Pada bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari
Rampal Celaket”, dengan menggunakan 2 subjek penelitian yaitu Ny.A dan Ny.M
penelitian tersebut telah memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian dan telah
pernyataan terlampir). Pengambilan data dengan studi kasus ini dilakukan dengan
samaan, kelurahan rampal celaket dan kelurahan klojen. Batas wilayah puskesmas
Rampal Celaket yaitu sebelah utara Kelurahan Samaan, sebelah timur Kelurahan
Kauman, dan sebelah barat Kelurahan Oro-oro Dowo dan Lowokwaru. Jarak antar
puskesmas Rampal Celaket yang Dinas Kesehatan Kota Malang ± 5 km. Luas
28
29
perawat D3, 6 orang bidan D3, 2 orang perawat gigi, , 1 orang ahli gizi D3, 2
orang apoteker S1, 1 orang petugas analisis laboratorium, dan 1 orang petugas
sanitarian.
Ruangan di puskesmas ini terdiri dari loket, klinik gizi, poli KB (Keluarga
Berencana), ruang imunisasi, poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), poli lansia, poli
umum, poli gigi, IGD (Instalasi Gawat Darurat), apotek, laboratorium, puskesmas
keliling atau ambulan, ruang obat, dapur, mushollah, perpustakaan, ruang kepala
puskesmas, ruang tata usaha, ruang program, dan ruang pertemuan. Jenis
a. Pelayanan dasar meliputi pelayanan poli gigi, poli KIA, pelayanan KB,
b. Klinik Sanitasi
c. Klinik Gizi
wanita, kedua subyek tersebut yaitu Ny. A yang berusia 74 tahun dan Ny. M yang
sudah sejak lama yaitu pada tahun 2009 dan 2011. Keduanya masih terlihat
mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari walaupun ada yang masih dibantu
oleh keluarga. Jika dilihat dari berat badan dan tinggi badan keduanya, subyek
kasus pertama terlihat kurus sedangkan pada subyek kasus kedua terlihat gemuk.
Kedua subyek penelitian ini selalu rutin saat berobat di puskesmas. Kedua subyek
walaupun memerlukan bantuan dari anak dan cucunya. Jika dilihat dari berat
badan ideal tubuh seseorang, subyek termasuk kurus dengan berat badan 42 kg
dan tinggi badan 152 cm. Subyek masih terlihat sehat dan mampu melakukan
kegiatan sehari-hari meskipun merasa nyeri pada bagian bahu. Subyek di nyatakan
menderita Rheumatoid Artritis sejak tahun 2009 selain itu juga menderita
hipertensi. Hasil data yang didapat setelah wawancara dan observasi dalam
31
pemenuhan Activity Daily Living (ADL) yang terdiri dari pemenuhan kebutuhan
menyiapkan makan sendiri namun di bantu oleh anaknya. Subyek tidak membantu
memasak dan menyiapkan makan karena subyek mengeluh nyeri pada bahu kanan
yang akhirnya tidak mampu untuk melakukan kegiatan tersebut. Namun subyek
Frekuensi makan subyek dalam sehari yaitu sebanyak 3 kali dengan porsi sedikit
yaitu makan pagi pukul 09.00 WIB, makan siang pukul 11.00 WIB, dan makan
malam pukul 17.00 WIB. Menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi saat makan
pagi pada tanggal 12 Februari 2015 dengan menu nasi, sayur bayam, dan tempe.
Makan siang dengan menu yang sama dengan menu makan pagi, kemudian
makan sore dengan menu nasi dan lauk (tempe) saja. Saat makan mampu makan
sendiri atau tanpa disuapi oleh orang lain. Setiap pagi minum susu anlene setelah
makan 3 kali dalam sehari, makan sendiri atau tanpa disuapi dan membereskan
saat menyabuni pada bagian punggung dengan bantuan anaknya. Sebelum mandi
subyek menyiapkan pakaian bersih sendiri dan menghangatkan air dengan teko
kecil. Setelah air hangat sudah siap, menaruh air panas ke bak mandi dengan
sendiri secara perlahan menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi sudah
tersedia tempat duduk untuk subyek agar tidak lama berdiri lama di kamar mandi.
Kemudian menggosok gigi tanpa bantuan orang lain, setelah itu menggosok
badannya dengan sabun, saat menggosok badan dengan sabun di bantu oleh alat
bantu. Saat mandi terkadang mencuci pakaian dalam maupun pakaian kotornya
sendiri, maka dari itu subyek menghabiskan banyak waktu pada saat mandi.
Setelah mandi, mengeringkan badannya dengan handuk sendiri dan memakai baju
ganti bersih sendiri. Setelah itu menyisir rambut sendiri dan berbedak sendiri.
Kegiatan tersebut masih mampu sendiri walaupun dengan gerakan yang lambat.
Pada saat mencuci rambut, tidak meminta pertolongan orang lain melainkan
yang didapat telah divalidasi dengan observasi. Hasil observasi dalam melakukan
hangat untuk mandi sendiri, menggosok gigi tanpa bantuan, menyabuni anggota
33
badan tanpa bantuan, mencuci rambut tanpa bantuan, mengenakan pakaian tanpa
bantuan dan menyisir rambut dan berbedak sendiri mendapat skor 6 (85,7%),
yang artinya subyek mampu melakukan kegiatan secara mandiri namun masih
3. Pemenuhan mobilisasi
tempat dari tempat tidur menuju ke tempat lain tanpa bantuan orang lain meskipun
dengan jarak 150 meter, namun pada saat berjalan jauh ditemani oleh anaknya
atau tetangga sebelah rumahnya karena takut terjadi apa-apa jika tidak ditemani.
Jika saat ada tangga subyek lebih memilih untuk mencari jalan lain, karena akan
bangun tidur tanpa bantuan, berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya tanpa
terjatuh, dan mampu menaiki dan menuruni tangga tanpa bantuan mendapatkan
skor 2 (66,7%), yang artinya subyek mampu melakukan sebagian kegiatan secara
mandiri dan masih ada kegiatan lain yang perlu bantuan orang lain.
tanpa bantuan orang lain meskipun berjalan perlahan-lahan. Subyek saat berkemih
membersihkan kemaluan dengan sabun namun hanya dengan air bersih. Setelah
dari toilet subyek mencuci tangan dengan menggunakan sabun kemudian di basuh
34
dengan air bersih. Hasil observasi yang didapatkan yaitu mampu menuju toilet
tanpa bantuan, membersihkan kemaluan, dan mencuci tangan setelah dati toilet
toilet sendiri, tanpa bantuan orang lain kemudian setelah defekasi. Subyek mampu
mampu jongkok selama defekasi, lama waktu saat defekasi ± 15 menit. Subyek
buah pisang dan pepaya. Setelah dari toilet mencuci tangan dengan sabun dan
membasuh dengan air bersih. Hasil observasi kegiatan saat defekasi yaitu mampu
tangan setelah defekasi mendapatkan skor 3 (100%) yang artinya subyek mampu
Kasus kedua yaitu Ny. M yang berusia 73 tahun yang bertempat tinggal di
meninggal sejak tahun 1975 akibat menderita penyakit liver. Kegiatan sehari-hari
Rheumatoid Artritis sejak 2011 dan terlihat masih sehat. Jika dilihat dari berat
badan ideal, subyek termasuk gemuk dengan berat badan 70 kg dan tinggi badan
155 cm. Hasil data yang didapat saat wawancara dan observasi dalam pemenuhan
35
Activity Daily Living (ADL) yang terdiri dari pemenuhan kebutuhan nutrisi,
nutrisi bahwa subyek mampu menyiapkan makan sendiri karena tinggal sendiri di
piring dan sendoknya. Frekuensi makan dalam sehari yaitu 3 kali dengan porsi
sedikit (± 2 centong nasi sedang atau tidak penuh) dan lauk pauk sesuai selera.
Satu porsi mampu dihabiskan karena mengambil nasi sesuai dengan porsinya.
Jadwal makan saat pagi pukul 08.00 WIB, pukul 11.00 WIB, dan pukul 19.00
WIB. Menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi saat makan pagi pada tanggal
12 Februari 2015 dengan menu nasi, sayur asem, oseng tempe, dan ikan nila.
Menu untuk makan siang hanya menghangatkan lagi sayur yang dimasak tadi pagi
dan menggoreng telur. Subyek juga mengkonsumsi susu entrosol, namun jarang
karena jika ada uang saja mampu membelinya. Jadwal minum susu saat petang
kebutuhan nutrisi yaitu menyiapkan makanan, makan 3 kali dalam sehari, makan
beliau mampu menyiapkan peralatan untuk mandi dan menghangatkan air. Setelah
air hangat sudah siap, subyek menaruh air panas ke bak mandi dengan sendiri
secara perlahan menuju kamar mandi. Subyek menggosok gigi tanpa bantuan
orang lain, setelah itu menggosok badannya dengan sabun tanpa bantuan orang
sendiri dan memakai baju ganti bersih sendiri. Setelah itu menyisir rambut sendiri
lambat. Pada saat subyek mencuci rambut, tidak meminta pertolongan orang lain
mempersiapkan air hangat untuk mandi sendiri, menggosok gigi tanpa bantuan,
mengenakan pakaian tanpa bantuan dan menyisir rambut dan berbedak sendiri
3. Pemenuhan mobilisasi
tempat dari tempat tidur menuju ke tempat lain tanpa bantuan orang lain meskipun
rumah dan saat berjalan jauh tidak mampu. Jika saat ada tangga lebih memilih
37
untuk mencari jalan lain yang tidak bertangga karena merasa sendi lutut sudah
kaku dan nyeri setelah menaiki atau menuruni tangga.saat subyek ingin bepergian
mobilisasi yakni berpindah setelah bangun tidur tanpa bantuan, berpindah dari
tempat satu ke tempat lainnya tanpa terjatuh, dan mampu menaiki dan menuruni
tangga tanpa bantuan mendapatkan skor 2 (66,7%) yang artinya subyek mampu
Kemudian mencuci tangan dengan sabun setelah dari toilet. Setelah dilakukan
Hasil observasi kegiatan saat berkemih yakni mampu menuju toilet tanpa bantuan,
skor 3 (100%) yang artinya subyek mampu melakukan kegiatan pemenuhan urin
secara mandiri.
cuci tangan setelah defekasi. Pola defekasi pada subyek yaitu defekasi sehari
38
sekali atau tiap pagi setelah bangun tidur subyek rutin defekasi. Jika ada gangguan
dalam pola defekasi, subyek mengkonsumsi sayur yang banyak atau membeli
buah pepaya. Subyek saat defekasi dengan posisi duduk karena merasa nyeri di
lutut jadi subyek sudah merasa tidak kuat untuk berjongkok. Setelah defekasi
mencuci daerah kemaluan dengan menggunakan sabun dan setelah selesai dari
dilakukan observasi untuk memvalidasi data yang ada. Hasil observasi kegiatan
saat defekasi yakni mampu menuju toilet sendiri, membersihkan kemaluan setelah
defekasi, dan mencuci tangan setelah defekasi mendapatkan skor 3 (100%) yang
mandiri.
4.3 Pembahasan
pemenuhan Activity Daily Living (ADL) pada kasus dengan Rheumatoid Artritis
akan dikaitkan dengan teori yang ada. Berikut ini pembahasan pemenuhan
pekerjaan rumah tangga. Hasil penelitian dan teori tersebut menunjukkan adanya
kesesuaian yaitu pada kasus pertama. Kasus pertama tidak mampu menyiapkan
makan sendiri dikarenakan oleh kekakuan sendi di daerah bahu maka kegiatan
39
memasak perlu bantuan dari anaknya. Namun pada kasus kedua mampu
melakukan secara mandiri, hal ini disebabkan oleh subyek yang tinggal sendiri di
sendiri.
Kedua subyek tidak ada masalah pada pemasukan nutrisi, dikarenakan tidak
ada gangguan sistem pencernaaan yang diderita oleh keduanya. Meskipun porsi
makan yang dikonsumsi hanya sedikit sekitar 1-2 centong nasi hal ini disebabkan
karena adanya perubahan fisik yang terjadi pada lansia. Menurut Maryam, dkk
esofagus yang melebar, asam lambung menurun, lapar menurun, dan peristaltic
menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil
produksi hormone dan enzim pencernaan. Hal ini dibuktikan dengan keduanya
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua subyek memiliki hasil yang
berbeda yaitu kasus pertama terpenuhi dengan bantuan orang lain sedangkan
kasus kedua terpenuhi dengan mandiri. Kedua hasil yang berbeda diduga adanya
faktor nyeri akibat dari penyakit Rheumatoid Artritis yang diderita keduanya.
