Anda di halaman 1dari 8

JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Kandungan Senyawa Bioaktif Rumput Laut, Maharany et al.

Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi

KANDUNGAN SENYAWA BIOAKTIF RUMPUT LAUT Padina australis


DAN Eucheuma cottonii SEBAGAI BAHAN BAKU KRIM TABIR SURYA

Bioactive Compounds of Seaweed Padina australis and Eucheuma cottonii as


Sunscreen Raw Materials

Fevita Maharany1*, Nurjanah1, Ruddy Suwandi12, Effionora Anwar3, Taufik Hidayat4


1
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
2
PKSPL LPPM IPB, Kampus IPB Baranangsiang Jalan Raya Padajajaran No. 1 Bogor 16127 Jawa Barat
3
Departemen Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Kampus Depok Jawa Barat
4
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jalan Raya Pakupatan KM 4
Serang, Banten
*Korespodensi: maharanyfevita@gmail.com
Diterima: 13 Februari 2017/ Disetujui: 18 April 2017

Cara sitasi: Maharany F, Nurjanah, Suwandi R, Anwar E, Hidayat T. 2017. Kandungan senyawa bioaktif
rumput laut Padina australis dan Euchema cottonii sebagai bahan baku krim tabir surya. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia. 20(1): 10-17.

Abstrak
Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan yang tersebar hampir di seluruh perairan
Indonesia. Rumput laut mengandung senyawa bioaktif yang dapat berfungsi sebagai pertahanan dari
radiasi sinar ultra violet. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi kimia, senyawa fitokimia,
vitamin E, dan aktivitas antioksidan ekstrak Padina australis dan Eucheuma cottonii. Komposisi kimia P.
australis kadar air 87,25%; abu 2,34%; protein 1,05%; lemak 0,58%; dan karbohidrat 8,78%, sedangkan
komposisi kimia E. cottonii kadar air 76,15%; abu 5,62%; protein 2,32%; lemak 0,11%; dan karbohidrat
15,8%. Rendemen ekstrak P. australis menggunakan pelarut metanol 4,55%; etil asetat 0,8% dan n-heksan
0,45%, sedangkan rendemen E. cottonii pelarut metanol 6,6%; etil asetat 0,5% dan n-heksan 0,35%.
Vitamin E P. australis 162,75 μg/mL dan E. cottonii 158,07 μg/mL. IC50 P. australis 87,082 ppm dan
E. cottonii 106,021 ppm. Senyawa fitokimia yang terkandung P. australis dan E. cottonii yaitu flavonoid, fenol
hidrokuinon, dan triterpenoid, P. australis juga mengandung tanin dan saponin.

Kata kunci: antioksidan, fitokimia, florotanin, vitamin

Abstract
Seaweed is one of the main commodity which spread throughout Indonesian waters. Seaweed contains
bioactive compounds which can serve as a defense form ultraviolet radiation. The purpose of this study was
to obtain chemical composition, phytochemical compounds, vitamin E, and antioxidant activity of extract
P. australis and E. cottonii. Chemical composition of P. australis moisture 87.25%; ash 2.34%; protein 1.05%,
fat 0.58%; and carbohydrates 8.78% while E. cottonii moisture 76.15%; ash 5.62%; protein 2.32%; fat 0.11%;
and carbohydrates 15.8%. The yield of P. australis extracts using methanol 4.55%; ethyl acetate 0.8%; and
n-hexane 0.45%, yield of E. cottonii extracts using methanol 6.6%; ethyl acetate 0.5%; and and n-hexane
0.35%. Vitamin E value of P. australis 162.75 μg/mL and E. cottonii 158.07 μg/mL. IC50 value of P. australis
87.082 ppm and E. cottonii 106.021 ppm. P. australis and E. cottonii contain phytochemical compound such
as flavonoids, phenol hydroquinone, and triterpenoids, P. australis was also known contain tannins and
saponins.

