Anda di halaman 1dari 26

KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

DINAMIKA KELOMPOK PENGGERAKAN (ACTUATING)


STAF

OLEH :

KELOMPOK V

KADEK DWI DAMAYANTI (P071202010)


KADEK AYU RIZKI DWI JAYANTI (P071202015)
NI PUTU ARTAMEVIA MARCELINA (P071202018)
NI MADE DEWI AYU VIRGAYANTI (P071202023)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yangn telah memberikan kekuatan kepada penulis untuk
menyelesaikan makalah tentang “Komunikasi Dalam Manajemen Keperawatan Dinamika
Kelompok Penggerakan (Actuating) Staf” dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini tidak
lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
kelancaran pembuatan makalah ini, yakni :
1. Ibu Nengah Runiari.,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat selaku Pembimbing Mata Kuliah Manajemen
dan Kepeimpinan Dalam Keperawatan
2. Hasil diskusi eman-teman dari kelompok lima yang telah bekerja sama.
3. Materi yang diakses dari internet
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 18 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ .ii 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A.   Pengertian Komunikasi Dalam Manajemen Keperawatan....................2


B.   Proses Komunikasi Keperawatan...........................................................2
C.   Prinsip Komunikasi Manajemen Keperawatan......................................4
D.   Model Komunikasi..................................................................................5
E.   Pengertian Dinamika Kelompok............................................................7
F.   Fungsi Dinamika Kelompok................................................................10
G.   Pendekatan-Pendekatan Dinamika Kelompok.....................................1 0
H.   Pengertian Penggerakan (Actuating) Staf.............................................112
I.   Prinsip-Prinsip Dari Fungsi Actuating.................................................13
J.   Tujuan Dari Fungsi Actuating..............................................................1 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................18

B. Saran.......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Pada zaman sekarang baik individu maupun organisasi masih banyak
yang belum mampu untuk menerapkan managemen yang baik. Dalam sebuah
managemen yang baik harus memiliki empat fungsi penting dari Planning
(perencanaan), Organizing (penempatan), Actuating (pengarahan
/penggerakan), dan Controlling (pengendalian). Salah satu fungsi tidak
 berjalan dengan baik dapat mempengaruhi segala aspek managemen.
Banyak individu maupun organisasi yang tidak dapat melakukan
 pengarahan organisasi dengan baik. Pengarahan dalam memotivasi tiap
anggotanya dan berkomunikasi antar anggota maupun mengatasi masalah yang
ada di dalam organisasi.
 pengetahuan tentang actuating (penggerakan/pengarahan) dikalangan
 para remaja zaman sekarang harus ditingkatkan. Pengetahuan tentang
actuating pun penting untuk diketahui dan dipelajari. Dengan dibuatnya
makalah ini, diharapkan akan lebih meningkatkan pengetahuan kita mengenai
 penjelasan tentang Actuating.

B.   RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas maka kami dapat mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :

1.   Bagaimana komunikasi dalam manajemen keperawatan ?


2.  Bagaimana dinamika kelompok?
3.  Bagaimana penggerakan (actuating) staf?

C.   TUJUAN PENULISAN
1.   Agar mahasiswa memahami mengenai bagaimana komunikasi dalam
manajemen keperawatan.
2.   Agar mahasiswa memahami mengenai bagaimana dinamika kelompok.
3.  Agar mahasiswa memahami mengenai bagaimana penggerakan
(actuating) staf.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.   KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN


1.   Pengertian Komunikasi Dalam Manajemen Keperawatan
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas
manajer keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada dalam proses
manajemen keperawatan bergantung pada posisi manajer dalam struktur
organisasi. Berdasarkan hasil penelitian Swansburg (1990), bahwa lebih
dari 80% waktu digunakan manajer untuk berkomunikasi, 16% untuk
membaca, dan 9% untuk menulis.
Pengembangan keterampilan dalam komunikasi merupakan kiat
sukses bagi seorang manajer keperawatan. Mengingat banyaknya waktu
yang digunakan oleh manajer untuk berkomunikasi (mendengar dan
 berbicara), sehingga jelas bahwa manajer harus mempunyai keterampilan
komunikasi interpersonal yang baik. Manajer harus berkomunikasi dengan
staf, pasien, dan atasan setiap hari. Praktik keperawatan adalah praktik
yang berorientasi pada kelompok/hubungan interpersonal dalam mencapai
suatu tujuan organisasi. Oleh sebab itu, untuk menciptakan komitmen dan
rasa kebersamaan, perlu ditunjang keterampilan manajer dalam
 berkomunikasi.
2.   Proses Komunikasi
Tappen (1995) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu
 pertukaran pikiran, perasaan, pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi
antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama. Komunikasi juga
merupakan suatu seni  untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu
 pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan
menerima maksud dan tujuan pemberi pesan. Komunikasi adalah sesuatu
yang kompleks, sehingga banyak model yang digunakan dalam
menjelaskan bagaimana cara organisasi dan orang berkomunikasi. Dasar
model umum proses komunikasi terlihat pada Figur 8.1 yang menunjukkan
 bahwa dalam setiap komunikasi pasti ada pengirim pesan dan penerima
 pesan. Pesan tersebut dapat berupa verbal, tertulis, maupun nonverbal.
Proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal, di mana
komunikasi dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai,
kepercayaan, temperamen, dan tingkat stres pengirim pesan dan penerima
 pesan, sedangkan faktor eksternal meliputi: keadaan cuaca, suhu, faktor
kekuasaan, dan waktu. Kedua belah pihak (pengirim dan penerima pesan)
harus peka terhadap faktor internal dan ekternal, seperti persepsi dari
komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada.
3.   Prinsip Komunikasi Manajemen Keperawatan
Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi sangat kompleks,
manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap
 berikut.
a.   Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman
tentang siapa yang akan terkena dampak dari pengambilan keputusan
yang telah dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu
dibangun antara manajer dan staf.
 b.  Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai bagian
 proses yang tak terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi. Jika ada
 pihak lain yang akan terkena dampak akibat komunikasi, manajer harus
 berkonsultasi tentang isi komunikasi dan meminta umpan balik dari
orang yang kompeten sebelum melakukan suatu perubahan atau
tindakan.
c.   Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat. Nursalam (2011)
menekankan bahwa prinsip komunikasi seorang perawat profesional
adalah CARE: Complete, Acurate, Rapid, dan English.
d.   Ciri khas perawat profesional di masa depan dalam memberikan
 pelayanan keperawatan adalah dapat berkomunikasi secara lengkap,
adekuat, dan cepat. Artinya, setiap melakukan komunikasi (lisan
maupun tulis) dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
harus memenuhi ketiga unsur di atas dengan didukung suatu fakta yang
memadai. Profil perawat masa depan yang lain adalah mampu
 berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Hal ini
dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya persaingan pasar bebas
 pada abad ini.
e.   Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima secara akurat. Salah satu cara untuk melakukannya adalah
meminta penerima pesan untuk mengulangi pesan atau instruksi yang
disampaikan. 6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang
 penting bagi manajer. Hal yang perlu dilakukan adalah menerima
semua informasi yang disampaikan orang lain, dan menunjukkan rasa
menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.
4. Fungsi Komunikasi
Robbins (2003) dan sendjaja (1994) menyatakan bahwa fungsi komunikasi
dalam organisasi adalah sebagai berikut :
a.Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi.
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memeroleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu. Informasi yang
didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajement
membutuhkan informasi untuk membuat suatu keputusan maupun kebijakan
organisasi guna mengatasi konflik yang terjadi didalam organisasi
b.Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulative, yaitu
sebagai berikut: a. Fungsi regulative berkaitan dengan orang-orang yang berada
dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga, member perintah atau
instruksi supaya perintah- perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. b.
Fungsi regulative berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulative pada dasarnya
berorientasi pada kerja bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang
pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
c.Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya kenyataan ini,
banyak pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
d.Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjan dengan baik. Ada dua saluran
komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu sebagai berikut: Saluran
komunikasi formal, seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut
(bulletin, Newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. Dan yg kedua Saluran
komunikasi informal, seperti perbincangan antar pribadi selama masa instrahat
kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan
aktifitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisifasi yang lebih
besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
e.Fungsi Pengendalian Komunikasi berfungsi mengendalikan prilaku anggota
organisai. Dalam organisasi, terdapat hierarki wewenang dan kekuasaan yang
harus dipatuhi oleh setiap anggota. Hierarki, wewenang uraian tugas, dan
kebijakan organisasi, merupakan panduan formal untuk melakukan komunikasi
(Robbins, 2003). Dengan demikian, komunikasi berfungsi sebagai pengendali.
f. Fungsi Motivasi Komunikasi dapat memperkuat atau meningkatkan motivasi
anggota organisasi. Dengan komunikasi, seorang atasan dapat menjelaskan
kepada bawahan tentang keberhasilan atau prestasi yang dicapai, pengarahan,
atau memberikan masukan kepada bawahan tentang apa harus dikerjakan jika
ada kesalahan atau kelemahan. Selain itu, masih banyak kegiatan lain yang perlu
dikomunikasikan untuk meningkatkan komunikasi anggota organisasi.
g.Fungsi Pengungkapan Emosi Organisasi merupakan kumpulan orang yang
berinteraksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan interaksi,
akan terjadi komunikasi. Komunikasi yang terjadi dalam kelompok merupakan
mekanisme dasar para anggota menunjukkan kepuasan dan kekecewaannya.