Kasus pertama mengeluh nyeri pada bahu sedangkan kasus kedua mengeluh nyeri
pada lutut. Rasa nyeri yang berbeda lokasi diduga dapat membedakan aktivitas
yang terganggu pada keduanya pun berbeda. Namun saat pemenuhan nutrisi
keduanya tidak ada masalah, karena kedua subyek tidak memiliki gangguan di
sistem pencernaan. Namun hanya saja dimungkinkan karena faktor usia yang
40
lansia (60-74 tahun) maka terjadi perubahan fisik yang khususnya pada
gastrointestinal.
sebagian yang artinya masih memerlukan bantuan dari orang lain, sedangkan
menghangatkan air hingga berhias secara mandiri. Namun subyek pada kasus
Hal ini dikarenakan rasa nyeri yang terjadi pada bagian bahu.
lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang, tulang belakang
bagian bahu kanan dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
bahwa tingkat kebersihan sendiri dinilai dari penampilan individu serta upaya
masalah kesehatan akan berdampak pada kebersihan seseorang itu maka dari itu
menunjukkan adanya tingkat kebersihan diri yang bersih ditandai dengan selalu
mengganti pakaian setiap hari, mandi dengan air hangat, dan berhias setelah
mandi.
41
tinggal dengan anaknya maka kebutuhan yang diperlukan oleh subyek pertama
artinya subyek mampu mandiri tetapi masih ada yang perlu dibantu. Hal ini
dibuktikan bahwa kedua tidak mampu saat menaiki dan menuruni tangga.
adanya gerakan sendi yang terbatas. Sumber utama dari perubahan aktivitas yaitu
rasa tidak nyaman pada fisik karena sendi yang kaku dan sakit. Maka terdapat
kesesuaian antara hasil penelitian dan teori bahwa terjadi gangguan aktivitas
akibat rasa kaku dan sakit yang diakibatkan penyakit tersebut. Pada kasus kedua
tampak memerlukan bantuan dari orang lain karena subyek merasa pada daerah
lutut yang merasa kaku. Maka dari itu subyek memerlukan bantuan orang lain saat
perjalanan jauh.
Menurut Mubarak & Chayatin (2011) menyatakan bahwa salah satu faktor yang
menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Ketidakmampuan primer yaitu yang
terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer misalnya tirah baring dan
42
kelemahan otot. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Nasution, J (2011)
yang menyatakan bahwa pasien yang terkena penyakit rheumatoid arthritis dapat
dibantu oleh orang lain. Hal ini dimungkinkan pada subyek pertama karena
adanya rasa khawatir dari anaknya yang mendapat perhatian lebih saat mobilisasi
sedangkan pada subyek kedua karena adanya faktor nyeri dibagian lutut yang
subyek tersebut tidak terjadi masalah eliminasi urin. Hal ini terlihat tidak adanya
keluhan dari keduanya. Namun terdapat keluhan pada kasus kedua yaitu subyek
duduk.
Penelitian ini juga didukung oleh Gordon (2002) dalam Nasution, J (2011)
Pada pola eliminasi urin dengan kasus Rheuamoid Artritis tidak menunjukkan
adanya perubahan. Hal ini juga dibuktikan dengan kedua subyek yang tidak
Kedua subyek yang tidak ada keluhan pada pola eliminasi urin namun saat
aktivitas atau kegiatan untuk pemenuhan eliminasi urin yang dikeluhkan oleh
43
subyek kedua, diduga karena rasa nyeri lutut akibat menderita Rheumatoid
Kedua subyek tersebut tidak terjadi masalah eliminasi alvi. Menurut Anies (2006)
merusak dinding persendian akibat serangan balik yang tidak terkendali dari
sistem kekebalan tubuh. Maka dari itu Rheumatoid Artritis hanya menyerang pada
bagian sendi dan tulang dan yang akan berpengaruh pada gangguan
perubahan eliminasi alvi yaitu usia, diet, asupan cairan, aktivitas, pengobatan,
gaya hidup, penyakit, nyeri, kerusakan sensoris dan motoris. Hasil penelitian yang
ada ditemukan tidak ada perubahan pola eliminasi alvi yang bermakna akibat dari
penyakit Rheumatoid Artritis sebab kedua subyek tersebut akan mencari jalan
eliminasi alvi dengan mandiri. Meskipun pada subyek kedua mengeluh saat
subyek pun tidak memiliki gangguan pada pola eliminasi alvi maka diduga
defekasi.
3. Instrumen wawancara dan observasi yang dibuat sendiri oleh peneliti dan