sabar dan memaafkan atau
melampiaskan nafsu tersebut dengan cacian atau bahkan yang lebih dari itu.

Yang perlu kita perhatikan disini adalah bahwa, pada setiap situasi setan
senantiasa mencoba untuk masuk mengambil celah dan menghasut agar kita
cenderung memilih nafsu dan mengesampingkan taqwa. Namun pada prosesnya
setann tidak secara langsung dengan tegas melarang kita melakukan ketaatan
atau bahkan memerintahkan kita untuk berbuat dosa melainkan setan
menggunakan tipu dayanya sebagai langkah-langkah yang efektif.

Allah SWT memberitahu kepada kita tentang langkah-langkah setan agar kita
menjadi waspada sebagaimana yang dijelaskan dalam Quran surat an-nisa ayat
119. Terdapat tiga langkah setan dalam menjerumuskan manusia.
Sebagai contoh, ketika terbangun karena kita mendengar suara adzan di waktu
subuh setan tidak dengan tegas melarang kita untuk shalat. Melainkan setan
menggunakan langkah yang pertama yaitu, menyesatkan manusia yang diawali
dengan ajakan “ayo bangun shalat! Adzan subuh berkumandang. Tapi
tenang waktu subuh masih lama.” Ajakan seperti ini apabila kita masih santai-
santai dan melanjutkan tidur dengan niat 5 menit / 10 menit lagi akan terbangun
maka itu tandanya kita sudah masuk perangkap setan yang nomor 1. Setelah
kita masuk perangkap awalnya, maka setan akan melanjutkan ke perangkap
yang kedua.
Dalam perangkap kedua setan akan memberikan angan-angan kosong. Pada
langkah ini biasanya akan memberikan mimpi yang indah sehingga membuat
kita terlena dan percayalah mimpi ini tidak berlangsung hanya 5 menit tetapi
bahkan bisa mencapai 30 menit / 1 jam.
Setelah itu kita sadar ternyata waktu subuh tinggal beberapa menit lagi tetapi
setan dengan sigapnya langsung melancarkan langkah yang ketiga yaitu dengan
tegas memerintahkan dengan membisikkan kepada kita bahwa waktu shalat
sudah berakhir “sudahlah tidak apa kali ini tidak sholat,sholatnya besok
saja. Besok pasti bisa melakukan shalat subuh besok dengan lebih
khusyuk”.
Ada yang pernah mengalaminya?

B. Husnudzan
Bagi seorang muslim dalam upaya meniti hidup dengan kemuliaan di samping harus
melakukan mujahadah an-Nafs kita juga diharuskan untuk senantiasa berpikiran
positif yang dalam ajaran islam dikenal dengan istilah husnudzon.
1. Pengertian Husnudzan
Husnudzan terdiri dari 2 kata yaitu yang berasal dari kata Husn yang berarti baik
dan Adz-dzan yang berarti prasangka. Maka husnudzon adalah berprasangka
baik.
Secara istilah Husnudzan dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang selalu
berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain. Lawan dari
sifat ini adalah buruk sangka atau suudzan yaitu menyangka orang lain
melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang benar.

Allah SWT memerintahkan kita sebagai orang yang beriman untuk tidak banyak
berprasangka sebagaimana FirmanNya dalam Quran surat al-Hujurat ayat 12

Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu
yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa
jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat,
Maha Penyayang.” (Q.S. al-Hujurat/49: 12)
Jadi jika seseorang telah mampu mengendalikan nafsunya dari keinginan untuk
berbuat keburukan dengan mujahadah an-Nafsi maka tugas selanjutnya adalah
dia harus mampu mengendalikan pikirannya agar senantiasa berpikiran positif
dan menghilangkan pikiran-pikiran negative. Jika seseorang berpikiran positif
terhadap siapapun maka hal itu akan mendorongnya untuk melakukan kebaikan
terhadap orang siapapun. Begitupun ketika dia senantiasa berpikiran buruk
terhadap siapapun maka dia akan melakukan kebaikan terhadap orang tersebut.