Keywords: antioxidant, phytochemical, phlorotannin, vitamin

10 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Kandungan Senyawa Bioaktif Rumput Laut, Maharany et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

PENDAHULUAN dalam absorpsi sinar UV (Carreto & Carignan


Indonesia memiliki perairan dengan 2011; Rosic & Dove 2011; Navarro 2015).
biodiversitas yang tinggi, sehingga kaya Rumput laut digunakan dalam pembuatan
akan berbagai jenis hasil laut. Rumput laut kosmetik dalam bentuk karagenan, yaitu
merupakan salah satu komoditas unggulan pada produk sabun (Hidayat 2006), losion
yang tersebar hampir di seluruh perairan (Erungan et al. 2009; Razi 2009; Purwaningsih
Indonesia sebagai komoditi ekspor yang et al. 2015), dan gel topikal (Wulandari 2012)
potensial untuk dikembangkan. Total serta dalam bentuk bubur rumput laut untuk
produksi rumput laut nasional saat ini krim tabir surya (Luthfiyana et al. 2016).
telah mengalami peningkatan yang cukup Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
signifikan. Produksi rumput laut nasional komposisi kimia, senyawa fitokimia, vitamin
pada tahun 2014 mencapai 10,2 juta ton atau E, dan aktivitas antioksidan ekstrak P. australis
meningkat lebih dari tiga kali lipat. Produksi dan E. cottonii.
rumput laut pada tahun 2010 hanya berkisar
diangka 3,9 juta ton (KKP 2014). Rumput laut BAHAN DAN METODE
dapat diklasifikasikan kedalam empat kelas, Bahan dan Alat
yaitu: Rhodophyceae (merah), Phaeophyceae Bahan yang digunakan adalah rumput
(coklat), Cyanophyceae (hijau-biru) dan laut coklat P. australis dan rumput laut merah
Chlorophyceae (hijau) (Agnatovic-Kustrin & E. cottonii. Bahan-bahan yang digunakan
Morton 2013; Thomas & Kim 2013). Rumput untuk ekstraksi adalah metanol, etil asetat,
laut yang digunakan dalam penelitian ini dan n-heksan (Merck-KgA). Bahan-bahan
adalah rumput laut coklat dan rumput laut yang digunakan untuk analisis terdiri dari
merah. kloroform, anhidrat asetat, H2SO4, FeCl3,
Rumput laut coklat mengandung senyawa magnesium, alkohol, HCl, etanol, DPPH,
fenolik berupa florotanin yang berfungsi vitamin C (Merck-KgA). Alat yang digunakan
sebagai pertahanan dari radiasi sinar ultra antara lain spektrofotometer UV-Vis-1601
violet (UV). Florotanin dapat menangkap (Shimidzu), oven (Memmert), timbangan
radikal bebas yang disebabkan oleh radiasi digital (Tanita KD-160), timbangan analitik
sinar UV (Henry & Alystyne 2004; Chojnacka 210-LC (Adam), desikator (Duran), soxhlet
et al. 2012). Rumput laut coklat juga diketahui (Iwaki), mikropipet (Eppendorf) dan alat-alat
mengandung senyawa flavonoid. Flavonoid gelas (Pyrex).
merupakan golongan terbesar senyawa
fenolik yang memiliki gugus kromofor. Gugus Prosedur Penelitian
kromofor tersebut menyebabkan kemampuan Pengambilan dan preparasi sampel
untuk menyerap gelombang sinar UV Rumput laut P. australis diambil dari
(Svobodová et al. 2003; Prasiddha et al. 2016). perairan Pulau Tidung, Kepulauan Seribu.
Jenis rumput laut coklat yang potensial untuk Pengambilan sampel langsung dari dasar
dimanfaatkan salah satunya adalah Padina laut. P. australis dibersihkan dan dicuci
australis. dengan air laut, kemudian dibilas dengan
Kappaphycus alvarezii adalah nama air tawar untuk menghilangkan pasir dan
lain dari E. cottonii, namun E. cottonii lebih kotoran lainnya. P. australis yang telah dicuci
dikenal dalam dunia perdagangan nasional kemudian dikeringkan dan disimpan dalam
maupun internasional. Produksi rumput laut kotak stearofoam untuk ditransportasikan ke
di seluruh Indonesia berasal dari budidaya, laboratorium. Rumput laut E. cottonii diperoleh
antara lain dikembangkan di Jawa, Bali, NTB, dari hasil budidaya masyarakat di perairan
Sulawesi dan Maluku (Nur 2009). Rumput Serang, Banten. Sampel E. cottonii diperoleh
laut E. cottonii mengandung protein, lipid, sudah dalam keadaan kering, kemudian
karbohidrat, α tokoferol, mineral, vitamin dicuci untuk menghilangkan kotoran yang
C, dan vitamin E (Wandansari et al. 2013; masih tersisa, kemudian ditransportasikan ke
Pringgenies et al. 2013), dapat mensintesis laboratorium menggunakan cool box. Sampel
senyawa mycosporine (MAAs) yang berperan yang akan digunakan dikering anginkan

