Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari

penelitian yang berjudul “Gambaran Pemenuhan Activity Daily Living (ADL)

pada Lansia (Wanita) dengan Rheumatoid Artritis di Wilayah Kerja Puskesmas

Rampal Celaket”, dengan menggunakan 2 subjek penelitian yaitu Ny.A dan Ny.M

yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Rampal Celaket. Subjek

penelitian tersebut telah memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian dan telah

menandatangani informed concent dan bersedia menjadi responden (surat

pernyataan terlampir). Pengambilan data dengan studi kasus ini dilakukan dengan

menggunakan metode wawancara indepth interview dan observasi dengan

panduan indeks barthel di wilayah kerja Puskesmas Rampal Celaket.

4.1 Hasil Studi Kasus

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Rampal Celaket merupakan salah satu puskesmas di Kota Malang

yang berada di Jalan Simpang Kesambon No.5 RT 03 RW 05 Kelurahan Rampal

Celaket, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Wilayah kerjanya meliputi kelurahan

samaan, kelurahan rampal celaket dan kelurahan klojen. Batas wilayah puskesmas

Rampal Celaket yaitu sebelah utara Kelurahan Samaan, sebelah timur Kelurahan

Bunul dan Kesatrian, sebelah selatan Kelurahan Lowokwaru dan Kelurahan

Kauman, dan sebelah barat Kelurahan Oro-oro Dowo dan Lowokwaru. Jarak antar

puskesmas Rampal Celaket yang Dinas Kesehatan Kota Malang ± 5 km. Luas

wilayah kerja puskesmas Rampal Celaket ± 185 km. Jumlah pegawai di

28
29

Puskesmas Rampal Celaket berjumlah 28 orang yang terdiri dari 1 kepala

puskesmas, 1 kasubag TU, 4 orang tenaga administrasi, dan 22 orang tenaga

kesehatan, diantaranya 2 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 6 orang

perawat D3, 6 orang bidan D3, 2 orang perawat gigi, , 1 orang ahli gizi D3, 2

orang apoteker S1, 1 orang petugas analisis laboratorium, dan 1 orang petugas

sanitarian.

Ruangan di puskesmas ini terdiri dari loket, klinik gizi, poli KB (Keluarga

Berencana), ruang imunisasi, poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), poli lansia, poli

umum, poli gigi, IGD (Instalasi Gawat Darurat), apotek, laboratorium, puskesmas

keliling atau ambulan, ruang obat, dapur, mushollah, perpustakaan, ruang kepala

puskesmas, ruang tata usaha, ruang program, dan ruang pertemuan. Jenis

pelayanan yang ada di Puskesmas Rampal Celaket yaitu :

a. Pelayanan dasar meliputi pelayanan poli gigi, poli KIA, pelayanan KB,

pelayanan imunisasi, apotek, dan pemeriksaan laboraotrium.

b. Klinik Sanitasi

c. Klinik Gizi

d. Klinik pelayanan kesehatan dan konseling remaja

e. Klinik pelayanan kesehatan dan konseling lansia

f. Pelayanan khusus (pemeriksaan kesehatan calon jamaah haji, murid

sekolah/UKS, dan tenaga kerja, imunisasi calon pengantin wanita).

Kedua subjek penelitian didapatkan saat melakukan pemeriksaan kesehatan di

puskesmas Rampal Celaket.


30

4.1.2 Gambaran Umum Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam kasus ini berjumlah 2 orang yang memenuhi

kriteria inklusi. Kriteria inkluasi sebagai berikut keduanya berjenis kelamin

wanita, kedua subyek tersebut yaitu Ny. A yang berusia 74 tahun dan Ny. M yang

berusia 73 tahun. Tempat tinggal keduanya berada di wilayah kerja puskesmas

Rampal Celaket dan dinyatakan menderita Rheumatoid Artritis oleh petugas

puskesmas Rampal Celaket. Kedua subyek ini menderita Rheumatoid Artritis

sudah sejak lama yaitu pada tahun 2009 dan 2011. Keduanya masih terlihat

mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari walaupun ada yang masih dibantu

oleh keluarga. Jika dilihat dari berat badan dan tinggi badan keduanya, subyek

kasus pertama terlihat kurus sedangkan pada subyek kasus kedua terlihat gemuk.

