Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu
dianggap sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan mengalami
kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai wanita mandul sebagai
masalah hidupnya (Aprillia, 2010).
Banyak faktor yang menyebabkan pasutri sulit untuk hamil setelah kehidupan
seksual normal yang cukup lama. Banyak pasutri yang memilih bercerai karena salah
satu dari mereka tidak dapat memberi keturunan. Ancaman terjadinya perceraian ini
mencapai 43% dari masalah dalam sebuah pernikahan yang ada. Mereka beranggapan
bahwa peran mereka sebagai orang tua tidak sempurna tanpa kehadiran seorang anak
dalam kehidupan perkawinannya. Pada umumnya faktor-faktor organic atau fisiologik
yang menjadi sebab. Akan tetapi, sekarang telah menjadi pendapat umum bahwa
ketidakseimbangan jiwa dan ketakutan yang berlebihan (emotional stress) dapat pula
menurunkan kesuburan wanita (Prawirohardjo, 2005).
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja, seperti
dikemukakan bahwa suami sebaiknya diperiksa lebih dahulu dan dinyatakan
sehat jasmani dan rohani, karena kehamilan dapat terjadi apabila suami benar-benar
sehat dan kemampuan menunaikan tugas dengan baik, suami menyumbang
40% dari angka kejadian infertil, sedangkan sisanya ada pada istri. Pada wanita
dikemukakan beberapa sebab infertilitas idiopatik, artinya semua keadaan fisik dan
reproduksinya baik tetapi pasangan tersebut belum dapat hamil. Pendidikan agama
yang terlampau kolot, yang menganggap segala yang berhubungan dengan seks itu
tabu dan prifasi sehingga tidak layak untuk dibicarakan (Prawirohardjo, 2005).
Kanker serviks merupakan jenis tumor ganas yang mengenai lapiran
permukaan (epitel) dari mulut rahim. Kanker serviks menyebabkan terjadinya
pembelahan sel yang tidak terkontrol dan kemampuan sel-sel tersebut menyerang
jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung ataudengan
bermetastasiske sel lain yang jauh (Padila 2012, Savitri 2015).

5
Kanker serviks merupakan perubahan pada sel serviks yang disertai dengan
beragam karakteristik histologist. Sel-sel pada taut skuamokolumnar, yang juga sering
disebut zona transformasi, sering kali mengalami perbaikan. Pada proses ini, sel
kolumnar (endoserviks) berubah menjadi sel epitel skuamosa (ektoserviks) dibawah
pengaruh aktivitas hormone gonadotropin. Perubahan neoplasti pertama kali terjadi
pada taut skuamokolumnar (Reeder, dkk, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan infertilitas ?
2. Apa saja klasifikasi infertilitas ?
3. Apa aja etiologi infertilitas ?
4. Bagaimana patofisiologi infertilitas ?
5. Apa saja manifestasi klinis infertilitas ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada infertilitas ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada infertilitas ?
8. Apakah yang dimaksud dengan kanker serviks ?
9. Apa saja etiologi kanker serviks ?
10. Apa saja klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks ?
11. Bagaimana patofisiologi kanker serviks ?
12. Apa saja tanda dan gejala kanker serviks ?
13. Bagaimana respon tubuh terhadap fisiologis kanker serviks?
14. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada kanker serviks ?
15. Apa saja penatalaksanaan pada kanker serviks ?
16. Bagaimana asuhan keperawatan pada kanker serviks ?

C. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan infertilitas
2. Untuk dapat mengetahui pa saja klasifikasi infertilitas
3. Untuk dapat mengetahui apa aja etiologi infertilitas
4. Untuk dapat mengetahui bagaimana patofisiologi infertilitas
5. Untuk dapat mengetahui apa saja manifestasi klinis infertilitas
6. Untuk dapat mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pada infertilitas
7. Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada infertilitas

6
8. Untuk dapat mengetahui apakah yang dimaksud dengan kanker serviks
9. Untuk dapat mengetahui apa saja etiologi kanker serviks
10. Untuk dapat mengetahui apa saja klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks
11. Untuk dapat mengetahui bagaimana patofisiologi kanker serviks
12. Untuk dapat mengetahui apa saja tanda dan gejala kanker serviks
13. Untuk dapat mengetahui bagaimana respon tubuh terhadap fisiologis kanker
serviks
14. Untuk dapat mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostic pada kanker serviks
15. Untuk dapat mengetahui apa saja penatalaksanaan pada kanker serviks
16. Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada kanker serviks

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Infertilitas
1. Defenisi Infertilitas
Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan
Medikal Bedah). Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang
telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha
selama satu tahun tetapi belum hamil. Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk
hamil dalam waktu satu tahun.Infertilitas primer bila pasutri tidak pernah hamil
dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.(Siswandi, 2006).Pasangan infertil
adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan
dan kelahiran bayi hidup.

2. Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu :
a. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun
bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama
12 bulan berturut-turut.
b. Infertilitas sekunder yaitu Disebut infertilitas sekunder jika perempuan penah
hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama
teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan
berturut- turut.
c. Infertilitas idiopatik/tak terjelaskan
Setelah pemeriksaan lengkap kedua pasangan dinyatakan normal,dan
ditangani selama 2 tahun tidak juga berhasil hamil.

8
3. Etiologi Infertilitas

a. Penyebab Infertilitas pada perempuan (Istri)

1) Faktor penyakit

a) Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di


lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh
di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding
rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa
juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga
perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat
pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim,
serta -tentu saja-infertilitas.

b) Infeksi Panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran


reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran
telur, indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi
panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan dan
kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan
keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul
memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat,
pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim, misalnya: spiral).

c) Mioma Uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot
yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di
lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma
uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang
terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma uteri biasanya
tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi
sehingga -saat menopause- mioma uteri akan mengecil atau sembuh.

d) Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang


biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-

9
remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina.
Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus
terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.

e) Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput


(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur
tubuh manusia.Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya
yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah
mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat
ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang
paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium
polikistik. Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism
(pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal
maupun tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung
telur. Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya hormon yang
mempengaruhi reproduksi wanita.

f) Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu


dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi
kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran
telur yang tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy),
yaitu semacam pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan
saluran telur.

g) Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang


umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel
telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi
adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya
direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki
siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid
antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua,
maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.

