Anda di halaman 1dari 2

Nama Kota di Nusantara dari Masa ke Masa

Nama kota utama biasanya terkait sejarah terbentuknya kota tersebut, bisa juga
karena penguasaan kota secara politik dikuasai kelompok pemberi nama.
Sunda Kelapa direbut Fatahillah dari Portugis, namanya diganti jadi Jayakarta, kota
yang jaya. Lalu ketika Belanda berkuasa diberi nama Batavia sampai 1942 dan ketika Jepang
mengalahkan Belanda diganti lagi menjadi Jakarta sampai saat ini.
Hollandia ibukota Papua diganti menjadi Sukarnapura pada saat Irian Barat kembali
ke pangkuan RI tahun 1963. Lalu ketika Sukarno jatuh, pak Harto mengganti nama kota itu
menjadi Jayapura, alasannya nama kota terlalu berbau kultus individu. Semoga tetap
Jayapura, kota yang jaya, tidak balik lagi jadi Hollandia.
Makassar pernah ganti nama jadi Ujung Pandang pada 1971, lalu kembali lagi
menjadi Makassar. Alasan diganti Ujung Pandang konon karena kota tersebut warganya
multi suku bangsa, bukan hanya suku Makassar. Setelah reformasi, tahun 1999 nama
Makassar kembali diberlakukan. Mungkin sudah kadung dikenal dunia dan yang penting
bukan diberikan oleh Belanda. Lha tim sepakbolanya pernah disebut PSM Ujung Pandang,
nama PSM pun sudah terlanjur melegenda di dunia sepakbola Indonesia, masa diganti jadi
PSUP hehehe.
Bertahun-tahun kota Bogor disebut Buitenzorg oleh Belanda. Zaman Indonesia
merdeka ya disebut Bogor saja. Walaupun kadang-kadang terpikir bagus juga ya nama
Buitenzorg.
Sebuah pulau Melayu di ujung Semenanjung Malaka disebut pulau Tumasik, lalu
oleh penguasa Inggris disebut Singapura atau Singapore menurut ucapan londo Inggris.
Ketika Jepang berkuasa nama kota tersebut diganti jadi Shonanto. Akhirnya balik lagi jadi
Singapura atau Singapore setelah Jepang kalah perang tahun 1945. Terlihat sekali penguasa
politik berwenang memberikan nama pulau kota tersebut sesuai kehendaknya.
Di ujung barat Indonesia, ibukota provinsi Aceh bernama Kutaraja, pada peta
terbitan zaman Republik Indonesia sebelum 1963. Ternyata Kutaraja itu nama yang diberikan
Belanda setelah mereka merebut Banda Aceh Darussalam ibukota Kesultanan Aceh pada
tahun 1874.
Nama kota Banda Aceh dihidupkan kembali berdasarkan Keputusan Menteri
Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah bertanggal 9 Mei 1963 No. Des 52/1/43-43. Sejak
saat itu nama Kutaraja yang ditetapkan oleh Belanda sejak 1874 resmi dikubur, kembali nama
Banda Aceh diberlakukan kembali hingga saat ini.
Ada banyak "kota baru" yang dibangun developer di Jawa Barat, DKI Jakarta dan
Banten. Secara fisik memang cukup layak disebut kota, namun belum tentu disetujui jadi
nama kota secara administratif.
Tahun 1950an dibangun Kebayoran Baru, sebuah kota satelit di selatan Jakarta.
Setelah lebih dari setengah abad wilayah tersebut jadi inti Kota Administrasi Jakarta Selatan,
bukan Kota Kebayoran Baru. Sebuah contoh lagi Bumi Serpong Damai (BSD) dibangun
tahun 1980an, sekarang menjadi inti Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang modern, secara
administratif yang ada kota Tangsel, bukan kota BSD.
Kota Baru Parahyangan, Kelapa Gading Permai, Bumi Serpong Damai dan Sentul
City ditambah Meikarta adalah sejumlah "kota baru" dan calon "kota baru" yang sudah
memasyarakat. Apakah pemberian nama itu harus sepersetujuan Pemerintah Daerah
setempat, Pemerintah Kota/Kabupaten dan Provinsi?.
Seharusnya iya, karena menyangkut izin, RTRW, sejarah dan kekhasan budaya
setempat. Apalagi bila real estate tersebut sangat luas seperti Meikarta, warga masyarakat
Bekasi dan Jawa Barat diwakili Pemda Kabupaten Bekasi dan Pemda Provinsi Jawa Barat
mestinya punya hak mengatur nama tempat di wilayahnya. Sekian ribu hektar lahan dibeli
pengusaha untuk dijadikan kota, pemberian nama kota tersebut seharusnya bukan hak
pengusaha.
Mungkin masih ingat ketika nama-nama real estate berbahasa Inggris harus
diindonesiakan, misalnya Green Garden menjadi Gren-gaden. Perubahan nama Kutaraja
kembali jadi Banda Aceh berdasarkan SK Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi
Daerah. Bahkan perubahan nama Jalan Rumah Sakit II di Bogor menjadi Jalan Prof. Dr. Ir.
Andi Hakim Nasution atas persetujuan resmi Walikota Bogor.

Anda mungkin juga menyukai