Kedua subyek penelitian ini selalu rutin saat berobat di puskesmas. Kedua subyek

masih terlihat tampak sehat dan antusias saat pengambilan data.

4.2 Pemaparan Fokus Studi

4.2.1 Kasus Pertama

Kasus pertama yaitu Ny. A berusia 74 tahun yang bertempat tinggal di

Jalan Sukapura 107 RT 2 RW 3 Kelurahan Samaan. Subyek tinggal bersama anak

dan cucunya. Kegiatan sehari-hari masih mampu dilakukan dengan mandiri

walaupun memerlukan bantuan dari anak dan cucunya. Jika dilihat dari berat

badan ideal tubuh seseorang, subyek termasuk kurus dengan berat badan 42 kg

dan tinggi badan 152 cm. Subyek masih terlihat sehat dan mampu melakukan

kegiatan sehari-hari meskipun merasa nyeri pada bagian bahu. Subyek di nyatakan

menderita Rheumatoid Artritis sejak tahun 2009 selain itu juga menderita

hipertensi. Hasil data yang didapat setelah wawancara dan observasi dalam
31

pemenuhan Activity Daily Living (ADL) yang terdiri dari pemenuhan kebutuhan

nutrisi, pemenuhan kebersihan diri, pemenuhan mobilisasi, pemenuhan eliminasi

urin, dan pemenuhan elminasi alvi sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

Hasil wawancara yang didapatkan adalah subyek tidak mampu

menyiapkan makan sendiri namun di bantu oleh anaknya. Subyek tidak membantu

memasak dan menyiapkan makan karena subyek mengeluh nyeri pada bahu kanan

yang akhirnya tidak mampu untuk melakukan kegiatan tersebut. Namun subyek

mampu membereskan makanannya sendiri sampai mencuci alat makannya.

Frekuensi makan subyek dalam sehari yaitu sebanyak 3 kali dengan porsi sedikit

(± 1 centong nasi) namun sering. Subyek mampu menghabiskan satu porsinya

karena mengambil nasi sesuai dengan kemauannya. Jadwal makan sehari-hari

yaitu makan pagi pukul 09.00 WIB, makan siang pukul 11.00 WIB, dan makan

malam pukul 17.00 WIB. Menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi saat makan

pagi pada tanggal 12 Februari 2015 dengan menu nasi, sayur bayam, dan tempe.

Makan siang dengan menu yang sama dengan menu makan pagi, kemudian

makan sore dengan menu nasi dan lauk (tempe) saja. Saat makan mampu makan

sendiri atau tanpa disuapi oleh orang lain. Setiap pagi minum susu anlene setelah

bangun tidur atau pada pukul 06.00 WIB.

Setelah subyek menderita Rheumatoid Artritis tidak menghindari

makanan pantangan, namun karena menderita hipertensi maka menghindari

makanan yang tidak diperbolehkan untuk penderita hipertensi. Setelah melakukan

wawancara dengan subyek, kemudian divalidasi dengan observasi. Hasil

observasi kegiatan yang dilakukan sesuai komponen kegiatan dalam melakukan


32

pemenuhan kebutuhan nutrisi yaitu dilakukan saat menyiapkan makanan, jumlah

makan 3 kali dalam sehari, makan sendiri atau tanpa disuapi dan membereskan

makanannya mendapat skor 3 (75%) yang artinya subyek mampu melakukan

kegiatan secara mandiri namun masih memerlukan bantuan orang lain.

