Anda di halaman 1dari 8

ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak) Josua, Yusniati, Ramayulis, Analisa Perbaikan....

Analisa Perbaikan Rugi-Rugi Daya Pada Jaringan


Tegangan 380 Volt Dengan Pemerataan Beban
Josua Jonny Hardianto Marbun1), Yusniati2), Ramayulis Nasution3)
1)
Alumni, 2,3)Dosen Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Sumatera Utara
yusniati@ft.uisu.ac.id;

Abstrak
Pada jaringan tegangan rendah sistem didistribusikan dengan tegangan 380/220 Volt kemudian disalurkan ke
rumah penduduk. Dikerenakan beban suplai melalui sistem 1 phasa, maka keadaan beban tak setimbang ini
akhirnya akan menyebabkan mengalirnya arus pada phasa netral (arus bocor) yang dihantarkan ke tanah,
sehingga timbul rugi-rugi daya penghantar pada netral. Beban tak seimbang ialah beban yang dipikul oleh
masing-masing fasa tidak sama besarnya. Oleh karena itu arus yang akan mengalir pada setiap fasanya juga
akan berbeda tergantung seberapa besar beban yang ditanggung oleh fasa tersebut. Perbedaan besar arus pada
setiap fasanya akan mengakibatkan mengalirnya arus pada penghantar netral. Bila arus pada phasa netral (arus
bocor) yang mengalir pada penghantar netral terlalu besar, mengakibatkan rugi-rugi daya yang ditimbulkan
akan semakin besar. Seharusnya bila keadaan sistem benar-benar setimbang, maka rugi-rugi daya yang ada
hanyalah pada saluran R, S dan T saja. Untuk mengetahui rugi-rugi daya pada jaringan tegangan 380 Volt,
maka kita harus mengetahui atau mencari besar impedansi, besar arus fasa dan netral, serta mencari besar rugi-
rugi daya pada beban. Oleh kerena itu, guna menanggulangi rugi-rugi daya beban tak seimbang kita gunakan
cara pemerataan beban.

Kata Kunci : Jaringan Distribusi Skunder, Rugi-Rugi Daya, Arus Netral

I. PENDAHULUAN setimbang ini, maka pada penghantar netral akan


mengalir arus listrik yang akan menambah rugi-rugi
Di tepi-tepi jalan, biasanya berdekatan dengan daya. Arus netral ini terjadi jika sistem yang
persimpangan, terdapat gardu-gardu distribusi, digunakan adalah sistem tiga fasa empat kawat.
yang mengubah tegangan menengah 20 KV Oleh karena sering terjadinya beban tak
menjadi tegangan rendah 380 Volt 3 phasa atau 220 seimbang pada sistem pendistribusian daya listrik
Volt 1 phasa melalui transformator distribusi ini, akan mengakibatkan turunnya tingkat effisiensi
(distribution transformer). Melalui tiang-tiang penyaluran.
listrik yang terlihat ditepi jalanan, energi listrik
tegangan rendah disalurkan kepada para pemakai. II. TINJAUAN PUSTAKA
Di indonesia, tegangan rendah adalah 380/220
Volt, dan merupakan sistem distribusi sekunder. 2.1 Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Tegangan diterima pemakai dari tiang TR melalui Dalam suatu sistem tenaga listrik kita selalu
konduktor atau kawat yang dinamakan sambungan membicarakan beban, dimana beban tersebut
rumah (SR) dan berakhir pada alat pengukur listrik dilayani dengan penyaluran energi listrik dari pusat
yang sekaligus merupakan titik akhir pemilikan pembangkit ke pusat-pusat beban melalui saluran
PLN. udara maupun jaringan bawah tanah.
Untuk memenuhi permintaan yang semakin Pendistribusian tenaga listrik melalui standart PLN
meningkat tersebut, maka diperlukan penyediaan serta Peraturan Umum Instalasi Listrik. Dalam
energi listrik yang cukup baik. Penyediaan energi rangka pembangunan suatu jaringan diperlukan
listrik ini tidak akan lepas dari sistem transmisi dan suatu perencanaan yang teliti agar mempunyai
distribusi daya listrik ke konsumen. Untuk kehandalan yang tinggi.
penyaluran daya ini, maka kualitas kabel sangat Jaringan tegangan menengah (JTM) dipakai
berperan. Kualitas kabel yang cukup baik akan pada sistem distribusi sebagai saluran penyulang
dapat memperbesar effisiensi penyaluran daya. yang menghubungkan transformator-transformator
Dalam pendistribusian tenaga listrik biasanya distribusi ke gardu distribusinya. Panjang saluran
dilakukan melalui sistem tiga fasa, karena sistem penyulang ini harus diperhitungkan agar rugi-rugi
tiga fasa ini mempunyai kelebihan dibandingkan daya yang terjadi tidak terlalu besar yang akhirnya
dengan sistem satu fasa. bisa mempengaruhi keandalan dan kelangsungan
Menjadi permasalahan dalam sistem distribusi pelayanan pada konsumen. Selanjutnya pada JTM
tiga fasa ini adalah beban tak seimbang. Karena ini dipasangkan transformator-transformator
dalam praktek di lapangan, beban tak seimbang distribusi untuk menurunkan tegangan 20 kV
selalu terjadi. Salah satu penyebab utamanya adalah menjadi tegangan 380220 Volt sehingga konsumen
karena pemakaian daya listrik oleh konsumen tidak rumah tangga, industri kecil, dan pelanggan dapat
selalu konstan. Dengan terjadinya beban tidak langsung menggunakan daya listrik tersebut.

