ILMU Keperawatan Dasar-Pencegahan Keselamatan Kerja KLP.6
ILMU Keperawatan Dasar-Pencegahan Keselamatan Kerja KLP.6
Oleh :
2019
1
A. Pengertian dan Teori Kecelakaan Kerja
Definisi dari kecelakaan kerja yaitu:
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak
diharapkan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak
terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalambentuk perencanaan.
Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal diluar ruang
lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh karena
peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan
dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat(Suma’mur,
1997).
Pengertian kecelakaan kerja menurut Sumakmur (1989) adalah suatu
kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan.
Hubungan kerja disini berarti bahwa kecelakaan terjadi karena akibat
dari pekerjaan atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan
dengan hubungan kerja pada perusahaan atau perkantoran. Hubungan kerja
disini dapat berarti, bahwa kecelakaan dapat terjadi dikarenakan oleh
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini
terdapat dua permasalahan penting yaitu:
1. Kecelakaan kerja akibat langsung pekerjaan, atau
2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan
Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya.
Sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan dirumah atau waktu rekreasi
atau cuti, dan lain-lain adalah diluar makna kecelakaan akibat kerja,
sekalipun pencegahannya sering dimasukkan program keselamatan
perusahaan dan perkantoran. Terdapat tiga kelompok kecelakaan:
1. Kecelakaan akibat kerja di perusahaan dan perkantoran
2. Kecelakaan lalu lintas
3. Kecelakaan dirumah
Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan
yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut potensial, jika
2
faktor-faktor tersebut dalam mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan
telah terjadi, maka bahaya tersebut sebagai bahaya nyata.
3
dan berantakan, pakaian yang tidak sesuai untuk kerja, faktor
fisik dan kimia dilingkungan kerja tidak memenuhi syarat.
2. Contributing Causes
a. Safety Management System, misalnya instruksiyang kurang
jelas, tidak taat pada peraturan, tidak ada perencanaan
keselamatan, tidak ada sosialisasi tentang keselamatan kerja,
faktor bahaya tidak terpantau, tidak tersedianya alat pengaman
dan lain-lain.
b. Kondisi mental pekerja, misalnya kesadaran tentang
keselamatan kerja kurang, tidak ada koordinasi, sikap yang
buruk, bekerja lamban, perhatian terhadap keselamatan kurang,
emosi tidak stabi, pemarah dan lain-lain.
c. Kondisi fisik pekerja, misalnya sering kejang, kesehatan tidak
memenuhi syarat, tuli, mata rabun dan lain-lain.
4
Banyak alasan mengapa tenaga kerja golongan umujr muda
mempunyai kecenderungan untuk menderita kecelakaan akibat kerja
lebih tinggi dibandingkan dengan golongan umur yang lebih tua.
Beberapa factor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan
akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang
perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh,
dan tergesa-gesa.
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola piker seseorang
dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selian
itu Pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap
pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan
keselamatan kerja.
Hubungan tingkat Pendidikan dengan lapangan yang tersedia
bahwa pekerja dengan tingkat Pendidikan rendah, seperti Sekolah
Dasar atau bahkan tidak pernah bersekolah akan bekerja dilapangan
yang mengandalkan fisik. Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya
kecelakaan kerja karena beban fisik yang berat dapat mengakibatkan
kelelahan yang merupakan salah satu factor yang mempengaruhi
terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Pendidikan adalah Pendidikan formal yang diperoleh
disekolah dan ini sangat berpengaruh terhadap perikalu pekerja.
Namun disamping Pendidikan formal, Pendidikan non formal seperti
penyuluhan dan pelatihan juga dapat berpengaruh terhadap pekerja
dalam pekerjaannya (Achmadi, 1990).
3. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan factor yang dapat memepengaruhi
terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian
dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai
dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan
terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan
5
pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang
bersangkutanm (Suma’mur 1989).
Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahu secara mendalam
seluk beluk pekerjaanya. Penelitian dengan studi restropektif di
Hongkong dengan 383 kasus membuktikan bahwa kecelakaan akibat
kerja karena mesin terutama terjadi pada buruh yang mempunyai
pengalaman kerja di bawah 1 tahun.
b. Faktor pekerjaan
1. Giliran Kerja (Shift)
Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh
empat jam. Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja
secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi
dengan system shift dan ketidak mampuan untuk beradaptasi dengan
kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari. Pergeseran waktu
kerja dari pagi, siang dan malam hari dapat mempengaruhi
terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja.
2. Jenis (Unit) Pekerjaan
Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko
terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan
akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu
proses.
c. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
- Pencahayaan
Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yanmg
penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan
bahwa pencahayaan yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan akan
dapat menghasilkan produksi yang maksimal dan dapat
mengurangi terjadinya kecelakaan akibat kerja.
- Kebisingan
Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja
karena kebisingan dapat menimbulkan gangguan perasaan,
6
gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah
pengertiuan,tidak mendengar isyarat yang diberikan, hal ini dapat
berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja disamping itu
kebisingan juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran
sementara atau menetap. Nilai ambang batas kebisingan adalah 85
dBa untuk 8 jam kerja sehari atau 40 jam kerja dalam semunggu.
2. Lingkungan Kimia
Faktor lingkungan k,imia merupakan salah satu factor
lingkungan yang memungkinkan penyebab kecelakaan kerja. Factor
tersebut dapat berupa bahan baku suatu produksi, hasil suatu
produksi dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun limbah
dari suatu produksi.
3. Faktor Lingkungan Biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari
serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja. Berbagai
macam penyakit dapat timbul seperti infeksi, alergi, dan sengatan
serangga maupun gigitan binatang berbisa berbagai penyakit serta
bisa menyebabkan kematian.
Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata factor manusia dalam
timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil penelitian
bahwa 80%-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan
manusia. Bahkan ada suatu pendapat, bahwa akhirnya langsung/tidak
langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan factor manusia.
Berdasarkan factor penyebabnya kecelakaan kerja dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Sebab dasar/asal mula
Sebab dasar adalah merupakan sebab atau factor yang
mendasari secara umum terhadap kaejadian kecelakaan, misalnya
ketidak harmonisan dalam bekerja.
2. Sebab utama
Ini disebabkan adanya factor dan persyaratan yang belum
dilaksanakan. Sebab utama dibagi atas:
7
a. Kondisi tidak aman (Unsafe condition)
b. Yaitu kondisi tidak aman dari : mesin, peralatan, pesawat, bahan,
lingkungan, proses, sefat pekerjaan, cara kerja.
c. Perbuatan tidak aman (Unsafe action)
d. Yaitu, perbuatan berbahaya dari manusia, yang dalam bebrapa hal
dapat dilator belakangi antara lain oleh factor-faktor kurangnya
pengetahuan dan keterampilan, cacat tubuh yang tidak kentara,
keletihan dan kelesuhan, sikap dan tingkat laku yang tidak aman.
8
kerja terdiri dari pemeliharan rumah tangga (house keeping), kesalahan
disini terletak pada rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku
dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi
yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan
lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak kerja. Pencahayaan
yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan dan
tidak ada pencahayaan setempat.
Sedangkan dari sumber lain dituliskan bahwa penyebab kecelakaan sebagai
berikut:
1. Faktor pekerjaan
a. Jam kerja yaitu jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat dan
lamanya bekerja sehingga dengan adanya waktu istirahat ini dapat
mengurangi kecelakaan kerja.
b. Pergeseran waktu yaitu pergesaran waktu dari pagi, siang dan malam
dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja.
2. Faktor manusia
a. Umur pekerja
Penelitian dalam test refleks memberikan kesimpulan bahwa umur
mempunyai pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan akibat
kerja. Ternyata golongan umur muda mempunyai kecendrungan untuk
mendapatkan kecelakaan lebih rendah disbanding usia tua.
b. Pengalaman bekerja
Pengalaman bekerja sangat ditentukan oleh lamanya seseorang
bekerja. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin banyak
pengalaman dalam bekerja. Pengalaman bekerja juga mempengaruhi
terjadinya kecelakaan kerja terutama bagi seseorang yang minim
dengan pengalaman.
c. Tingkat pendidikan dan keterampilan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam
menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja
baik praktek maupun teori termasuk diantaranya cara pencegahan
ataupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
9
d. Lama bekerja
Lama bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal
ini didasarkan pada lamanya seseorang bekerja akan mempengaruhi
pengalaman kerjanya.
e. Kelelahan
Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau
turunnya produktifitas kerja. Kelelahan adalah fenomena kompleks
fisiologis maupun psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala
perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh .
Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori
tentang terjadinya suatu kecelakaan adalah:
1. Teori kebutuhan murni yang menyimpulkan bahwa kecelakaan terjadi
atas kehendak tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian
peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan.
2. Teori kecendrungan keclakaan, pada pekerja tertentu lebih sering
tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang
cenderung untuk mengalami kecelakaan kerja.
3. Teori tiga faktor, menebutkan bahwa penyebab kecelakaan peralatan,
lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri.
4. Teori dua faktor, kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya dan
tindakan berbahaya
5. Teori faktor manusia, menekankan bahwa pada akhirnya seluruh
kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena kesalahn manusia.
10
Kepekaan tubuh
Kepekaan panca indra terhadap bunyi
Cacat fisik cacat sementara
Ketidak seimbangan kemampuan psikologis pekerja, antara lain :
Rasa takut / phobia
Gangguan emosional
Sakit jiwa
Tingkat kecakapan
Tidak mampu memahami
Sedikit ide (pendapat)
Gerakannya lamban
Keterampilan kurang
Kurang pengetahuan, antara lain :
Kurang pengalaman
Kurang orientasi
Kurang latihan memahami tombol-tombol (petunjuk lain)
Kurang latihan memahami data
Salah pengertian terhadap suatu perintah
Kurang trampil, antara lain :
Kurang mengadakan latihan praktik
Penampilan kurang
Kurang kreatif salah pengertian
Stres mental, antara lain :
Emosi berlebihan
Beban mental berlebihan
Pendiam dan tertutup
Problem dengan suatu yang tidak dipahami
Frustasi
Sakit mental
Stres fisisk, antara lain :
Badan sakit (tidak sehat badan)
Beban tugas berlebihan
11
Kurang istirahat
Kelelahan sensori
Terpapar bahan berbahaya
Terpapar panas yang tinggi
Kekurangan oksigen
Gerakan terganggu
Gula darah menurun
12
Menurut suma’mur P.K, kecelakaan kerja menyebabkan lima jenis
kerugian (k3):
1. Kerusakan
2. Kekacauan organisasi
3. Kelelahan dan kesedihan
4. Kelainan dan cacat serta kematian
13
a) Pengukuran resiko kecelakaan, yaitu mengkalkulasi frekuensi
kecelakaan dan mencatat tingkat jenis kecelakaan yang terjadi
sehingga dapat mengetahui hari kerja yang hilang atau kejadian
fatal pada setiap pekerja.
b) Penilaian resiko bahaya, yaitu mengindikasikan sumber
pencemaran, faktor bahaya yang menyebabkan kecelakaan, tingkat
kerusakan dan kecelakaan yang terjadi. Misalnya bekerja di
ketinggian dengan resiko terjatuh dan luka yang diderita pekerja
atau bekerja di pemotongan dengan resiko terpotong karena kontak
dengan benda tajam dan lain-lain.
b. Pelaksanaan SOP yang benar di tempat kerja
Standar operasional prosedur adalah pedoman kerja yang harus
dipatuhi dan dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai instruksi
yang tercantum dalam SOP, perlakuan yang tidak benar dapat
menyebabkan kegagalan proses produksi, kerusakan peralatan dan
kecelakan.
c. Pengendalian faktor bahaya di tempat
Sumber pencemaran dan faktor bahaya di tempat kerja sangat
ditentukan oleh proses produksi yang ada, tekhnik/metode yang
dipakai, produk yang dihasilkan dan peralatan yang digunakan.
Dengan mengukur tingkat resiko bahaya yang akan terjadi, maka dapat
diperkirakan pengendalian yang mungkin dapat mengurangi resiko
bahaya kecelakaan. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan:
a) Eliminasi dan subtitusi, yaitu mengurangi pencemaran atau resiko
bahaya yang terjadi akibat proses produksi, mengganti bahan
berbahaya yang digunakan dalam proses produksi dengan bahan
yang kurang berbahaya.
b) Enginering control, yaitu memisahkan pekerja dengan faktor
bahaya yang ada di tempat kerja, membuat peredam untuk
mengisolasi mesin supaya tingkat kebisingannya berkurang,
memasang pagar pengaman mesin agar pekerja tidak kontak
langsung dengan mesin, pemasangan ventilasi dan lain-lain.
14
c) Administrative control, yaitu pengaturan secara adinistrative untuk
melindungi pekerja, misalnya penempatan pekerja sesuai dengan
kemampuan dan keahliannya, pengaturan shift kerja, penyediaan
alat pelndung diri yang sesuai dan lain-lain.
d. Peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja
Tenaga kerja adalah sumber daya utama dalam proses produksi yang
harus dilindungi, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
kecelakaan. Perlu memberikan pengetahuan kepada tenaga kerja
tentang pentingnya pelaksanaan keselamatan kerja saat melakukan
aktivitas kerja agar mereka dapat melaksanakan budaya keselamatan
kerja di tempat kerja. Peningkatan pengetahuan tenaga kerja dapat
dilakukan dengan memberi pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
pada awal bekerja dan secara berkala untuk penyegaran dan
peningkatan wawasan. Pelatihan ini dapat membantu tenaga kerja
untuk melindungi dirinya sendiri dari faktor bahaya yang ada ditempat
kerjanya.
e. Pemasangan peringatan bahaya kecelakaan di teempat kerja
Banyak sekali faktor bahaya yang ditemui ditempat kerja, pada kondisi
tertentu tenaga kerja atau pengunjung tidak menyadari adanya faktor
bahayayang ada ditempat kerja, untuk menghindari terjadinya
kecelakaan maka perlu dipasang rambu-rambu peringatan berupa
papan peringatan, poster, batas area aman, dan lain sebagainya.
Selain upaya pencegahan juga perlu disediakan sarana untuk
menanggulangi kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yaitu:
a) Penyediaan P3K
Peralatan P3K yang ada sesuai dengan jenis kecelakaan yang
mungkin terjadi ditempat kerja untuk mengantisipasi kondisi
korban menjadi lebih parah apabila terjadi kecelakaan, peralatan
tersebut harus tersedia ditempat kerja dan mudah dijangkau,
petugas yang bertanggung jawab melaksanakan P3K harus
kompeten dan selalu siap apabila terjadi kecelakaan di tempat
kerja.
15
b) Penyediaan peralatan dan perlengkapan tanggap darurat
Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja terkadang tanpa kita
sadari seperti terkena bahan kimiayang bersifat korosif yang dapat
menyebabkan iritasi pada kulit/mata atau terjadinya kebakaran,
untuk menanggulangi keadaan tersebut perencanaan dan
penyediaan peralatan/perlengkapan tanggap darurat di tempat kerja
sangat diperlukan seperti pemadam kebakaran, hidran, peralatan
emergency shower, eye shower dengan penyediaan air yang cukup,
semua peralatan ini harus mudah dijangkau.
c) Bentuk aktifitas
a. Inspeksi dan tindakan lanjutannya
Tujuannya untuk menemukan secara dini segala yang bisa
membahayakan karyawan, proses dan lingkungan.
Inspeksi dilakukan untuk mengobservasi potensi-potensi
bahaya yang ada yaitu:
1. Potensi bahaya fisik:
Meliputi: getaran, pencahayaan, bising, radiasi, suhu/iklim
kerja.
2. Potensi bahaya kimia
Meliputi: pelarut, asbestos, silica, mineral oli, mercuri.
3. Potensi bahaya biologi
Meliputi: debu organik, jamur, serangga, protozoa, bakteri,
virus.
4. Potensi bahaya ergonomis
Meliputi: desain lokasi kerja yang buruk, tata ruang
kerjayang buruk, ketidakserasian jam kerja dan istirahat,
b. Pelatihan-pelatihan
Pelaksanaan pelatihan mencakup persyaratan dan HSE yang
telah dilaksanakan, dan rencana pelatihan ditetapkan setiap
tahun.
16
Dari uraian beberapa pakar diatas bahwa kecelakaan kerja
dapat dicegah, pada intinya perlu memperhatikan 4 faktor
yaitu:
1. Lingkungan
2. Manusia
3. Peralatan
4. Bahaya ( hal-hal yang membahayakan)
Berdasarkan pada standar OSHA tahun 1970, semua luka yang diakibatkan oleh
kecelakaan dapat dibagi menjadi:
a. Perawatan ringan (first aid)
Perawatan ringan merupakan suatu tindakan/perawatan terhadap luka kecil
berikut observasinya, yang tidak memerlukan perawatan medis walaupun
pertolongan pertama itu dilakukan oleh dokter atau paramedis. Perawatan
ringan ini juga merupakan perawatan dengan kondisi luka ringan, bukan
tindakan perawatan darurat dengan luka yang serius dan hanya satu kali
perawatan dengan observasi berikutnya.
b. Perawatan medis (medical treatment)
Perawatan medis adalah perawatan dengan tindakan untuk perawatan luka
yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional seperti dokter
ataupun paramedis. Yang dapat dikategorikan perawatan medis bila hanya
dapat dilakukan oleh tenaga medis yang profesional: terganggunya fungsi
tubuh seperti jantung, hati, penurunan fungsi ginjal dan sebagainya;
berakibat rusaknya struktur fisik dan berakibat komplikasi luka yang
memerlukan perawatan medis lanjutan.
c. Hari kerja yang hilang (lost work days)
Hari kerja yang hilang ialah setiap hari kerja dimana seseorang pekerja
tidak dapat mengerjakan seluruh tugas rutinnya karena mengalami
kecelakan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya. Hari kerja
hilang ini dapat dibagi menjadi dua macam:
a) Jumlah hari tidak bekerja yaitu semua hari kerja dimana seseorang
pekerja tidak dapat mengerjakan setiap fungsi pekerjaannya karena
kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya.
17
b) Jumlah hari kerja dengan aktivitas terbatas, yaitu semua kerja dimana
seorang pekerja karena mengalami kecelakaankerja atau sakit akibat
pekerjaan yang dideritanya, dialihkan sementara ke pekerjaan lain atau
pekerja tetap bekerja pada tempatnya tetapi tidak dapat mengerjakan
secara normal seluruh tugasnya. Untuk kedua kasus diatas, terdapat
pengecualian pada hari saat kecelakan atau saat terjadinya sakit, hari
libur, cuti, dan hari istirahat.
d. Kematian (fatality)
Dalam hal ini, kematian yang terjadi tidak memandang waktu yang sudah
berlalu antara saat terjadinya kecelakaan kerja ataupun sakit yang
disebabkan oleh pekerjaan yang dideritanya, dan saat si korban meninggal.
Dari penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan
sangat penting. Selalu ditemui dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85%
kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia, bahkan ada
suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung, semua
kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut
mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang
membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia,
ahli listrik, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin
dan peralatan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19