Anda di halaman 1dari 39

DPLS 04 rev.

SYARAT DAN ATURAN

AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK/PROSES/JASA

Komite Akreditasi Nasional


National Accreditation Body of Indonesia
Gedung 1 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Lt. 14
Jl. MH Thamrin No.8, Jakarta 10340 – Indonesia
Tel. : 62 21 5747043, 5747044
Fax. : 62 21 3927528
Email : sertifikasi@bsn.go.id
Website : http://www.kan.or.id
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

LEMBAR PERSETUJUAN

Diperiksa oleh :

Direktur Akreditasi Lembaga Sertifikasi

Disetujui oleh :

Sekretaris Jenderal KAN

1 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

Syarat dan Aturan

Akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk / Proses / Jasa

1. PENDAHULUAN

1.1. Dengan penetapan Undang Undang No 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian, ketentuan di dalam Peraturan Pemerintah No 102 tahun
2000 tentang Standardisasi Nasional yang tidak bertentangan dengan UU No. 20
tahun 2014 tetap berlaku sebagai aturan pelaksanaan dari ketentuan UU No. 20
tahun 2014 sebelum ditetapkan Peraturan Pemerintah penggantinya.

1.2. UU No. 20 tahun 2014 memuat ketentuan tentang Sertifikasi Barang, Sertifikasi
Proses, dan Sertifikasi Jasa yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang kompeten
dan memenuhi persyaratan kompetensi lembaga sertifikasi yang diakui di tingkat
internasional. Persyaratan kompetensi lembaga sertifikasi barang, sertifikasi proses,
dan sertifikasi jasa yang disepakati di tingkat internasional pada saat ini adalah
ISO/IEC 17065: 2012 yang telah diadopsi secara identik sebagai Standar Nasional
Indonnesia (SNI) ISO/IEC 17065: 2012 – Penilaian Kesesuaian - Persyaratan untuk
Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa.

1.3. Sejalan dengan penetapan SNI ISO/IEC 17065: 2012 yang masa transisi
penerapannya berakhir pada bulan September 2015 dan penetapan UU 20 tahun
2014, KAN yang di dalam UU 20 tahun 2014 diberi tanggung jawab untuk
melaksanakan tugas pemerintah di bidang akreditasi lembaga penilaian kesesuaian
memandang perlu untuk merevisi DPLS 04 revisi 2: Desember 2013 – Syarat dan
Aturan Akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk menjadi DPLS 04 revisi 3: MMYY –
“Syarat Aturan Akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa”.

1.4. Dokumen ini menjelaskan syarat dan aturan dalam pelaksanaan akreditasi kepada
Lembaga Sertifikasi yang dioperasikan berdasarkan SNI ISO/IEC 17065. Dalam
dokumen ini dijelaskan juga informasi secara rinci tentang proses akreditasi,
termasuk aturan untuk pemberian, pemeliharaan, pembekuan, pencabutan,
perluasan dan pengurangan akreditasi.

1.5. KAN, lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi berbasis SNI ISO/IEC 17065, dan
lembaga sertifikasi pemohon akreditasi berbasis SNI ISO/IEC 17065 harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam dokumen ini, dan persyaratan
umum untuk lembaga sertifikasi lainnya yang telah ditetapkan oleh KAN dan relevan
dengan akreditasi lembaga sertifikasi produk, proses, dan jasa berbasis SNI
ISO/IEC 17065.

2. RUANG LINGKUP

2.1. Dokumen ini berlaku untuk lembaga sertifikasi yang beroperasi berdasarkan SNI
ISO/IEC 17065: 2012
2.2. Yang dimaksud dengan Lembaga Sertifikasi dalam dokumen ini adalah lembaga
sertifikasi atau apapun namanya yang melakukan kegiatan sertifikasi produk, proses
dan jasa, sesuai dengan definisi di dalam SNI ISO/IEC 17000, dan SNI ISO/IEC
17065

2 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

2.3. Definisi Produk, Proses, dan Jasa yang digunakan dalam dokumen ini mengacu
pada definisi yang diberikan dalam SNI ISO/IEC 17065, dan mencakup definisi
Barang, Proses, dan Jasa yang ditetapkan dalam UU No. 20 tahun 2014.
2.4. Dokumen juga memberikan penjelasan terhadap interpretasi persyaratan SNI
ISO/IEC 17065 yang diperlukan untuk harmonisasi implementasi persyaratan SNI
ISO/IEC 17065 oleh lembaga sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN dan harus
digunakan sebagai persyaratan bersama-sama dengan SNI ISO/IEC 17065.
2.5. Bila diperlukan untuk mengoperasikan akreditasi lembaga sertifikasi dengan ruang
lingkup khusus yang diatur oleh kementerian, lembaga pemerintah non
kementerian, atau pemilik skema lainnya, KAN dapat menetapkan persyaratan
tambahan yang harus diterapkan bersama-sama dengan dokumen ini.

3. PERSYARATAN AKREDITASI
3.1 Persyaratan Umum

a. Lembaga Sertifikasi harus memenuhi SNI ISO/IEC 17065:2012 : Penilaian


Kesesuaian – Persyaratan untuk lembaga sertifikasi produk, proses dan jasa.

b. Lembaga Sertifikasi harus mengoperasikan skema sertifkasi yang memenuhi


SNI ISO/IEC 17067: 2013 yang ditetapkan oleh pemilik skema sertifikasi

c. Lembaga Sertifikasi harus memenuhi SNI ISO/IEC 17067: 2013 dalam


menyusun skema sertifikasi, bila lembaga sertifikasi bertindak sebagai pemilik
skema sertifikasi

d. Lembaga Sertifikasi harus mengacu pada ISO/TR 17026 – Conformity


Assessment: Example of a Certification Schme for Tangible Product dalam
mengoperasikan atau menyusun skema sertifikasi untuk Barang berbasis
contoh Tipe – 5 dalam SNI ISO/IEC 17067

e. Lembaga Sertifikasi harus mengacu pada SNI dan/atau Pedoman


Standardisasi Nasional (PSN) yang relevan dengan pengoperasian lembaga
sertifikasi produk, proses, dan jasa, yang mencakup:

i. SNI ISO/IEC 17000 : Penilaian kesesuaian – Kosakata dan prinsip umum

ii. SNI ISO/IEC 17067: Penilaian kesesuaian – Fundamental sertifikasi


produk.

iii. PSN 304-2006 : Penilaian Kesesuaian – Pedoman pelaksanaan


sertifikasi produk oleh pihak ketiga, yang merupakan adopsi dari ISO/IEC
Guide 28.

iv. PSN 305-2006 : Penilaian Kesesuaian – Pedoman penggunaan sistem


manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk, yang merupakan
adopsi dari ISO/IEC Guide 53.

v. PSN 307-2006 : Pedoman untuk tindakan koreksi yang dilakukan oleh


lembaga sertifikasi bila terjadi penyalahgunaan tanda kesesuaian yang
diterbitkan, atau terhadap produk bertanda kesesuaian namun ternyata
berbahaya, yang merupakan adopsi dari ISO Guide 27.

3 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

f. Memenuhi Pedoman KAN 403-2011: Penilaian Kesesuaian – Ketentuan


Umum Penggunaan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI dan/atau Regulasi
Teknis

g. Mematuhi Pedoman KAN 12-2004 : Penggunaan logo Komite Akreditasi


Nasional (KAN) untuk digunakan oleh lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi
dan laboratorium yang telah diakreditasi oleh KAN.

h. Memahami dan mematuhi regulasi teknis yang terkait dengan standar produk
yang tercakup dalam ruang lingkup akreditasinya.

i. Memenuhi Persyaratan Akreditasi yang ditetapkan oleh KAN.

j. Bersedia membayar biaya akreditasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3.2 Persyaratan Legalitas Hukum dan Organisasi

3.2.1 Akreditasi untuk lembaga sertifikasi hanya dapat diberikan kepada badan
hukum atau bagian dari badan hukum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.

3.2.2 Apabila kegiatan sertifikasi dilakukan oleh bagian dari badan hukum yang lebih
besar, akreditasi hanya dapat diberikan kepada badan hukum yang lebih
besar yang menaungi bagian yang melakukan kegiatan sertifikasi tersebut.

3.2.3 Lembaga Sertifikasi Pemerintah dipandang sebagai badan hukum


berdasarkan statusnya sebagai lembaga pemerintah atau bagian dari lembaga
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
wilayah Republik Indonesia.

3.2.4 Bila Lembaga Sertifikasi merupakan bagian dari organisasi yang lebih besar
yang melakukan kegiatan di luar kegiatan sertifikasi, hubungan dengan bagian
lain dari organisasi tersebut harus dinyatakan dengan jelas dan dapat
ditunjukkan bahwa tidak terdapat konflik kepentingan yang dapat berpengaruh
negatif terhadap kegiatan sertifikasi.

3.2.5 Bila lembaga sertifikasi merupakan bagian dari organisasi yang lebih besar
sebagaimana dimaksud dalam butir d, asesmen yang dilakukan oleh KAN
dapat memerlukan informasi dan/atau akses terkait dengan bagian lain dari
organisasi yang lebih besar tersebut.

3.2.6 Dalam mengoperasikan kegiatan sertifikasi, lembaga sertifikasi dapat


menggunakan “merek dagang (trade-mark)” tertentu, dan dalam konteks
akreditasi, merek dagang tersebut dapat dicantumkan dalam sertifikat
akreditasi sebagai tambahan atas identitas badan hukum atau bagian dari
badan hukum yang diakreditasi

3.3 Persyaratan Sumber Daya Manusia

a. Lembaga sertifikasi harus memiliki personel yang memadai untuk


mengoperasikan skema sertifikasi, persyaratan produk, proses, dan jasa, serta
dokumen normatif lainnnya yang berlaku sesuai dengan ruang lingkupnya,
termasuk personel atau personel-personel teknis yang kompeten untuk
4 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

menyusun dokumen sebagaimana dimaksud dalam SNI ISO/IEC 17065 butir


7.1.3

b. Lembaga sertifikasi harus memiliki personel yang secara teknis berkompeten


untuk menilai produk, proses, jasa serta memutuskan kesesuaiannya dengan
persyaratan, berdasarkan informasi yang diperoleh dari proses evaluasi..

c. Istilah “personel” lembaga sertifikasi dapat mencakup :

i. pegawai tetap lembaga sertifikasi, yang bekerja untuk lembaga sertifikasi


berdasarkan kontrak permanen dalam jangka waktu tertentu, atau

ii. personel ekternal lain :

1. yang mencakup personel freelance atau

2. personel eksternal yang terikat sebagai pegawai atau memiliki kontrak


permanen dengan badan hukum yang berbeda dengan badan hukum
lembaga sertifikasi.