2) Faktor fungsional

10
a) Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan
bawaan (immunologis) Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda
dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap
benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada
wanita hamil.

b) Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi).Ovulasi atau proses


pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan
hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui
sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang
normal. Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen
yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang berlebihan ini
mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam
darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel sel
telur tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga pada gilirannya
ovulasi juga akan terganggu.

c) Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran
telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu,
maka perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim,
yang berperan adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma
bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim terganggu,
(akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka gerakan sperma
melambat. Terakhir adalah gangguan pada saluran telur. Di dalam
saluran inilah sel telur bertemu dengan sel sperma. Jika terjadi
penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak bisa
membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh
penyakit salpingitis, radang pada panggul (Pelvic Inflammatory
Disease) atau penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur
klamidia.Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi
uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi
uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk

11
perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.Kelainan
tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan
terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.

3) Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim.Setelah sel telur dibuahi


oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio, selanjutnya
terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium. Perempuan yang
memiliki kadar hormon progesteron rendah, cenderung mengalami
gangguan pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain karena
struktur jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan hormon
progesteron yang memadai.

b. Penyebab Infertilitas pada laki-laki (suami)

1) Kelainan pada alat kelamin

a) Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain


pada permukaan testis.

b) Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam


kandung kemih.

c) Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh


zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak
spermatozoa berkurang yang berarti mengurangi kemampuannya untuk
menimbulkan kehamilan.

d) Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun.

2) Kegagalan fungsional

a) Kemampuan ereksi kurang.

b) Kelainan pembentukan spermatozoa

c) Gangguan pada sperma.

12
3) Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular). Gangguan biasanya
terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan
hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam
menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat
terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan semen
Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan testosterone adalah dengan
terapi hormon.

4) Gangguan di daerah testis (testicular). Kerja testis dapat terganggu bila


terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi,
selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi
sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai “pabrik”
sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu
34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh
terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat
terganggu.

5) Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular). Gangguan terjadi di


saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar,
biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak
lahir, terkena infeksi penyakit -seperti tuberkulosis (Tb)-, serta vasektomi
yang memang disengaja.

6) Tidak adanya semen. Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari
penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut
(tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau?
kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.

7) Kurangnya hormon testosterone.

c. Penyebab Infertilitas pada suami istri

1) Gangguan pada hubungan seksual.Kesalahan teknik sanggama dapat


menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi

13
prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik seperti
hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.

2) Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri).

a) Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil

b) Masalah dalam pendidikan

c) Emosi karena didahului orang lain hamil.

4. Patofisiologi Infertilitas

a. Patofisiologi pada wanita

Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya


gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan
FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan
folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan
gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga
penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba
sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan
sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak
berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi
infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak
lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.

Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun


sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa
bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada
akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada
abortus.

14
b. Patofisiologi pada pria

Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus


dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya
hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas
dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang
berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi
alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya
pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas
spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan
sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan
komposisi sperma terganggu.

5. Manifestasi klinis Infertilitas

a. Pada wanita

1) Terjadi kelainan system endokrin

2) Hipomenore dan amenore

3) Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat


menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau
aberasi genetic

4) Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang


tidak berkembang,dan gonatnya abnormal

5) Wanita infertil dapat memiliki uterus

6) Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat
infeksi, adhesi, atau tumor

15
7) Traktus reproduksi internal yang abnormal

2. Pada pria

1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi


(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)

2) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria

3) Hipertiroidisme dan hipotiroid

4) Tumor hipofisis atau prolactinoma

5) Disfungsi ereksi berat

6) Ejakulasi retrograt

7) Hypo/epispadia

8) Mikropenis

9) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha

10) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)

11) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )

12) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)

13) Abnormalitas cairan semen

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan fisik
1) Hirsutisme  diukur dengan skala Ferriman dan Gallway, jerawat
2) Pembesaran kel. Tiroid

16
3) Galaktorea
4) Inspeksi lendir serviks ditunjukkan dengan kualitas mucus
5) PDV untuk menunjukkan adanya tumor uterus / adneksa
b. Pemeriksaan pasangan infertil
1) Riwayat penyakit dan pemeriksaan
Riwayat penyakit,riwayat perkawinan terdahulu dan sekarang.pertama kali
satu pasangan diperiksa bersama sama ,pemeriksaan berikutnya lebih baik
mereka dinilai sendiri sendiri.
2) Analisi sperma
Tiadanya fruktosa di dalam contoh menajdi petunjuk tiadanya vesikula dan
vasa seminalis yang bersifat kongenital.
3) Uji paska senggama (UPS)
a) Ini akan memperlihatkan apakah sperma sudah terpancar dengan baik
ke puncak vagina selama senggama.UPS dilakukan sekitar 2-3 hari
sebelum perkiraan ovulasi.
b) Pasien diminta datang 2-8 jam setelah senggama normal.
c) Jika dijumpai sperma per lapang pandang besar(LPB=400x),harapan
untuk kehamilan cukup besar jika 1-20 sperma aktif per LPB.
4) Penasahan dan pemantauan ovulasi.
a) Riwayat Haid
Siklus normal dan terautur, nyeri pertengahan sikius Perdarahnan atau
peningkatan cairan vagina, nmastalgla pra haid.
b) Uji Pakis
Tiadanya pola daun pakis dari kristal getah serviks pada hari 23 sampai
28 siklus.
c) Suhu Basal Badan (SBB)
Pola bifasik dengan tukik (dip) pada pertengahan siklus.