Journal of Electrical Technology, Vol 4, No. 3,Oktober 2019 150


Josua, Yusniati, Ramayulis, Analisa Perbaikan.... ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak)

Pada perencanaan jaringan distribusi,


pembangunan jaringan harus disesuaikan dengan Kasus variasi tegangan menengah diperhatikan
jenis dan kepadatan beban. Ini berarti untuk daerah yaitu :
kepadatan bebannya relatif rendah cocok disuplai 1. Sistem JTM dimana hanya transformator
dengan sistem jaringan radial terbuka. Sistem distribusi yang bersambung. Variasi tegangan
jaringan radial terbuka ini mempunyai beberapa adalah +1,8% dan -5% tegangan sadapan.
kelebihan dan kekurangan, diantaranya adalah : Karena di Indonesia diizinkan adanya 5
a. Mudah dalam pengoperasiannya sadapan tanpa beban (STB) yaitu 22 kV, 21 kV,
b. Mudah untuk mencari sumber gangguan 20 kV, 19 kV dan 18 kV. Pada umumnya pada
ketika terjadi gangguan pada sistem “saluran tegangan menengah” tidak ada piranti
c. Biaya investasi pemasangan dan listrik tersambung, Angka 1,8% adalah nilai
perawatan relatif rendah untuk mengatasi susut tegangan di dalam
d. Cocok untuk sistem yang sederhana transformator.
e. Sulit dilakukan manipulasi bila terjadi 2. Sistem JTM di mana hanya piranti listrik yang
gangguan, sebab terputusnya sumber tersambung. Variasi tegangan adalah +5% dan
mengakibatkan pemadaman pada semua 0% tegangan nominal. Pada umumnya peranti
jaringan yang ada dibawahnya karena listrik yang tersambung akan beroperasi lebih
sistem hanya menggunakan satu suplai. baik pada tegangan yang tinggi. Kasus ini
f. Keandalan sistem tidak begitu sempurna. terdapat pada instalasi pabrik atau industri di
mana JTM tidak panjang.
Sedangkan untuk daerah yang perkembangan
bebannya cepat, biasanya dipakai sistem putaran 2.2 Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
(spindle) atau sistem lurus (radial) interkoneksi. Sistem distribusi yang digunakan di PT.PLN
Sistem putaran ini mempunyai kelebihan dan sesuai dengan standar PT.PLN pada umumnya yaitu
kekurangan sebagai berikut : menggunakan sistem arus bolak-balik (AC) dengan
a. Dari segi teknis lebih handal karena adanya sistem multi pentanahan dimana kawat netral
kabel ekspress feeder. dihubungkan dengan kawat pentanahan, dan sistem
b. Akan tetapi biayanya lebih mahal. beroperasi pada frekuensi 50 Hz. Untuk jaringan
tegangan rendah, berupa sistem tiga fasa tiga kawat
Sedangkan jaringan radial interkoneksi dan tiga fasa empat kawat.
mempunyai kelebihan sebagai berikut : Distribusi sekunder adalah jaringan daya listrik