CATATAN :
Personel kontrak adalah personil yang dibuktikan dengan SK pengangkatan dalam
jangka waktu minimal satu tahun (masukan : kontrak minimal satu siklus sertifikasi)
dan tidak terlibat dengan kegiatan lain yang mengancam impartialitas, termasuk
keterlibatannya dalam Lembaga Sertifikasi lain.

d. Bila lembaga sertifikasi menggunakan personel eksternal yang terikat sebagai


pegawai tetap atau memiliki kontrak permanen dengan badan hukum yang
berbeda dengan lembaga sertifikasi, diperlukan ijin dari organisasi lain yang
mempekerjakan personel eksternal tersebut.

e. Lembaga sertifikasi harus dalam posisi untuk mengatur, mengendalikan dan


bertanggung jawab terhadap manajemen kompetensi, dan unjuk kerja dari
seluruh sumber dayanya dan memelihara rekaman yang menyeluruh dalam
pengendalian kesesuaian dari seluruh staf yang digunakan di bidang tertentu,
yang mencakup pegawai, pegawai yang dikontrak atau yang disediakan oleh
lembaga eksternal.

f. Personel yang bekerja untuk organisasi lain - yang melakukan pekerjaan yang
dialihdayakan oleh lembaga sertifikasi kepada organisasi lain tersebut - tidak
termasuk dalam cakupan pengaturan “personel lembaga sertifikasi”, namun
demikian sebelum memberikan kontrak alih daya kepada organisasi lain
tersebut, lembaga sertifikasi harus memastikan bahwa organisasi lain tersebut
memiliki seluruh sumber daya, termasuk sumber daya manusia yang
kompeten untuk melakukan pekerjaan yang dialihdayakan.

3.4 Persyaratan Sumber Daya untuk Evaluasi

g. Kegiatan Evaluasi berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 yang dimaksud dalam


dokumen ini mencakup kegiatan Seleksi dan Determinasi sebagaimana
didefinisikan di dalam SNI ISO/IEC 17000 dan SNI ISO/IEC 17067, yang dapat
terdiri tapi tidak terbatas pada:

i. perencanaan dan persiapan kegiatan sertifikasi,

5 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

ii. identifikasi obyek sertifikasi dan penetapan persyaratan sertifikasi yang


relevan,

iii. perencanaan dan pelaksanaan pengambilan sampel,

iv. pengujian,

v. inspeksi,

vi. pemeriksaan disain

vii. asesmen proses produksi,

viii. audit sistem manajemen mutu, dan/atau

ix. kegiatan lainnya yang diperlukan untuk penilaian kesesuaian terhadap


persyaratan yang relevan dengan skema sertifikasi yang dioperasikan,
seperti verifikasi, dan/atau kalibrasi

h. Lembaga sertifikasi harus mengidentifikasi jenis kegiatan evaluasi yang


diperlukan untuk mengoperasikan kegiatan sertifikasi produk di dalam ruang
lingkupnya

i. Evaluasi untuk kegiatan sertifikasi dapat:

i. dilakukan oleh:

1. sumber daya internal,

2. sumber daya lain di bawah pengendalian langsung lembaga


sertifikasi,

dan/atau

ii. dialihdayakan kepada sumber daya eksternal

j. sumber daya eksternal sebagaimana dimaksud pada butir c.ii dapat berupa:

i. badan hukum lain yang independen,

ii. badan hukum lain yang memiliki keterkaitan organisasi atau merupakan
bagian dari klien sertifikasi, sebagai contoh: laboratorium uji milik pabrikan
yang mengajukan sertifikasi

k. Untuk kepentingan tertentu - yang relevan dengan ketentuan dalam skema


sertifikasi - lembaga sertifikasi dapat mempertimbangkan keberterimaan
sertifikat dan/atau laporan hasil kegiatan penilaian kesesuaian lainnya yang
telah diperoleh dan dimiliki oleh klien dari lembaga lain yang tidak memiliki
ikatan pengendalian kontraktual dengan lembaga sertifikasi.

l. Lembaga sertifikasi harus menetapkan sumber daya untuk evaluasi, baik


internal maupun eksternal yang diperlukan untuk kegiatan sertifikasi di dalam
ruang lingkupnya.

6 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

m. Bila kegiatan evaluasi dialihdayakan kepada sumber daya eksternal


sebagaimana dimaksud pada butir d, kegiatan alihdaya tersebut harus
dilaksanakan berdasarkan perjanjian kontrak alih-daya yang mengikat secara
hukum, yang paling sedikit harus memuat:

i. jenis kegiatan evaluasi yang dialihdayakan sesuai dengan ruang lingkup


lembaga sertifikasi

ii. hak dan tanggungjawab lembaga sertifikasi

iii. hak dan tanggung jawab lembaga penerima alihdaya

iv. tanda tangan dari personel yang secara hukum bertindak mewakili
lembaga sertifikasi dan lembaga penerima alihdaya

n. Evaluasi untuk kegiatan sertifikasi produk sebagaimana diinyatakan dalam


butir c dan d harus dilakukan oleh lembaga yang memenuhi persyaratan
kompetensi yang relevan dengan kegiatan evaluasi yang dilakukan, sebagai
contoh SNI ISO/IEC 17025 untuk pengujian dan kalibrasi, SNI ISO/IEC 17020
untuk inspeksi, SNI ISO/IEC 17021 untuk audit sistem manajemen mutu.

o. Bukti pemenuhan persyaratan kompetensi sumber daya evaluasi


sebagaimana dimaksud pada butir h dinyatakan dengan sertifikat akreditasi
beserta ruang lingkup akreditasi yang memuat kegiatan penilaian kesesuaian
untuk obyek sertifikasi di dalam ruang lingkup akreditasi lembaga sertifikasi.

p. Bila lembaga sertifikasi menggunakan hasil evaluasi yang dilakukan oleh


sumber daya eksternal pada butir d.ii, lembaga sertifikasi harus memastikan
bahwa kondisi tersebut tidak berpengaruh terhadap independensi dan
imparsialitas kegiatan sertifikasinya.

q. Bila lembaga sertifikasi menerima hasil evaluasi yang diajukan oleh klien
sebagaimana dimaksud pada butir e, lembaga sertifikasi harus memastikan
bahwa hasil evaluasi tersebut berlaku untuk obyek yang diajukan untuk
disertifikasi dan diperoleh dari lembaga yang memenuhi persyaratan
kompetensi yang relevan sebagaimana dimaksud pada butir e.

r. Untuk keperluan sebagaimana dimaksud pada butir k, lembaga sertifikasi


dapat meminta sampel barang, informasi, dan/atau data yang diperlukan untuk
memastikan kesesuaian obyek sertifikasi dengan obyek dari hasil penilaian
kesesuaian yang disampaikan oleh klien.

s. Lembaga sertifikasi bertanggungjawab untuk memastikan kompetensi dan


memelihara rekaman hasil penilaian kompetensi dari seluruh sumber daya
untuk evaluasi sesuai dengan ruang lingkupnya.

t. Bila sumber daya untuk evaluasi telah diakreditasi oleh KAN atau Badan
Akreditasi negara lain penandatangan saling pengakuan antar badan
akreditasi yang diakui oleh KAN, atau diterima dalam skema keberterimaan
antar lembaga penilaian kesesuiaan yang diakui oleh pemerintah Republik
Indonesia, lembaga sertifikasi harus memastikan bahwa ruang lingkup
kompetensi dari sumber daya untuk evaluasi tersebut sesuai dengan
persyaratan obyek sertifikasi di dalam ruang lingkupnya.

7 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

u. Bila sumber daya untuk evaluasi belum memenuhi persyaratan pada butir l,
lembaga sertifikasi harus melakukan penilaian dan memelihara hasil penilaian
kompetensi sumber daya untuk evaluasi berdasarkan persyaratan kompetensi
yang relevan untuk kegiatan evaluasi yang dilakukan sebagaimana dinyatakan
pada butir f.

v. Penilaian kompetensi sumber daya untuk evaluasi sebagaimana dimaksud


pada butir o harus dilakukan oleh lembaga sertifikasi berdasarkan kebijakan
dan prosedur yang telah ditetapkan, dan dilakukan oleh personel lembaga
sertifikasi yang memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melakukan
penilaian kompetensi sumber daya untuk evaluasi sesuai dengan persyaratan
kompetensi yang relevan.

3.5 Persyaratan Proses Sertifikasi

3.5.1 Lembaga Sertifikasi harus mengoperasikan satu atau lebih skema sertifikasi yang
memenuhi prinsip-prinsip sertifikasi sesuai dengan SNI ISO/IEC 17067 yang
ditetapkan oleh pemilik skema sertifikasi.

3.5.2 Skema sertifikasi sebagaimana dimaksud pada butir (a) paling sedikit harus
mencakup kegiatan:

 evaluasi (seleksi dan determinasi):

 review,

 penetapan keputusan sertifikasi, dan

 penerbitan sertifikat kesesuaian.

3.5.3 Bila relevan dengan obyek sertifikasi, skema sertifikasi sebagaimana dimaksud
pada butir (b), dapat mencakup:

3.5.4 hak penggunaan penggunaan sertifikat atau pernyataan kesesuaian lainnya,

3.5.5 penerbitan sertifikat kesesuaian untuk 1 (satu) batch produk,

3.5.6 pemberian hak penggunaan tanda,

3.5.7 survailen, dengan menggunakan kegiatan determinasi yang relevan dengan obyek
sertifikasi.

3.5.8 Untuk regulasi teknis pemberlakuan SNI, dan atau persyaratan sertifikasi lainnya
secara wajib, skema sertifikasi ditetapkan oleh Kementerian atau LPNK dalam
bentuk Peraturan Menteri dan/atau Petunjuk Teknis Pemberlakuan SNI.

3.5.9 Untuk penerapan persyaratan SNI secara sukarela, atau bila skema sertifikasi
untuk pemberlakuan regulasi sebagaimana pada butir b belum ditetapkan,
lembaga sertifikasi harus menyusun skema sertifikasi yang memenuhi prinsip
penyusunan dan elemen skema sertifikasi yang ditetapkan dalam SNI ISO/IEC
17067.

8 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

3.5.10 Bila diperlukan untuk memastikan konsistensi implementasi skema sertifikasi


sebagaimana dimaksud pada butir a, b dan c, dan untuk memastikan kesesuaian
obyek sertifikasi terhadap persyaratan, lembaga sertifikasi harus menetapkan
prosedur atau dokumen lainnya yang diperlukan untuk mengimplementasikan
skema sertifikasi tersebut sebagaimana diatur dalam SNI ISO/IEC 17065 butir
7.1.3.

3.5.11 Lembaga sertifikasi harus melakukan kaji ulang permohonan sertifikasi untuk
mengidentifikasi titik kritis proses sertifikasi dan kesesuaian dengan ruang lingkup
standar bagi setiap pemohon, yang antara lain dapat mencakup:

 identifikasi obyek sertifikasi,

 (dijelaskan/didetilkan, mis : skema proses produksi, bahan baku, proses


pengendalian mutunya, barang jadinya)

 identifikasi tipe dan famili produk (untuk sertifikasi barang) perlu dijabarkan

 identifikasi produsen, pemilik merek (bila relevan), importir (bila relevan),


pabrikan (bila relevan dan berbeda dengan produsen).