d) Sitologi Vagina
Perubanan pada sel-sel yang terekstoliasi selama fase tuteal (pengaruh
progesterone).
c. Pemeriksaan penunjang
1) Analisis Sperma
17
a) Jumlah > 20 juta/ml
b) Morfologi > 40 %
c) Motilitas > 60 %
2) Deteksi ovulasi
a) Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus
ovulatoar
b) Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1oC setelah ovulasi
Bifasi
c) Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir
serviks encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran
daun pakis dan terjadi Estradiol meningkat
3) Biopsi Endometrium
Beberapa hari menjelang haid , Endometrium fase sekresi : siklus
ovulatoar, Endometrium fase proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus
Anovulatoar
4) Hormonal: FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
a) FSH serum : 10 - 60 mIU/ml
b) LH serum : 15 - 60 mIU/ml
c) Estradiol : 200 - 600 pg/ml
d) Progesteron : 5 - 20 mg/ml
e) Prolaktin : 2 - 20 mg/ml
5) USG transvaginal
Secara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi
Ovulasi : ukuran folikel 18 - 24 m
6) Histerosalpinografi
a) Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras.
Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba
uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara
terjadwal. Menilai Faktor tuba : lumen, mukosa, oklusi, perlengketan
b) Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus,
Duplex), mioma, polip, adhesi intrauterin (sindroma asherman)
c) Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum
perkiraan ovulasi
d) Keterbatasan : tidak bisa menilai
18
e) Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik
f) Fimbria : Fimosis fimbria
g) Perlengketan genitalia Int.
h) Endometriosis
i) Kista ovarium
d. Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas CO2)
1) Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi
kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan
intra uterin.
2) Uji paska sanggama (UPS)
Syarat :
Pemeriksaan Lendir serviks + 6 - 10 jam paska sanggama. Waktu
sanggama sekitar ovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat
seperti daun pakis. Menilai :
Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir serviks.
Penilaian UPS : Baik : > 10 sperma / LPB

7. Asuhan Keperawatan Infertilitas


a. Pengkajian Keperawatan
Data Demografis meliputi : identitas klien termasuk data etnis, budaya dan
agama.

b. Pengkajian Anamnesa
1) Pengkajian Anamnesa pada Wanita
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
i Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan
reproduksi di rumah
ii Riwayat infeksi genitorurinaria
iii Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
iv Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
v Tumor hipofisis atau prolaktinoma
vi Riwayat penyakit menular seksual
vii Riwayat kista
19
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
i Endometriosis dan endometrits
ii Vaginismus (kejang pada otot vagina)
iii Gangguan ovulasi
iv Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
v Autoimun
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
Riwayat Obstetri :
i Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat
kontrasepsi
ii Mengalami aborsi berulang
iii Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa
alat kontrasepsi
2) Pengkajian pada Pria
a) Riwayat Kesehatan Dahulu meliputi : riwayat terpajan benda – benda
mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok,
narkotik, alkohol, infeksi)
b) Riwayat infeksi genitorurinaria, Hipertiroidisme dan hipotiroid, Tumor
hipofisis atau Prolactinoma
c) Riwayat trauma, kecelakan sehinga testis rusak
d) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
e) Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi
contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
f) Riwayat Kesehatan Sekarang
i Disfungsi ereksi berat
ii Ejakulasi retrograt
iii Hypo/epispadia
iv Mikropenis
v Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
vi Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas
sperma)
vii Saluran sperma yang tersumbat
viii Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
20
ix Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
x Abnormalitas cairan semen
g) Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic

c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Penunjang padaWanita
a) Deteksi Ovulasi
b) Analisa hormone
c) Sitologi vagina
d) Uji pasca senggama
e) Biopsy endometrium terjadwal
f) Histerosalpinografi
g) Laparoskopi
h) Pemeriksaan pelvis ultrasound
2) Pemeriksaan Penunjang pada Pria
Analisa Semen:
Parameter
a) Warna Putih keruh
b) Bau Bunga akasia
c) PH 7,2 - 7,8
d) Volume 2 - 5 ml
e) Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
f) Jumlah sperma 20 juta / ml
g) Sperma motil > 50%
h) Bentuk normal > 60%
i) Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
j) Persentase gerak sperma motil > 60%
k) Aglutinasi Tidak ada
l) Sel – sel Sedikit,tidak ada
m) Uji fruktosa 150-650 mg/dl
n) Pemeriksaan endokrin
o) USG
p) Biopsi testis
21
q) Uji penetrasi sperma
r) Uji hemizona

d. Diagnosa keperawatan
1) Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami
kegagalan,ancaman terhadap konsep diri, status kesehatan, fungsi peran
2) Risiko harga diri rendah kronis berhubungan dengan trauma, kehilangan
fungsi tubuh,
3) Risiko ketidakberdayaan berhubungan dengan infertilitas

e. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Perencanaan
SLKI (Tujuan) SIKI (Intervensi)
. Keperawatan
1 Ansietas Tingkat Ansietas : Terapi Relaksasi :
1. Verbalisasi 1. Identifikasi penuruan
kebingungan tingkat energy,
menurun kemampuan
2. Verbalisasi berkonsentrasi, atau
khawatir akibat gejala lain yang
kondisi yang menggangu
dihadapi menurun kemampuan kognitif
3. Perilaku gelisah 2. Identifikasi teknik
menurun relaksasi yang pernah
4. Perilaku tegang efektif digunakan
menurun 3. Identifikasi kesediaan,
5. Pucat menurun kemampuan, dan
6. Konsentrasi penggunaan teknik
membaik sebelumnya
7. Pola tidur membaik 4. Periksa ketegangan
8. Frekuensi otot, frekuensi nadi,
pernafasan tekanan darah, dan suhu
membaik sebelum dan sesudah
9. Frekuensi nadi latihan
membaik 5. Monitor respons

22
10. Tekanan darah terhadap terapi
membaik relaksasi
6. Ciptakan lingkungan
tenang tanpa gangguan
dengan pencahayaan
dan suhu ruang
nyaman, jika
memungkinkan
7. Berikan informasi
tertulis tentang
persiapandan prosedur
teknik relaksasi
8. Gunakan pakaian
longgar
9. Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
10. Gunakan relaksasi
sebagai terapi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medislain, jika sesuai
11. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia
12. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
13. Anjurkan mengambil
posisi nyama
14. Anjurkan releks dan
merasakan sensasi
relaksasi
23
15. Anjurkan sering
mengulang atau melatih
teknik yang dipilih
16. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi

2. Risiko harga diri Harga Diri Promosi harga diri:


rendah kronis 1. Penerimaan 1. Identifikasi budaya,
penilain positif agama, ras,jenis
terhadap diri kelamin, dan usia
sendiri meningkat terhadap harga diri
2. Perasaan bersalah 2. Monitor verbalisasi
menurun yang merendahkan diri
3. Perasaaan tidak sendiri
mampu melakukan 3. Motivasi terlibat dalam
apapun menurun verbalisasi positif untuk
4. Penilaian diri dirisendiri
positif meningkat 4. Diskusikan persepsi
5. Meremehkan negative diri
kemampuan 5. Diskusikan penetapan
mengatasi masalah tujuan realistic untuk
menurun mencapai harga diri
lebih tinggi
6. Jelaskan kepada
keluarga pentingnya
dukungan dalam
perkembangan konsep
positif diripasien
7. Latih meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan dalam
menangan situasi
3. Risiko Keberdayaan: Promosi koping:
ketidakberdayaan 1. Berpatisipasi 1. Identifikasi pemahaman

24
dalam perawatan proses penyakit
meningkat 2. Identifikasi situasi
2. Verbalisasai terhadap peran dan
keyakinan tentang hubungan
kinerja peran 3. identifikasi
meningkat penyelesaian masalah
3. Verbalisasi frustasi 4. Identifikasi kebutuhan
menurun dan keinginan terhadap
4. Perasaan tertekan dukungan social
(depresi)menurun 5. Diskusikan perubahan
peran yang dialami
6. Diskusikan risiko yang
menimbulkan
bahayapadadiri sendiri
7. motivasi untuk
menentukan harapan
yang realistic
8. Fasilitasi dalam
memperoleh informasi
yang dibutuhkan
9. Anjurkan keluarga
terlibat

B. Konsep Kanker Serviks


1. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks merupakan jenis tumor ganas yang mengenai lapiran permukaan
(epitel) dari mulut rahim. Kanker serviks menyebabkan terjadinya pembelahan sel
yang tidak terkontrol dan kemampuan sel-sel tersebut menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung ataudengan bermetastasiske
sel lain yang jauh (Padila 2012, Savitri 2015).
Kanker serviks merupakan perubahan pada sel serviks yang disertai dengan
beragam karakteristik histologist. Sel-sel pada taut skuamokolumnar, yang juga

25
sering disebut zona transformasi, sering kali mengalami perbaikan. Pada proses
ini, sel kolumnar (endoserviks) berubah menjadi sel epitel skuamosa (ektoserviks)
dibawah pengaruh aktivitas hormone gonadotropin. Perubahan neoplasti pertama
kali terjadi pada taut skuamokolumnar (Reeder, dkk, 2014).

2. Penyebab Kanker Serviks


Faktor risiko terjadinya kanker serviks menurut (Savitri, 2015) antara lain :
a. Usia perempuan rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia
30-35 tahun, terutama mereka yang telah aktif secara seksual sebelum usia16
tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan risiko
terserang kanker serviks sebesar dua kali dibandingkan dengan perempuan
yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun.
Semakin tua usia seorang perempuan maka makin tinggi risikonya terkena
kanker serviks. Tentu bisa mencgah terjadinya proses penuaan, tetapi bisa
melakukan upaya-upaya lainnya untu mecegah meningkatnya risiko kanker
serviks.
b. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga
semakin tinggi, hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang
mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang
berbeda-beda pada multi-partner sehingga dapat merangsang terjadinya
perubahan kea rah dysplasia.
c. Perempuan merokok
Merokok dapat menurunkan daya tahan tubuh. Ada banyak penelitian yang
menyatakan hubungan antara kebiasaan merokok dengan meningkatnya risiko

26
seseorang terjangkit penyakir kanker serviks. Zat nikotin serta racun lain yang
masuk ke dalam darah melalui asap rokok mempu meningkatkan
kemungkinan terjadinya kondisi servikal neoplasia atau tumbuhnya sel-sel
abnormal pada rahim. Servikal neoplasia adalah kondisi awal berkembangnya
kanker serviks di dalam tubuh seseorang.
d. Hygiene dan sirkumsisi
Keputihan yang dibiarkan terus-menerus tanpa diobati serta penyakit menular
seksual(PMS), yaiutu penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual antara lain sifilis, gonore, herpes simpleks, HIV-AIDS, kutil kelamin,
dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Pemakaian pembalut
yang mengandung bahan dioksin juga berisiko menimbulkan kanker serviks.
Dioksin merupakan bahan pemutih yang digunakan untuk memutihkan
pembalut hasil daur ulang dari barang bekas, misalnya krayo, kardus, dan lain-
lain.
Faktor risiko lainnya adalah membasuh kemaluan dengan air yang tidak
bersih, misalnya di toilet-toilet umum yang tidak terawatt. Air yang tidak
bersih banyak dihuni oleh kuman-kuman. Laki-laki yang melakukan
sirkumsisi (khitan atau sunat) memiliki kemungkinan yang kecil untuk
terjangkit HPV. Dengan dilakukannya sirkumsisi maka kebersihan dari organ
genital dapat lebih terpelihara.
e. Status sosial-ekonomi
Kemiskinan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker serviks
perempuan dengan tingkat pendapatan yang rendah akan mengalami kesulitan
untuk melaksakan pelaynan kesehatan yang adekuat termasuk melakukan Pap
smear. Akibatnya, mereka tidak teskrining dan tentunya tidak dapat dideteksi
dini maupun mendapatkan terapi dini apabila terserang kanker serviks.
f. Gizi buruk
Pada penderita gizi buruk beresiko terinfeksi firus HPV. Seseorang yang
melakukan diet ketat dengan disertai rendahnya konsumsi vitamin A, C, dan E
setiap hari bisa menyebabkan berkurangnya tingkat kekebalan pada tubuh
sehingga mudah terinfeksi.
g. Terpapar virus
Human immunodifisiensi virus (HIV), atau virus penyebab AIDS merusak
system kekebalan pada perempuan. Hal ini dapat dijelaskan peningkatan risiko
27
kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS. System kekebalan tubuh adalah
pening dalam menghancurkan sel-sel kanker dan menghambat pertumbuhan
serta penyebaran pada peremupuan dengan HIV, kanker praserviks bisa
berkembang menjadi kanker infasif lebih cepat dari biasanya.

3. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks


Klasifikasi pertumbuhan sel akan kanker serviks menurut Padila (2015) adalah
sebagai berikut :
a. Mikroskopis
1) Dysplasia
Dysplasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Dysplasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermis hamper tidak dapat dibedakan
dengan karsinoma insitu.

2) Stadium karsinoma insirtu


Pada karsinoma insirtu perubahan sel epitel terjadi apad seluruh lapisan
epidermis terjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insirtu yang tumbuh
didaerah ektoserfiks peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
edoserviks.
3) Stadium karsinoma mikroinfasif
Pada karsinoma mikroinfasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan
sel meningkat juga sel tumor menembus membran basalis dan invasi pada
stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membra basalis, biasanya tumor
ansitomatik yang hanya ditemukan pada skrening kanker.
4) Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif, perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel barfariasi. Pertumbuhan invasive muncul diarea bibir
posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu, jurusan
forniks posterior dan anterior, jurudan parametrium dan korfus uteri.
5) Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik : berbentuk bungan kol tumbuh kearah vagina dan
dapat mengatasi dari vagina tanpa filtrasi sealam vagina,bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosidan perdarahan

28
Pertunmbuhan endofilik:biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progresif meluas ke formiks,posterior dananteriorke korpus uteri dan
parametrium.
Pertumbuhan nodul:biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlalu
lesi berubah bentuk menjadi ulkus

b. Makroskopi
1) Stadium preklinis
Tidakdapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2) Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteoexternum
3) Stadiumsetengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4) Stadium lanjut
Terjadi perusakan dari jaringa serviks,sehingga tampaknya seperti ulkus
dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

4. Patofisiologi kanker serviks


Penyebab langsung karsinoma uterus belum diketahui faktor ekstrinsik juga
berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uterus adalah smegma,infeksi
virus human papiloma virus(HPV),dan spermatozoa.Karsinoma serviks uteri
timbul di sambungkan skuamokolumner serviks faktor resiko yang berhubungan
dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual berupa mitra seks
multiple,parietas,nutrisi,rokok,dan lai lain.
Proses perkembangan kanker servink lambat diawali dengan adanya dysplasia
yang perlahan menjadi progresif.displasia ini dapat muncul bila adaaktifitas
regresi epiter yang meningkat,mekanik dengan kimiawi,infeksi virus dan
bakteri,dan gangguan keseimbangan hormone,dalam 7-10 tahun.perkembangan
tersebut menjadi bentuk invasive karsinoma insitu yang diawali dengan fase
statis.dari bentuk pre-invasif,karsinoma berlubang menjadi bentuk invasifpada
struma serviksdengan adanya proses keganasan.perluasan lesi ini menimbulkan
luka,perkembangan yang eksotik dan dapat berinfiltrasi ke kanalis servikalis,lesi
meluas ke fronik jaringan pada serviks parametria dan akhirnya dapat
menginvansi ke rectum dan vesika urinaria.kakarsinoma serviks dapat meluas ke
29
segmen bawah,uterus dan cavum uteri.penyebaran ini ditentuka oleh stadium dan
ukuran tumor,jenis histlogik dan ada atau tidaknya invasi ke pembuluh
darah,hipertensi,anemia,dan adanya demam.penyebaran dapat pula melalui
metastase limfatik dan hematogen secara hematogen tempat penyebaran paru
paru,kelenjar betah bening,mediastinum atau supraclavikula, tulang, hepar,
empedu, pancreas, dan otak(Rohan,2017)
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro(2012),tahapan perkembangan kanker
serviks.
a. Dysplasia(ringa,sedang berat).Lesi dysplasia sering disebut dengan”lesi pra-
kanker”,yaitu kelainan pertumbuhan sel danperkebangannya sangat lambat
b. Dysplasia kemudian berkembangan menjadi karsinoma insitu(kanker yang
belum menyebar.
c. Akhirnya menjadi karsinoma invasive atau kanker yang dapat
menyebar.perkembangan dysplasia menjadi kanker membutuhkan waktu
bertahun tahun (7-16 tahun)

5. Tanda dan gejala kanker serviks


Menurut ariani 2015 pada tahapan awal,kanker serviks stadiumdini biasanya tanpa
gejala gejala.Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya dirasakan oleh
penderita kanker stadium lanjut.gejala gejala umumyang terjadi penderita kanker
ini adalah:
a. Ada bercak atau perdarahan setelah berhubungan seksual
b. Ada bercak atau perdarahdiluar masa haid
c. Ada bercak atau perdarahan pada masa menopause
d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari biasanya,atau
e. Keluarnya bau menyengat dan tidak hilang walaupun sudah diobati
Jika kanker serviks sudah tingkat stadium lanjut maka gejalanya adalah:
a. Munculnya rasa sakit dan perdarahan saat hubungan inti(kontak blading)
b. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal
c. Penurunan berat badan yang drastic
d. Apabila kanker sudah menyebar ke panggul,maka pasien akan menderita
keluhan dari punggung
e. Hambatan dalam berkemih

30
6. Respon tubuh terhadap fisiologis
a. System pencernaan
Beberapa obat kemoterapiyang menyebabkan mual dan muntah berlangsung
singkat atau lama.mual muntah terjadi karena peningkatan asam lambung
sehingga terjadi penurunan nafsu makan.
Mengatasi mual dapat diberikanobat anti mualsebelum,lama,dan sesudah
pengobatan,obat kemoterapi juga dapat mengobatkan diare.Karena terjadi
kejang otot perut yang menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit pada
perut,bahkan ada diare sampai dehidrasi berat dan harus dirawat karena
kekurangan volume cairan kadang sampai terjadi sembelit.Bila terjadi
diare:kurangi makan makanan yang mengandung serat buah dan sayur.Harus
banyak minum untuk mengatasi kekurangan cairan.bila susah BAB makan
makanan yang berserat dan jika memungkinkan olahraga(safitri 2015).
b. System imun dan system hematologi
System imun dan system kekebalan tubuh adalah pusat system pertahanan
tubuh yang melindungi tubuh dari penyakit.Orga penyusun system kekebalan
tubuh pada manusi salah satunya adalah sum sum tulang,system hematologi
tersusun atas darah dan tempat darah di produksi,termasuk sum sum tulang
dan nodus limfa.Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh.fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel sel di seluruh
tubuh.Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi,mengangkat zat zat
metabolisme dan mengandung berbagai bahan penyusun system imun yang
bertujuan,mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit(Potter&perry,2005)