2. Pemenuhan kebersihan diri

Hasil wawancara yang didapat adalah subyek memerlukan bantuan

saat menyabuni pada bagian punggung dengan bantuan anaknya. Sebelum mandi

subyek menyiapkan pakaian bersih sendiri dan menghangatkan air dengan teko

kecil. Setelah air hangat sudah siap, menaruh air panas ke bak mandi dengan

sendiri secara perlahan menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi sudah

tersedia tempat duduk untuk subyek agar tidak lama berdiri lama di kamar mandi.

Kemudian menggosok gigi tanpa bantuan orang lain, setelah itu menggosok

badannya dengan sabun, saat menggosok badan dengan sabun di bantu oleh alat

bantu. Saat mandi terkadang mencuci pakaian dalam maupun pakaian kotornya

sendiri, maka dari itu subyek menghabiskan banyak waktu pada saat mandi.

Subyek mampu menghabiskan waktu 30 – 45 menit di kamar mandi.

Setelah mandi, mengeringkan badannya dengan handuk sendiri dan memakai baju

ganti bersih sendiri. Setelah itu menyisir rambut sendiri dan berbedak sendiri.

Kegiatan tersebut masih mampu sendiri walaupun dengan gerakan yang lambat.

Pada saat mencuci rambut, tidak meminta pertolongan orang lain melainkan

mampu melakukannya sendiri dengan duduk. Kemudian dari hasil wawancara

yang didapat telah divalidasi dengan observasi. Hasil observasi dalam melakukan

kebersihan diri yakni menyiapkan peralatan sebelum mandi, mempersiapkan air

hangat untuk mandi sendiri, menggosok gigi tanpa bantuan, menyabuni anggota
33

badan tanpa bantuan, mencuci rambut tanpa bantuan, mengenakan pakaian tanpa

bantuan dan menyisir rambut dan berbedak sendiri mendapat skor 6 (85,7%),

yang artinya subyek mampu melakukan kegiatan secara mandiri namun masih

memerlukan bantuan orang lain.

3. Pemenuhan mobilisasi

Hasil wawancara yang didapat adalah subyek mampu berpindah

tempat dari tempat tidur menuju ke tempat lain tanpa bantuan orang lain meskipun

berjalan pelan-pelan. Subyek mampu berjalan sendiri dari rumah ke puskesmas

dengan jarak 150 meter, namun pada saat berjalan jauh ditemani oleh anaknya

atau tetangga sebelah rumahnya karena takut terjadi apa-apa jika tidak ditemani.

Jika saat ada tangga subyek lebih memilih untuk mencari jalan lain, karena akan

kelelahan setelah menaiki atau menuruni tangga. Kemudian divalidasi dengan

observasi, hasil observasi dalam melakukan mobilisasi yakni berpindah setelah

bangun tidur tanpa bantuan, berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya tanpa

terjatuh, dan mampu menaiki dan menuruni tangga tanpa bantuan mendapatkan

skor 2 (66,7%), yang artinya subyek mampu melakukan sebagian kegiatan secara

mandiri dan masih ada kegiatan lain yang perlu bantuan orang lain.

4. Pemenuhan eliminasi urin

Hasil wawancara yang didapat yaitu subyek mampu menuju toilet

tanpa bantuan orang lain meskipun berjalan perlahan-lahan. Subyek saat berkemih

mampu berjongkok sendiri, dan setelah berkemih mampu membersihkan

kemaluan dengan air dingin dan melakukannya sendiri. Subyek tidak

membersihkan kemaluan dengan sabun namun hanya dengan air bersih. Setelah

dari toilet subyek mencuci tangan dengan menggunakan sabun kemudian di basuh
34

dengan air bersih. Hasil observasi yang didapatkan yaitu mampu menuju toilet

tanpa bantuan, membersihkan kemaluan, dan mencuci tangan setelah dati toilet

mendapatkan skor 3 (100%), yang artinya subyek mampu melakukan semua

kegiatan yang berhubungan dengan pemenuhan eliminasi urin dengan mandiri.