5. Model Komunikasi
a.   Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisasi.
Dalam mencapai setiap kebutuhan individu/staf, setiap organisasi telah
mengembangkan metode penulisan dalam mengomunikasikan
 pelaksanaan pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat
menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam
komunikasi tertulis, khususnya kepada stafnya. Komunikasi tertulis
dan memo dalam suatu organisasi meliputi:
1)   mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis;
2)   menulis nama orang dalam tulisan Anda dan perlu dipertimbangkan
dampaknya; 3.
3)   Gunakan kata aktif, di mana akan mempunyai pengaruh yang baik;
4)  Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata, karena
akan lebih mudah dipahami dan memungkinkan untuk dibaca orang
lain;
5)   Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting dan
temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan
sehingga orang lain mudah mengerti;
6)   Tulis kalimat di bawah 20 kata, dan masukan satu ide setiap
kalimat, tuliskan kalimat yang penting dan menjadi topik utama;

7)  Berikan pembaca petunjuk, konsistensi penggunaan istilah dan


 pesan;
8)   Atur isi tulisan secara sistematis;
9)   Gunakan paragraf untuk mempermudah pembaca; untuk memo
antara 8 –1  0 baris, dan untuk surat tidak lebih dari enam baris
setiap
 paragraf;
10)  Komunikasi dilakukan secara jelas dan focus.
 b.  Komunikasi Secara Langsung
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan
dan bawahan baik secara formal maupun informal. Mereka juga
melakukan komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik
kepada individu dalam kelompok dan presentasi secara formal. Tujuan
komunikasi verbal adalah assertiveness.
Perilaku asertif adalah suatu cara komunikasi yang memberikan
kesempatan individu untuk mengekspresikan perasaannya secara
langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung
 perasaan orang lain yang diajak berkomunikasi. Hal yang harus
dihindari pada komunikasi secara asertif adalah pasif dan agresif,
khususnya agresif yang tidak langsung. Komunikasi pasif terjadi jika
individu tidak tertarik terhadap topik atau karena enggan
 berkomunikasi, sedangkan komunikasi agresif terjadi jika individu
merasa superior terhadap topik yang dibicarakan
c.  Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan
menggunakan ekspresi wajah gerakan tubuh, dan sikap tubuh (body
language). Menurut Arnold dan Boggs (1989) komunikasi nonverbal
lebih mengandung arti yang signifikan dibandingkan komunikasi
verbal karena mengandung komponen emosi terhadap pesan yang
diterima atau disampaikan. Tetapi, akan menjadi sesuatu yang
membahayakan jika.
komunikasi nonverbal disalahartikan tanpa adanya penjelasan
secara verbal. Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi verbal
dan nonverbal, supaya individu (atasan atau bawahan) dapat menerima
 pesan secara jelas.
Di bawah ini adalah komponen utama komunikasi nonverbal
yang dapat terjadi tanpa atau dengan komunikasi verbal:
1)   lingkungan, yaitu tempat di mana komunikasi dilaksanakan
merupakan bagian penting pada proses komunikasi;
2)   Penampilan, misalnya pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang
menarik, merupakan bagian dari komunikasi verbal yang perlu
diidentifikasi;
3)   Kontak mata memberikan makna terhadap kesediaan seseorang
untuk berkomunikasi;
4)   Postur tubuh dan gesture: bobot suatu pesan bisa ditunjukkan
dengan orang yang menudingkan telunjuknya, berdiri, atau duduk;
5)   Ekspresi wajah: komunikasi yang efektif memerlukan respons
wajah yang setuju terhadap pesan yang disampaikan; 6. suara:
intonasi, volume, dan refleksi —c  ara tersebut menandakan
bahwa
 pesan dapat ditransfer dengan baik.