a. Lebih handal karena dicatu dari 2 sumber yang termasuk dalam kategori tegangan rendah
b. Bisa menjangkau beban di pusat kota (sistem 220/380 Volt), yaitu rating yang sama
dengan membangun gardu hubung. dengan tegangan peralatan yang dilayani. Jaringan
c. Dapat memperkecil daerah yang padam distribusi sekunder bermula dari sisi sekunder
ketika terjadi pemadaman akibat gangguan transformator distribusi sekunder ini disalurkan
d. Jaringan mudah untuk dimanipulasi saat kepada para pelanggan melalui kabel.
terjadi gangguan. Pada umunya PT.PLN membuat jaringan
distribusi sekundernya berupa tiga fasa empat kawat
Sistem distribusi primer (JTM) cukup mahal dimana satu kawat merupakan kawat netral.
terutama jaringan loop (ring) dan Sebelum arus mencapai beban, pembagian daya
Jaringan paralel, karena harus memakai diatur melalui gardu pembagi yang dilengkapi
perlengkapan yang lebih banyak dan strukturnya dengan sistem proteksi dari tiang-tiang saluran ke
ditentukan beberapa aspek, antara lain segi pelanggan dan penerangan jalan yang memakai
penggunaanya hantaran, Pada umumnya sistem sekering lebur. Sedangkan untuk penghubung
distribusi ini merupakan sistem saluran udara yaitu utama dipakai jenis saklar pisau.
jaringan listrik yang dipasang pada udara terbuka Jenis sistem distribusi tegangan rendah yaitu :
dengan menggunakan tiang-tiang sebagai 1. Saluran udara radial.
penyangga saluran di udara. Tiang-tiang tersebut 2. Saluran bawah tanah radial.
biasanya terbuat dari beton, besi , atau kayu. Akan
tetapi tiang besi jarang digunakan, selain kerena 2.3 Hubungan Bintang (Y) Tiga Fasa Empat
mahal juga karena mudah terjadi gangguan ke tanah Kawat
saat hujan. Yang paling banyak digunakan adalah Rangkaian hubungan bintang (Y) tiga fasa
tiang beton karena walau lebih mahal dari tiang empat kawat inilah yang digunakan untuk
kayu, tetapi memiliki usia pasang yang lebih lama. mensuplaikan tegangan pada sisi sekunder
Turun tegangan pada JTM dibolehkan jika : transformator distribusi yang digunakan dalam
1. 2 % dari tegangan kerja bagi sistem yang tidak pembahasan ini. Pada rangakaian tiga fasa empat
memanfaatkan sadapan tanpa beban (STB) kawat di mana satu kawat merupakan konduktor
yaitu sistem spindle dan gugus. netral. Dikarenakan beban pada setiap fasa yang
2. 5 % dari tegangan kerja bagi sistem yang tidak seimbang, maka mengalirlah arus bocor pada
memanfaatkan STB yaitu sistem radial konduktor netral. Konduktor netral tiga fasa-empat
ditanahkan dari sistem simpul. kawat dengan beban hubungan bintang tak