c. System integument
Kerontokan rambut terjadi karena kemoterapi.menargetkan semua sel yang
dapat membelah dengan sangat cepat.Folikel rambut adalah struktur dalam
kulit yang berfungsi menumbuhkan rambut.Folikel adalah skala satu sel
dengan laju pertumbuhan tercepat dalam tubuh.Selama menjalani kemoterapi
bekerja untuk menghancurkan sel sel rambut.Kerontokan rambut bersifat
sementara,biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi
dimulai(Safitri,2015).

31
Dapat juga menyebabkan kulit memerah atau menghitam(ruam pada kuli
dibagian tangan dan kaki,dapat terjadi seminggu setelah
kemoterapi(Ariani,2015)
d. Sistem reproduksi
Terjadinya kekurangancairan pada vagina karena efek terapi yang diberikan
dan dapat mengganggu hubungan seksual(Safitri,2015)

7. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks


a. Pap Smear
Pap smear merupakan prosedur sitologi denagn mengambil sel-sel epitel
serviks dan diperiksa secara histopologis. Waktu pengambilan dianjurkan
setelah bersih, haid minimal 3 hari dan disarankan melakukan hubungan
seksual atau mengguankan obat vagina minimal 3 hari sebelum pemeriksaan.
b. Tes IVA (Inspeksi Asam Asetat)
Tes IVA dilakukan dengan mengusap atau mengoles mulut rahim (serviks)
dengan asam asetat 3-5% dan larutan lugol dengan bantuan lidi wotten
(Savitri,2015).
c. Servikografi
Metode ini merupakan pemeriksaan untuk melihat kelainan porsio dengan
membuat foto pembesaran porsio yang diberi usapan dengan menggunakan
asam asetat 3-5%. Hasil servikografi disebut negative atau curiga apabila tidak
menunjukkan kelainan abnormal (Savitri,2015).
d. Koloskopi
Tes ini dilakukan bila pada tes pap smear sebelumnya ditemukan tanda-tanda
lesi pra knanker atau kanker invasive atau abnormal. Pemeriksaan ini
menggunakan alat yang disebut kolposkop. Pemeriksaan kolposkopi
merupakan pemeriksaan dengan pembesaran untuk melihat kelainan epitel
serviks dan pembuluh darah setelah pembesaran asam asetat (Savitri,2015).
e. Pemeriksaan lain dapat mencakup foto rosen ((sinar-X), pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan khusus (misalnya biopsy puch dan koloskopi),
dilatasi dan kuratase, pemindaian CT, MRI, Urografi IV, kistografi, PET dan
pemeriksaan foto ronsen barium (Brunner & Suddarth, 2013).

8. Penatalaksanaan Kanker Serviks


32
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Prawirohardjo (2014), reeder, dkk (2014) penatalaksanaan pada
pasien kanker serviks yaitu :
1) Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker serviks sampai
stadium II A dan denagn hasil pengobatan seefektif radiasi. Kanker serviks
dengan diameter lebih dari 4 cm menurut beberapa peneliti lebih baik
diobati dengan kemoradiasi dari pada operasi.
a) Bedah baku (Cryosurgery)
Dinitrogen oksida atau karbon dioksida digunakan untuk membekukan
jaringan ekstroserviks, menyebabkan nekrosis dan pengelupasan
jaringan. Bedah beku tidak menimbulakan nyeri namum keram dapat
dirasakan. Keluarnya rabas encer yang sangat banyak selama beberapa
minggu setelah bedah beku adalah hal yang normal apabila terjadi,
wanita tidak boleh menggunakan tampon atau melakukan hubungan
seksual. Proses penyembuhan dapat berlangsung dalam 2 sampai 3
bulan.
b) Terapi laser
Terapi laser dapat dilakukan apabila batas lesi terlihat pada koloskopi
dan kuretase endoserviks negative. Terapi ini dapat dilakukan tanpa
menggunakan anestesi dengan perdarahan minimal, wanita dapat
merakan sedikit keram dan rabas dalam 5 sampai 7 hari. Penggunaan
tampon dan hubungan seksual harus dihindari selama 2 minggu.
Pemulihan biasanya terjadi selama 6 minggu.
c) Prosedur eksersi bedah elektrik (LEEP)
Suatu arus elektrik dalam lengkung elektroda kawat tipis digunakan
untuk memotong zona tranformasi serviks. Jumlah perdarahan dan
gangguan temperature diatur oleh generator bedah elektrik,yakni
dengan memadukan arus antara pemotongan dan koagulasi. Jaringan
yang diangkat dengan LEEP cocok untuk epemriksaan histology.
d) Konisasi
Konisasi dilakukan jika batas lesi terangkat. Konisasi dapat dilakukan
sebagai prosedur rawat jalan atau rawat inap, dengan menggunakan
anestesi local atau umum. Periode menstruasi yang lama dan sangat
33
banyak sering kali terjadi selama dua sampai tiga kali siklus menstruasi
berikutnya. Risiko anestesi dan infeksi pasca operasi serta perdarahan
merupakan kompliasi yang mungkin terjadi.
2) Radioterapi
a) Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama pada
stdium II B sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil
tetapi tidak merupakan kandidat untuk pembedahan.
b) Komplikasi radiasi yang paling sering terjadi adalah komplikasi
gastrointestinal seperti proktitis, colitis, dan traktus urinarius seperti
sistisis dan stenosis vagina.
c) Teleterapi denagn radio terapi Whole pelvic diberikan dengan tujuan
untuk memberikan radiasi seluruh panggul, parametrium,kelenjer getah
bening eliaka dan para-aorta.
d) Teleterapi kemudian dilanjutkan dengan brakiterapi yang bertujuan
untuk memberikakan radiasi dosis tinggi ke uterus, serviks, vagina
dana parametrium.
e) Titik A adalah titik 2 cm superior dari ostium uteri eksterna dan 2 cm
lateral dari tengah uterus. Titik ini berada di parametrium.
f) Titik b adalah titik 2 cm superior dan ostium eksterna dan 5 cm lateral
dari garis tengah uterus. Titik ini berada di dinding pelvis
g) Radioterapi ajuvan dapat diberikan pada pasien pasca bedah dengan
risiko tinggi.
3) Kemoterapi
Terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi ajuvan atau untuk
terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang paling aktif adalah
Cisplatin. Carboplatin juga mempunyai aktifitas yang sama dengan
Cisplatin. Jenis kemoterapi lainnya yang mempunyai aktivitas yang
dimanfaatkan dalam terapi adalah ifosfamid dan paclitaxel.
Penatalaksanaan kanker serviks berdasarkan stadium kanker yaitu :
1) Stadium I
Kanker serviks pada stadium I A ditangani dengan histerektomi atau
dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah serviks.
2) Stadium IB dan IIA

34
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan limfedektomi
bilateral.
3) Stadium IIB sampai IVB
Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks sampai
ke organ lain. Penanganan yang biasa dilakukan dengan radioterapi.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Reeder, dkk (2014), asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker
serviks meliputi pemberian edukasi dan informasi kepada pasien melalui
pendidikan kesehatan guna untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap
penyakitnya dan secara tidak langsung juga dapat mengurangi kecemasan
serta ketakutan pasien terhadap penyakitnya. Bagi sebagian wanita masalah
harga diri dan citra tubuh sering muncul saat mereka tidak bisa mempunyai
keturunan lagi karena mereka menganggap mereka sudah tidak berguna lagi.
Pada saat inilah sangat diperlukan intervensi keperawatn yang berfokus dalam
upaya membantu pasien untuk menerima perubahan fisik maupun psikologis
dan menemukan kelebihan lain yang masih ada dalam diri wanita sengga ia
masih merasa dihargai dalam keluarganya serta dukungan keluarga juga
sangat diperlukan (Reeder, dkk, 2014).

9. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kanker Serviks


a. Pengkajian
1) Identitas pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan,
pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jeniskelamin, pendidikan terakhir,
asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, dan no medical record (MR)
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
3) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Pasien biasanya dating dengan keluhan nyeri intra servikal, pendarahan
intaservikal dan disertai keputihan menyerupai air dan berbau. Pada
pasien kanker Post kemoterapi biasanya dating dengan keluhan mual

35
muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan berat badan menurun,
kerontikan dan anemia. (Padila,2015)
b) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan keluhan
yang mengganggu, barupada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4
timbul keluhan seperti :pendarahan, cenderung mengalami keputihan
dan rasa nyeri intaserviks. (Padila,2015)
c) Riwayat penyakit dahulu
Pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti
riwayat keputihan, riwayat HIV/ AIDS (Ariani,2015). Riwayata bortus,
infeksi pasca-abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan,
serta adanya tumor.(Padila,2015)
d) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan adanya ada anggota keluarga yang sebelum mengalami
penyakit kanker atau penyakit lainnya.
e) Riwayat obstetri ginekologi
i Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, dis menore atau
menstruasi yang tidak truasi lama, jumlah dan warna darah
menstruasi yang keluar banyak atau sedikit adalah salah satu tanda
dan gejala kanker serviks. (Padila,2015)
ii Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup Karena kanker serviks
terbanyak pada wanita yang seeing partus, semakin sering partus
semakin besar kemungkinan resiko mendapatkan kanker serviks
(Aspiani,2017)

iii Riwayat psiko-sosial-ekonomi dan budaya


Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta
harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan
suami atau keluarga terhadap klien dari sumber keuangan. Konsep
diri klien meliputi gambaran diri klien yang murung atau sedih
serta keluhan klien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan
orang lain. (Reeder,dkk,2014).
36
Kanker serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi
yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan
atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat
personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogrnital.
(Padila,2015)
4) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Aktivitas dan istirahat
Gejala:
i Kelemahan atau keletihan akibat anemia
ii Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari
iii Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
ansietas, dan keringat malam.
iv Pekerjaan atau profesi dengan penajaman karsinoma lingkungan
dan tingkat stress yang tinggi (Mitayani,2009)
b) Makanan dan minuman
Kebiasaan diet yang buruk (misalnya: rendah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet). (Mitayani,2009)
c) Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis, misalnya
nyeri. (Mitayani, 2009)
d) Integritas ego
Gejala : faktor stress, menolak diri atau menunda mencari pengobatan,
keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat,
pembedahan, menyangkal, atau tidak mempercayai diagnosis dan
perasaan putus asa. (Mitayani,2009)
e) Neurosensoris
Gejala : Pusing, sinkope (Mitayani,2009)

f) Nyeri atau kenyamanan


Gejala : Adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan
proses penyakit. (Mifayani,2009)
g) Keamanan
Gejala : Pemajanan zat kimia toksik, karsinoma (Mifayani,2009)
37
Tanda : Demam, ruamkulit, ulserasi
h) Seksualitas
Perubahan pola seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama(Mifayani,2009)
i) Interaksi social
Ketidaknyaman dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan
lingkungan, perasaan acuh(Mifayani,2009)
j) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien kanker servik post kemoterapi biasanya sadar,
lemah dan tanda-tanda vital normal, pada bagian kepala mengalami
rambut rontok , mudah tecabut , konjungtiva anemis dan skelera ikterik
, kemungkinan adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium
selanjutnya. Pada daerah dada dan jantung biasanya tidak tidak ada
kelainan. Selanjutnya nyeri pada abdomen atau nyeri di punggung
bawah akibat tumor menekan saraf lumbo sakralis, adanya pendarahan
akibat adanya penipisan sel epitel yang menyebabkan permeabilitas
pembuluh darah rusak, keputihan akibat adanya nekrosis jaringan yang
menyebabkan bau busuk, pendarahan pervagina. Kemungkinan pada
pasien kanker serviks yang stadium lanjut mengalami edema dan nyeri.
5) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan hematologi
Biasanya pada pasien kanker seviks post kemoterapi mengalami
anemia karena penurunan hemaglobin, nilai normalnya, hemoglobin
wanita (12-16 gr/dl), Ht, leukosit, trombosit, LED, SGOT, SGPT,
ureum, kreatinin, kalsium, dan lain-lain.
b) Sitology dengan cara pemeriksaan kolonoskopi, servikografi,
pemeriksaan visual langsung, gineskopi (Padila,2015)

b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (infiltrasi saraf
akibat infiltrasi metastase neoplasma)
2) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek samping
terapi radiasi
3) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
38
c. Intervensi keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Nyeri akut Tingkat Nyeri : Manajemen Nyeri :
1. Keluhan nyeri 1. Identifikasi lokasi,
menurun karakteristik, durasi,
2. Meringis menurun frekuensi, kualitas,
3. Gelisah menurun intensitas nyeri
4. Kesulitan tidur 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi faktor yang
5. Ketegangan otot memperberat dan
menurun memperingan nyeri
6. Frekuensi nadi 4. Berikan teknik non-
membaik farmakologis untuk
7. Tekanan darah mengurangi rasa nyeri
membaik 5. Control lingkungan
yang memperberat rasa
Kontrol Nyeri : nyeri
1. Melaporkan nyeri 6. Fasilitasi istirahat dan
terkontrol meningkat tidur
2. Kemampuan 7. Jelaskan
mengenali penyebab penyebab,periode, dan
nyeri meningkat pemicu nyeri
3. Kemampuan 8. Jelaskan strategi
menggunakan teknik meredakan nyeri
non-farmakologis 9. Anjurkan momonitor
meningkat nyeri secara mandiri
4. Keluhan nyeri 10. Anjurkan
menurun menggunakan
analgetik yang tepat
11. Ajarkan teknik non-
farmakologis untu
mengurangi rasa nyeri

39
12. Kolabolasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Gangguan integritas Integritas Kulit/Jaringan : Perawatan integritas kulit :
kulit/jaringan 1. Kerusakan jaringan 1. Identifikasi penyebab
menurun gangguan integritas
2. Kerusakan lapisan kulit
kulit menurun 2. Ubah posisi tiap 2 jam
3. Nyeri menurun jika tirah baring
4. Perdarahan menurun 3. Gunakan produk
5. Kemerahan menurun berbahan petroleum
6. Suhu kulit membaik atau minyak pada kulit
kering
4. Gunakan produk
berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada
kulit sensitive
5. Hindari produk
berbahan alcohol pada
kulit yang kering
6. Anjurkan
menggunakan
pelembab
7. Anjurkan minum air
yang cukup
8. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
9. Anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
10. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
3 Ansietas Tingkat Ansietas : Terapi Relaksasi :
11. Verbalisasi 1. Identifikasi penuruan

40
kebingungan menurun tingkat energy,
12. Verbalisasi khawatir kemampuan
akibat kondisi yang berkonsentrasi, atau
dihadapi menurun gejala lain yang
13. Perilaku gelisah menggangu
menurun kemampuan kognitif
14. Perilaku tegang 2. Identifikasi teknik
menurun relaksasi yang pernah
15. Pucat menurun efektif digunakan
16. Konsentrasi membaik 3. Identifikasi kesediaan,
17. Pola tidur membaik kemampuan, dan
18. Frekuensi pernafasan penggunaan teknik
membaik sebelumnya
19. Frekuensi nadi 4. Periksa ketegangan
membaik otot, frekuensi nadi,
20. Tekanan darah tekanan darah, dan
membaik suhu sebelum dan
sesudah latihan
Dukungan Sosial : 5. Monitor respons
1. Kemampuan meminta terhadap terapi
bantuan pada orang relaksasi
lain meningkat 6. Ciptakan lingkungan
2. Bantuan yang tenang tanpa gangguan
ditawarkan oleh orang dengan pencahayaan
lain meningkat dan suhu ruang
3. Dukungan emosi yang nyaman, jika
disediakan oleh orang memungkinkan
lain meningkat 7. Berikan informasi
4. Jaringan sosial yang tertulis tentang
membantu meningkat persiapandan prosedur
teknik relaksasi
8. Gunakan pakaian
longgar
9. Gunakan nada suara
41
lembut dengan irama
lambat dan berirama
10. Gunakan relaksasi
sebagai terapi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medislain, jika sesuai
11. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia
12. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
13. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
14. Anjurkan releks dan
merasakan sensasi
relaksasi
15. Anjurkan sering
mengulang atau
melatih teknik yang
dipilih
16. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi

42
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal
Bedah). Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).

43
Kanker serviks merupakan jenis tumor ganas yang mengenai lapiran
permukaan (epitel) dari mulut rahim. Kanker serviks menyebabkan terjadinya
pembelahan sel yang tidak terkontrol dan kemampuan sel-sel tersebut menyerang
jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung ataudengan
bermetastasiske sel lain yang jauh (Padila 2012, Savitri 2015).

B. Saran
Apabila ada pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan lama belum
mempunyai anak maka bisa langsung konsultasi atau periksa ke dokter ahli untuk
segera mengetahui penyebabnya.Karena jika sudah melakukan usaha terus-menerus
tapi tidak ada hasilnya, pasti terjadi infertilitas yang bisa disebabkan dari pihak laki-
laki, perempuan atau hubungan dari kedua pasangan suami istri tersebut.

DAFTAR PUSATAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Media

Aesculapius

Nugroho, Taufan. 2012. Obsgyn obstetri dan ginekologi. Jakarta : Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 1994. Ilmu kandungan. Jakarta : Gramedia.

44
Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika

Perry&Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika

Redder dkk. 2014. Keperawatan Maternitas : Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga volume 1.

Edisi 18. Yati Afiyanti, et, all, Penerjemah. Jakarta : EGC

Savitri, Astrid. 2015. Kupas Tuntas Kanker Payuda Leher Rahim dan Rahim. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press

Smeltzer, S. C. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 12. Jakarta :

EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawaan Indonesia.Jakarta.DPP

PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta. DPP

PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta. DPP

PPNI

45
4
5
6
7

Anda mungkin juga menyukai