d.  Komunikasi Via Telepon


Pada era global ini, komunikasi manajer bergantung pada
telepon. Dengan kemudahan sarana komunikasi tersebut,
memungkinkan manajer untuk merespons setiap perkembangan dan
masalah dalam organisasi. Oleh karena itu, untuk menjaga citra
organisasi, manajer dan semua staf harus belajar dan sopan serta
menghargai setiap menjawab telepon. Jika orang lain harus menunggu
untuk berbicara, maka waktu yang diperlukan harus singkat untuk
menghindari kesan yang negatif.

B.   DINAMIKA KELOMPOK
1.   Pengertian Dinamika Kelompok
Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan,
selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai
terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan
interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara
keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok,
semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu,
oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat
kelompok yang bersangkutan dapat berubah.
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan
kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai
tujuan bersama. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit
yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk
 berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi.
Interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila
masing-masing anggota kelompok: Mengerti akan tujuan yang dibebankan
di dalam kelompok tersebut Adanya saling menghomati di antara anggota-
anggotanya Adanya saling menghargai pendapat anggota lain Adanya
saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota kelompok
Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian
kelompok adalah kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua
orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama.
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari
dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas
antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi
yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan
sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu
 bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang
selalu berubah-ubah.
Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap
anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling
menghargai Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling
menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain Menciptakan
komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok
Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota
kelompok.
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi
yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda,
 belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka
membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk
mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai
mencair, proses ini disebut sebagai “ice breaking”. Setelah saling
mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa
sampai memanas, proses ini disebut ”storming”. Storming akan
membawa
 perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu
mengalami ”forming”. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main
yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur
perilaku semua anggota kelompok, proses ini disebut ”norming”.
Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai
kegiatan, proses ini disebut ”performing”. Pentingnya dinamika
kelompok dikarenakan individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam
masyarakat, individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi
kehidupannya. Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian
kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik Masyarakat yang
demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja
dengan efektif
Individu Ice Breaking Storming Forming

Norming
Performing

Alasan pentingnya dinamika kelompok:


a.   Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat
 b.  Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya
c.  Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar
 pekerjaan dapat terlaksana dengan baik
d.  Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga
sosial dapat bekerja dengan efektif.
2.   Fungsi Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok sudah menjadi kebutuhan bagi setiap individu
yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu
antara lain: Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam
mengatasi persoalan hidup. (Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain.) Memudahkan segala pekerjaan. (Banyak
 pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)
Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan
mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih
cepat, efektif dan efesian. (pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian
kelompoknya masing-masing / sesuai keahlian) Menciptakan iklim
demokratis dalam kehidupan masyarakat (setiap individu bisa memberikan
masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam
masyarakat)
3.   Pendekatan-Pendekatan Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok seperti disebutkan di bagian awal, menjadi bahan
 persaingan dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial,
maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai eksperimen.
Hal tersebut membawa pengaruh terhadap pendekatan-pendekatan yang
ada dalam dinamika kelompok.
a.   Pendekatan oleh Bales dan Homans
Pendekatan ini mendasarkan pada konsep adanya aksi, interaksi, dan
situasi yang ada dalam kelompok. Homans menambahkan, dengan
adanya interaksi dalam kelompok, maka kelompok yang bersangkutan
merupakan sistem interdependensi, dengan sifat-sifat:
1)   Adanya stratifikasi kedudukan warga
2)   Adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota
kelompok yang satu dengan yang lain
3)   Adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang
diakibatkan adanya pengaruh faktor-faktor dari luar.
 b.  Pendekatan oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat
kepemimpinan dalam bentuk organisasi formal. Stogdill menambahkan
 bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang
mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha
untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok terorganisir yang
dimaksud disini adalah kelompok yang tiap-tiap anggotanya mendapat
tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk
mencapai kerja sama dalam kelompok.
c.  Pendekatan dari ahli Psycho Analysis (Sigmund Freud dan
Scheidlinger)
Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan
emosional memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok.
Kelompok akan terbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif
antar anggota kelompok, demikian pula emosional yang sama akan
menjadi tenaga pemersatu dala kelompok, sehingga kelompok tersebut
semakin kokoh. Freud berpendapat bahwa di dalam setiap kelompok
 perlu adanya kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat
 berkembang dan bertahan lama. Kesatua kelompok akan terbentuk
apabila tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama
antara anggota yang satu dengan yang lain.
d.  Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Yennings mengungkapkan konsepsinya tentang pilihan bebas,
spontan, dan efektif dari anggota kelompok yang satu terhadap angota
kelompok yang lain dalam rangka pembentukan ikatan kelompok.
Moreno membedakan antara psikhe group dan sosio group sebagai
 berikut:
1)   Psikhe group merupakan suatu kelompok yang terbentuk atas
dasar suka/tidak suka, simpati, atau antipati antar anggota
2)   Sosio group merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar
tekanan dari pihak luar.
Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih
lancar apabila pembentukan Sosio group disesuaikan dengan Psikhe
group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan
kepemimpinan dalam kelompok.