151 Journal of Electrical Technology, Vol 4, No. 3,Oktober 2019


ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak) Josua, Yusniati, Ramayulis, Analisa Perbaikan....

seimbang akan membawa arus-arus tak seimbang 2. Melakukan perhitungan bila data–data arus
dari sistem serta mempertahankan magnitudo puncak, tahanan penghantar dan panjang
saluran ke netral pada masing-masing fasa beban. saluran, maka masukan Persamaan.
Arus-arus saluran tidak akan sama serta tidak
memiliki sifat kesimetrian dalam diagram fasornya. 2.4 Penyebab Tegangan Jatuh
Ada beberapa faktor yang menyebab terjadi
2.3 Pengertian Tegangan Jatuh jatuh tegangan :
Tegangan jatuh yang akan dibahas di sini adalah • Arus beban puncak (Ampere)
jatuh tegangan pada ujung jaringan tegangan rendah • Tahanan saluran (Ohm)
(JTR), dimana yang menjadi acuan adalah dua titik • Panjang saluran (meter)
pengukurannya yaitu tegangan pangkal di lemari
tegangan rendah (Low Voltage Cabinet/LVC) dan Arus Beban Puncak (Ampere)
tegangan di tiang ujung atau konsumen paling Arus dapat menimbulkan tegangan jatuh sesuai
ujung. dengan hukum ohm, yaitu rugi-rugi daya pada
Defenisi tegangan jatuh yaitu berkurangnya penghantar (R).
sejumlah tegangan akibat beberapa faktor dari suatu 2
P=I xR
jaringan yang menyebabkan turunnya tegangan dari
atau
keadaan tegangan semula. Sejauh ini yang
P = V x I x Cos φ
berkenaan dengan rangkaian listrik, tahanan kawat
penghubung antara sumber dan beban telah
Atau ;
diabaikan. Jika kawat penghubungnya pendek, hal
V x I x Cos φ = I2 x R
ini masih diizinkan karena tahanannya sangat kecil
sehingga dapat diabaikan. Tetapi kawat I 2 xR
V=
penghubung yang panjang mempunyai tahanan IxCos
yang tak dapat diabaikan sehingga sebagian
tegangan yang diberikan digunakan untuk
Untuk tahanan murni (R) sudutnya φ = 0
mengatasi tahanan kawat ini. Tegangan ini disebut
tegangan jatuh (line drop). maka :
I 2 xR
V=
Persamaan tegangan jatuh :
IxCos
V D = I x R = V LVC - V Ujung
IxR
V=
1
(3.1) V=IxR
Atau :
di mana :
ρxL I = Arus yang mengalir (Ampere)
VD = I x
A R = Tahanan (Ohm atau Volt/ampere)
di mana : V = Volt
VD = Jatuh tegangan (Volt) V = Tegangan jatuh pada penghantar
I = Arus beban puncak (Ampere)
2.5 Tahanan Saluran (R)
R = Tahanan penghantar (Ohm)
Penyebab jatuh tegangan yang akan diakibatkan
V LVC = Tegangan pada LVC (Volt) oleh adanya tahanan pada penghantar, hal ini dapat
dilihat melalui hukum ohm. Besar tahanan
V Ujung = Tegangan pada ujung jaringan (Volt) ditentukan dengan :
ρxL
R=
 = Tahanan jenis penghantar (Ohm-meter) A
2 di mana :
A = Luas penampang ( m )
R = Tahanan saluran (Ohm)
L = Panjang saluran (meter)
Untuk mengetahui besarnya jatuh tegangan bisa
 = Tahanan jenis penghantar (Ohm-meter)
dilakukan dengan :
2
1. Mengukur langsung tegangan pada LVC (V A = Luas penampang penghantar ( m )
LVC ) dan tegangan pada tiang ujung atau
Apabila tahanan (R) pada penghantar bertambah
konsumen paling ujung (V Ujung ) suatu JTR, besar, maka tegangan jatuh pada penghantar juga
hasil pengukuran yang diperoleh dimasukan akan semakin besar, hal ini dapat disebabkan karena
ke Persamaan. jatuh tegangan sebanding dengan tahanan pada
penghantar.

Journal of Electrical Technology, Vol 4, No. 3,Oktober 2019 152


Josua, Yusniati, Ramayulis, Analisa Perbaikan.... ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak)

III. ANALISA DAN PEMBAHASAN 1. Data Arus yang mengalir pada Feeder MS
328 :
3.1 Mencari besar Rugi–Rugi Daya Beban Tak I R = 10,12  -133 Ampere
0
Setimbang
Adanya arus netral mengakibatkan timbulnya I S = 8,2  -13 0 Ampere
rugi–rugi daya fasa suatu sistem penyaluran yang
I T = 6,01  107 Ampere
0
besarnya adalah sebagai berikut :
P=IN 2
xR I N = I R + I S + IT
IN = 10,12  -133 + 8,2  -13 + 6,01  107
0 0 0
Panjang dan kawat penghantar yang dipakai
jaringan tegangan rendah harus diperhitungkan = -6,90 – j 7,40 + 7,81 – j1.80 – 1,76 – j5,74
karena dapat mempengaruhi besar rugi–rugi daya = -0.85 – j3,46
akibat beban tak setimbang. Semakin besar arus = 3,56  76,19 Ampere
0
yang mengalir pada penghantar netral, maka akan
semakin besar pula rugi–rugi daya beban tak 2. Data Arus yang mengalir pada Feeder MS
seimbang yang ditimbulkan, begitu pula sebaliknya. 327 :
Oleh karena itu selalu diusahakan suatu pembagian
I R = 18,02  -133 Ampere
0
beban pada tiap-tiap fasa transformator agar dapat
I S = 20,11  -13 Ampere
setimbang ini terus dibiarkan pada periode waktu 0