3.5.12 Berdasarkan hasil kaji ulang permohonan sebagaima dimaksud dalam butir e,
lembaga sertifikasi harus menyusun rencana evaluasi yang secara rinci memuat
obyek dan pelaksana dari setiap elemen kegiatan evaluasi sebagaimana
dinyatakan dalam butir 3.4.a

3.5.13 Setelah pelaksanaan evaluasi, lembaga sertifikasi harus menetapkan 1 (satu)


orang atau lebih yang tidak terlibat dalam kegiatan evaluasi, untuk melaksanakan
tinjauan terhadap hasil evaluasi sebelum menetapkan keputusan sertifikasi.

3.5.14 Keputusan sertifikasi harus ditetapkan oleh 1 (satu) orang atau lebih yang
ditugaskan oleh lembaga sertifikasi untuk menetapkan keputusan sertifikasi
berdasarkan hasil evaluasi, hasil tinjauan, dan informasi lain yang diperoleh dalam
proses sertifikasi.

3.5.15 Keputusan sertifikasi harus didokumentasikan secara formal dalam bentuk


Sertifikat Kesesuaian untuk menyatakan bahwa obyek sertifikasi telah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam skema sertifikasi.

3.5.16 Penjelasan secara rinci tetang proses sertifikasi dan penerapan skema sertifikasi
diuraikan dalam lampiran 1 dari dokumen ini.

3.6. Sertifikat Kesesuaian

a. Lembaga Sertifikasi dapat menerima Permohonan Sertifikasi yang diajukan


secara langsung oleh klien atau oleh pihak lain yang mewakili klien sebagai
pemohon sertifikasi.

catatan 1: definisi klien (SNI ISO/IEC 17065: 2012 butir 3.1): “organisasi atau orang
yang bertanggung jawab kepada lembaga sertifikasi untuk memastikan persyaratan
sertifikasi termasuk persyaratan produk, proses, dan jasa dipenuhi”

catatan 2: Pihak lain yang mewakili klien sebagaimana dimaksud pada butir
(a) adalah badan hukum yang berkedudukan di wilayah RI dan memiliki

9 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

perjanjian yang mengikat secara hukum dengan klien yang memuat hak dan
tanggung jawabnya dalam mewakili klien untuk kepentingan pengajuan
sertifikasi.

b. Setelah memperoleh bukti obyektif pemenuhan persyaratan sertifikasi,


Lembaga Sertifikasi harus menerbitkan Sertifikat Kesesuaian kepada klien
sertifikasi. Untuk selanjutnya klien yang telah menerima sertifikat kesesuaian
disebut sebagai Pemegang Sertifikat (certificate holder).

c. Klien sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam 3.6.a dapat berkedudukan


hukum di dalam atau di luar wilayah Republik Indonesia.

d. Sertifikat Kesesuaian yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi paling sedikit


harus memuat:

i. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya,

ii. nomor atau identifikasi lain skema sertifikasi,

iii. nama dan alamat lembaga sertifikasi,

iv. nama dan alamat klien (pemegang sertifikat)

v. acuan ke perjanjian sertifikasi

vi. pernyataan kesesuaian yang mencakup :

 nama dan identitas unik dari produk, proses, atau jasa yang
disertifikasi

 (untuk sertifikasi barang) identitas unik dari tipe produk, atau kelompok
produk yang dinyatakan memenuhi persyaratan

 lokasi pabrik, lokasi pengoperasian proses, atau lokasi pemberian


layanan jasa (yang relevan dengan obyek sertifikasi)

vii. status akreditasi atau pengakuan lembaga sertifikasi

viii. tanggal penerbitan sertifikat

ix. masa belaku sertifikat (bila relevan dengan skema sertifikasi)

x. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari personel yang bertindak
atas nama lembaga sertifikasi

e. Sertifikat Kesesuaian sebagaimana dimaksud pada butir d harus diterbitkan


oleh Lembaga Sertifikasi untuk 1 (satu) Tipe atau 1 (satu) famili produk selama
tidak ada perubahan yang dapat mempengaruhi mutu produk .

3.7. Persetujuan Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian

a. Tanda SNI dan/atau Tanda Kesesuaian dapat dibubuhkan pada Barang,


kemasan Barang, atau label Barang, atau publikasi dan informasi yang
berkaitan langsung dengan Barang yang telah memenuhi persyaratan

10 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

Sertifikasi Barang, atau bila relevan, pada Barang yang telah diproduksi
dengan Proses yang telah memenuhi persyaratan Sertifikasi Proses.

Catatan :
Pedoman penggunaan simbol akreditasi ada di Pedoman KAN 12 untuk tanda
akreditasi dan Pedoman KAN 403 untuk penggunaan tanda SNI

b. Untuk Proses dan/atau Jasa yang telah memenuhi persyaratan Sertifikasi


Proses atau Sertifikasi Jasa, Tanda SNI dan/atau Tanda Keseuaian dapat
dibubuhkan di lokasi Pengoperasian Proses atau Lokasi Pelayanan Jasa,
dan/atau publikasi dan informasi yang berkaitan langsung dengan Proses atau
Jasa yang telah memenuhi persyaratan.

c. Lembaga Sertifikasi dapat memberikan persetujuan penggunaan Tanda SNI


dan/atau Tanda Kesesuaian kepada Pelaku Usaha berdasarkan lisensi yang
diberikan oleh pemilik tanda kepada lembaga sertifikasi :

a. pemberian persetujuan tanda SNI diberikan berdasarkan lisensi


penggunaan tanda SNI yang diberikan oleh BSN kepada lembaga
sertifikasi

b. pemberian persetujuan tanda kesesuaian berbasis regulasi diberikan


berdasarkan lisensi penggunaan tanda kesesuaian yang diberikan oleh
Kementerian dan/atau Lembaga Pemerintah Non Kementerian kepada
lembaga sertifikasi

c. pemberian persetujuan penggunaan tanda lainnya diberikan berdasarkan


lisensi penggunaan tanda kesesuaian yang diberikan oleh pemilik tanda
kepada lembaga sertifikasi

d. Pelaku Usaha yang dapat menerima persetujuan penggunaan Tanda SNI


dan/atau Tanda Kesesuaian lainnya pada Barang dan/atau Jasa yang
diedarkan di wilayah Republik Indonesia, harus memiliki kedudukan hukum
dan memenuhi ketentuan hukum yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.

e. Pembubuhan Tanda SNI dan/atau Tanda Kesesuaian terhadap Barang


dan/atau Jasa sebagaimana dimaksud pada butir 3.7.b berdasarkan
Persetujuan Penggunaan Tanda SNI dan/atau Tanda Kesesuaian yang telah
diberikan kepada:

a. Pelaku Usaha yang berkedudukan hukum di wilayah RI yang memegang


hak berdasarkan hukum terhadap produk dan merek produk sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku di wilayah RI, menetapkan
spesifikasi dan disain produk, serta melakukan pembuatan produk di
Pabrik yang dimilikinya sendiri

b. Pelaku Usaha yang berkedudukan hukum di wilayah RI yang memegang


hak berdasarkan hukum terhadap produk dan merek produk sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku di wilayah RI, menetapkan
spesifikasi dan melakukan perancangan produk, serta memiliki perjanjian
yang mengikat secara hukum dengan Pihak Lain yang memiliki Pabrik
untuk melakukan pembuatan produk.

11 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

c. Pelaku Usaha yang berkedudukan hukum di wilayah RI yang memegang


hak berdasarkan hukum terhadap produk dan merek produk sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku di wilayah RI, menetapkan
spesifikasi produk, serta memiliki perjanjian yang mengikat secara hukum
dengan Pihak Lain yang melakukan perancangan produk dan pembuatan
produk di Pabrik.

d. Pelaku Usaha yang berkedudukan hukum di wilayah RI yang melakukan


pembuatan produk berdasarkan perjanjian yang mengikat secara hukum
dengan Pihak Lain yang menetapkan spesifikasi dan melakukan
perancangan produk serta memiliki hak hukum atas merek produk sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku di wilayah RI.

e. Pelaku Usaha yang berkedudukan hukum di wilayah RI yang melakukan


perancangan dan pembuatan produk berdasarkan perjanjian yang
mengikat secara hukum dengan Pihak Lain yang menetapkan spesifikasi
serta memiliki hak hukum atas merek produk sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku di wilayah RI.

f. Pelaku Usaha yang berkedudukan hukum di wilayah RI yang memiliki


perjanjian yang mengikat secara hukum untuk mewakili hak dan kewajiban
hukum Pelaku Usaha luar negeri pemegang hak hukum atas produk dan
merek produk berdasarkan ketentuan hukum di negaranya.

f. Persetujuan Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian sebagaimana


dimaksud pada butir c merupakan Pemberian Lisensi Penggunaan Tanda SNI
dan/atau Tanda Kesesuaian yang mengikat secara hukum, dan paling sedikit
harus memuat:
a. Pemberi persetujuan penggunaan Tanda: nama, alamat, dan personel
yang berwenang atas nama lembaga sertifikasi berdasarkan hak
pemberian persetujuan penggunaan tanda SNI dari pemilik tanda kepada
lembaga sertifikasi

b. Penerima persetujuan penggunaan Tanda:

i. nama, alamat, dan personel yang berwenang atas nama klien


sertifikasi – bila klien berkedudukan hukum di wilayah RI (sesuai
dengan uraian pada butir e), atau

ii. nama, alamat, dan personel yang berwenang atas nama pelaku usaha
yang berkedudukan hukum di wilayah RI yang bertindak sebagai
perwakilan resmi klien sertifikasi yang berkedudukan hukum di wilayah
RI berdasarkan perjanjian yang mengikat secara hukum, beserta nama
alamat, dan personel yang berwenang atas nama klien sertifikasi

c. Ruang lingkup persetujuan penggunaan Tanda:

i. pernyataan tentang pemberian hak penggunaan Tanda

ii. informasi tentang obyek yang dapat dibubuhi tanda berdasarkan


informasi pada Sertifikat Kesesuaian yang menjadi dasar persetujuan
penggunaan tanda

12 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

iii. identifikasi Sertifikat Kesesuaian yang menjadi dasar persetujuan


penggunaan tanda

d. Acuan ke Skema Sertifikasi yang menjadi dasar persetujuan penggunaan


tanda

e. Hak dan kewajiban penerima persetujuan penggunaan Tanda

f. Hak dan kewajiban lembaga sertifikasi sebagai pemberi persetujuan


penggunaan Tanda

g. Pengaduan dan Banding

h. Publikasi

i. Periode Perjanjian

j. Kondisi Pengakhiran Perjanjian

k. Pertanggunggugatan

4 PERSYARATAN TAMBAHAN PROSES AKREDITASI (DPUM 01)


4.1 Permohonan Akreditasi

a. Sesuai dengan DPUM 01, dengan persyaratan tambahan untuk akreditasi


lembaga sertifikasi produk, sebagai berikut:

b. Lembaga Sertifikasi harus menyampaikan bukti dukungan sumber daya


personel, dukungan sumber daya evaluasi (pengujian, inspeksi, dan/atau
audit) dan skema sertifikasi yang relevan untuk seluruh produk yang tercakup
di dalam ruang lingkupnya dengan melengkapi FPA.03-b.04 dan FPA.03-b.05

c. Sebelum akreditasi dapat diberikan oleh KAN, Lembaga Sertifikasi harus


dapat memberikan bukti rekaman pelaksanaan sertifikasi produk, minimal 1
(satu) proses sertifikasi (mulai dari permohonan sampai dengan penetapan
keputusan).

d. Lembaga Sertifikasi harus memenuhi seluruh kebijakan dan persyaratan yang


sesuai yang ditetapkan oleh KAN terkait dengan akreditasi lembaga sertifkasi
produk.

e. Bila diperlukan KAN dapat merubah, menambah atau mencabut tiap bagian
dari Syarat dan Aturan Akreditasi. Apabila terjadi perubahan, KAN akan
menginformasikan kepada Lembaga Sertifikasi yang telah diakreditasi dan
memberi jangka waktu yang memadai untuk melakukan penyesuaian
terhadap perubahan Syarat dan Aturan Akreditasi. Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi harus memberi informasi kepada KAN apabila penyesuaian telah
dilaksanakan seluruhnya.

