Kelompok 1
Dian Handayani Silaban 1902004
Monika Pasaribu 1902022
Putri Manullang 1902025
Medianna Hutasoit 1902019
Lidya Olivia Siagian 2902014
Lamtiur Manalu 1902011
Pernando Tumanggor 1902024
Peyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Manfaat Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pemberian Terapi Tepid Sponge Untuk Mengatasi Hipertermia Pada
Anak
1. Hipertermi
2. Terapi Tepid Sponge
2.2 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Hipertermi
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
BAB III
PENUTUP
3.1 Saran
3.2 Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam terjadi karena ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas
untuk mengimbangi produksi panas yang berlebih sehingga terjadi peningkatan
suhu tubuh.Demam tidk berbahaya jika dibawah 39oC, dan pengukuran tunggal
tidak menggambarkan demam.Selain adanya tanda klinis, penentuan demam juga
berdasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan
dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut (Potter dan Perry, 2009).
Hipertermia yang berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi
lokal atau sistemikharus ditangani dengan benar karena terdapat beberapa dampak
negatif yang ditimbulkan (Kolcaba,2007, dalam Setiawati,2009).
Hipertermi disebabkan karena berbagai faktor. Jika tidak di manajemen
dengan baik, hipertermi dapat menjadi hipertermi berkepanjangan. Hipertermi
berkepanjangan merupakan suatu kondisi suhu tubuh lebih dari 38oC yang
menetap selama lebih dari delapan hari dengan penyebab yang sudah atau belum
diketahui. Tiga penyebab terbanyak demam pada anak yaitu penyakit infeksi
(60%-70%), penyakit kolagen-vaskular, dan keganasan.Walaupun infeksi virus
sangat jarang menjadi penyebab demam berkepanjangan, tetapi 20% penyebab
adalah infeksi virus (Sari Pediatri,2008).
Perawat berperan penting untuk mengatasi hipertermia melalui peran
mandiri maupun kolaborasi. Untuk peran mandiri perawat dalam mengatasi
hipertermia bisa dengan melakukan kompres (Alves & Almeida,2008,dalam
Setiawati,2009).
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh
bila anak mengalami demam.Selama ini kompres dingin atau es menjadi
kebiasaan para ibu saat anaknya demam. Selain itu, kompres alkohol juga dikenal
sebagai bahan untuk mengompres. Namun kompres menggunakan es sudah tidak
dianjurkan karena pada kenyataan demam tidak turun bahkan naik dan dapat
menyebabkan anak menangis, menggigil, dan kebiruan.Tindakan dengan
memberikan es/air es ini dapat menyebabkan vasokontriksi dan menggigil yang
dapat memperburuk hipertermia (Alpers,Ann, 2006). Metode kompres yang lebih
baik adalah kompres tepid sponge (Kolcaba,2007).
Kompres tepid sponge merupakan kombinasi teknik blok dengan seka.
Teknik ini menggunakan kompres blok tidak hanya disatu tempat saja, melainkan
langsung dibeberapa tempat yang memiliki pembuluh darah besar. Selain itu
masih ada perlakuan tambahan yaitu dengan memberikan seka diseluruh area
tubuh sehingga perlakuan yang diterapkan terhadap klien ini akan semakin
kompleks dan rumit dibandingkan dengan teknik yang lain. Namun dengan
kompres blok langsung diberbagai tempat ini akan memfasilitasi penyampaian
sinyal ke hipotalamus lebih gencar. Selain itu pemberian seka akan mempercepat
pelebaran pembuluh darah perifer akan memfasilitasi perpindahan panas dari
tubuh kelingkungan sekitar yang akan semakin mempercepat penurunan suhu
tubuh (Reiga, 2010).
Munurut Suprapti(2008) tepid sponge efektif dalam mengurangi suhu
tubuh pada anak hipertermia yang mendapatkan terapi antipiretik ditambah tepid
sponge sebesar 0,53oC dalam waktu 30 menit. Sedangkan yang mendapatkan
terapi tepid sponge saja rata-rata penurunan suhu tubuhnya sebesar 0,97oC dalam
waktu 60 menit.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Meninjauan penurunan suhu tubuh pada anak yang emngalami hipertemia yang
diberikan tindakan kompres tepid sponge hangat.
2. Mampu melakukan pengkajian pada pasien anak dengan hipertemia
3. Mampu merumuskan diagnose keperawatan yang tepat pada anak dengan
hipertemi
4. Mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan anak dengan Hipertemi
5. Mampu melakukan implementasi pada anak dengan Hipertemi
6. Mampu menganalisis penurunan suhu tubuh anak dengan hipertermi yang
diberikan kompres tepid sponge hangat
1.3 Manfaat Penulisan
1. Mampu memberikan informasi dan motivasi kepada klien dan keluarga untuk
memilih dan menerapkan perawatan demam dengan tepat dan mandiri
2. Meningkatkan mutu pelayanan serta kemampuan dalam bidang keperawatan
pada klien hipertemi khususnya pada area keperawatan anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Konsep Dasar Pemberian Terapi Tepid Sponge Untuk Mengatasi Hipertermia
Pada Anak
1. Hipertemia
a. Pengertian
Hipertermia adalah ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan
panas maupun mengurangi produksi panas akibat dari peningkatan suhu
tubuh. Terjadinya hipertermia pada anak dengan DHF disebabkan oleh
adanya virus di dalam aliran darah (Poter & perry., 2010)
b. Etiologi
Menurut (PPNI, 2017) penyebab hipertermia yaitu dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, proses penyakit (infeksi dan kanker), ketidak
sesuain pakaian dengan lingkungan, peningkatan laju metabolisme, respon
trauma, aktivitas berlebihan, dan penggunaan incubator.
c. Tanda dan gejala
Menurut (PPNI, 2017) gejala tanda mayor objektifnya yaitu suhu
tubuh diatas nilai normal yaitu di atas 37,5oC. Sedangkan, gejala tanda
minor objektifnya kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa
hangat.
d. Dampak
o
Ketika suhu tubuh sangat tinggi sampai 40 C dapat
menyebabkan kejang demam (Desmawati, 2013). Saat fase demam mulai
berkurang dan klien tampak seakan sembuh, hal ini perlu diwaspadai
sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ketiga dari demam. Syok
dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat, klien dapat meninggal
dalam waktu 12-24 jam (Desmawati, 2013).
Temuan patologis pada orang yang meninggal karena
demam/hiperpireksia adalah perdarahan local dan degenerasi parenkimatosa
sel di seluruh tubuh, terutama di otak. Sekali sel neuron mengalami
kerusakan, sel tersebut tidak dapat digantikan. Demikian juga, kerusakan
hati, ginjal, dan organ tubuh lainnya sering kali dapat cukup berat,sehingga
kegagalan satu atau lebih dari organ-organ ini akhirnya menyebabkan
kematian, kadang tidak sampai beberapa hari setelah heatstroke (Guyton &
Hall, 2014).
e. Edukasi
Pengukuran fisiologis merupakan kunci untuk mengevaluasi status
fisik dan funsi vital, salah satunya pengukuran suhu tubuh. Pengukuran
suhu aksila dianjurkan untuk anak yang sangat menolak untuk dilakukan
pengukuran suhu melalui rektal tetapi juga tidak mungkin dilakukan
pengukuran suhu melalui oral. Memiliki keuntungan yaitu menghindari
prosedur invasif dan menghilangkan resiko perforasi rektal dan
kemungkinan terjadinya peritonitis. Dapat dipengaruhi oleh perfusi perifer
yang buruk (menurunkan nilai pengukuran) atau penggunaan lampu
penghangat (Wong, 2010).
Pengukuran suhu aksila dapat dilakukan dengan meletakkan
termometer di bawah lengan dengan bagian ujungnya berada di tengah
aksila, dan jaga agar menempel pada kulit, bukan pada pakaian, pegang
lengan anak dengan lembut agar tetap tertutup (Wong, 2010).
Prosedur pemeriksaan suhu aksila dimulai dari menutup daerah
sekeliling klien untuk menjaga privasi klien. Kemudian tempatkan klien
dalam posisi terlentang atau duduk. Bersihkan termometer dari bawah ke
atas dan pegang termometer di ujung atas termometer (untuk mengurangi
kontaminasi). Turunkan batas angka pada termometer hingga menunjukkan
o
angka 35 C dengan cara menggoyang-goyangkan termometer. Posisi
termometer saat membaca angka adalah sejajar dengan mata (untuk
mencegah kesalahan dalam pengukuran).
Buka baju klien untuk memudahkan meletakkan termometer.
Keringkan ketiak klien dengan tisu hal ini dapat dilakukan oleh klien
sendiri (keringat dapat mengakibatkan ketidakakuratan dari pengukuran
sebenarnya). Letakkan termometer di bawah pusat ketiak dan tangan
disilangkan (agar termometer menyentuh pembuluh darah ketiak). Tahan
thermometer 5 sampai dengan 10 menit. Angkat termometer dan bersihkan
termometer dari atas ke bawah. Baca termometer sejajar dengan mata.
Bersihkan termometer dan masukkan kembali ke tempatnya dan terakhir
cuci tangan (Kholid, 2013).
2. Terapi Tepid Sponge
a) Pengertian
Terapi tepid sponge adalah suatu tindakan dimanana dilakukan penyekaan
keseluruh tubuh dengan menggunakn air hangat dengan suhu 32oC sampai 37OC,
yang bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh yang di atas normal yaitu 37,5oC
(Widyawati & Cahyanti, 2010).
b) Tujuan
Menurut (Widyawati & Cahyanti, 2010) terapi tepid sponge memiliki tujuan
sebagai berikut:
1) Memberikan pelepasan panas tubuh melalui cara evaporasi konveksi
2) Memberikan efek vasodilatasi pada pembuluh darah
3) Memberikan rasa nyaman pada anak
c) Indikasi
Menurut (Widyawati & Cahyanti, 2010) anak yang di berikan terapi tepid
sponge adalah anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh di atas normal yaitu
d) Kontraindikasi
Kontraindikasi pada terapi tepid sponge (Widyawati & Cahyanti, 2010)
adalah:
1) Tidak ada luka pada daerah pemberian terapi tepid sponge
2) Tidak diberikan pada neonatus
3. Intervensi keperawatan
a) Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan ibu pasien
mengatakan demam sudah berlangsung 3 hari, An. Arewel suhu tubuh 39◦C.
Observasi tanda-tanda vital
Berikan pengetahuan pada keluarga tentang peningkatan suhu tubuh yang
terjadi.
Anjurkan ibu memberikan pakaian yang tipis kepada pasien yang
menyerap keringat.
Anjurkan ibu memberikan banyak minum air putih 2-2,5 liter perhari
Berikan kompres hangat pada dahi, ketiak.
Memastikan pasien meminum obat penurun demam atau antipiretik yaitu
parasetamol ata