Anda di halaman 1dari 7

1

BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Hasil Pengamatan


No Perlakuan Pengamatan
1 Timbang minyak goreng 100 ml
2 Timbang KOH 6 gr
3 Timbang Metanol 200 ml
Panaskan Metanol + KOH hingga suhu 70°C Berwarna putih dan KOH
4
sambil diaduk menggunakan stirrer. larut
Panaskan minyak yang telah dimasukkan
5 Berwarna kuning pucat
kedalam labu leher tiga sampai suhu 70°C.
Masukkan metanol + KOH kedalam labu leher
Warna menjadi kuning
6 tiga yang berisi minyak, lalu dipanaskan
dan sedikit bening.
kembali pada suhu konstan 1 jam.
Larutan didestilasi untuk menghilangkan Volume metanol
7
metanol dengan suhu 65°C berkurang
Memisahkan metil ester dalam corong pemisah Tidak terbentuk lapisan
8
selama 24 jam
Melakukan pemisahan metil ester lagi dalam Tetap tidak terbentuk
9
corong pemisah selama 2 hari lapisan

4.2 Pengolahan Data


Perhitungan
Berat wadah = 11,05 gr
Massa Gliserol = (Massa gliserol + berat wadah) – (berat wadah)
= 0 gr – 11,05 gr
= 0 gram
Massa metil ester = (Massa metil ester + berat wadah) – (berat wadah)
= 0 gr
Proses Transesterifikasi
a) Gliserol = 0 gr
2

b) Metil ester setelah pencucian = 0 gr


1. Menghitung % FFA
Dik : Vol KOH = 6 ml

KOH = 2,12

massa NaOH = KOH x V KOH = 2,12 x 6 ml = 12,72 gr

N NaOH = x

= x

= 37,8 N

Mr metanol = 32

metanol = 0,792

V metanol = 97,5008 ml

Massa metanol = metanol x V metanol

= 0,792 x 97,5008 ml

= 77,220 gr

Mol metanol =

= 2,413 mol
Volume minyak goreng = 100 ml

Minyak goreng = 0,865


3

BM minyak goreng CH3(CH2)7CH= CH (CH2)7COOH = 25,6

Massa Minyak goreng = Minyak goreng x V Minyak goreng

= 0,865 x 100 ml

= 86,5 gram

Mol Minyak goreng = = 0,337 mol

V titrasi = 1 ml

%FFA = Vtitrasi x NKOH x x 100

= 1 ml x 37,8 N x x 100

= 1,096 %

2. Persamaan Reaksi
(C17H35COO)3C3H5 + 3 CH3OH 3 C17H35COOCH3 + C3H5(OH)3
Minyak methanol metil ester gliserol

a). Massa Minyak goreng = 86,5 gram

b). BM minyak goreng = 25,6

c). Mol Minyak goreng = 0,337 mol


d). Mol metanol = 2,413 mol
e). Massa metanol = 77,220 gr
f). Massa NaOH = 8,69 gr
3. Material Balance
4

a). Teori
Rx: Trigliserida + 6 Metanol 6 Metil ester + Gliserol
Mula-mula: 0,337 gr 2,413 gr - -
Bereaksi : 0,337 gr 0,674 gr 0,674 gr 0,337 gr
Sisa : - 1,739 gr 0,674 gr 0,337 gr
b). Praktek
Rx: Trigliserida + 3 Metanol 3 Metil ester + Gliserol
Mula-mula : 0,354 gr 3,129 gr - -
Bereaksi : 0,354 gr 3,129 gr 0 gr 76,01gr
Sisa : 0 gr 0 gr 0 gr 76,01 gr

Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan Karakteristik Metil Ester