Sedangkan Allah SWT akan memperlihatkan perbuatan baik dan buruk


seseorang di akhirat kelak sebagaimana FirmanNya dalam Quran surat al-
zalzalah ayat 7 dan 8 “maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
sebesar Zarah pun niscaya dia akan melihat balasannya dan barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan sebesar zarah niscaya dia akan melihat
balasannya pula”
Sebagai seorang muslim yang beriman, hendaknya kita memperbanyak amal
kebaikan demi mempersiapkan diri dalam menghadapi pertanggungjawaban
atas perbuatan kita kepada Allah SWT di akhirat kelak. Agar senantiasa
termotivasi untuk berbuat baik maka terlebih dahulu kita harus membersihkan
pikiran kita dari prasangka buruk dan menggantinya dengan berprasangka baik
dengan ilmu akhlak

2. Pembagian Husnudzan
Husnudzan dikelompokkan kedalam tiga bagian yaitu kepada Allah SWT.
kepada diri sendiri dan kepada orang lain.
a. Husnudzan kepada Allah
yaitu dengan meyakini bahwa apapun kebaikan yang didapat oleh kita adalah
datangnya dari Allah dan apapun keburukan yang menimpa kita itu
datangnya dari kesalahan diri sendiri sebagaimana firman Allah subhanahu
wa taala dalam Quran Surah Annisa ayat 79:

“apa saja yang kamu peroleh adalah datangnya dari Allah Apa saja
bencana yang menimpa mu adalah dari kesalahan diri sendiri”

Agar kita senantiasa berhusnudzan kepada Allah SWT maka terlebih dahulu
kita harus mengenal Allah lebih dekat melalui pemahaman akan sifat-sifat
Allah yang terkumpul dalam 99 Asmaul husna. Dari Asmaul husna tersebut
kita bisa mengetahui bahwa tidak ada dalam sifat tersebut melainkan
seluruhnya adalah sifat yang mencerminkan kebaikan Allah SWT.
Jika kita meyakini bahwa Allah SWT ti maka kita akan senantiasa
berprasangka baik.
Dalam hadits

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
Allah ta’ala berfirman: ”Aku sesuai persangkaan hamba-Ku, Aku
bersamanya ketika mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku saat sendirian,
Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku di suatu
kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada
itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun alaih)

Sebagaimana ketika kita mengenal seseorang yang baik dan ketika kita
mendengar bahwa dia melakukan suatu keburukan kita tidak akan
mempercayai berita tersebut. Maka ketika orang tersebut mencuri dan
melakukan kejahatan kita pun tidak akan begitu saja mempercayai tuduhan
tersebut dan sebaliknya tentu saja kita akan membelanya selagi tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa orang tersebut telah melakukan hal buruk.

Begitupun ketika kita senantiasa berhusnudzan kepada Allah SWT maka kita
akan menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur karena meyakini bahwa
kebaikan yang kita peroleh datangnya dari Allah SWT dan hal ini akan
melahirkan motivasi dalam semangat beribadah yang pada akhirnya Allah
akan membalasnya dengan limpahan kebaikan yang tak terhitung jumlahnya.

b. Husnudzan Kepada Diri Sendiri


Artinya memiliki sikap optimis terhadap diri sendiri dengan meyakini bahwa
kita memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai cobaan dalam
kehidupan ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa taala dalam Quran
surat al-baqarah ayat 286 Allah tidak akan membebani seseorang diluar
kemampuannya.
Ketika kita berhusnudzan terhadap diri sendiri maka kita memiliki keyakinan
bahwa apapun masalah yang kita hadapi dalam kehidupan ini senantiasa
bisa diselesaikan dengan baik. Yang kita perlukan hanyalah mengoptimalkan
kemampuan yang ada. Sebaik-baiknya orang apabila ia berpikiran negatif
tentang dirinya maka dia akan mudah berputus asa dalam menghadapi
cobaan dalam kehidupannya. Hal ini karena dia meyakini bahwa dia tidak
akan mampu menghadapi setiap kesulitan yang ada dalam hidupnya.
Ia tidak optimal dalam melakukan apapun karena menyangka bahwa
usahanya akan menemui kegagalan dan sifat ini akan berdampak juga pada
menurunnya motivasi dalam berbuat kebaikan.
Ketika seseorang malas beramal sholeh maka berdampak pada ringannya
timbangan kebaikan di akhirat kelak dan ia akan terancam dengan neraka
hawiyah sebagaimana firman Allah SWT dalam Quran “ dan adapun orang-
orang yang ringan timbangan kebaikannya maka tempat kembalinya
adalah neraka hawiyah dan tahukah kamu apakah neraka yaitu yaitu api
yang sangat panas”.