4.2 Penyaksian Asesmen (witness)

4.2.1 Pelaksanaan penyaksian asesmen / witness dilakukan oleh KAN selain sebagai
salah satu alat untuk memastikan kompetensi auditor Lembaga Sertifikasi juga
13 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

memverifikasi bahwa Lembaga Sertifikasi telah menerapkan prosedurnya secara


memuaskan, sesuai dengan sistem sertifikasi yang diterapkan. Witness
disyaratkan pada akreditasi awal, survailen, re-asesmen dan penambahan ruang
lingkup. Witness dilakukan bila relevan dengan skema sertifikasi yang
dioperasikan oleh Lembaga Sertifikasi yang dapat mencakup penyaksian tim
asesmen KAN terhadap kegiatan evaluasi (sampling, pengujian, inspeksi,
dan/atau audit) yang dilakukan oleh/atas wewenang Lembaga Sertifikasi.

4.2.2 Dalam satu siklus akreditasi selama 4 tahun, Lembaga Sertifikasi harus di-witness
untuk seluruh kelompok ruang lingkup yang diakreditasi (lampiran 1).

4.2.3 Bila dalam satu siklus akreditasi terdapat ruang lingkup yang tidak dapat di-
witness, maka kelompok ruang lingkup akreditasi Lembaga Sertifikasi tersebut
akan ditinjau kembali permohonan ruang lingkup terkait pada saat pengajuan
reakreditasi.

4.2.4 Sebelum pelaksanaan witness, KAN akan meminta program asesmen/survailen


Lembaga Sertifikasi terhadap klien yang akan disertifikasi ataupun yang sudah
disertifikasi. KAN akan menentukan program witness (termasuk nama klien, lokasi
dan produk) berdasarkan program tahunan yang telah dikirimkan oleh Lembaga
Sertifikasi.

4.2.5 Setelah jadwal pelaksanaan penyaksian asesmen disepakati, KAN akan


membentuk tim witness. Lembaga Sertifikasi harus menyerahkan salinan surat
tugas Tim Evaluator, jadwal audit, sertifikat produk terkait, permohonan sertifikasi
dari klien (apabila kegiatan audit merupakan audit sertifikasi awal) dan surat
persetujuan dari klien mengenai kegiatan audit Lembaga Sertifikasi. Ketua Tim
akan menginformasikan tujuan dan proses dari witness tersebut, pada pertemuan
pembukaan.

4.2.6 Bila kegiatan penyaksian asesmen telah selesai, asesor KAN akan
menyampaikan hasil pengamatannya kepada Lembaga Sertifikasi yang di-
witness. Apabila terdapat ketidaksesuaian yang ditemukan, Lembaga Sertifikasi
harus menindaklanjuti dan menyampaikan tindakan perbaikan (dengan jangka
waktu sesuai kebijakan KAN terkait tindakan perbaikan) kepada asesor KAN untuk
diverifikasi dan ditutup sebelum keputusan/pemeliharaan status akreditasi
diberikan.

4.2.7 Bila Lembaga Sertifikasi menggunakan sumber daya pendukung kegiatan


evaluasi yang belum diakreditasi oleh KAN atau Badan Akreditasi yang diakui oleh
KAN berdasarkan perjanjian saling pengakuan, KAN dapat melakukan witness
terhadap proses penilaian kompetensi sumber daya pendukung evaluasi yang
dilakukan oleh lembaga sertifikasi, atau melakukan witness terhadap proses
pengujian yang sedang dilakukan oleh sumber daya evaluasi tersebut bila hasil
evaluasi dari LSPro masih belum memenuhi penilaian kompetensi sesuai SNI
ISO/IEC 17025:2008.

4.3 Perluasan Lingkup Akreditasi

4.3.1 Lembaga Sertifikasi yang telah terakreditasi dapat mengajukan perluasan ruang
lingkup akreditasi. Seluruh dokumen persyaratan permohonan perluasan ruang
lingkup akreditasi sesuai dengan butir 2.2.
14 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

4.3.2 Pengajuan perluasan ruang lingkup akreditasi dapat dilakukan setelah 3 (tiga)
bulan sejak status akreditasi diberikan.

4.3.3 Lembaga Sertifikasi yang menginginkan pelaksanaan asesmen lapangan untuk


perluasan ruang lingkup akreditasi dilaksanakan bersama-sama dengan
pelaksanaan kunjungan survailen, Lembaga Sertifikasi harus menyampaikan
permohonan perluasan ruang lingkup paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum
pelaksanaan survailen.

4.3.4 Proses akreditasi untuk perluasan ruang lingkup sama seperti proses akreditasi
awal.

4.3.5 Jika ruang lingkup yang ditambahkan mempunyai metode atau sistem yang sama
dengan ruang lingkup yang telah diakreditasi, Sekretariat KAN dapat melakukan
verifikasi terhadap bukti terkait yang diserahkan ke Sekretariat KAN untuk
memastikan kompetensi dari Lembaga Sertifikasi tersebut, yang dapat mencakup,
tetapi tidak terbatas hanya pada:

a) Evaluasi ekivalensi persyaratan ruang lingkup yang ditambahkan dengan


ruang lingkup yang telah diakredtasi

b) Evaluasi ekivalensi persyaratan pendukung kegiatan evaluasi.

4.3.6 Apabila perluasan ruang lingkup akreditasi diputuskan untuk diberikan, KAN
hanya akan mengganti atau menambah lampiran sertifikat akreditasi dengan
lingkup akreditasi baru.

4.3.7 Masa berlaku sertifikat akreditasi setelah perluasan ruang lingkup mengikuti masa
berlaku sertifikat akreditasi yang berlaku pada saat itu.

4.3.8 Biaya akreditasi untuk perluasan ruang lingkup dibebankan kepada Lembaga
Sertifikasi sesuai dengan struktur biaya akreditasi KAN, termasuk juga biaya
permohonan dan biaya asesmen lapangan/verifikasi jika diperlukan.

4.4 Pemutakhiran Lingkup Akreditasi

4.4.1 Lembaga Sertifikasi yang telah terakreditasi dapat mengajukan pemutakhiran


ruang lingkup akreditasi.

4.4.2 Pemutakhiran ruang lingkup akreditasi dapat dilakukan tanpa dilakukan asesmen
lapangan bila Lembaga Sertifikasi telah memiliki bukti kompetensi laboratorium
penguji telah mampu melakukan pengujian untuk standar termutakhir.

4.4.3 Bukti kompetensi adalah berupa akreditasi, namun bila laboratorium penguji
belum diakreditasi untuk keseluruhan atau sebagian ruang lingkup yang
diperlukan, akan dilakukan witness verifikasi pemenuhan persyaratan kompetensi
laboratorium tersebut sebagai bagian dari kegiatan asesmen Lembaga Sertifikasi
oleh KAN.KO mentar seperti butir 3.7.7

Catatan :
Disesuaikan dengan point sebelumnya

4.4.4 Dalam rangka memastikan konsistensi kompetensi dari laboratorium pendukung,


maka jika sampai dengan satu tahun setelah diberikan lingkup akreditasi Lembaga
15 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

Sertifikasi ternyata laboratorium penguji pendukung masih belum terakreditasi


terkait ruang lingkup pendukung Lembaga Sertifikasi, maka akan dilakukan
verifikasi ulang tiap tahunnya oleh LSPro dan dapat diwitness oleh KAN, bila hasil
evaluasi dari LSPro masih belum memenuhi penilaian kompetensi sesuai SNI
ISO/IEC 17025:2008 sampai dengan laboratorium penguji pendukung tersebut
terakreditasi ruang lingkupnya oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).

4.4.5 Apabila pemutakhiran ruang lingkup akreditasi diputuskan untuk diberikan, KAN
hanya akan mengganti lampiran sertifikat akreditasi dengan lingkup akreditasi
baru.

4.4.6 Masa berlaku sertifikat akreditasi setelah pemutakhiran ruang lingkup mengikuti
masa berlaku sertifikat akreditasi yang berlaku pada saat itu.

4.5 Survailen Tidak Terjadwal/Kunjungan Tidak Rutin (masukan dirubah


Verifikasi Lapangan)

4.5.1 Survailen tidak terjadwal / kunjungan tidak rutin ke Lembaga Sertifikasi selama
proses akreditasi dan/atau masa akreditasi dapat dilaksanakan, jika terdapat :

4.5.1.1 tindak lanjut perbaikan yang dikirimkan Lembaga Sertifikasi masih


belum memuaskan menurut tim asesmen dalam tempo tiga bulan
setelah tanggal kunjungan asesmen awal atau re-asesmen;

4.5.1.2 dalam kasus dimana implementasi dari tindakan perbaikan kategori


major (sesuai DPUM 05) tidak bisa hanya dilihat dengan dokumen
atau rekaman, seperti ketidaksesuaian yang berhubungan dengan
kompetensi personel dan/atau tidak sesuainya implementasi dari
panduan mutu dan prosedur Lembaga Sertifikasi;

4.5.1.3 perubahan penting yang secara nyata mempengaruhi kompetensi


Lembaga Sertifikasi, antara lain perubahan struktur organisasi,
perubahan kepemilikan, perubahan personel inti, perubahan alamat,
perubahan regulasi teknis, dan lain-lain;

4.5.1.4 pengaduan tertulis dari klien Lembaga Sertifikasi yang meragukan


kompetensi Lembaga Sertifikasi;

4.5.1.5 indikasi bahwa Lembaga Sertifikasi tidak lagi memenuhi kriteria


akreditasi KAN;

4.5.1.6 Lembaga Sertifikasi yang bermaksud memperoleh kembali status


akreditasi ruang lingkup yang dibekukan.

4.5.2 Survailen tidak terjadwal / kunjungan tidak rutin dapat dilakukan dengan atau
tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Lembaga Sertifikasi. Kunjungan
tidak rutin tanpa pemberitahuan dilakukan dalam kasus penyelidikan keluhan
terhadap Lembaga Sertifikasi. KAN berhak untuk melakukan kunjungan tidak
rutin tanpa pemberitahuan terlebih dahulu jika dibutuhkan.

4.5.3 Apabila dalam Survailen tidak terjadwal / kunjungan tidak rutin ditemukan
ketidaksesuaian, maka prosedur tindakan perbaikannya sama seperti
kunjungan pada asesmen awal / survailen.

16 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

4.6 Pembekuan dan Pencabutan Akreditasi

4.6.1 KAN dapat membekukan status akreditasi dengan segera untuk seluruh atau
sebagian lingkup akreditasi Lembaga Sertifikasi jika terjadi, tapi tidak terbatas
pada kondisi di bawah ini :

4.6.1.1 Lembaga Sertifikasi gagal disurvailen dalam kerangka waktu yang telah
ditentukan;

4.6.1.2 Lembaga Sertifikasi gagal dilakukan penyaksian (witness) dalam kerangka


waktu yang telah ditentukan;

4.6.1.3 ketidaksesuaian kategori major yang menyebabkan lembaga sertifikasi


tidak dapat memberikan layanan sertifikasi produk untuk sebaggian atau
seluruh ruang lingkupnya ditemukan dalam kunjungan survailen atau re-
asesmen, sebagai contoh: tidak tersedianya sumber daya pendukung
evaluasi yang kompeten untuk sebagian atau keseluruhan lingkup, tidak
tersedianya personel yang kompeten untuk sebagian atau keseluruhan
lingkup

4.6.1.4 Lembaga Sertifikasi tidak dapat menyelesaikan tindakan perbaikan


kategori minor secara memuaskan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan prosedur tindakan perbaikan survailen;

4.6.1.5 Lembaga Sertifikasi tidak dapat menyelesaikan tindakan perbaikan


kategori minor secara memuaskan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan prosedur tindakan perbaikan reakreditasi dan telah melewati
masa berlaku akreditasi;

4.6.1.6 Lembaga Sertifikasi yang terakreditasi secara sukarela mengajukan diri


untuk dibekukan status akreditasinya;

4.6.1.7 Lembaga Sertifikasi tidak dapat menjaga integritas penggunaan tanda


kesesuaian SNI sesuai Pedoman KAN 403 – 2011.

4.6.1.8 Lembaga Sertifikasi diduga melakukan dan/atau terkait dengan


pelanggaran hukum pidana dan/atau perdata berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan

4.6.2 Pencabutan status akreditasi dapat dilakukan untuk seluruh atau sebagian ruang
lingkup akreditasi, namun tidak terbatas pada kondisi sebagai berikut :

4.6.2.1 dimiliki oleh perorangan dan pemilik yang bersangkutan dinyatakan


bangkrut atau menjadi bagian dari krediturnya;

4.6.2.2 terdapat ruang lingkup yang tidak dapat dilakukan penyaksian (witness)
dalam satu siklus ;

4.6.2.3 merupakan suatu badan usaha yang telah dilikuidasi;

4.6.2.4 Lembaga Sertifikasi yang terakreditasi tidak menindaklanjuti status


akreditasinya setelah satu tahun dibekukan status akreditasinya;

17 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

4.6.2.5 Lembaga Sertifikasi yang masa akreditasinya sudah habis namun belum
menyampaikan permohonan perpanjangan status akreditasi;

4.6.2.6 Lembaga Sertifikasi terakreditasi secara sukarela mengajukan diri untuk


dicabut status akreditasinya.

4.6.2.7 Lembaga Sertifikasi terbukti bersalah dalam kasus pelanggaran hukum


pidana dan/atau perdata berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan

4.6.3 Akreditasi hanya dapat dibekukan atau dicabut apabila KAN

4.6.3.1 telah memberikan surat pemberitahuan kepada Lembaga Sertifikasi


terakreditasi tentang alasan pembekuan atau pencabutan; dan
4.6.3.2 telah mempertimbangkan bukti tertulis dari Lembaga Sertifikasi teakreditasi
yang diterima dalam periode 2 (dua) minggu.

4.6.4 Lembaga Sertifikasi yang status akreditasinya dibekukan atau dicabut dilarang
mencantumkan simbol akreditasi KAN dalam laporan dan atau sertifikasi produk,
dan/atau memberikan persetujuan penggunaan tanda SNI dalam skema KAN
serta menyebarluaskan segala bentuk publikasi termasuk pernyataan diakreditasi
oleh KAN.

4.7 Permohonan Kembali (re-application) Akreditasi

4.7.1 Lembaga Sertifikasi terakreditasi yang status akreditasinya dicabut keseluruhan


dapat mengajukan permohonan akreditasi kembali minimal setelah 1 (satu) tahun
sejak tanggal pencabutan akreditasi. Dalam kasus ini, Lembaga Sertifikasi
dianggap sebagai pemohon baru dan seluruh proses asesmen awal diberlakukan
kepada Lembaga Sertifikasi serta nomor akreditasi baru akan diberikan setelah
seluruh proses akreditasi Lembaga Sertifikasi.

4.7.2 Lembaga Sertifikasi terakreditasi yang ruang lingkup akreditasinya dicabut


sebagian dapat mengajukan akreditasi kembali untuk ruang lingkup yang dicabut,
selama Lembaga Sertifikasi dapat menunjukan kompetensinya di bidang ruang
lingkup akreditasi yang dicabut. Dalam hal ini Lembaga Sertifikasi harus mengikuti
prosedur sesuai dengan proses penambahan ruang lingkup akreditasi.

4.8 Penandatangan Keputusan Sertifikasi Produk

4.8.1 Lembaga Sertifikasi bertanggung jawab untuk memastikan penandatangan


keputusan sertifikat produk ada pada saat asesmen lapangan untuk dapat
dilakukan wawancara.

Catatan :
Pada proses akreditasi awal atau jika ada perubahan penandatanganan

4.9 Hak dan Kewajiban Lembaga Sertifikasi yang Telah Diakreditasi

4.9.1 Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN mempunyai hak untuk :

4.9.1.1 menggunakan simbol akreditasi KAN sesuai dengan Pedoman KAN 12;

4.9.1.2 menggunakan tanda IAF-MLA sesuai dengan Pedoman KAN 13;


18 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

4.9.1.3 mendapatkan informasi setiap adanya perubahan persyaratan akreditasi;

4.9.1.4 mengajukan keluhan, penyelesaian perselisihan dan banding kepada KAN;

4.9.1.5 mendapatkan informasi nama anggota tim asesmen yang akan


melaksanakan asesmen/survailen/re-asesmen/witness dan menyatakan
persetujuan atau penolakan terhadap susunan tim asesmen dengan
alasan yang dapat diterima;

4.9.1.6 mengajukan permohonan penambahan, pengurangan, pembekuan dan


pencabutan lingkup akreditasi.

4.9.2 Lembaga Sertifikasi mempunyai kewajiban untuk:

4.9.2.1 menandatangani surat perjanjian kontrak akreditasi dengan KAN yang


telah tercantum dalam surat permohonan akreditasi;

4.9.2.2 selalu menjaga kesesuaian dengan kriteria dan persyaratan akreditasi


KAN;

4.9.2.3 menjamin bahwa informasi dan dokumentasi mutu yang diberikan kepada
KAN dijaga selalu mutakhir dan terkendali;

4.9.2.4 segera memberitahukan kepada KAN tentang:

4.9.2.4.1 perubahan organisasi atau manajemen, misalnya pimpinan


kunci, manajer teknis atau manajer mutu, struktur organisasi;

4.9.2.4.2 perubahan personel penandatangan keputusan sertifikasi;

4.9.2.4.3 perubahan alamat, kepemilikan, status hukum, status


komersial organisasi;

4.9.2.4.4 perubahan panduan mutu, kebijakan atau prosedur, jika


sesuai;

4.9.2.4.5 perubahan standar produk yang digunakan, skema sertifikasi


produk, laboratorium penguji pendukung dan sumber daya
lainnya yang dapat mempengaruhi pelaksanaan sertifikasi
produk pada Lembaga Sertifikasi.

4.9.3 membayar biaya permohonan akreditasi, asesmen, witness, survailen,


penambahan ruang lingkup, iuran tahunan, re-akreditasi dan biaya lainnya yang
ditetapkan KAN;

4.9.4 patuh pada aturan penggunaan simbol akreditasi KAN sesuai dengan pedoman
yang ditetapkan oleh KAN;

4.9.5 selalu memenuhi Pedoman dan Kebijakan KAN yang terkait dengan akreditasi
Lembaga Sertifikasi serta Syarat dan Aturan Akreditasi Lembaga Sertifikasi
Produk;

4.9.6 menangani pengaduan dan perselisihan yang terkait dengan keputusan sertifikasi
produk Lembaga Sertifikasi yang termasuk dalam ruang lingkup akreditasi;

19 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

4.9.7 tidak menggunakan akreditasinya sedemikian sehingga dapat merugikan KAN dan
tidak akan membuat pernyataan yang berkaitan dengan akreditasinya yang dapat
menyesatkan;

4.9.8 menjamin tidak ada keputusan sertifikasi yang digunakan oleh pelanggan atau
orang yang diberi kuasa untuk maksud promosi atau publikasi yang dapat
menyesatkan;

4.9.9 Akreditasi KAN tidak membebaskan atau mengurangi tanggung jawab Lembaga
Sertifikasi dalam memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4.9.10 Lembaga Sertifikasi harus memberikan akses dan kerjasama kepada KAN dan
perangkatnya untuk memungkinkan KAN dapat memantau pemenuhan terhadap
Syarat dan Aturan Akreditasi Lembaga Sertifikasi dan kriteria akreditasi KAN,
mencakup:

4.9.10.1 pemberian izin kepada KAN dan asesornya untuk melakukan


asesmen, survailen, verifikasi dan kegiatan lainnya terkait dengan
kegiatan akreditasi;

4.9.10.2 bantuan kepada KAN atau personelnya dalam melakukan


penyelidikan dan pemecahan setiap keluhan yang disampaikan pihak
ketiga tentang kegiatan sertifikasi produk yang termasuk dalam ruang
lingkup yang telah diakreditasi.

4.9.11 Atas permintaan KAN, Lembaga Sertifikasi harus menyediakan rekaman semua
keluhan dan perselisihan, termasuk juga tindak lanjutnya.

4.9.12 Lembaga Sertifikasi harus menyampaikan setiap 3 (tiga) bulan sekali data
sertifikat yang telah diterbitkan.

4.9.13 Lembaga Sertifikasi harus mengalokasikan waktu untuk KAN dalam rangka
pelaksanaan asesmen, survailen, dan witness sesuai dengan ketentuan KAN.

4.10 Penggunaan Simbol Akreditasi KAN dan Tanda IAF-MLA

4.10.1 Untuk tujuan akreditasi, hanya Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT
SNI) yang memuat simbol akreditasi KAN yang dianggap sebagai sertifikat yang
dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi dalam status diakreditasi. Simbol akreditasi
KAN juga dapat digunakan sebagai bukti ketertelusuran SPPT SNI untuk SNI
yang bersifat sukarela dan produk yang tercantum dalam regulasi teknis.

4.10.2 SPPT SNI yang diterbitkan dengan menggunakan simbol akreditasi KAN, hanya
bisa diterbitkan jika sertifikat tersebut ditandatangani oleh penandatangan
keputusan sertifikasi Lembaga Sertifikasi yang sah.