5. Pemenuhan eliminasi alvi

Hasil wawancara yang didapatkan adalah subyek mampu menuju

toilet sendiri, tanpa bantuan orang lain kemudian setelah defekasi. Subyek mampu

membersihkan sendiri daerah kemaluannya dengan menggunakan sabun. Subyek

mampu jongkok selama defekasi, lama waktu saat defekasi ± 15 menit. Subyek

defekasi sehari sekali untuk memperlancar defekasi subyek juga mengkonsumsi

buah pisang dan pepaya. Setelah dari toilet mencuci tangan dengan sabun dan

membasuh dengan air bersih. Hasil observasi kegiatan saat defekasi yaitu mampu

menuju toilet sendiri, membersihkan kemaluan setelah defekasi, dan mencuci

tangan setelah defekasi mendapatkan skor 3 (100%) yang artinya subyek mampu

melakukukan kegiatan pemenuhan eliminasi alvi secara mandiri.

4.2.2 Kasus Kedua

Kasus kedua yaitu Ny. M yang berusia 73 tahun yang bertempat tinggal di

Jalan Kaliurang Barat 3B RT 4 RW 4. Subyek tinggal sendiri di rumahnya karena

merasa nyaman tinggal sendiri daripada ikut dengan anak-anknya. Suaminya

meninggal sejak tahun 1975 akibat menderita penyakit liver. Kegiatan sehari-hari

yang dilakukan yaitu melakukan kegiatan rumah tangga. Subyek menderita

Rheumatoid Artritis sejak 2011 dan terlihat masih sehat. Jika dilihat dari berat

badan ideal, subyek termasuk gemuk dengan berat badan 70 kg dan tinggi badan

155 cm. Hasil data yang didapat saat wawancara dan observasi dalam pemenuhan
35

Activity Daily Living (ADL) yang terdiri dari pemenuhan kebutuhan nutrisi,

pemenuhan kebersihan diri, pemenuhan mobilisasi, pemenuhan eliminasi urin,

dan pemenuhan elminasi alvi sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

Hasil wawancara yang didapatkan pada pemenuhan kebutuhan

nutrisi bahwa subyek mampu menyiapkan makan sendiri karena tinggal sendiri di

rumahnya. Subyek mampu membereskan makanannya sendiri sampai mencuci

piring dan sendoknya. Frekuensi makan dalam sehari yaitu 3 kali dengan porsi

sedikit (± 2 centong nasi sedang atau tidak penuh) dan lauk pauk sesuai selera.

Satu porsi mampu dihabiskan karena mengambil nasi sesuai dengan porsinya.

Jadwal makan saat pagi pukul 08.00 WIB, pukul 11.00 WIB, dan pukul 19.00

WIB. Menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi saat makan pagi pada tanggal

12 Februari 2015 dengan menu nasi, sayur asem, oseng tempe, dan ikan nila.

Menu untuk makan siang hanya menghangatkan lagi sayur yang dimasak tadi pagi

dan menggoreng telur. Subyek juga mengkonsumsi susu entrosol, namun jarang

karena jika ada uang saja mampu membelinya. Jadwal minum susu saat petang

atau jam 18.00 WIB.

Setelah subyek menderita Rheumatoid Artritis tidak menghindari

makanan pantangan. Setelah dilakukan wawancara dilanjutkan dengan observasi

untuk memvalidasi data tersebut. Hasil observasi dalam melakukan pemenuhan

kebutuhan nutrisi yaitu menyiapkan makanan, makan 3 kali dalam sehari, makan

sendiri atau tanpa disuapi dan membereskan makanannya mendapat skor 4

(100%) yang artinya subyek mampu melakukan kegiatan dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi secara mandiri.