C.   PENGGERAKAN (ACTUATING) STAF


1.   Pengertian Penggerakan (Actuating) Staf
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi
 perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan
aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru
lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan
orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry mengemukakan bahwa actuating
merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian
rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran
 perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena
 para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain
merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan,
dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap
karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan
 peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating)
ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan
sesuatu jika :
a.   Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
 b.  Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,
c.   Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih
 penting,atau mendesak,
d.   Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan
e.   Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
2.   Prinsip-Prinsip Dari Fungsi Actuating
Actuating (Penggerakan) meliputi kepemimpinan dan koordinasi.
Kepemimpinan yaitu gaya memimpin anggota dari sang pemimpin
kelompok dalam mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya
kelompok sehingga mengarah kepada pencapaian tujuan kelompok.
Sedangkan Koordinasi adalah suatu kegiatan membawa anggota yang
terlibat dalam kelompok ke dalam suasana kerjasama yang harmonis.
Dengan adanya pengoordinasian ini dapat menghindari kemungkinan
adanya persaingan yang tidak sehat antar anggota maupun simpang-siur
didalam bertindak antar anggota yang ada dalam mencapai tujuan
kelompok. Dapat disimpulkan bahwa koordinasi ini mengajak semua
anggot (SDM) yang ada untuk saling bekerjasama menuju kepada visi
kelompok yang telah dibuat.
Untuk menggerakan sumber daya manusia dengan berbagai latar
 belakang kebudayaan maupun tingkah laku yang berbeda, ada beberapa
 prinsip yang dilakukan oleh seorang pimpinan kelompok dalam melakukan
actuating :
a.   Prinsip mengarah pada tujuan : Tujuan pokok dari actuating nampak
 pada prinsip yang menyatakan bahwa makin efektifnya proses
actuating, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap usaha
mencapai tujuan bersama. Maksudnya dalam melaksanakan fungsi
actuating perlu mendapatkan dukungan atau bantuan dari faktor lain
yaitu planning, organizing, tenaga kerja yang cukup, controling yang
efektif dan kemampuan pemimpin untuk meningkatkan pengetahuan
anggota yang lainnya serta kemampuan dari anggota kelompok itu
sendiri.
 b.  Prinsip keharmonisan dengan tujuan : Orang  –  orang bekerja untuk
dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkin saja tidak sama dengan
tujuan kelompok. Semua ini dipengaruhi oleh motivasi dari
masing – masing anggota kelompok. Motivasi yang baik akan
mendorong anggota lain untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara
yang wajar.
c.  Prinsip kesatuan komando : Prinsip ini sangat penting untuk
menyatukan visi dan tanggung jawab para anggota, sehingga anggota
hanya memiliki satu jalur didalam melaporkan segala kegiatannya.
Sedangkan menurut Kurniawan (2009), prinsip  –  prinsip dalam
actuating, antara lain:
1)   Memperlakukan anggota dengan sebaik-baiknya;
2)   Mendorong pertumbuhan dan perkembangan kemampuan anggota;
3)  Menanamkan pada anggota keinginan untuk lebih baik;
4)   Manghargai hasil yang ada;
5)   Mengusahakan adanya keadilan, dan tak ada pilih kasih;
6)   Memberikan natuan yang cukup dan kesempatan yang tepat;
7)   Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi anggota
maupun dirinya sendiri.
Cara-cara pengarahan
Pada umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan
dengan maksud agar mereka bersedia bekerja dengan sebaik mungkin, dan
diharapkan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip di muka. Adapun cara-ara
 pengarahan yang dilakukan dapat berupa:
1.   Orientasi merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang
 perlu agar supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik. Biasanya,
orientasi ini diberikan kepada pegawai baru dengan tujuan untuk
mengadakan pengenalan dan memberikan pengerian atas berbagai masalah
yang dihadapinya. Pegawai lama yang pernah menjalani masa orientasi
tidak selalu ingat atau paham tentang masalah-masalah yang pernah
dihadapinya. Suatu ketika mereka bisa lupa, lalai, atau sebab-sebab lain
yang membuat mereka kurang mengerti lagi. Dengan demikian orientasi
ini perlu diberikan kepada pegawai-pegawai lama agar mereka tetap
memahami akan perananya. Informasi yang diberikan dalam orientasi
dapat berupa diantara lain, :
a.   Tugas itu sendiri
 b.  Tugas lain yang ada hubungannya
c.  Ruang lingkup tugas
d.   Tujuan dari tugas
e.   Delegasi wewenang
f.   Cara melaporkan dan cara mengukur prestasi kerja
g.   Hubungan antara masing-masing tenaga kerja, Dst.
2.   Perintah
Perintah merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang-orang
yang berada dibawahnya untuk melakukan atau mengulang suatu kegiatan
tertentu pada keadaan tertentu. Jadi, perintah itu berasal dari atasan, dan
ditujukan kepada para bawahan atau dapat dikatakan bahwa arus perintah
ini mengalir dari atas ke bawah. Perintah tidak dapat diberikan kepada orang
lain yang memiliki kedudukan sejajar atau orang lain yang berada di bagian
lain. Adapun perintah yang dapat berupa :
a.   Perintah umum dan khusus
Penggunaan perintah ini sangat bergantung pada preferensi
manajer, kemampuan untuk meramalkan keadaan serta tanggapan yang
diberikan oleh bawahan. Perintah umum memiliki sifat yang luas, serta
 perintah khusus bersifat lebih mendetail.
 b.  Perintah lisan dan tertulis
Kemampuan bawahan untuk menerima perintah sangata
mempengaruhi apakan perintah harus diberikan secara tertulis atau lisan
saja. Perintah tertulis memberikan kemungkinan waktu yang lebih lama
untuk memahaminya, sehingga dapat menghindari adanya salah tafsir.
Sebaliknya, perintah lisan akan lebih cepat diberikan walaupun
mengandung resiko lebih besar. Biasanya perintah lisan ini hanya
diberikan untuk tugas-tugas yang relatif mudah.
c.  Perintah formal dan informal
Perintah formal merupakan perintah yang diberikan kepada
 bawahan sesuai dengan tugas/aktivitas yang telah ditetapkan dalam
organisasi. Sedangkan perintah informal lebih banyak mengandung
saran atau dapat pula berupa bujukan dan ajakan.
Contoh perintah informal antara lain dapat berupa kata-kata:
“apakah tidak lebih baik bilamana saudara menggunakan cara lain”.
“marilah kita mulai mengerjakan pekerjaan ini lebih dulu”, dan
sebagainya.
Perintah formal yang banyak dipakai dibidang militer bersifat
kurang fleksibel dibandingkan dengan perintah informal.
3.   Delegasi wewenang
Pendelegasian wewenang bersifat lebih umum jika dibandingkan
dengan pemberian perintah. Dalam pendelegasian wewenang ini, pemimpin
melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahan.
Kesulitan-kesulitan akan muncul bilamana tugas-tugas akan
diberikan kepada bawahan itu tidak jelas, misalnya kesulitan-kesulitan
dalam menafsirkan wewenang. Ini dapat menimbulkan keengganan
 bawahan untuk mengambil suatu tindakan. Sebagai contoh, seorang Kepala
Bagian Pembelian mengadakan perjanjian pembelian dengan pihak
 penyedia (supplier) dengan wewenang yang kurang jelas itu, ia akan
menanyakan kepada pimpinan, yang jawabannya belum tentu memuaskan.
Hal ini dapat diatasi dengan membuat suatu bagan wewenang untuk
menyetujui perjanjian.
Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan, maka
langkah selanjutnya yang perlu ditempuh dalam manajemen adalah
mewujudkan rencana tersebut dengan mempergunakan organisasi yang
terbentuk.Langkah tersebut adalah actuating yang secara harfiah diartikan
sebagai memberi bimbingan namun istilah tersebut lebih condong diartikan
 penggerak atau pelaksanaan. Secara praktis fungsi actuating ini merupakan
usaha untuk menciptakan iklim kerjasama diantara staf pelaksana program
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi
actuating tidak terlepas dari fungsi manajemen melalui bagan dibawah ini :
Penentuan masalah