4.10.3 Simbol akreditasi KAN terdiri atas logo KAN dan nomor akreditasi yang dijelaskan
dalam kebijakan KAN untuk penggunaan simbol akreditasi untuk Lembaga
Sertifikasi.

4.10.4 Lembaga Sertifikasi diijinkan untuk menggunakan tanda kombinasi IAF-MLA


berdasarkan Pedoman KAN 13 – 2012, selama kebijakan KAN untuk penggunaan
simbol akreditasi untuk Lembaga Sertifikasi telah dipenuhi.

20 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

4.10.5 Penggunaan simbol akreditasi KAN diatur dalam Pedoman KAN 12 - 2004:
Penggunaan simbol akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk digunakan
oleh Lembaga Sertifikasi, Lembaga Inspeksi dan Laboratorium yang Telah
Diakreditasi oleh KAN.

4.10.6 Lembaga Sertifikasi yang telah diakreditasi oleh KAN, berhak menggunakan
simbol akreditasi KAN dan ditempatkan sesuai aturan yang terdapat dalam
Pedoman KAN 12 - 2004.

4.10.7 Format dan besarnya simbol akreditasi disesuaikan dengan logo Lembaga
Sertifikasi.

4.10.8 Penyalahgunaan simbol akreditasi KAN dan/atau penyimpangan dari Pedoman


KAN 12 – 2004 akan dikenakan sangsi berupa:

4.10.8.1 memberikan peringatan dan menginstruksikan untuk melakukan


tindakan perbaikan.

4.10.8.2 Jika dalam waktu 2 (dua) bulan, tidak dapat menyelesaikan tindakan
perbaikan atau dengan sengaja terus menyalahgunakan simbol
akreditasi KAN, KAN akan memberikan peringatan kedua kepada
Lembaga Sertifikasi.

4.10.8.3 Jika peringatan kedua tetap tidak diindahkan, KAN akan


membekukan/mencabut akreditasi Lembaga Sertifikasi.

4.10.8.4 Jika pelanggaran mengandung unsur pidana, kepada yang


bersangkutan akan dikenakan sanksi sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia.

4.11 Penggunaan Tanda Kesesuaian SNI

4.11.1 Penggunaan tanda kesesuaian SNI harus memenuhi ketentuan yang diatur dalam
Pedoman KAN 403-2011 dan PSN 307-2006.

4.11.2 Apabila tanda kesesuaian SNI yang diterbitkannya disalahgunakan atau apabila
produk yang telah secara benar menggunakan tanda kesesuaian yang
diterbitkannya ternyata kemudian membahayakan, Lembaga Sertifikasi harus
melakukan tindakan koreksi sesuai ketentuan yang diatur dalam PSN 307-2006.

4.12 Transfer SPPT SNI

4.12.1 Pengalihan hak penggunaan tanda kesesuaian SNI harus memenuhi ketentuan
yang diatur dalam DPLS 17 : 2011 Transfer SPPT SNI.

4.12.2 Lembaga Sertifikasi yang mengalihkan hak penggunaan tanda SNI harus
memberikan informasi yang lengkap dan benar kepada KAN dan kepada
Lembaga Sertifikasi penerima hak penggunaan tanda kesesuaian SNI / SPPT SNI
yang telah disetujui oleh KAN

4.13 Sertifikasi Untuk Multi – lokasi

21 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

4.13.1 Sertifikasi produk untuk organisasi dengan multi-lokasi dalam rangka


mendapatkan tanda kesesuaian SNI tidak dapat dilakukan sampling lokasi
evaluasi (audit) pada saat sertifikasi awal.

4.13.2 Sampling lokasi evaluasi (audit) dalam hal ini yang berlaku adalah audit sistem
manajemen mutu (Jika ada dalam skema sertifikasi) dan pengambilan contoh
hanya dapat dilakukan pada proses survailen / pengawasan berkala (Jika ada
dalam skema sertifikasi) dan resertifikasi bila tidak ada penambahan lokasi.

4.13.3 Inspeksi / Audit pabrik / proses produksi tidak dapat dilakukan sampling
evaluasiaudit.

4.13.4 Pemenuhan persyaratan sampling lokasi evaluasiaudit oleh lembaga sertifikasi


produk harus terlebih dahulu memenuhi DPLS 19 : Sertifikasi Produk untuk multi-
lokasi, sebelum menerapkan sampling lokasi audit pada skema sertifikasinya.

4.14 Penggantian Kerugian

4.14.1 Lembaga Sertifikasi bertanggung jawab untuk mengganti kerugian atas tuntutan
yang disampaikan ke KAN oleh pihak ketiga yang muncul langsung maupun tidak
langsung dari akreditasi Lembaga Sertifikasi dan penggunaan simbol akreditasi
KAN sesuai dengan Syarat dan Aturan Akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk.
Pengaturan lebih lanjut mengenai penggantian kerugian ini disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

22 dari 22
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

Lampiran 1 (normatif)
Persyaratan Elemen dan Penerapan
Skema Sertifikasi

PENJELASAN UMUM

a) SNI ISO/IEC 17065 butir 7.1.1 mensyaratkan bahwa “lembaga sertifikasi harus
mengoperasikan satu atau lebih skema sertifikasi yang mencakup kegiatan
sertifikasinya”

b) SNI ISO/IEC 17065: 2012 butir 7.1.3 mensyaratkan “jika diperlukan penjelasan
terkait penerapan persyaratan produk (7.1.2) untuk skema sertifikasi tertentu,
penjelasan harus dirumuskan oleh personel atau komite yang relevan dan tidak
memihak yang memiliki kemampuan teknis memadai, dan harus disediakan oleh
lembaga sertifikasi sesuai permintaan”

c) Lampiran ini memberikan penjelasan tentang elemen skema sertifikasi dan


penerapannya berdasarkan tipe skema sertifikasi dan prinsip penyusunan skema
sertifikasi yang diberikan dalam SNI ISO/IEC 17067: 2013.

d) Untuk penerapan skema sertifikasi yang disusun berdasarkan skema tipe 5 SNI
17067: 2013, lampiran ini memberikan penjelasan berdasarkan ISO/IEC TR
17026: 2015 – Conformity Assessment – Example of a certification scheme for
tangible products.

e) Lampiran ini merupakan persyaratan bagi lembaga sertifikasi produk yang


diakreditasi oleh KAN dalam mengoperasikan skema sertifikasi untuk memberikan
pernyataan kesesuaian terhadap produk dan memberikan lisensi penggunaan
tanda SNI dan/atau tanda kesesuaian bagi produk klien yang mengajukan
sertifikasi.

f) Pemilik Skema bertanggungjawab sepenuhnya terhadap persyaratan yang


ditetapkan di dalam skema sertifikasi.

g) Lembaga Sertifikasi bertanggungjawab untuk mengoperasikan skema sertifikasi


dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk menyatakan pernyataan
kesesuaian terhadap persyaratan produk yang telah ditetapkan oleh pemilik
skema sertifikasi.

h) KAN bertanggungjawab untuk memastikan bahwa lembaga sertifikasi produk


kompeten untuk mengoperasikan skema sertifikasi yang ditetapkan oleh pemilik
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

skema sertifikasi berdasarkan prinsip-prinsip pengoperasian skema sertifikasi


produk yang dijelaskan dalam SNI ISO/IEC 17067: 2013.

ELEMEN SKEMA SERTIFIKASI

1. Seleksi

1.1 Lembaga Sertifikasi Produk harus memastikan bahwa permohonan sertifikasi


yang diajukan oleh klien telah mencakup:

a. informasi lengkap tentang produk yang diajukan untuk disertifikasi:

i. jenis produk

ii. merek produk

iii. tipe produk, berdasarkan pembagian tipe yang ditetapkan di dalam


persyaratan produk dan tipe atau identitas spesifik produk yang ditetapkan
oleh klien

iv. wujud fisik produk, dan bila relevan kemasan produk

v. daftar komponen atau bahan pembuatan produk, dan bila relevan


pemasok komponen atau bahan pembuatan produk

vi. bila dipersyaratkan dalam persyaratan produk, sertifikat kesesuaian


komponen atau bahan pembuatan produk

b. informasi lengkap tentang pemohon sertifikat kesesuaian dan lisensi


penggunaan tanda SNI:

i. nama organisasi, alamat, bukti legalitas hukum, dan personel penghubung


pemohon

ii. nama organisasi, alamat, bukti legalitas hukum, dan personel penghubung
pemilik merek produk

iii. nama organisasi, alamat, bukti legalitas hukum, dan personel penghubung
pabrik

iv. [bila legalitas hukum pemohon berbeda dengan legalitas hukum pemilik
merek] perjanjian yang mengikat secara hukum antara pemohon dan
pemilik merek produk

v. [bila legalitas hukum pemilik merek berbeda legalitas hukum pabrik]


perjanjian yang mengikat secara hukum antara pemilik merek dan pabrik
untuk memproduksi tipe produk yang diajukan untuk disertifikasi
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

vi. [bila pemilik merek berkedudukan hukum di luar wilayah RI] nama
organisasi dan legalitas hukum perwakilan resmi (authorized
representative) pemilik merek di wilayah hukum RI

vii. [bila pemilik merek berkedudukan hukum di luar wilayah RI dan tidak
memiliki perwakilan resmi di wilayah RI] perjanjian yang mengikat secara
hukum antara pemilik merek dengan pihak-pihak yang terlibat dalam rantai
pasok produk (importir, distributor, perakit, atau pihak lain) yang
berkedudukan hukum di wilayah RI

viii. bukti kepemilikan hak atas merek sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku di wilayah RI

c. [bila skema sertifikasi mensyaratkan “asesmen atau inspeksi proses


produksi”] deskripsi proses produksi:

i. disain produk

ii. pasokan bahan baku atau komponen produk, daftar pemasok, dan bila
dipersyaratkan sertifikat kesesuaian bahan baku atau kompoonen

iii. proses produksi

iv. peralatan produksi utama, dan bila relevan sertifikat kalibrasi dari peralatan
produksi utama

v. (bila relevan) perakitan produk akhir atau pengemasan produk akhir

vi. pengendalian mutu produk

vii. pengelolaan gudang produk akhir siap edar

viii. nama personel penanggungjawab proses produksi

d. [bila skema sertifikasi mensyaratkan pemenuhan persyaratan sistem


manajemen] :

i. bukti pemenuhan persyaratan sistem manajemen

ii. panduan mutu pabrik

iii. elemen dokumentasi sistem manajemen yang memuat deskripsi proses


produksi dari produk yang diajukan untuk disertifikasi:

1. disain produk
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

2. pasokan bahan baku atau komponen produk, daftar pemasok, dan bila
dipersyaratkan sertifikat kesesuaian bahan baku atau kompoonen

3. proses produksi

4. peralatan produksi utama, dan bila relevan sertifikat kalibrasi dari


peralatan produksi utama

5. (bila relevan) perakitan produk akhir atau pengemasan produk akhir

6. pengendalian mutu produk

7. pengelolaan gudang produk akhir siap edar

iv. nama personel penanggungjawab sistem manajemen

e. Persyaratan produk yang dipenuhi oleh produk yang diajukan untuk


disertifikasi

f. (bila telah tersedia) sertifikat kesesuaian dari tipe produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan produk yang dinyatakan dalam butir (e)

g. Review / Kajian dokumen permohonan harus meliputi pemenuhan


persyaratan administratif dan persyararatan teknis.

1.2 kontrak sertifikasi

a. Kontrak sertifikasi adalah perjanjian yang mengikat secara hokum antara


LSPro dengan klien, dan berlaku pada saat klien mengajukan sertifikasi ke
LSPro.

b. Kontrak sertifikasi mengatur hak dan kewajiban LSPro dan Klien selama masa
permohonan dan sertifikasi berjalan.

2. Determinasi

2.1 Penetapan Rencana Evaluasi,

Berdasarkan evaluasi terhadap permohonan, lembaga sertifikasi harus


menetapkan rencana pelaksanaan evaluasi yang mencakup:

a) jenis kegiatan evaluasi terhadap produk (pengujian, inspeksi produk, inspeksi


disain produk, atau kegiatan penilaian kesesuaian lainnya yang relevan
terhadap karakteristik produk)

b) rencana waktu kegiatan evaluasi awal terhadap produk:

c) rencana pengambilan contoh produk:


DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

d) (bila relevan dengan persyaratan skema sertifikasi), rencana pelaksanaan


asesmen proses produksi, dan/atau audit sistem manajemen yang
dilaksanakan pada saat tipe produk yang diajukan untuk disertifikasi sedang
diproduksi:

a. rencana pelaksanaan dan waktu penyelesaian document review (stage-1)

b. rencana pelaksanaan asesemen, inspeksi, dan/atau audit lapangan yang


mencakup:

o tanggal pelaksanaan dan lokasi

o elemen proses produksi dan/atau sistem manajemen yang perlu


diases, diinspeksi, dan/atau diaudit

o personel penanggungjawab di pabrik yang diperlukan dalam proses


asesmen, inspeksi, dan/atau audit

2.2 Evaluasi Awal terhadap produk:

2.2.1 Pengambilan contoh produk:

a. untuk skema sertifikasi berbasis tipe 1A - SNI ISO/IEC 17065: 2013,


evaluasi awal produk dilakukan terhadap prototipe produk yang diajukan
untuk disertifikasi

b. untuk skema sertifikasi berbasis tipe IB - SNI ISO/IEC 17065: 2013,


evaluasi awal produk dilakukan terhadap contoh yang diambil untuk
mewakili sekumpulan (batch) produk yang diajukan untuk disertifikasi

c. untuk skema sertifikasi berbasis tipe 2, 3, 4 dan 5 – SNI ISO/IEC 17065:


2013, evaluasi awal produk dapat dilakukan, yang relevan dengan jenis
dan/atau proses produksi dari produk yang diajukan untuk disertifikasi :

i. terhadap prototipe produk yang diajukan untuk disertifikasi,

ii. terhadap contoh produk yang diambil dari produksi massal dan
disampaikan kepada lembaga sertifikasi sebelum pelaksanaan
asesmen proses produksi dan/atau audit sistem manajemen mutu,

iii. terhadap contoh produk yang diambil oleh petugas pengambil


contoh yang ditunjuk oleh lembaga sertifikasi sebelum pelaksanaan
asesmen proses produksi dan/atau sistem manajemen mutu,
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

iv. terhadap contoh produk yang diambil oleh petugas pengambil


contoh yang ditunjuk oleh lembaga sertifikasi pada saat
pelaksanaan asesmen proses produksi dan/atau audit sistem
manajemen mutu, atau

v. terhadap beberapa contoh yang berasal dari kombinasi kegiatan


tersebut di atas

d. evaluasi terhadap produk yang diambil oleh petugas pengambil contoh


yang ditunjuk oleh lembaga sertifikasi pada saat pelaksanaan asessmen
proses produksi dan/atau audit sistem manajemen mutu sebagaimana
dinyatakan dalam butir c.iii di atas, tidak direkomendasikan untuk
dilakukan tanpa memiliki bukti bahwa sebelum pelaksanaan asesmen
dan/atau audit, pabrik telah memproduksi produk yang dinyatakan
memenuhi persyaratan produk.

e. (bila relevan dengan skema sertifikasi) pengambilan contoh dilakukan oleh


personel yang memenuhi persyaratan kompetensi sebagai petugas
pengambil contoh untuk jenis produk yang relevan dengan produk yang
diajukan untuk disertifikasi

f. (bila relevan dengan skema sertifikasi) lembaga sertifikasi produk harus


menetapkan rancana pengambilan contoh yang diperlukan untuk
memastikan kesesuaian produk terhadap persyaratan sertifikasi dengan
mempertimbangkan:

i. lokasi produksi dari produk yang diajukan untuk disertifikasi

ii. jumlah jalur produksi dalam satu lokasi produksi dari produk yang
diajukan untuk disertifikasi

iii. ketentuan jumlah dan lokasi pengambilan contoh yang ditetapkan di


dalam skema sertifikasi

2.2.2 Pelaksanaan Evaluasi Produk

a) Kegiatan evaluasi produk dapat berupa atau merupakan kombinasi dari


inspeksi disain produk, inspeksi produk, dan atau pengujian produk

b) Evaluasi produk sebagaimana dinyatakan dalam butir a dilakukan oleh


lembaga penilaian kesesuaian yang memenuhi persyaratan
kompetensi yang dinyatakan dalam skema sertifikasi
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

c) Kompetensi sebagaimana dinyatakan dalam butir b) dapat dibuktikan


melalui sertifikat akreditasi KAN, sertifikat akreditasi badan akreditasi
negara lain penandatangan saling pengakuan antar badan akreditasi,
atau sertifikat pengakuan kompetensi dari organisasi internasional
yang mengoperasikan saling pengakuan antar lembaga penilaian
kesesuaian

d) dalam konteks akreditasi KAN, bila lembaga penilaian kesesuaian yang


kompeten memenuhi persyaratan c) belum tersedia atau kegiatan
penilaian kesesuaian sebagaimana pada butir a) dilaksanakan sendiri
oleh lembaga sertifikasi, lembaga penilaian kesesuaian pendukung
lembaga sertifikasi harus diverifikasi terlebih dahulu oleh asesor KAN
sebagai bagian dari proses asesmen lembaga sertifikasi

e) (bila relevan dengan skema sertifikasi) lembaga sertifikasi produk


dapat menerima hasil evaluasi produk dari lembaga penilaian
kesesuaian yang kompeten, yang telah dimiliki dan diajukan oleh klien
pada saat pengajuan permohonan sertifikasi, apabila:

i. hasil evaluasi produk diterbitkan oleh lembaga penilaian kesesuaian


yang telah diakreditasi oleh KAN atau badan akreditasi negara lain
penandatangan saling pengakuan antara badan akreditasi untuk
persyaratan produk yang lebih tinggi atau setara dengan persyaratan
produk yang menjadi ruang lingkup lembaga sertifikasi

ii. hasil evaluasi produk diterbitkan untuk tipe produk yang sama
dengan tipe produk yang diajukan untuk disertifikasi

iii. hasil evaluasi produk dilengkapi dengan seluruh informasi yang


dibutuhkan untuk memastikan bahwa hasil evaluasi produk tersebut
dapat digunakan sebagai bukti evaluasi awal terhadap produk yang
diajukan untuk disertifikasi, yang mencakup:

o wujud fisik dari tipe produk yang relevan dengan hasil evaluasi
produk yang disampaikan oleh klien

o daftar bahan dan atau komponen pembuatan dari produk yang


tercakup dalam hasil evaluasi produk yang disampaikan oleh klien

o lembaga sertifikasi produk melakukan evaluasi terhadap contoh


produk yang diajukan untuk disertifikasi untuk memastikan
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

kesesuaiannya dengan wujud fisik produk, komponen dan/atau


bahan dari produk yang dinyatakan dalam hasil evaluasi produk
yang disampaikan oleh klien

o untuk keperluan inspeksi produk, lembaga sertifikasi dapat


meminta satu atau lebih contoh dari produk yang diajukan untuk
disertifikasi, yang relevan dengan tipe dan karakteristik produk
yang diajukan untuk disertifikasi

2.3 (bila relevan dengan skema sertifikasi tipe 2, 3, 4, dan 5 – SNI ISO/IEC 17065:
2013) Asesmen Proses Produksi dan/atau Audit Sistem Manajemen

a. (bila relevan dengan skema sertifikasi) asesmen proses produksi dan/atau


audit sistem manajemen harus dilakukan setelah proses evaluasi awal
terhadap produk memberikan bukti bahwa pemohon mengajukan produk
yang telah memenuhi persyaratan produk yang ditetapkan di dalam skema
sertifikasi

b. kegiatan asesmen proses produksi dan/atau audit sistem manajemen


dilakukan untuk memastikan bahwa pabrik secara konsisten memproduksi
produk yang sama dengan contoh produk yang telah dievaluasi dan
dibuktikan kesesuaiannya dalam kegiatan evaluasi awal terhadap produk

c. (bila relevan dengan skema sertifikasi) salah satu kegiatan yang dilakukan
dalam asesmen proses produksi dan/atau audit sistem manajemen adalah
pengambilan sampel dari jalur produksi atau dari gudang produk akhir
untuk memastikan bahwa pabrik sedang memproduksi produk yang
diajukan untuk disertifikasi. Kegiatan ini diperlukan, khususnya bila sampel
yang diajukan dalam kegiatan evaluasi awal terhadap produk adalah
prototipe produk pada saat belum dilakukan produksi massal.

d. Kajian awal dokumen (stage 1)

Pada Audit tahap 1, LSPro harus memastikan bahwa informai yang telah
didapat pada tahpan seleksi telah memenuhi persyaratan dan tidak ada
perbedaan persepsi yang terjadi antara LSPro dan Klien

e. Audit lapangan (stage 2)

Pada audit Tahap 2 perlu dipastikan bagaimana Perusahaan melakukan


pemastian jaminan mutu mulai dari bahan baku, produk setengah jadi dan
produk jadi.
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

3 Review

a) Saat seluruh kegiatan determinasi telah selesai dilaksanakan, hasil dari evaluasi
awal produk dan assesmen lapangan dikaji untuk memastikan telah tersedia
bukti yang cukup bahwa produk dan sistem terkait pemastian kualitas produk
telah memenuhi persyaratan spesifik. Pengkajian dilakukan oleh seseorang
(sekelompok orang) yang tidak terlibat dalam kegiatan determinasi. Jika bukti
telah dianggap cukup, rekomendasi untuk keputusan dapat dibuat.

b) Evaluasi dlakukan terhadap hasil audit sistem manajemen dan inspeksi pabbrik
serta review hasil dari pengujian.

4 Pengambilan Keputusan Sertifikasi

Jika hasil review positif, diberikan keputusan untuk memberikan sertifikasi. keputusan
dibuat oleh seseorang (Sekelompong orang) yang tidak terlibat dalam aktivitas
evaluasi. Pengkajian dan keputusan bisa dilakukan oleh orang / sekelompok orang
yang sama. Jika hasil review negative, diberikan keputusan untuk tidak memberikan
sertifikasi. klien diinformasikan alasan kenapa keputusan tidak diberikan.