36

2. Pemenuhan kebersihan diri

Hasil wawancara yang didapatkan adalah sebelum subyek mandi,

beliau mampu menyiapkan peralatan untuk mandi dan menghangatkan air. Setelah

air hangat sudah siap, subyek menaruh air panas ke bak mandi dengan sendiri

secara perlahan menuju kamar mandi. Subyek menggosok gigi tanpa bantuan

orang lain, setelah itu menggosok badannya dengan sabun tanpa bantuan orang

lain. Setelah selesai mandi kemudian mengeringkan badannya dengan handuk

sendiri dan memakai baju ganti bersih sendiri. Setelah itu menyisir rambut sendiri

dan berbedak sendiri.

Subyek masih mampu sendiri walaupun dengan gerakan yang

lambat. Pada saat subyek mencuci rambut, tidak meminta pertolongan orang lain

melainkan mampu melakukannya sendiri dengan duduk. Setelah dilakukan

wawancara kemudian validasi dengan observasi. Hasil observasi dalam

melakukan kebersihan diri yakni menyiapkan peralatan sebelum mandi,

mempersiapkan air hangat untuk mandi sendiri, menggosok gigi tanpa bantuan,

menyabuni anggota badan tanpa bantuan, mencuci rambut tanpa bantuan,

mengenakan pakaian tanpa bantuan dan menyisir rambut dan berbedak sendiri

mendapat skor 7 (100%) yang artinya subyek mampu melakukan kegiatan

pemenuhan kebersihan diri secara mandiri.

3. Pemenuhan mobilisasi

Hasil wawancara yang didapatkan adalah subyek mampu berpindah

tempat dari tempat tidur menuju ke tempat lain tanpa bantuan orang lain meskipun

berjalan pelan-pelan. Subyek mampu berjalan sendiri namun hanya disekitar

rumah dan saat berjalan jauh tidak mampu. Jika saat ada tangga lebih memilih
37

untuk mencari jalan lain yang tidak bertangga karena merasa sendi lutut sudah

kaku dan nyeri setelah menaiki atau menuruni tangga.saat subyek ingin bepergian

jauh seperti pergi ke puskesmas, subyek meminta tolong keponakannya untuk

mengantarkan ke puskesmas. Setelah dilakukan wawancara dilanjutkan dengan

observasi untuk memvalidasi data tersebut. Hasil observasi dalam melakukan

mobilisasi yakni berpindah setelah bangun tidur tanpa bantuan, berpindah dari

tempat satu ke tempat lainnya tanpa terjatuh, dan mampu menaiki dan menuruni

tangga tanpa bantuan mendapatkan skor 2 (66,7%) yang artinya subyek mampu

melakukan secara mandiri namun masih memerlukan bantuan orang lain.

4. Pemenuhan eliminasi urin

Hasil wawancara yang didapat subyek mampu menuju toilet tanpa

bantuan orang lain meskipun berjalan perlahan-lahan. Subyek saat berkemih

menggunakan toilet duduk, karena merasa nyeri saat berjongkok. Setelah

berkemih subyek membersihkan kemaluan sendiri tanpa menggunakan sabun.

Kemudian mencuci tangan dengan sabun setelah dari toilet. Setelah dilakukan

wawancara selanjutnya dilakukan observasi untuk memvalidasi data yang ada.

Hasil observasi kegiatan saat berkemih yakni mampu menuju toilet tanpa bantuan,

membersihkan kemaluan, dan mencuci tangan setelah dati toilet mendapatkan

skor 3 (100%) yang artinya subyek mampu melakukan kegiatan pemenuhan urin

secara mandiri.

