Anda di halaman 1dari 9

1

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN


YANG BENAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA LANSIA
DI PUSKESMAS NGUNTORONADI I WONOGIRI

Prasetyoningsih1), Atiek Murhayati 2), Rufaida Nur Fitriana2)


1)Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2)Dosen Pembimbing STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK
Kesehatan pada lansia yang menurun secara umum disebabkan karena
menurunnya fungsi organ tubuh, sehingga aktivitas dan metabolisme tubuh juga
menurun, proses alamiah di atas diikuti dengan menurunnya energi dan kapasitas
pencernaan yang umum dimulai usia 50 tahun, oleh karena itu diperlukan
pengetahuan bagi lansia dalam mencegah terjadinya diare diantaranya pengetahuan
tentang cuci tangan yang benar. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis
hubungan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang benar dengan kejadian diare
pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri. Jenis penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian diskriptif korelational, dengan menggunakan pendekatan cross-
sectional. Sampel yang digunakan adalah sebagian dari lansia yang memeriksakan
kesehatan di Puskesmas Nguntoronadi I sebanyak 91 orang dengan teknik purposive
sampling. Teknik analisis data yang digunakan dengan analisis chi-square dan uji
Odd Ratio (OR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia
mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebanyak 40 orang (44,0%) dan terjadi diare
(62,6%), serta terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang
mencuci tangan yang benar dengan kejadian diare pada lansia di Puskesmas
Nguntoronadi I Wonogiri (p-value = 0,000), dengan nilai odds ratio = 0,118.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan tentang mencuci tangan yang benar dengan kejadian
diare pada lansia.
Kata kunci: pengetahuan, cuci tangan, kejadian diare.

ABSTRACT
Generally the health decrease of the elderly is caused by the decrease of their organs’functions
including the digestive organs. Therefore, the knowledge ofappropriate hand washing is
requiredby the elderly to prevent diarrhea. The objective of the research is to investigate the
correlation between the knowledgeof appropriate hand washing and the diarrhea incidence on the
elderly at Community Health Center Nguntoronadi I of Wonogiri.The research used the
descriptive correlational design with the cross-sectional approach. The samples of research were
91 elderlies. They were taken by using the purposive sampling technique. The data were analyzed
by using theChi-square analysis and the Odd Ratio (OR) test. The research shows that there 40
respondents (44.0%) had fairknowledgeof appropriate hand washing, and 57 respondents (62.6%)
had diarrhea. Thus, there was a significant correlation between the knowledge of appropriate
hand washing and the diarrhea incidence on the elderly at Community Health Center
Nguntoronadi I of Wonogiri, as indicated by the p-value = 0.00, and thevalue of odds ratio =
0.118, meaning the respondents who had fair knowledge would have the risk as much as 0.118
times greater than those who had good knowledge.