Karakteristik Metil Ester Terukur Nilai
% Konversi 0%

% Yield 0%

% Error 100 %

% FFA 3,21 %

%Konversi = x 100 %

=0%

% Yield = x 100 %

=
5

=0 %

% Error = x 100 %

= 100 %
4.3 Pembahasan
Setelah melakukan percobaan “Pembuatan Metil Ester” dapat dianalisa
bahwa bahan baku dalam praktikum ini yaitu minyak jelantah, metanol dan
NaOH. NaOH disini bertindak sebagai katalis pada pembuatan metil ester. Katalis
dimanfaatkan untuk mempercepat suatu reaksi, terlibat dalam reaksi tetapi tidak
ikut bereaksi serta tidak ikut terkonsumsi menjadi produk. Pemilihan katalis ini
bergantung pada jenis asam lemak yang terkandung dalam minyak. Jenis asam
lemak dalam lemak sangat berpengaruh terhadap karakteristik fisik dan kimia
biodiesel, karena asam lemak akan membentuk ester atau biodiesel. Reaksi
penyabunan merupakan reaksi samping yang tidak dikehendaki. Hal ini terlihat
pada saat ekstraksi adanya gumpalan–gumpalan putih yang melekat pada dinding
corong pemisah yang mengakibatkan proses ekstraksi menjadi sulit dan
memerlukan ekstraksi berulang–ulang. Dengan adanya reaksi samping yang
berupa penyabunan inilah konversi minyak menjadi ester (biodiesel) menjadi
kecil. Karena itu, reaksi transesterifikasi dengan katalisator KOH dan NaOH
disarankan untuk minyak nabati yang melewati tahapan deasifikasi sehingga kadar
air kurang dari 0,3% dan kadar FFA kurang dari 0,5%. Digunakan minyak
jelantah dalam pembutan mitel ester adalah dapat direduksi biaya operasional,
karna harganya yang relatif lebih murah daripada minyak baru atau minyak
bersih. Kekurangannya adalah komposisi asam lemak yang terkadung di minyak
dapat berubah akibat pemanasan dan terikat pada bahan makanan yang digunakan
pada saat penggorengan. Metil  ester digunakan sebagai biodisel atau bahan bakar
alternatif menggunakan proses transesterifikasi.
6

Pada awal praktikum ini kami membuat 2 larutan yang berbeda. Larutan
pertama adalah larutan NaOH dan metanol. Larutan kedua adalah larutan minyak
jelantah dan metanol. Tujuan dari pemisahan larutan ini adalah untuk menetralkan
minyak jelantah yang digunakan. NaOH yang digunaka adalah 1% dari massa
minyak jelantah.
Setelah salah satu dari larutan mendidih maka kedua larutan tersebut di
campur. Lalu di panaskan kembali menggunakan hot plate. Waktu yang
digunakan untuk reaksi transesterifikasi ini adalah selama 1 jam. Suhu yang baik
adalah tidak lebih dari 70°C dan tidak kurang dari 60°C. Karena reaktan pada
reaksi tersebut sedang terdekomposisi. Pada praktikum kali ini suhu yang
digunakan adalah 70°C. Untuk mendapatkan hasil yang sempurna suhu pada hot
plate harus dijaga agar tetap stabil. Pada proses pengadukan dan pemanasan
minyak diatas hot plate pada praktikum ini adalah sebesar 600 rpm karena
kecepatan putaran pengadukan berpengaruh terhadap rendeman pada proses
despicing dan netralisasi minyak goreng bekas atau minyak jelantah. Pada
praktikum ini juga digunakan magnetic stirrer untuk alat bantu untuk pengadukan
pada saat pemanasan. Setelah pemanasan berlangsung selama 1 jam selanjutnya
dilakukan destilasi untuk menghilangkan kadar alkohol yang terdapat pada
campuran, alkohol yang digunakan dalam praktikum ini adalah metanol. Metanol
menguap pada suhu 64,7°C sedangkan biodiesel memiliki titik bakar 130°C. Pada
saat suhu sudah mencapai 65°C seharusnya destilasi sudah di hentikan agar metil
ester tidak menguap. Tetapi kami melakukan kesalahan karena memberikan
temperatur yang terlalu tinggi yaitu 330°C karena kesalahan ini maka metil ester
menguap bersamaan dengan metanol sehingga yang tersisa hanya gliserol dalam
bentuk padatan putih menyerupai sabun serta tidak berbau. Pada awal berhentinya
suhu 330°C gliserol masih berbentuk slury, tetapi pada saat dilakukan proses
pendinginan terbentuklah gliserol padat dengan berat 76,01 gr. Pada saat proses
pemanasan yang berlangsung di heating mantle, ada fase uap yang terbentuk,
dengan bantuan kondensor uap tersebut dapat terkondensasi menjadi cair kembali
kedalam labu. Metanol dan metil ester yang diperoleh dari hasil distilasi yaitu 28
ml.
7

Gliserol (1,2,3-propanatriol) atau disebut juga gliserin merupakan senyawa


alkohol trihidrat dengan rumus bangun CH₂OHCHOHCH₂OH. Gliserol juga
merupakan senyawa gliserida yang paling sederhana, dengan hidroksil yang
bersifat hidrofilik dan higroskopik. Gliserol berwujud cairan jernih , higroskopis,
kental, terasa manis namun bersifat racun dan tidak berwarna. Pada suhu 330°C
gliserol mulai teruapkan karena gliserol memiliki titik didih 290°C. Gliserol yang
teruapkan mengalir melewati kondensor dan menjadi padatan karena pendinginan
mendadak.
Gliserol memiliki banyak kegunaaan, diantaranya sebagai emulsifier,agen
pelembut, plasticizer, stabilizer es krim, pelembab kulit, pasta gigi, obat batuk ,
sebagai media pencegah reaksi pembekuan darah merah, sebagai tinta printing ,
sbagai bahan aditif pada industri pelapis , cat, sebagai bahan antibeku, sumber
nutrisi dalam proses fermentasi, dan bahan baku untuk nitrogliserin.

Anda mungkin juga menyukai