c. Husnuzan kepada orang lain


Artinya meyakini bahwa setiap orang memiliki sifat baik dalam dirinya.
Apabila mendengar mengenai hal yang buruk tentang seseorang maka ia
tidak mudah mempercayainya apalagi tidak ada bukti atas perbuatan
buruknya. Meskipun memang benar orang tersebut melakukan keburukan
maka Tidak sepantasnya kita pun berperilaku buruk terhadapnya.

Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda:
“Seorang muslim (yang sejati) adalah orang yang dengan muslim lainnya
selamat dari (bahaya) lisan dan tangannya.” (H.R. Tirmidzi)

Senantiasa berprasangka baik. Baik kepada Allah diri sendiri maupun orang
lain maka kita akan menjadi pribadi yang mulia dengan memiliki sikap
sebagai berikut: yang pertama senantiasa taat dan semangat dalam
beribadah yang kedua selalu optimis dan pantang menyerah dalam
menghadapi kesulitan apapun dan selalu termotivasi untuk melakukan
kebaikan kepada orang lain dengan menjadi pribadi yang memiliki prasangka
baik kepada siapapun. Semoga kita senantiasa meniti kehidupan dengan
kemuliaan. Amiin

C. Menerapkan Perilaku Kontrol Diri (Mujahadah an-Nafs) dan Prasangka Baik


(Husnuzhan)
1. untuk Meraih Hidup Bahagia Kontrol diri dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut.
a. Menghindari dan menjauhi perbuatan dosa dan maksiat
Renungkanlah dampak negatif perbuatan dosa dan maksiat, dan
renungkanlah akibat positif beramal saleh. Setiap perbuatan dosa dan
maksiat, akan berakibat buruk bagi diri sendiri, misalnya hati gelisah, tidak
tenang, dan merasa jauh dari Allah Swt. Sebaliknya, amal saleh akan
berakibat positif bagi dirinya, misalnya hidup tenang, optimis, merasa dekat
dengan Allah Swt.
b. Mengarahkan seluruh aktivitas hidup untuk meraih rida Allah Swt. Seluruh
aktivitas hidup manusia akan diminta pertanggungjawabannya kelak di
akhirat. Maka, niatkan dan arahkan seluruh aktivitas hidup untuk beribadah
guna meraih ridha Allah Swt.
c. Menahan dan mengendalikan hawa nafsu Jika ada bisikan hawa nafsu untuk
melakukan maksiat, maka segera minta perlindungan Allah Swt. dengan
membaca ta’awudz.
d. Memperbanyak dan membiasakan dzikir kepada Allah Swt