5. Pemenuhan eliminasi alvi

Hasil wawancara yang didapatkan adalah subyek mampu menuju

toilet sendiri, mampu membersihkan kemaluan setelah defekasi, dan melakukan

cuci tangan setelah defekasi. Pola defekasi pada subyek yaitu defekasi sehari
38

sekali atau tiap pagi setelah bangun tidur subyek rutin defekasi. Jika ada gangguan

dalam pola defekasi, subyek mengkonsumsi sayur yang banyak atau membeli

buah pepaya. Subyek saat defekasi dengan posisi duduk karena merasa nyeri di

lutut jadi subyek sudah merasa tidak kuat untuk berjongkok. Setelah defekasi

mencuci daerah kemaluan dengan menggunakan sabun dan setelah selesai dari

toilet mencuci tangannya kembali. Setelah dilakukan wawancara selanjutnya

dilakukan observasi untuk memvalidasi data yang ada. Hasil observasi kegiatan

saat defekasi yakni mampu menuju toilet sendiri, membersihkan kemaluan setelah

defekasi, dan mencuci tangan setelah defekasi mendapatkan skor 3 (100%) yang

artinya subyek mampu melakukan kegiatan pemenuhan eliminasi alvi secara

mandiri.

4.3 Pembahasan

Setelah dilakukan pengambilan data dengan wawancara dan observasi

pemenuhan Activity Daily Living (ADL) pada kasus dengan Rheumatoid Artritis

yang terdiri dari pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebersihan diri,

pemenuhan mobilisasi, pemenuhan eliminasi urin dan pemenuhan eliminasi alvi

akan dikaitkan dengan teori yang ada. Berikut ini pembahasan pemenuhan

Activity Daily Living (ADL) dengan Rheumatoid Artritis.

4.3.1 Pemenuhan kebutuhan nutrisi

Menurut teori Gordon (2002) kemampuan aktivitas klien dengan

Rheumatoid Artritis yang menurun yaitu menyiapkan makan, dan melakukan

pekerjaan rumah tangga. Hasil penelitian dan teori tersebut menunjukkan adanya

kesesuaian yaitu pada kasus pertama. Kasus pertama tidak mampu menyiapkan

makan sendiri dikarenakan oleh kekakuan sendi di daerah bahu maka kegiatan
39

memasak perlu bantuan dari anaknya. Namun pada kasus kedua mampu

melakukan secara mandiri, hal ini disebabkan oleh subyek yang tinggal sendiri di

rumahnya dan diharuskan untuk melakukan kegiatan rumah tangga dengan

sendiri.

Kedua subyek tidak ada masalah pada pemasukan nutrisi, dikarenakan tidak

ada gangguan sistem pencernaaan yang diderita oleh keduanya. Meskipun porsi

makan yang dikonsumsi hanya sedikit sekitar 1-2 centong nasi hal ini disebabkan

karena adanya perubahan fisik yang terjadi pada lansia. Menurut Maryam, dkk

(2008) menyatakan bahwa adanya perubahan fisik pada gastrointestinal yaitu

esofagus yang melebar, asam lambung menurun, lapar menurun, dan peristaltic

menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil

serta fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan berkurangnya

produksi hormone dan enzim pencernaan. Hal ini dibuktikan dengan keduanya

yang mengkonsumsi jumlah makan yang sedikit.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua subyek memiliki hasil yang

berbeda yaitu kasus pertama terpenuhi dengan bantuan orang lain sedangkan

kasus kedua terpenuhi dengan mandiri. Kedua hasil yang berbeda diduga adanya

faktor nyeri akibat dari penyakit Rheumatoid Artritis yang diderita keduanya.

Kasus pertama mengeluh nyeri pada bahu sedangkan kasus kedua mengeluh nyeri

pada lutut. Rasa nyeri yang berbeda lokasi diduga dapat membedakan aktivitas

yang terganggu pada keduanya pun berbeda. Namun saat pemenuhan nutrisi

keduanya tidak ada masalah, karena kedua subyek tidak memiliki gangguan di

sistem pencernaan. Namun hanya saja dimungkinkan karena faktor usia yang
40

lansia (60-74 tahun) maka terjadi perubahan fisik yang khususnya pada

gastrointestinal.