Penetapan tujuan

Penetapan tugas dan sumber daya penunjang

Menggerakan dan mengarahkan

Memiliki keberhasilan SDM

3.   Tujuan Dari Fungsi Actuating


Adapun tujuan dari fungsi actuating (penggerakan) adalah :

a.  Menciptakan kerjasama antar anggota yang efisien (tepat guna);


 b.  Mengembangkan kemampuan dan keterampilan masing  –  masing
anggota;
c.   Menumbuhkan rasa memiliki serta menyukai pekerjaan yang
dilakukan
d.   Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan
motivasi serta prestasi kinerja anggota;
e.   Membuat kelompok berkembang secara dinamis.
BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan

Pengembangan keterampilan dalam komunikasi merupakan kiat


sukses bagi seorang manajer keperawatan. Mengingat banyaknya waktu
yang digunakan oleh manajer untuk berkomunikasi (mendengar dan
 berbicara), sehingga jelas bahwa manajer harus mempunyai keterampilan
komunikasi interpersonal yang baik. Manajer harus berkomunikasi dengan
staf, pasien, dan atasan setiap hari. Praktik keperawatan adalah praktik yang
 berorientasi pada kelompok/hubungan interpersonal dalam mencapai suatu
tujuan organisasi. Oleh sebab itu, untuk menciptakan komitmen dan rasa
kebersamaan, perlu ditunjang keterampilan manajer dalam berkomunikasi.
Proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal,
di mana komunikasi dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi: nilai-
nilai, kepercayaan, temperamen, dan tingkat stres pengirim pesan dan
 penerima pesan, sedangkan faktor eksternal meliputi: keadaan cuaca, suhu,
faktor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah pihak (pengirim dan penerima
 pesan) harus peka terhadap faktor internal dan ekternal, seperti persepsi
dari komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada.
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari
dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas
antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi
yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan
sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu
 bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang
selalu berubah-ubah.
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi
yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda,
 belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka
membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk
mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai
mencair, proses ini disebut sebagai “ice breaking”. Setelah saling
mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa
sampai memanas, proses ini disebut ”storming”. Storming akan membawa
 perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu
mengalami ”forming”. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang
disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku
semua anggota kelompok, proses ini disebut ”norming”. Berdasarkan
aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses
ini disebut ”performing”. 
 pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai
 pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan
kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung
 jawabnya.

B.   Saran
Dalam makalah ini pastinya terdapat kekurangan-kekurangan. Kami
sangat mengharapkan saran yang membangun dari pembaca untuk makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membantu pembaca agar
mengetahui tentang pengertian dari skrining dan pengertian dari kelompok
khusus, tujuan skrining, sasaran skrining, jenis-jenis skrining, lokasi
skirining dan cara melakukan skirining.
DAFTAR PUSTAKA

Albert, Kurniawan. 2009. Dasar Produk Marketing. Yogyakarta: Mediakrom


Arnold, E., dan K. Boggs. 1989.  Interpersonal Relationship: Professional
Communication Skills for Nurses. Philadelphia: W.B.
Emilia, O.,dkk. 2000.  Panduan Pelaksanaan Latihan Dinamika Kelompok
Yogjakarta : Tim Pelaksana Inovasi Pendidikan FK UGM
 Nursalam. 2011.  Manajemen Keperawatan Aplikasi Praktek Keperawatan
 Profesional. Jakarta: Salemba Medika
Ratna, S.,dkk. 2003. Dinamika Kelompok.  Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Saunders. Marquis, B.L., dan C.J. Huston.1998. Management Decision Making for
 Nurses: 124 Case Studies. Edisi 3.
Santosa, S. 2004. Dinamika Kelompok.  Jakarta: PT Bumi Aksara
Tappen, R.M. 1995. Nursing Leadership and Managemen. Philadelphia: F.A Davis
Company. 

Anda mungkin juga menyukai