yang lama, dapat menyebabkan cepat rusaknya sisi


I T = 26,13  107 Ampere
0
kumparan transformator yang berbeban paling berat
(tinggi) dan juga kemungkinan putusnya pada fasa. I N = I R + IS + IT
= 18,02  -133 + 20,11  -13 + 26,13  107
0 0 0
3.2 Mencari Besar Arus Netral
Disebut dengan beban tak seimbang ialah beban = -12,28 – j13,17 + 19,59 – j4,52 – 7,63 + j24,98
yang dipikul oleh masing-masing fasa tidak sama IN = -0,32 + j7,29
besarnya. Oleh karena itu arus yang akan mengalir IN = 7,29  -87,4 Ampere
0
pada setiap fasanya juga akan berbeda tergantung
seberapa besar beban yang ditanggung oleh fasa 3. Data Arus yang mengalir pada Feeder MS
tersebut. Perbedaan besar arus pada setiap fasanya 326 :
akan mengakibatkan mengalirnya arus pada
I R = 20,25  -133 Ampere
0
penghantar netral.
I S = 28,48  -13 Ampere
Berdasarkan pada hasil survei yang telah penulis 0
laksanakan di PT. PLN (Persero). Besar faktor daya
I T = 26,23  107 Ampere
0
(Cos φ) = 0,73 lagging yang tetap konstan, maka
0
akan didapat φ = 43 . Lagging berarti arus I N = I R + IS + IT
0
tertinggal dari tegangan sebesar 43 listrik. Bila = 20,25  -133 + 28,48  -13 + 26,23  107
0 0 0
diambil sistem tiga fasa semua tegangan urutan = -13,81 – j14,8 + 27,75 – j6,40 – 7,66 + j25,08
CBA, maka : = 6,28 + j3,88
V RN = 220  - 90 0 IN = 7,38  31,7 Ampere
0

V SN = 220  30 0
3.3 Mencari Rugi-Rugi Daya Beban Tak
V TN = 220  150 0 Setimbang
0 Yang dimaksud dengan rugi-rugi daya beban tak
Dikarenakan sudut fasa arus tertinggal 43 dari
seimbang ialah besarnya energi listrik yang hilang
sudut fasa masing-masing tegangannya, maka :
secara percuma (tidak terpakai). Hal ini disebabkan
IR = IR  ( -90 0 - 43 0 ) = I R  -133 0 A oleh faktor tahanan (tahanan jenis) dari bahan
IS = IS  ( 30 0 - 43 0 ) = I S  -13 0 A penghantar yang dipakai, sehingga timbullah
tahanan yang menghambat arus yang akan mengalir
IT= IT  ( 150 0 - 43 0 ) = I T  107 0 A pada penghantar tersebut. Besarnya rugi-rugi daya
yang hilang pada penghantar akan sebanding
Seperti yang telah dijelaskan di atas, arus yang dengan kuadrat arus yang mengalir pada penghantar
mengalir pada penghantar netral merupakan tersebut dikalikan dengan besar tahanan
penjumlahan arus-arus yang mengalir pada fasa R, penghantar.
S, dan T secara vektor. Pada pembebanan sistem Pada pembebanan sistem tak seimbang, akan
yang setimbang, penjumlahan arus–arus fasa R, S, timbul rugi-rugi daya pada penghantar netralnya.
dan T ini akan sama dengan nol (tidak ada arus yang Hal ini diakibatkan adanya arus yang mengalir pada
mengalir pada penghantar netral). Namun pada penghantar netralnya. Pada pembebanan sistem
sistem pembebanan tidak seimbang penjumlahan yang setimbang, hal ini tidak akan terjadi sebab
arus ini tidak akan sama dengan nol. tidak adanya arus yang mengalir pada penghantar
netral.

153 Journal of Electrical Technology, Vol 4, No. 3,Oktober 2019


ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak) Josua, Yusniati, Ramayulis, Analisa Perbaikan....