4.3.2 Pemenuhan kebersihan diri

Hasil penelitian pada kasus pertama yaitu mampu terpenuhi bantuan

sebagian yang artinya masih memerlukan bantuan dari orang lain, sedangkan

kasus kedua terpenuhi dengan mandiri. Keduanya mampu melakukan dari

menghangatkan air hingga berhias secara mandiri. Namun subyek pada kasus

pertama memerlukan bantuan saat menyabuni anggota badan bagian punggung.

Hal ini dikarenakan rasa nyeri yang terjadi pada bagian bahu.

Menurut toeri Burnner&Suddarth (2002) dalam Afriyanti (2014) hal ini

disebabkan oleh penyakit yang menyerang secara progresif mengenai persendian

lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang, tulang belakang

serviks, dan temporomandibular. Hasil penelitian dan teori yang di jabarkan

tampak adanya kesesuaian dengan kasus pertama. Penyakit tersebut menyerang

bagian bahu kanan dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhinya.

Menurut Roper (2002) dalam Mubarak & Chayatin (2008) menyatakan

bahwa tingkat kebersihan sendiri dinilai dari penampilan individu serta upaya

dalam menjaga kebersihan diri dan kerapian tubuhnya sehari-hari. Adanya

masalah kesehatan akan berdampak pada kebersihan seseorang itu maka dari itu

kebersihan diri merupakan faktor yang penting dalam mempertahankan derajat

kesehatan individu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua subyek

menunjukkan adanya tingkat kebersihan diri yang bersih ditandai dengan selalu

mengganti pakaian setiap hari, mandi dengan air hangat, dan berhias setelah

mandi.
41

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan kebersihan diri kedua

subyek memiliki hasil yang berbeda, namun hasil tingkat kebersihan

menunjukkan adanya keduanya bersih dimungkinkan karena subyek pertama yang

tinggal dengan anaknya maka kebutuhan yang diperlukan oleh subyek pertama

mampu terpenuhi dengan bantuan dari anaknya.

4.3.3 Pemenuhan mobilisasi

Berdasarkan hasil penelitian kedua subyek terpenuhi bantuan sebagian yang

artinya subyek mampu mandiri tetapi masih ada yang perlu dibantu. Hal ini

dibuktikan bahwa kedua tidak mampu saat menaiki dan menuruni tangga.

Menurut teori Gordon (2002) dalam Nasution (2011) menyatakan bahwa

rheumatoid artritis akan mengganggu aktivitas yang dilakukan sehari-hari, karena

adanya gerakan sendi yang terbatas. Sumber utama dari perubahan aktivitas yaitu

rasa tidak nyaman pada fisik karena sendi yang kaku dan sakit. Maka terdapat

kesesuaian antara hasil penelitian dan teori bahwa terjadi gangguan aktivitas

akibat rasa kaku dan sakit yang diakibatkan penyakit tersebut. Pada kasus kedua

tampak memerlukan bantuan dari orang lain karena subyek merasa pada daerah

lutut yang merasa kaku. Maka dari itu subyek memerlukan bantuan orang lain saat

perjalanan jauh.

Penelitian ini disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhi mobilisasi.

Menurut Mubarak & Chayatin (2011) menyatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi mobilasasi yaitu ketidakmampuan. Ketidakmampuan ini dibagi

menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Ketidakmampuan primer yaitu yang

diakibatkan oleh penyakit atau trauma. Sedangkan ketidakmampuan sekunder

terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer misalnya tirah baring dan
42

kelemahan otot. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Nasution, J (2011)

yang menyatakan bahwa pasien yang terkena penyakit rheumatoid arthritis dapat

mengkibatkan aktivitas sehari-harinya terganggu. Hal ini dibuktikan bahwa kedua

subyek perlu bantuan saat melakukan pemenuhan mobilisasi.

Kedua subyek ini menunjukkan bahwa pemenuhan mobilisasi keduanya

dibantu oleh orang lain. Hal ini dimungkinkan pada subyek pertama karena

adanya rasa khawatir dari anaknya yang mendapat perhatian lebih saat mobilisasi

sedangkan pada subyek kedua karena adanya faktor nyeri dibagian lutut yang

membuat tidak kuat untuk berjalan jauh.