5 Atestasi

Penerbitan Sertifikat Kesesuaian (Certificate of Conformity)

Menindaklanjuti keputusan untuk memberikan sertifikasi, lembaga sertifikasi


mengeluarkan pernyataan kesesuaian.

Dalam skema ini, penyataan kesesuaian yang dimaksud dalam bentuk sertifikat dan
pencantuman dalam laman pemilik skema oleh lembaga sertifikasi, dan jika dianggap
perlu pada laman lembaga sertifikasi.

6 Lisensi (Persetujuan) Penggunaan Tanda SNI dan/atau Tanda Kesesuaian

7 Survailen

Penggunaan sertifikat dan tanda kesesuaian dikontrol melalui lisensi yang


dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi kepada setiap organisasi yang
menggunakannya, atau dalam kaitannya terhadap produk yang telah disertifikasi.

Organisasi yang memegang lisensi (disebut dalam kalusul ini sebagai penerima
lisensi) bisa jadi berbeda dari klien yang diberikan sertifikat. kondisi ini terjadi jika ada
organisasi lain yang terlibat termasuk :

a) Klien mengalihdayakan pemanufaktur dari produk, termasuk penempatan tanda


kesesuaian pada produk, kepada organisasi lain – pemanufaktur mungkin
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

diperlukan sebagai penerima lisensi

b) Pelanggan dari klien menempelkan label sendiri, termasuk tanda kesesuaian pada
produk dengan persetujuan klien – pelanggan mungkin diperlukan sebagai
penerima lisensi

c) Kasus – kasus lainnya

Dalam semua kasus, klien memastikan bahwa lembaga sertifikasi memiliki akses
terhadap lokasi penerima lisensi untuk tujuan assesmen proses produksi dan audit
sistem manajemen, pada permohonan awal dan saat survailen.

Sesuai dengan ISO/IEC Guide 23 dan ISO/IEC 17030, sertifikat dan tanda
kesesuaian memiki kekhasan dan

a) Memiliki hak milik. Dengan perlindungan hukum terkait komposisi dan control
terhadap penggunaan

b) Terkodifikasi atau dengan kata lain didesain untuk membantu pendeteksian dari
pemalsuan dan bentuk lain penyalahgunaan dan

c) Tanda kesesuaian secara langsung diletakkan pada setiap individu produk kecuali
ukuran dari unit atau tipe prodok tidak memungkinkan untuk dilakukan. Dalam
kasus seperti ini, tanda bisa diletakkan pada kemasan terkecil unit tersebut
dipasarkan.

Dalam kondisi tertentu, dimungkinkan penggunaan label lain yang diasosiasikan


dengan sertifikat tau tanda kesesuaian, seperti :

a) Penggunaan nama atau logo lembaga sertifikasi dimana tidak bisa ditentukan dari
sertifkat dan tanda kesesuaian yang digunakan

b) Nama kelompok produk yang bisa terlihat cukup jelas, dan

c) Identifikasi dari standar yang digunakan termasuk tanggal publikasinya

d) Sertifikat dan label yang digunakan sesuai dengan skema sertifikasi produk.

Lembaga sertifikasi melakukan survailen/pengawasan berkala sebagaimana


disebutkan dalam skema untuk memberikan keyakinan bahwa produk yang
diproduksi setelah diberikannya sertifikat SNI telah memenuhi persyaratan. Kegiatan
survailen dipilih berdasarkan karekteristik produk dan konsekuensi serta
kemungkinan terjadinya produk yang tidak sesuai. Frekuensi survailen yang dilakuan
dijelaskan dalam skema dan dapat disesuaikan berdasarkan hasil survailen pada
siklus sebelumnya.
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

Untuk temuan pada sistem manajemen, survailen bisa dilakukan lebih sering hingga
level keyakinan yang diinginkan kembali tercapai. Aktivitas survailen mencakup
semua situs dimana kegiatan manufaktur terjadi mencakup satu atau lebih hal – hal
berikut :

a) Inspeksi sample produk diambil apakah dari titik produksi, dari pasar atau
keduanya untuk kesesuaian dengan tipe yang disertifikasi

b) Pengujian produk diambil apakah dari titik produksi, pasar atau keduanya, untuk
melihat apakah memenuhi dengan persyaratan spesifik produk

c) Assesmen proses produksi dan audit sistem managemen, termasuk pengecekan


rekaman kualitas terkait proses produksi

LSPro harus menginformasikan hasil dari survailen. Jika pada survailen ditemukan
ketidaksesuaian dengan persyaratan sertifikasi yang tidak bisa diperbaiki dengan
segera oleh kilen, LSPro harus mempertimbangkan tindakan apa yang akan diambil.

LSPro harus mempersyaratkan supaya klien memelihara rekaman terhadap setiap


keluhan yang terkait dengan persyaratan sertifikasi dan dokumen – dokumen
tindakan perbaikan yang diambil. Jika produk yang tidak sesuai telah dilepaskan ke
pasar, LSPro harus mewajibkan klien tersertifikasi untuk menginformasikan kepada
instansi teknis terkait dan LSPro sehingga bisa disepakati tindakan apa yang akan
diambil.
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

Lampiran 2

Kelompok Ruang Lingkup Akreditasi


Lembaga Sertifikasi Produk, Proses dan Jasa

01. HEALTH-CARE PRODUCTS AND EQUIPMENTS


01. peralatan kesehatan non-elektronik
02. peralatan elektromedik
03. produk farmasi
04. peralatan pendukung difabiliitas
02. MEASURING INSTRUMENTS
01. alat ukur panjang dan sudut
02. alat ukur massa dan besaran turunannya
03. alat ukur kelistrikan dan kemagnetan
04. alat ukur waktu dan frekuensi
05. alat ukur akustik dan vibrasi
06. alat ukur temperatur dan kelembaban
07. alat ukur optik dan fotometri
08. alat ukur analitik
09. alat ukur radiasi
03. PROTECTION EQUIPMENT
01. Pakaian Pelindung
02. Pelindung Kepala dan bagiannya (termasuk mata dan sistem pernafasan)
03. Pelindung tangan dan kaki
04. Alat pelindung lainnya
04. MACHINE ENGINEERING
01. Peralatan permesinan (Mesin pertanian, dsb)
02. Peralatan pemotong
03. Peralatan genggam (mesin bor, gerinda, dsb)
04. Komponen Mesin dan Mekanika
05. MECHANICAL PRODUCTS AND COMPONENTS, MACHINE AND TOOLS
01. fluid storage device
02. fluid pipeline components and pipelines
03. valves and pumps
04. ventilators fans
05. compressors and pneumatic machine
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

06. machine tools


07. hand-held tools
08. cutting tools
09. lifting equipments
10. storage equipments
11. equipment for materials handling
12. fasteners and bearings
13. shaft and coupling
14. flexible drive and transmissions
06. ELECTROTECHNICAL, TELECOMMUNICATION AND OPTICAL PRODUCTS
01. baterai dan catu daya listrik
02. wires, cables and cords
03. electronic components (capacitors, resistors, inductors, etc)
04. Switches for appliances and automatic controls for electrical household
appliances
05. Electromagnetic Compatability
06. Household and similar equipment
07. Installation accessories and connection devices
08. Lamps and Luminaires Electronic Measuring Instruments, Control and
Laboratory equipment
09. Electrical equipment for medical use
10. IT and office equipment
11. Low voltage, high power switching equipment

12. Installation protective equipment


13. Photovoltaics
14. Electrical rotatin machinery, safety transformers and similar equipment
15. Electircal Portable tools
16. Electric Toys
17. Electronics, entertainment
18. Fibre Optics communication equipment
19. telecommunication terminal equipments
07. IMAGE TECHNOLOGY
01. Peralatan Optis (mikroskop, teropng, dsb)
08. MATERIALS HANDLING EQUIPMENT
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

01. Peralatan Angkut


02. Peralatan penyimpanan (rak, lemari, dsb)
03. Peralatan penanganan manual (sekop, linggis, dsb)
09. LEATHER AND LEATHER PRODUCTS (INCLUDING IMITATION)
10. TEXTILES AND APPARELS PRODUCTS
11. PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN DAN PERIKANAN
01. pupuk
02. pestisida dan bahan agrokimia lainnya
03. bibit ternak
04. bibit ikan
05. hasil budidaya pertanian, perkebunan, dan perikanan
06. tembakau dan produk olahan tembakau
12. FOOD AND BEVERAGES
01. cerals, pulses and derived products
02. fruits, vegetables
03. milk and milk products
04. meat, meat products and other animal produce
05. coffee, tea, cocoa
06. beverages
07. sugar, sugar products, starch

08. chocolate
09. edible oils, fats, oilseeds
10. spices and condiments, food additives
13. BAHAN DAN PRODUK KIMIA
01. produk kimia analitik
02. kimia anorganik
03. kimia organik
04. produk industri kimia
14. BAHAN DAN PRODUK TAMBANG, MINERAL, GAS DAN MINYAK BUMI
01. mineral logam
02. mineral non-logam
03. minyak bumi
04. gas alam
05. pelumas dan produk terkait
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

06. bahan bakar


07. peralatan pertambangan
15. LOGAM DAN PRODUK LOGAM
01. produk besi dan baja
02. produk logam non-ferrous
03. powder metallurgy
04. peralatan industri logam
16. KAYU, PRODUK BERBAHAN KAYU, DAN FURNITURE
01. wood, sawlogs and sawn timber
02. wood-based panels
03. cork and corks products
04. woodworking equipments
17. PRODUK KACA DAN KERAMIK
01. Produk Kaca dan berbhan dasr Kaca
02. Produk Keramik dan produk Sanitary berbahan dasar Keramik
18. PRODUK KARET DAN PLASTIC
01. Karet/SIR
02. Bijih Plastik
03. Produk berbahan dasar karet
04. Produk berbahan dasar plastik
19. KERTAS DAN PRODUK BERBAHAN KERTAS
01. Pulp
02. Kertas dan Produk kertas
20. BAHAN BANGUNAN, KONSTRUKSI DAN TEKNIK SIPIL
21. PERALATAN RUMAH TANGGA NON ELEKTRONIK, OLAH RAGA DAN
HIBURAN
22. SISTEM KENDARAAN BERMOTOR
23. PUBLISHING AND PRINTING SERVICES
24. TRANSPORT & STORAGE COMMUNICATION SERVICES.
01. Transport Services
02. Storage Services
03. Communication
25. ENGINEERING SERVICES
01. Manufacturing Services
02. Construction Services
DPLS 04 Revisi : 3 Februari 2016

26. ELECTRICITY, GAS & WATER SUPPLY


27. HOTELS & RESTAURANTS SERVICES
28. EDUCATION SERVICES
29. PUBLIC ADMINISTRATION SERVICES
30. WHOLESALE & RETAIL TRADE SERVICES;
01. Repair of motor vehicles & motorcycles
02. Personal & household goods
31. FINANCIAL INTERMEDIATION; REAL ESTATE & RENTING SERVICES
32. INFORMATION TECHNOLOGY SERVICES
33. HEALTH & SOCIAL WORK SERVICES
34. OTHER SOCIAL SERVICES

Anda mungkin juga menyukai