Δ P=I2 xR Besarnya tahanan penghantar berdasar jenis


Dengan menggunakan di atas, maka penghantar dan luas penampangnya menurut tabel
besarnya rugi-rugi daya yang hilang pada sebagai berikut :
penghantar netral (loos line) adalah seperti
perhitungan berikut ini : R=rxL
Δ PR =IR 2
x RR
Ohm
R = x Km = Ohm
Km
Δ PS = IS 2
x RS
di mana :
Δ PT = IT 2
x RT R = Tahanan penghantar (Ohm)
r = Tahanan penghantar per kilometer (Ohm/Km)
Besarnya tahanan penghantar tergantung dari L = Panjang penghantar (Km)
jenis bahan penghantar yang dipakai. Tahanan
penghantar aluminium isolasi berinti banyak tertera maka :
pada lampiran 3. Penghantar yang dipakai pada ROA (70 mm 2 ) = 0,013 Ohm
saluran fasa R, S, dan T adalah penghantar
aluminium isolasi berinti banyak dengan luas
RAB (70 mm 2 ) = 0,008 Ohm
penampang 70 mm , berdasarkan tahanannya
2 RBC (70 mm 2 ) = 0,006 Ohm
adalah 0,443 Ohm/km. Sedangkan untuk netralnya
digunakan jenis penghantar yang sama dengan luas Untuk tahanan penghantar netral adalah sebagai
2 berikut :
penampang 50 mm , tahanannya 0,641
Ohm/Km. RN −OA (50 mm 2 ) = 0,019 Ohm
Diagram satu garis saluran distribusi tegangan
rendah transformator distribusi MS 328 jalan RN −OB (50 mm 2 ) = 0,032 Ohm
Selamat Ujung diperlihatkan pada Gambar 1. RN −OD (50 mm 2 ) = 0,041 Ohm
20 KV

Fasa R IT = 10,12 Amp A B C


Lightning Arrester
Fuse

Ground Transformator 20 KV /380-220 Volt

3A 3 A 4,12 A
O

F Barat E Barat D Barat C Barat B Barat A Barat LVC A Timur B Timur C Timur
Gambar 2. Pembagian beban pada phasa R
20 Meter 15 Meter 20 Meter 25 Meter 30 Meter 40 Meter 30 Meter 20 Meter 15 Meter

45 Meter
Δ P OA = I OA 2 x R OA = (10,12) 2 x 0,013 = 1,33 W
A Selatan
Δ P AB = I AB 2 x R AB = (7,12) 2 x 0,008 = 0,40 W
30 Meter

B Selatan
Δ P BC = I BC 2 2
x R BC = (4,12) x 0,006 = 0,10 W
Δ P R = Δ P OA + Δ P AB + Δ P BC
35 Meter

C Selatan = 1,33 + 0,40 + 0,10 = 1,83 Watt


25 Meter

Fasa S IT = 8,02 Amp A B C


D Selatan
20 Meter

E Selatan
15 Meter

F Selatan

3 A 3 A 2,02 A
Gambar 1. Diagram satu garis saluran distribusi
tegangan rendah dan transformator
distribusi di Jl. Selamat Ujung Gambar 3. Pembagian beban pada phasa S
Δ P OA = I OA 2 2
x S OA = (8,02) x 0,013 = 0,83 W

1. Data Panjang Penghantar pada feeder MS Δ P AB = I AB 2 2


x S AB = (5,02) x 0,008 = 0,20 W
328 (arah Timur)
Panjang OA = 30 meter = 0,030 Km Δ P BC = I BC 2 x S BC = (2,02) 2 x0,006 = 0,02 W
Δ P S = Δ P OA + Δ P AB + Δ P BC
Panjang AB = 20 meter = 0,020 Km
Panjang BC = 15 meter = 0,015 Km = 0,83 + 0,20 + 0,02 = 1,05 Watt

Journal of Electrical Technology, Vol 4, No. 3,Oktober 2019 154


Josua, Yusniati, Ramayulis, Analisa Perbaikan.... ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak)