4.3.4 Pemenuhan eliminasi urin

Hasil penelitian kedua subyek yaitu terpenuhi dengan mandiri. Kedua

subyek tersebut tidak terjadi masalah eliminasi urin. Hal ini terlihat tidak adanya

keluhan dari keduanya. Namun terdapat keluhan pada kasus kedua yaitu subyek

tidak mampu berjongkok saat berkemih. Meskipun mengeluh nyeri saat

berjongkok, subyek masih mampu melakukan sendiri dengan menggunakan WC

duduk.

Penelitian ini juga didukung oleh Gordon (2002) dalam Nasution, J (2011)

yang menyatakan bahwa kemampuan aktivitas klien dengan rheumatoid artritis

yang menurun. Hal ini dibuktikan dengan ketidakmampuan untuk berjongkok.

Pada pola eliminasi urin dengan kasus Rheuamoid Artritis tidak menunjukkan

adanya perubahan. Hal ini juga dibuktikan dengan kedua subyek yang tidak

mengalami masalah eliminasi urin.

Kedua subyek yang tidak ada keluhan pada pola eliminasi urin namun saat

aktivitas atau kegiatan untuk pemenuhan eliminasi urin yang dikeluhkan oleh
43

subyek kedua, diduga karena rasa nyeri lutut akibat menderita Rheumatoid

Artritis dan subyek tidak mampu untuk menekuk lututnya.

4.3.5 Pemenuhan eliminasi alvi

Kedua subyek mampu memenuhi pemenuhan eliminasi dengan mandiri.

Kedua subyek tersebut tidak terjadi masalah eliminasi alvi. Menurut Anies (2006)

menyatakan bahwa Rheumatoid Artritis ini menyerang sendi-sendi tangan, yang

merusak dinding persendian akibat serangan balik yang tidak terkendali dari

sistem kekebalan tubuh. Maka dari itu Rheumatoid Artritis hanya menyerang pada

bagian sendi dan tulang dan yang akan berpengaruh pada gangguan

muskuloskeletal tidak pada gangguan eliminasi alvi.

Menurut Hidayat (2006) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

perubahan eliminasi alvi yaitu usia, diet, asupan cairan, aktivitas, pengobatan,

gaya hidup, penyakit, nyeri, kerusakan sensoris dan motoris. Hasil penelitian yang

ada ditemukan tidak ada perubahan pola eliminasi alvi yang bermakna akibat dari

penyakit Rheumatoid Artritis sebab kedua subyek tersebut akan mencari jalan

keluar saat adanya gangguan pada pola defekasi.

Pada kedua subyek menunjukkan hasil bahwa keduanya mampu memenuhi

eliminasi alvi dengan mandiri. Meskipun pada subyek kedua mengeluh saat

jongkok namun berusaha mandiri dengan menggunakan WC duduk. Kedua

subyek pun tidak memiliki gangguan pada pola eliminasi alvi maka diduga

penyakit Rheumatoid Artitis hanya mengganggu saat kegiatan pemenuhan

eliminasi alvi bukan pada pola eliminasi alvi.


44

4.3 Keterbatasan Peneliti

Berdasarkan proses dan hasil penelitian didapatkan keterbatasan penelitian

yang dialami oleh peneliti antara lain:

1. Peneliti tidak mampu mengobservasi pemenuhan Activity Daily Living

(ADL) subjek selama 24 jam.

2. Peneliti tidak dapat melihat mengobservasi secara langsung bagaimana

subjek saat melakukan pemenuhan kebersihan diri, berkemih dan

defekasi.

3. Instrumen wawancara dan observasi yang dibuat sendiri oleh peneliti dan

belum ada uji validitas dan reabilitasnya.

Anda mungkin juga menyukai