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 11


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Kandungan Senyawa Bioaktif Rumput Laut, Maharany et al.

dan dipotong untuk mempermudah proses dilaukan untuk mengetahui kandungan


ekstraksi. senyawa bioaktif pada ekstrak P. australis
Penelitian ini diawali dengan menganalisis dan E. cottonii. Analisis fitokimia yang
komposisi kimia rumput laut P. australis dilakukan terdiri dari analisis flavonoid, fenol
dan E. cottonii. Rumput laut P. australis dan hidrokuinon, steroid/triterpenoid, tanin, dan
E. cottonii diekstrak secara bertingkat saponin.
dengan menggunakan 3 jenis pelarut.
Ekstrak P. australis dan E. cottonii selanjutnya Penentuan kadar vitamin E
dianalisis senyawa bioaktif, vitamin E dan Penentuan kadar vitamin E mengacu pada
aktivitas antioksidan. metode Sarikaya & Kalayar (2011) dengan
menggunakan perbandingan antara retention
Komposisi kimia time (RT) vitamin E pada sampel dan standar.
Komposisi kimia rumput laut P. australis Penentuan kadar vitamin E menggunakan
dan E. cottonii diketahui dengan analisis alat HPLC. Fase gerak yang digunakan
proksimat berdasarkan AOAC (2005). berupa metanol:air (95:5% v/v) pada suhu
Analisis proksimat yang dilakukan meliputi 30°C. Sampel sebanyak 20 µL dimasukkan ke
uji kadar air dan kadar abu dengan metode dalam vial dengan laju aliran eluen 1,5 mL/
oven, uji kadar protein menggunakan metode menit. Pengukuran dilakukan pada panjang
kjeldahl, uji kadar lemak menggunakan gelombang 291 nm.
metode soxhlet, dan uji karbohidrat secara
by difference. Aktivitas antioksidan rumput laut
Analisis aktivitas antioksidan
Ekstraksi rumput laut menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-
Ekstraksi rumput laut P. australis dan pikrilhidrazil) mengacu pada Salazar-Aranda
E. cottonii dilakukan secara bertingkat et al.(2009). Absorbansi sampel diukur dengan
berdasarkan Chan et al. (2011) dengan spektrofotometer UV-Visible pada panjang
modifikasi. Ekstraksi dilakukan secara gelombang 517 nm. Penghambatan aktivitas
bertingkat dengan menggunakan 3 jenis radikal bebas diperoleh dari nilai absorbansi
pelarut organik. Pelarut organik yang sampel. Persamaan regresi diperoleh dari
digunakan adalah metanol, etil asetat dan hubungan antara konsentrasi sampel dan
n-heksan. Sampel P. australis dan E. cottonii presentase penghambatan aktivitas radikal
sebanyak 100 gram segar dimasukkan ke bebas. Nilai konsentrasi penghambatan
dalam erlenmeyer dan ditambahkan dengan aktivitas radikal bebas sebanyak 50% (IC50)
500 mL pelarut n-heksan (1:5 b/v). Sampel dihitung dengan menggunakan persamaan
dimaserasi dalam keadaan gelap selama 3 regresi linier.
hari. Hasil maserasi difiltrasi dengan kertas
Whatmann No. 42 untuk memisahkan HASIL DAN PEMBAHASAN
filtrat dan residu. Residu yang telah terpisah Komposisi kimia P. australis dan
kemudian dimaserasi kembali dengan pelarut E. cottonii
etil asetat dalam keadaan gelap selama 3 Analisis proksimat bertujuan untuk
hari. Hasil maserasi difiltrasi dan residu yang menetukan komposisi kimia pada rumput laut
terpisah dimaserasi kembali dengan pelarut P. australis dan E. cottonii. Kadar karbohidrat
metanol selama 3 hari. Filtrat yang telah rumput laut P. australis dan E. cottonii
terpisah selanjutnya dievaporasi pada suhu diperoleh melalui perhitungan by difference.
40°C dengan rotary evaporator. Rendemen Komposisi kimia rumput laut P. australis dan
dihitung sebagai persentasi dari ekstrak yang E. cottonii dapat dilihat pada Tabel 1.
dihasilkan melalui proses ekstraksi. Hasil analisis pada Tabel 1 menunjukkan
kadar air P. australis yang diperoleh
Senyawa Bioaktif Ekstrak Rumput 87,25%. Hasil yang diperoleh lebih
Laut rendah dibandingkan dengan penelitian
Analisis fitokimia dilakukan mengacu Santoso et al. (2013), yaitu 90,56%. Kadar
pada Harborne (1987). Analisis fitokimia air E. cottonii yang diperoleh sebesar

12 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Kandungan Senyawa Bioaktif Rumput Laut, Maharany et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

Tabel 1 Komposisi kimia rumput laut P. australis dan E. cottonii


Komposisi Kimia P. australis (%) E. cottonii (%)
Air 87,25±0,86 76,15±0,23
Abu 2,34±0,16 5,62±0,12
Protein 1,05±0,09 2,32±0,05
Lemak 0,58±0,01 0,11±0,02
Karbohidrat (by difference) 8,78±0,80 15,8±0,70

76,15%, sedangkan pada penelitian Liem E. cottonii menggunakan pelarut metanol


(2013) sebesar 89,33–90,05%. Abbas (2006) 6,6%; etil asetat 0,5%; dan n-heksan 0,35%.
menyatakan perbedaan kadar air dalam suatu Rendemen terbanyak diperoleh dari proses
bahan ditentukan oleh kondisi lingkungan ekstraksi dengan menggunakan metanol,
penimpanan, suhu dan kelembaban (RH). baik pada P. australis maupun E. cottonii,
Kadar abu P. australis yang diperoleh lebih dan mengandung senyawa bioaktif yang
tinggi jika dibandingkan dengan penelitian larut dalam pelarut polar. Podungge
Santoso et al. (2013), yaitu 2,11%. Kadar abu (2012) menyatakan proses ekstraksi
E. cottonii yang diperoleh 5,62%, lebih rendah P. australis dengan pelarut berbeda yang
jika dibandingkan dengan penelitian Liem dilakukan menghasilkan rendemen terbanyak
(2013) yaitu 17,69–19,70%. Perbedaan kadar pada ekstrak dengan pelarut polar.
abu yang diperoleh diantaranya dipengaruhi Tatiya et al. (2011) menyatakan ekstrak
oleh kandungan mineral yang terdapat pada tumbuhan mengandung kelas senyawa fenolik
sampel tersebut. Ratana-arporn & Chirapart yang berbeda, serta memiliki perbedaan
(2006) menyatakan tinggi rendahnya kadar tingkat kelarutan pada pelarut yang berbeda.
abu yang terkandung dalam suatu bahan Senyawa fenolik tumbuhan umumnya
dapat dihubungkan dengan unsur mineral. berhubungan dengan molekul lain seperti
Santoso et al. (2006) menyatakan bahwa P. protein, polisakarida, terpen, klorofil dan
australis mengandung mineral yang terdiri bahan inorganik lainnya, sehingga diperlukan
dari kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium pelarut yang sesuai untuk ekstraksi senyawa
(K), natrium (Na), tembaga (Cu), seng (Zn), fenolik dari molekul tersebut.
dan besi (Fe).
Kadar protein dan kadar lemak P. australis Kandungan senyawa bioaktif
yang diperoleh lebih tinggi jika dibandingkan P. australis dan E. cottonii
dengan Santoso et al. (2013) yaitu 1,02% dan Analisis fitokimia merupakan pengujian
0,40%. Kadar protein E. cottonii lebih rendah yang digunakan untuk memberikan informasi
dibandingkan dengan Daud (2013) yaitu 2,46 – jenis senyawa kimia yang terkandung dalam
3,29%, sedangkan kadar lemak E. cottonii yang tumbuhan serta dapat memberikan efek
diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan fisiologis. Informasi mengenai komponen
Liem (2013) 0,53 – 1,35%. Kadar protein aktif sangat berguna untuk memprediksi
dan lemak yang berbeda di antaranya dapat manfaatnya bagi tubuh manusia (Copriyadi
disebabkan oleh perbedaan umur panen dan et al. 2005). Analisis fitokimia dilakukan untuk
kondisi cuaca pada saat pemeliharaan. Kadar menentukan senyawa bioaktif yang berperan
protein dan lemak K. alvarezii bervariasi sebagai senyawa tabir surya. Analisis fitokimia
berdasarkan masa tanam yang berbeda yang dilakukan antara lain, flavonoid, fenol
(Daud 2013). hidrokuinon, triterpenoid, tanin dan saponin.
Hasil analisis senyawa fitokimia ekstrak
Rendemen ekstrak P. australis dan P. australis dan E. cottonii terdapat pada
E. cottonii Tabel 2.
Rendemen P. australis menggunakan Hasil analisis fitokimia secara kualitatif,
pelarut metanol 4,55%; etil asetat 0,8%; maka dapat diketahui bahwa ekstrak
dan n-heksan 0,45%, sedangkan rendemen P. australis dan E. cottonii mengandung

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 13


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Kandungan Senyawa Bioaktif Rumput Laut, Maharany et al.

Tabel 2 Senyawa fitokimia ekstrak P. australis dan E. cottonii


Senyawa P. australis E. cottonii Hasil uji positif
Flavonoid + + Berwarna kuning/ kuning hijau
Fenol hidrokuinon + + Berwarna hijau/ hijau biru
Triterpenoid + + Berwarna merah
Tanin + - Berwarna merah tua
Saponin + - Terbentuk busa
Keterangan: (+) = Ada; (-) = Tidak ada

komponen aktif antara lain flavonoid, fenol sistem HPLC. Kadar vitamin E
hidrokuinon dan triterpenoid yang diduga yang didapatkan dari sampel P. australis
berperan sebagai zat potensial untuk bahan yaitu 162,75 μg/mL dan pada E. cottonii
baku krim tabir surya. Ekstrak P. australis 158,07 μg/mL. Kadar vitamin E E. cottonii
mengandung tanin yang juga merupakan zat yang diperoleh Nurjanah et al. (2015) 160,01
potensial untuk bahan baku krim tabir surya. μg/mL. Soo-Jin et al. (2005) menyatakan
Ekstrak P. australis mengandung alkaloid, rumput laut juga bisa digunakan sebagai
flavonoid, triterpenoid, saponin, fenol sumber vitamin C yang sangat bermanfaat
hidrokuinon, dan tanin (Haryani et al. 2014). untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh
Flavonoid merupakan salah satu dan juga berperan sebagai antioksidan dalam
polifenol, memiliki peran besar dalam penangkapan radikal bebas dan regenerasi
aktivitas tirosinase karena mengandung gugus vitamin E.
fenol dan cincin pyren. Struktur dari flavonoid
secara prinsip sesuai sebagai substra tdan Aktivitas antioksidan P. australis dan
mampu berkompetisi sehingga dapat menjadi E. cottonii
penghambat tirosinase (Chang 2009). Tanin Uji aktivitas antioksidan dilakukan
merupakan senyawa aktif metabolit sekunder dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-
yang bermanfaat sebagai astringen, antidiare, pikrilhidrazil) yang akan bereaksi dengan
antibakteri dan juga antioksidan. Tanin senyawa radikal bebas. Reaksi yang terjadi
juga diketahui dapat melindungi kerusakan ditunjukkan dengan perubahan warna dari
terhadap radikal bebas yang disebabkan ungu menjadi kuning. Chang et al. (2007)
oleh sinar UV (Desmiaty et al. 2008; menyatakan DPPH (diphenylpicrylhydrazyl)
Svobodová 2003). adalah suatu radikal bebas yang dapat bereaksi
dengan senyawa radikal lain membentuk
Kadar vitamin E ekstrak P. australis senyawa yang lebih stabil. Reaksi tersebut
dan E. cottonii ditandai dengan terjadinya perubahan warna
Vitamin dibagi menjadi larut lemak ungu menjadi kuning yang terdeteksi pada
dan larut air berdasarkan sifat kelarutannya. panjang gelombang 517 nm.
Vitamin E merupakan nutrisi esensial yang Nilai aktivitas antioksidan (IC50) ekstrak
berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh P. australis dan E. cottonii masing-masing
manusia (Sesso et al. 2008). Vitamin E sebesar 87,082 ppm dan 106,021 ppm. Aktivitas
(α-tokoferol) telah banyak digunakan sebagai antioksidan P. australis yang diekstrak
antioksidan dalam sediaan kosmetik karena dengan pelarut berbeda, hasil tertinggi
mencegah proses penuaan, pemeliharaan dan diperoleh pada ekstrak metanol, yaitu sebesar
perlindungan proses biologis normal seperti 267,1 ppm (Susanto et al. 2013). Aktivitas
sebagai anti inflamasi. Vitamin E merupakan antioksidan E. cottonii yang diperoleh
nutrisi esensial yang berfungsi sebagai Suryaningrum et al. (2006) dengan pelarut
antioksidan dalam tubuh manusia (Almatsier metanol pada sampel segar dan sampel
2003). kering sebesar 45,60 ppm dan 64,80 ppm.
Penetapan kadar vitamin E P. australis Nilai aktivitas antioksidan yang dihasilkan
dan E. cottonii dilakukan menggunakan dari ekstrak P. australis dan E. cottonii