Fasa T IT = 6,01 Amp A B C Pemerataan Beban


Pada tahap awal pemasangan jaringan sistem
distribusi baru, selalu diusahakan dan direncanakan
penyambungan beban yang merata pada setiap
fasanya. Hal ini dimaksudkan agar didapatkan suatu
3A 3A 0,01A sistem distribusi yang benar–benar seimbang.
Namun dikarenakan adanya penambahan
Gambar 4. Pembagian beban pada phasa T sambungan–sambungan pelanggan baru yang
dipasang secara sembarang fasanya mengakibatkan
keadaan sistem yang tidak seimbang.
Penyambungan yang tidak merata tersebut
Fasa N IT = 3,56 Amp A B C mengakibatkan beban menimpa pada salah satu
fasanya. Kejadian ini terus berulang, hingga pada
suatu wakatu selisih beban dari ketiga fasa R, S dan
T bertambah besar. Oleh karenanya terjadilah
gangguan beban tak seimbang yaitu dengan
mengalirnya arus bocor pada penghantar netral
0 A 0 A 3,56 A yang mengakibatkan rugi–rugi daya pada
penghantar netral.
Gambar 5. Pembagian beban pada phasa N Penulis menyarankan agar dilakukan renovasi
ulang untuk menata kembali sambungan pelanggan
Δ P OA = I OA
2
x N OA = 0,24 Watt pada ketiga fasa R, S, dan T agar tersusun seimbang
mungkin, yaitu beban yang ditanggung oleh setiap
Δ P OB = I OB
2
x N OB = (0,40 Watt fasanya diusahakan sama besar. Akan tetapi
sebelumnya perlu diingat, bahwa gangguan beban
Δ P OC = I OC
2
x N OC = 0,51 Watt
tak seimbang tidak hanya disebabkan oleh faktor
Δ P OA = I OA
2
x T OA = 0,46 Watt susunan (penyambungan) beban yang tidak sama
rata pada setiap fasanya. Akan tetapi juga turut
Δ P AB = I AB
2
x T AB = 0,07 Watt dipengaruhi oleh faktor pemakaian dan kebutuhan
para pelanggan yang tidak selalu sama dan konstan
Δ P BC = I BC
2
x T BC = 0,06 Watt baik waktu dan pemakaiannya. Oleh karenanya arus
yang akan mengalir pada setiap fasa pun akan terus
berubah, tergantung pada seberapa besar pemakaian
Δ PT = Δ P OA + Δ P AB + Δ P BC
daya oleh pelanggan yang tersambung pada fasa R,
Δ PT = 0,46 + 0,07 + 0,06 = 0,60 Watt S, dan T tersebut.
Jadi penataan ulang sambungan pelanggan
tersebut hanya dimaksudkan untuk mengurangi
ΔPN 1 = Δ P OA + Δ P OB + Δ P OC besarnya arus bocor yang mengalir pada penghantar
= 0,24 + 0,40 + 0,51 = 1,51 Watt netral meskipun tidak akan tercapai keadaan yang
benar–benar ideal (seimbang), yaitu arus yang
mengalir pada penghantar netral benar–benar nol.
Δ P1 = Δ P R + Δ P S + Δ P T + ΔPN Setidaknya usaha ini dapat lebih memperkecil rugi–
= 1,83 + 1,05 + 0,60 + 1,51 = 4,99 Watt rugi daya beban tak seimbang. Dapat dilihat data
beban pelanggan pada Tabel 1.

155 Journal of Electrical Technology, Vol 4, No. 3,Oktober 2019


ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak) Josua, Yusniati, Ramayulis, Analisa Perbaikan....

Tabel 1. Data Beban Pelanggan

No Fasa R Fasa S Fasa T


No. Pelanggan VA No. Pelanggan VA No. Pelanggan VA
ARAH TIMUR
1 44 900 31 450 36 450
2 73 900 42 450 43 450
3 45 450 71 450
4 78 450 41 450
Total = 1.800 VA Total = 1.800 VA Total = 1.800 VA
ARAH BARAT
5 08 900 06 450 02 450
6 14 900 07 450 03 450
7 67 900 09 450 04 450
8 01 900 10 450 05 450
9 59 900 11 450 07 450
10 19 450 10 450
11 20 450 60 450
12 21 450 62 450
13 28 450 64 450
14 65 450
15 66 450
Total = 4.500 VA Total = 4.500 VA Total = 4.500 VA
ARAH SELATAN
15 13 900 14 900 14 450
16 28 900 16 450 17 450
17 32 450 17 450 24 450
18 50 900 18 450 32 450
19 41 900 20 450 43 450
20 23 450 48 450
21 24 450 50 900
22 25 450
23 31 450
Total = 4.050 VA Total = 4.050 VA Total = 4.050 VA

1. Pemerataan Beban pada Feeder MS 328 Usaha pemerataan beban yang dilakukan adalah :
Arah Timur (lihat Tabel 4.1)
Fasa R = 2R 2 = 2 (900)= 1.800 VA
Beban total = 2R 2 + 8R 1
Fasa S = 4R 1 = 4 (450)= 1.800 VA
= 2 (900) + 8 (450)
= 5.400 VA Fasa T = 4R 1 = 4 (450)= 1.800 VA +
Total = 5.400 VA