2. Husnuzhan
Husnudzan kepada Allah Swt. dapat dilakukan dengan tiga sikap, yaitu sebagai
berikut:
a. Selalu yakin bahwa Allah Swt. akan senantiasa memberi yang terbaik bagi
hamba-Nya.
b. Selalu mensyukuri nikmat dari Allah Swt. Rasa syukur dapat diungkapkan
dengan mengucapkan hamdalah, dan menggunakan nikmat tersebut sesuai
kehendak Allah Swt.
c. Bersikap tawakal, sabar, dan ikhlas atas semua cobaan dan ujian dari Allah
Swt. Ingatlah bahwa Allah Swt. tidak akan membebani seseorang di luar
batas kemampuannya dan semua cobaan yang diberikan oleh Allah Swt.
pasti ada hikmahnya
Husnuzhan kepada orang lain dapat dilakukan dengan sikap sebagai berikut:
a. Melihat seseorang dari sisi baiknya, ditunjukkan dengan rasa senang, dan
berpikir positif.
b. Selalu memaafkan kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap dirinya
c. Bersikap hormat pada orang lain tanpa ada rasa curiga, dengki, dan
perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas
d. Selalu mengingat kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan oleh seseorang
e. Melupakan kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap dirinya.
Husnuzhan kepada diri sendiri dapat dilakukan dengan sikap sebagai berikut:
a. Yakin bahwa dirinya mampu melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang
lain
b. Selalu yakin dapat menyelesaikan semua masalah, tantangan hidup, dan
tidak mudah putus asa bila menemui kesulitan atau kegagalan
c. Berusaha sekuat tenaga untuk mencapai semua keinginan dengan kerja
cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas, penuh dengan inisiatif untuk meraih
cita-cita
D. Hikmah
Di antara hikmah perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs) sebagai
berikut:
1) meningkatnya sifat sabar, dengan tidak cepat memberikan reaksi
terhadap permasalahan yang timbul
2) dapat mencegah perilaku buruk atau negatif dari seseorang
3) mendapatkan penilaian yang positif dari lingkungan
4) terbinanya hubungan baik dalam berinteraksi sosial dengan sesama.

Sedangkan hikmah perilaku berprasangka baik (husnuzhan) di


antaranya sebagai berikut:14
1) senantiasa bersikap optimis dalam menghadapi kehidupan
2) terbentuknya sifat percaya diri dalam diri seseorang
3) gigih, ulet, tangguh dalam melakukan ikhtiarnya, sehingga tidak mudah
putua asa ketika menghadapi kegagalan
4) rida terhadap takdir Allah Swt., karena tugas manusia hanya berusaha
dan yang menentukan adalah Allah Swt.

E. Ukhuwah
Kemuliaan hidup sebagai seorang Muslim belum dapat kita raih sebelum kita
memiliki sikap ukhuwah atau persaudaraan. Dengan mujahadah an-nafsi kita
mampu mengendalikan nafsu kita dan dengan husnudzon kita bisa
mengendalikan pikiran kita sedangkan dengan ukhuwah atau persaudaraan
kita bisa mengendalikan hubungan antar sesama muslim agar tetap terjaga
dalam persatuan.
1. Pengertian Ukhuwah (Persaudaraan)
persaudaraan dalam Islam adalah Persaudaraan yang diikat oleh tali aqidah atau
keyakinan antar sesama muslim sebagaimana firman Allah subhanahu wa taala
dalam Quran surat al-hujurat ayat 10:
sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih dan bertakwalah
kepada Allah agar kamu mendapat rahmat
Setelah Allah memerintahkan untuk memelihara perdamaian maka selanjutnya
Allah memerintahkan orang yang beriman untuk tidak membiarkan satu kelompok
mengolok-olok kelompok lain satu bangsa mengolok-olok bangsa lain atau satu
golongan mengolok-olok golongan lain.

Anda mungkin juga menyukai

  • Materi Bab 1
    Materi Bab 1
    Dokumen9 halaman
    Materi Bab 1
    Zukhrotul Jannah
    Belum ada peringkat
  • Curriculum Vitae: (NAMA)
    Curriculum Vitae: (NAMA)
    Dokumen3 halaman
    Curriculum Vitae: (NAMA)
    Zukhrotul Jannah
    Belum ada peringkat
  • RPP 9
    RPP 9
    Dokumen11 halaman
    RPP 9
    annisa a.b
    Belum ada peringkat
  • RPP 8
    RPP 8
    Dokumen14 halaman
    RPP 8
    yenti murni
    Belum ada peringkat
  • RPP 11
    RPP 11
    Dokumen14 halaman
    RPP 11
    صالح محمد
    Belum ada peringkat
  • RPP 10
    RPP 10
    Dokumen11 halaman
    RPP 10
    Zukhrotul Jannah
    Belum ada peringkat
  • Materi Bab 1
    Materi Bab 1
    Dokumen9 halaman
    Materi Bab 1
    Zukhrotul Jannah
    Belum ada peringkat