14 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Kandungan Senyawa Bioaktif Rumput Laut, Maharany et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

dapat dinyatakan aktif sebagai antioksidan. Association of Official Analytic Chemist


Molyneux (2004) juga menyatakan bahwa Inc.
senyawa yang disebut aktif sebagai antioksidan Carreto JI, Carignan MO. 2011. Mycosporine-
apabila nilai IC50 kurang dari 200 μg/mL. Nilai like amino acids: relevant secondary
IC50 yang diperoleh berkisar antara 200-1000 metabolites, chemical and ecological
μg/mL, maka zat tersebut kurang aktif tetapi aspects. Marine Drugs. 9: 387-446.
masih berpotensi sebagai zat antioksidan. Chan YY, Kim KH, Cheah SH. 2011. Inhibitory
effects of Sargassum polycystum on
KESIMPULAN tyrosinase activity and melanin formation
Rendemen ekstrak P. australis terbesar in B16f10 murine melanoma cells. Journal
menggunakan pelarut metanol yaitu 4,55%, of Ethnopharmacology. 137: 1183–1188.
sedangkan rendemen E. cottonii terbesar Chang H, Ho Y, Sheu M, Lin Y, Tseng M, Wu
menggunakan pelarut metanol yaitu 6,60%. S, Huang G, Chang Y. 2007. Antioxidant
Komposisi kimia P. australis kadar air 87,25%; and free radical scavenging activities
abu 2,34%; protein 1,05%; lemak 0,58% dan of Phellinus merrillii extracts. Botanical
karbohidrat 8,78%, sedangkan komposisi Studies. 48: 407-417.
kimia E. cottonii kadar air 76,15%; abu 5,62%; Chang TS. 2009. An update review of
protein 2,32%; lemak 0,11% dan karbohidrat tyrosinase inhibitors. International
15,8%. Kadar vitamin E P. australis 162,75 Journal of Moecular Science. 10: 2440-
μg/mL dan E. cottonii 158,07 μg/mL. IC50 P. 2473.
australis 87,082 ppm dan E. cottonii 106,021 Chojnacka K, Saeid A, Witkowska Z, Tuhy L.
ppm. P. australis dan E. cottonii mengandung 2012. Biologically active compounds in
senyawa fitokimia seperti flavonoid, fenol seaweed extracts – the prospects for the
hidrokuinon, dan triterpenoid, serta P. application. The Open Conference Journal.
australis juga diketahui mengandung tanin 3(1): 20-28.
dan saponin. Kandungan senyawa fitokimia Copriyadi J, Yasmi E, Hidayati. 2005. Isolation
tersebut mengindikasikan bahwa P. australis and characterization of coumarines from
dan E. cottonii potensial untuk digunakan peels of orange (Citrus hystrix DC). Jurnal
sebagai bahan baku dalam pembuatan tabir Biogenesis. 2: 13–25.
surya. Daud R. 2013. Pengaruh masa tanam terhadap
kualitas rumput laut, Kappaphycus
UCAPAN TERIMA KASIH alvarezii. Media Akuakultur. 8(2): 135–
Penelitian ini didanai oleh Kementrian 138.
Riset dan Teknologi DIKTI melalui BOPTN Desmiaty Y, Alatas F. 2008. Determination
DIKTI dengan skim PUPT (Penelitian of quercetin in Hibiscus sabdariffa L.
Unggulan Perguruan Tinggi) Nomor: 79/ calyces by high-performance liquid
SP2H/LT/DRPN/II/2016. chromatography (HPLC). Proceeding of
The International Seminar on Chemistry.
DAFTAR PUSTAKA P: 385–388.
Abbas A. 2006. Minuman fungsional berbahan Erungan AC, Purwaningsih S, Anita SB. 2009.
dasar teh dan kayu manis untuk penderita Aplikasi karaginan dalam pembuatan
diabetes. Prosiding Seminar Nasional skin lotion. Jurnal Pengolahan Hasil
Iptek. Perikanan Indonesia 12(2): 128–143.
Aganotovic-Kustrin S, Morton. 2013. Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia.
Cosmeceuticals derived from bioactive Padmawinata K, penerjemah. Bandung
substances. Oceanography. 1: 2. (ID): Penerbit ITB. Terjemahan dari:
Almaister S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Phytochemical Methods.
Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Haryani TS, Sari BL, Triastinurmiatiningsih.
[AOAC]. Association of Official Analytical 2014. Efektivitas ekstrak Padina australis
Chemist. 2005. Official Methods sebagai antibakteri Escherichia coli
of Analysis. 18th edition. Mayland: penyebab diare. Prosiding Seminar