Journal of Electrical Technology, Vol 4, No. 3,Oktober 2019 156


Josua, Yusniati, Ramayulis, Analisa Perbaikan.... ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak)

Sehigga arus yang mengalir pada tiap fasa menjadi IV. KESIMPULAN
:
SR 1.8000 0 Dari hasil perhitungan dan analisa yang telah
IR= = = 8,1890 0 Amp. penulis lakukan terhadap rugi-rugi daya akibat
VRN 220 − 90 0 beban tak seimbang, maka dapatlah kita ambil
beberapa kesimpulan, diantaranya :
S S 1.8000 0
IS= = = 8,18 − 30 0 Amp. 1. Penanggulangan rugi-rugi daya akibat beban
VSN 22030 0 tak seimbang dapat dilakukan dengan
menyeimbangkan (mengatur ulang) besar
ST 1.80000
IT = = = 8,18 − 1500 Amp beban yang terpasang pada masing-masing
VTN 2201500 fasa, R, S dan T. Sebelum pemerataan beban 
I N = I R + I S + IT P1 = 4,99 Watt Sesudah pemerataan beban 
P1 = 1,08 Watt
= 8,18 90 + 8,18  -30 + 8,18  -150
0 0 0
2. Khusus rugi-rugi penghantar netral :
= 0 + j8,18 + 7,08 – j4,09 – 7,08 + j4,09 Sebelum pemerataan beban  P N 1=1,51 Watt
0
= 0 + j0 Sesudah pemerataan beban  P N 1 hasilnya
= 0  0 Ampere
0
nol (tidak ada arus yang mengalir pada netral).
(tidak ada arus yang mengalir pada penghantar 3. Rugi-rugi daya tak seimbang tidak hanya
netralnya) ditentukan oleh faktor kesetimbangan beban
pada masing-masing fasa, akan tetapi juga
sangat dipengaruhi oleh faktor kebutuhan
Rugi-rugi penghantar untuk saluran di arah Timur pelanggan yang tidak selalu sama dan konstan
adalah sebagai berikut : waktu dan besar pemakaian dayanya disetiap
fasa.
Fasa R = Fasa S = Fasa T

IT = 8,18 Amp A B C DAFTAR PUSTAKA

[1] Abdul Kadir, 200, Distribusi dan Utilisasi


Tenaga Listrik”, Penerbit Universitas
Indonesia: Jakarta.
[2] A.S. Pabla/Ir Abdul Hadi, 1991, Sistem
3 A 3 A 2,18 Distribusi Daya Listrik, Penerbit
Erlangga, Cetakan Kedua, Jakarta.
Gambar 6. Beban setelah pemerataan
[3] Hanapi gunawan, 1988, Mesin dan
(Fasa R = Fasa S = Fasa T )
Rangkaian Listrik, Penerbit Erlangga :
Jakarta..
[4] B.L. Theraja, 1978, A Text Book Of
Untuk Penghantar Fasa R, S dan T (Beban
Electrical Technologi, Revised Edition,
Seimbang)
S.Chan & Company, New Delhi.
[5] Standar Kelistrikan Indonesia, 1988,
Spesifikasi Desain Untuk Jaringan
Δ P OA = I OA 2 2
x R OA = (8,18) x 0,013 = 0,86 W Tegangan Menengah dan Jaringan
Tegangan Rendah, Penerbit Departemen
Pertambangan dan Energi : Jakarta.
Δ P AB = I AB 2 2
x R AB = (5,18) x 0,008 = 0,20 W
[6] Standar Kelistrikan Indonesia, 1986,
Keandalan Sistem Distribusi, Departemen
Δ P BC = I BC 2 2
x R BC = (2,18) x0,006 = 0,02 W Pertambangan dan Energi : Jakarta.
[7] T. S. Hutauruk, 1990, Transmisi Daya
Listrik, Penerbit Erlangga: Jakarta
Δ P 1 = Δ P OA + Δ P AB + Δ P BC [8] Peraturan Umum Instalasi Listrik
Indonesia (PUIL) 2000.
= 0,86 + 0,20 + 0,02 = 1,08 Watt [9] William Stevenson, 1990, Analisa Sistem
Tenaga Listrik (Terjemahan), Penerbit
Erlangga, Jakarta
[10] Yon Rijono, 2002, “Dasar Teknik Tenaga
Listrik”, Penerbit Andi Yogyakarta.

157 Journal of Electrical Technology, Vol 4, No. 3,Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai