TINJAUAN PUSTAKA
2.3.2 Metanol
Untuk membuat biodesel, ester dalam minyak nabati perlu dipisahkan dari
gliserol. Ester tersebut merupakan bahan dasar penyusun biodiesel. Selama proses
transesterifikasi, komponen gliseroldari minyak nabati digantikan oleh alkohol, baik
etanol maupun metanol. Etanol merupakan alkohol yang terbuat dari padi – padian.
Metanol adalah alkohol yang dapat dibuat dari batubara, gas alam, atau kayu. (Yuli
Setyo Indartono, 2006).
Metanol disebut juga metil alkohol merupakan senyawa paling sederhana dari
gugus alkohol. Rumus kimianya adalah CH3OH. Metanol berwujud cairan yang tidak
berwarna, dan mudah menguap. Metanol merupakan alkohol yang agresif sehingga
bisa berakibat fatal bila terminum, dan memerlukan kewaspadaan yang tinggi dalam
penanganannya. Jika menghirup uapnya cukup lama atau jika kena mata dapat
11
menyebabkan kebutaan, sedangkan jika tertelan akan mengakibatkan kematian.
( Andi Nur Alamsyah, 2006 ).
Sebagian besar produksi metanol diubah menjadi formaldehid yang pada
akhirnya digunakan untuk membuat polimer, juga digunakan sebagai pelarut.
Memiliki berat molekul 32,042 , titik leleh – 98oC dan titik didih 64oC.
Alkohol yang paling umum digunakan untuk transesterifikasi adalah metanol,
karena harganya lebih murah dan daya reaksinya lebih tinggi dibandingkan dengan
alkohol rantai panjang, sehingga metanol ini mampu memproduksi biodiesel yang
lebih stabil. Berbeda dengan etanol, metanol tersedia dalam bentuk absolut yang
mudah diperoleh, sehingga hidrolisa dan pembentukan sabun akibat air yang terdapat
dalam alkohol dapat diminimalkan. Biaya untuk memproduksi etanol absolut cukup
tinggi. Akibatnya, bahan bakar diesel berbasis etanol tidak berdaya saing secara
ekonomis dengan metil ester asam lemak, sehingga membiarkan bahan bakar diesel
fosil bertahan sendiri. Disamping itu, harga alkohol juga tinggi sehingga menghambat
penggunaannya dalam produksi biodiesel dalam skala industri. (Erliza, dkk, 2007).
2.4.2 Gliserol
14
Gliserol merupakan produk samping dari pembuatan methyl ester. Nama lain
dari gliserol adalah 1,2,3-propational, CH2OH – CHOH – CH2OH, dengan sifat fisik
antara lain : berbentuk cairan kental manis jernih, mudah larut dalam air dan alcohol
larutannya bersifat netral, hygroscopis, serta tidak mudah larut dalam ester, benzena,
chloroform, mudah menguap. Produk pembuatan biodiesel ini bukan gliserol murni
tetapi masih berupa crude gliserin dan warnanya belum jernih. Pada suhu kamar
(25OC), gliserol ini mempunyai berat jenis sebesar 1,261 dengan PH berkisar antara
6,5 – 7,5. Kegunaan gliserol sangat luas, antara lain digunakan dalam industri obat,
kosmetik, pasta gigi dan lainnya.
2.4.2.1 Sifat kimia
Gliserol dapat mengalami glikolisis atau gluconeogenesis ( tergantung pada
kondisi-kondisi fisiologis), Gliserol dikonversi menjadi Intermediate
glyceraldehyde 3-phosphate.
2.4.2.2 Sifat Fisis :
Nama : Glycerol
Rumus Molekul : C3H8O3
Berat Molekul : 92,09382 g/gmol
Wujud : Cair
Warna : Jernih kekuningan
Densitas : 1,261 g/cm3
Viskositas : 2,68 cp
Boiling Point : 290 oC
Melting Point : 18 oC
Flash Point : 160 oC
Table 2.4 Sifat fisik gliserol
Parameter Nilai
Titik leleh, OC 18,17
Titik didh pada 0,53 kPa, OC 14,9
Tekanan uap pada suhu 50OC, Pa 0,33
Parameter Nilai
Surface tension pada suhu 20OC, dyne/cm 63,4
Viskositas pada suhu 20OC, cP 1499
Konduktivitas termal, W/m.K 0,28