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 15


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Kandungan Senyawa Bioaktif Rumput Laut, Maharany et al.

Nasional Biodiversitas V. T, Maligan JM. 2016. Potensi senyawa


Henry BE, Alstyne KLV. 2004. Effects of uv bioaktif rambut jagung (Zea mays L.)
radiation on growth and phlorotannins in untuk tabir surya alami. Jurnal Pangan
Fucus gardneri (phaeophyceae) juveniles dan Agroindustri. 4(1): 40-45.
and embryos. Journal of Phycology. 40: Pringgenies D, Ghofur A, Azizah R,
527–533. Ridlo A. 2013. Effect of red seaweed
Hidayat F. 2006. Pengaruh kombinasi (Eucheuma cottonii) powder
karagenan dan sodium lauryl sulfat serta administration to the quantity and
penambahan ekstrak Pemphis acidula quality of spermatozoa of Allethrin-
terhadap karakteristik sabun mandi cair. exposed house mice (Mus musculus).
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian International Seminar of Fisheries and
Bogor. Marine (2ndISFM 2013): 59–64.
[KKP]. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Podungge F. 2012. Kandungan fenol, senyawa
2013. Ekspor rumput laut ke pasar eropa fitokimia, dan aktivitas antioksidan
terus digenjot. [terhubung berkala]. rumput laut Padina australis. [skripsi].
http://www.kkp.go.id. [14 April 2014]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Liem ZA. 2013. Kandungan proksimat dan Purwaningsih S, Salamah E, Adnin MN.
aktivitas antioksidan rumput laut merah 2015. Efek fotoprotektif krim tabir surya
(Eucheuma cottonii) di perairan Kupang dengan penambahan karaginan dan
Barat. [tesis]. Salatiga (ID): Universitas buah bakau hitam (Rhizopora mucronata
Kristen Satya Wacana. Lamk.). Jurnal Ilmu dan Teknologi
Luthfiyana N, Nurjanah, Nurilmala M, Anwar Kelautan Tropis. 7(1): 1–14.
E, Hidayat T. 2016. Rasio bubur rumput Ratana-arporn P, Chirapart A. 2006.
laut Eucheuma cottonii dan Sargassum sp. Nutritional evaluation of tropical green
sebagai formula krim tabir surya. Jurnal seaweeds Caulerpa lentillifera and Ulva
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. reticulate. Kasetsart Journal. 40: 75–83.
19(3): 183-195. Razi MA. 2009. Pemanfaatan hidrolisat
Molyneux P. 2004. The use of stable free radical protein kerang mas ngur (Ataetodea
diphenylpicrilhydrazyl (DPPH) for striata), karagenan, kitosan dan ekstrak
estimating antioxidant activity. Journal of Pemphis acidula pada pembuatan skin
Sciences and Technology 26(2): 211–219. lotion. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Muchtadi T, Ayustaningwarno F. 2010. Pertanian Bogor.
Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Rosic NN, Dove S. 2011. Mycosporine-like
Bogor (ID): Alfabeta. amino acids from coral dinoflagellates.
Navarro NP, Figueroa FL, Korbee N, Mansilla Applied and Environmental Microbiology.
A, Matsuhiro B, Barahona T, Plastino 1: 1–21.
EM. 2014. The effects of NO 3 supply on Salazar-Alanda R, Perez-Lopes L, Joel L, Noemi
Mazzaella laminarioides (Rhodophyta, W. 2009. Antimicrobial and antioxidant
Gigartinales) from southern Chile. activities of plants from Northeast of
Photochem. Photobiol. 90: 1299–1307. Mexico. Sucursal Tecnol´ogico. 1: 1-6.
Nur A. 2009. Karakteristik nata de cottonii Santoso J, Gunji S, Yoshie-Stark Y, Suzuki T.
dengan penambahan dimetil amino fosfat 2006. Mineral content of Indonesian
(dap) dan asam asetat glasial. [skripsi]. seaweeds and mineral solubility affected
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. by basic cooking. Food Science and
Nurjanah, Nurilmala M, Anwar E, Luthfiyana Technology Research. 12(10): 59–66.
N, Hidayat T. 2016. Identification Santoso J, Podungge F, Sumaryanto H. 2013.
of bioactive compounds seaweed Chemical composition and antioxidant
Sargassum sp. And Eucheuma cottonii as activity of tropical brown algae Padina
a raw sunscreen cream. Pakistan Journal australis from Pramuka Island, district of
of Nutrition. Inpress. Seribu Island, Indonesia. Jurnal Ilmu dan
Prasiddha IJ, Laeliocattleya RA, Estiasih Teknologi Kelautan Tropis. 5(2): 287–297.

16 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Kandungan Senyawa Bioaktif Rumput Laut, Maharany et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

Sarikaya BB, Kalayar H. 2011. Quantitative Svobodová A, Psotová J, Walterová D. 2003.


determination of d-tocopherol and Natural phenolics in the prevention of uv-
quality control studies in Sarcopoterium induced skin damage. A review Biomed
spinosum L. DOI: 10.12991/20111543. Papers. 147(2): 137–145.
Sesso HD, Buring JE, Christen WG, Kurth Tatiya AU, Tapadiya GG, Kotecha S, Surana SJ.
T, Belanger C, MacFadyen J, Bubes V, 2011. Effect of solvents on total phenolics,
Manson JE, Glynn RJ, Gaziano JM. 2008. antioxidant and antimicrobial properties
Vitamins E and C in the prevention of Bridelia retusa Spreng. stem bark.
of cardiovascular disease in men: the Indian Journal of Natural Products and
physicians’ health study II randomized Resources. 2(4): 442–447.
controlled trial. Journal American Medical Thomas VN, Kim S. 2013. Beneficial
Association. 300(18): 2123–2133. effects of marine algal compounds in
Soo-Jin H, Park PJ, Park EJ, Kim SK, Jeon YJ. cosmeceuticals. Marine Drugs. 11(3):146-
2005. Antioxidant activity of enzymatic 164.
extracts from a brown seaweed Ecklonia Wandansari BD, Agustina LNA, Mulyani NS.
cava by electron spin resonance 2013. Fermentasi rumput laut Eucheuma
spectrometry and comet assay. European cottonii oleh Lactobacillus plantarum.
Food Research and Technology. 221:41–47. Chemical Engineering Journal 1(1):64-69.
Suryaningrum TD, Wikanta T, Kristiana H. Wulandari N. 2012. Penggunaan kompleks
2006. Uji aktivitas senyawa antioksidan polielektrolit gelatin-karaginan sebagai
dari rumput laut Halymenia harveyana basis gel topikal. [skripsi]. Depok (ID):
dan Eucheuma cottonii. Jurnal Pascapanen Universitas Indonesia.
dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
1(1):51–64.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 17

Anda mungkin juga menyukai