Keywords : Knowledge, hand washing, diarrhea incidence


PENDAHULUAN menurunnya energi dan kapasitas
pencernaan menurun yang umum dimulai
Diare merupakan penyakit yang masih
usia 50 tahun (Padila, 2013).
menjadi masalah di negara berkembang.
Kesehatan usia lanjut perlu
Diare diartikan sebagai suatu kondisi buang
dipelihara oleh karena secara normal akan
air besar tidak normal yaitu lebih dari 3 kali
mengalami kemunduran fisik, mental dan
sehari dengan konsistensi tinja yang encer
sosial. Namun apabila diantisipasi
dengan atau tanpa disertai darah atau lendir
sebelumnya tidak akan terjadi penurunan
akibat dari proses inflamasi pada lambung
yang drastis sehingga mengurangi penyebab
atau usus (Muslimah, 2010). Indonesia
penyakit yang berat atau bahkan kematian.
merupakan salah satu negara berkembang
Perilaku sehat dapat mencegah berbagai
dengan angka kejadian Diare yang masih
penyakit yang mudah terkena pada usia
tinggi, hal ini dilihat dari morbiditas dan
lanjut, walau usila secara alami mengalami
mortalitasnya. Lima provinsi dengan insiden
penurunan berbagai fungsi organ sehingga
dan period prevalen diare tertinggi adalah
rentan terhadap penyakit baik akut atau
Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan
kronis, kecenderungan penyakit metabolik,
(5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%),
infeksi degeneratif dan gangguan psikososial
Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan
(Nugroho, 2004).
Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%).
Palancoi (2014) mengadakan
Berdasarkan karakteristik penduduk,
penelitian yang menyatakan bahwa, salah
kelompok umur balita adalah kelompok
satu faktor yang mempengaruhi kejadian
yang paling tinggi menderita diare,
diare adalah perilaku, lingkungan dan
sementara lansia umur 55-65 tahun
pengetahuan tentang diare. Perilaku
sebanyak 1,9% dan 3,2% (Kemenkes, RI.,
kesehatan merupakan suatu respon
2013). Resiko terjadinya diare sebenarnya
seseorang terhadap stimulus atau objek yang
bisa diminimalkan dengan upaya
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pencegahan dan pengobatan. Diare
pelayanan kesehatan, makanan, minuman
menyerang kelompok usia baik balita, anak,
dan lingkungan (Notoatmodjo, 2010). Salah
dewasa bahkan lansia (Murniwaty, 2005).
satu perilaku kesehatan adalah pengetahuan
Menua merupakan proses terus
tentang mencuci tangan, mencuci tangan
menerus yang alamiah, dimulai sejak lahir
merupakan suatu perilaku kesehatan
dan dialami hampir semua makhluk hidup.
(Syarifah Fazila dkk, 2013).
Tahap manusia yaitu bayi, anak, remaja, tua
Penelitian yang dilakukan oleh
kemudian lansia (Nugroho, 2000). Bila
Nungky Kustantya (2013) yang meneliti
seseorang bertambah tua kemampuan fisik
tentang tingkat pengetahuan lansia yang
dan mentalnya perlahan–lahan mengalami
dihubungkan dengan perilaku hidup bersih
kemunduran.
dan sehat pada lansia dimana mencuci
Semakin bertambahnya jumlah lansia
tangan merupakan indikatornya, hasil
maka semakin banyak pula masalah yang
penelitian menunjukkan bahwa ada
timbul terutama masalah medis yang
hubungan yang negatif dan signifikan antara
mencapai 38%. Masalah kesehatan pada
tingkat pengetahuan lansia tentang mencuci
lansia secara umum disebabkan karena
tangan dengan kejadian penyakit karena
menurunnya fungsi organ tubuh, sehingga
infeksi, semakin kurang tingkat pengetahuan
aktivitas dan metabolisme tubuh otomatis
maka semakin tinggi terkena infeksi
menurun. Sebagai suatu proses alamiah
penyakit.
fenomena di atas juga diikuti dengan
Studi pendahuluan yang dilakukan benar dengan kejadian diare pada lansia di
terhadap beberapa lansia yang berkunjung Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri.
ke Puskesmas Nguntoronadi I dengan
keluhan diare didapatkan bahwa pasien Masalah kesehatan pada lansia secara
mengatakan pernah diare ada juga yang umum disebabkan karena menurunnya
sering, rata–rata tidak tahu sebabnya, buang fungsi organ tubuh, sehingga aktivitas dan
air besar di jamban baik cemplung atau leher metabolisme tubuh juga menurun, proses
angsa, ada airnya tapi tidak mengalir, alamiah di atas diikuti dengan menurunnya
kadang cuci tangan pakai sabun kadang energi dan kapasitas pencernaan yang umum
tidak pakai sabun kadang justru lupa. dimulai usia 50 tahun, oleh karena itu
Hasil studi pendahuluan dengan diperlukan pengetahuan bagi lansia dalam
wawancara terhadap 10 lansia dengan mencegah terjadinya diare diantaranya
keluhan diare di Puskesmas Nguntoronadi I pengetahuan tentang cuci tangan yang benar.
Wonogiri diketahui bahwa 5 orang diare Berdasarkan rumusan masalah di atas,
disebabkan oleh makanan dan yang lainnya maka peneliti tertarik untuk meneliti
tidak tahu sebabnya apa, mereka yang bagaimana hubungan antara pengetahuan
mengetahui tentang cuci tangan yang benar tentang cuci tangan yang benar dengan
hanya sebanyak 4 orang (40,0%) sedangkan kejadian diare pada lansia di Puskesmas
yang tidak mengetahui tentang pengetahuan Nguntoronadi I Wonogiri?.
cuci tangan yang benar sebanyak 6 orang Tujuan penelitian ini adalah : Untuk
(60%). Hal yang ditanyakan pada lansia mengetahui hubungan antara pengetahuan
adalah kapan kita perlu cuci tangan, dengan tentang cuci tangan yang benar dengan
apa kita cuci tangan dan bagaimana cuci kejadian diare pada lansia di Puskesmas
tangan yang benar. Data dari kunjungan Nguntoronadi I Wonogiri.
semua pasien melalui simpus puskesmas
didapatkan lansia penderita diare pada tahun METODE PENELITIAN
2014 bulan Juni sebanyak 7 orang, bulan Desain penelitian yang digunakan
Juli sebanyak 8 orang, bulan Agustus dalam penelitian ini adalah diskriptif
sebanyak 11 orang, bulan September korelational, dengan menggunakan
sebanyak 12 orang, bulan Oktober sebanyak pendekatan cross-sectional. Populasi pada
13 orang, dan bulan November 2014 penelitian ini adalah semua lansia yang yang
meningkat menjadi 15 orang. Sedangkan memeriksakan kesehatannya di Puskesmas
kunjungan lansia yang berobat di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri pada bulan Juni
Nguntoronadi pada bulan Juni – Desember s/d Desember 2014 yang berjumlah 1.057
2014 sebanyak 3.151 orang dengan usia orang, diambil sampel sebanyak 91 orang
terbanyak adalah 60-70 yaitu sebanyak 1057 dengan teknik purposive sampling. Teknik
orang. analisis data terdiri dari analisis univariate
Latar belakang di atas menjadi dasar dan bivariat. Adapun untuk analisis
dalam penelitian ini, sehingga peneliti univariate menjelaskan masing-masing
tertarik untuk meneliti tentang hubungan variabel yang diteliti. Adapun analisis
antara pengetahuan tentang cuci tangan yang bivariate yang lain dengan menggunakan
analisis korelasi chi-square.
HASIL DAN PEMBAHASAN perempuan (57,1%). Hal ini merupakan
gambaran secara umum bahwa jenis kelamin
Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
di daerah penelitian yang mana mayoritas
Responden memang mempunyai jenis kelamin
Variabel F % perempuan jika dibandingkan dengan jenis
Umur : kelamin laki-laki. Perempuan yang usianya
Mean Minimum Maximum menuju pada menopause, resiko terjadinya
64,75 60 70 hipertensi meningkat. Hal ini disebabkan
Pendidikan Akhir oleh faktor hormonal. Pada wanita
Laki-laki 39 42,9 premenopause cenderung sensitif akibat
Perempuan 52 57,1 perubahan bentuk pola tubuh dan penurunan
Pendidikan hormon estrogen. Hal ini akan berdampak
SD Sederajat 51 56,0 pada ketidakstabilan emosional
SLTA Sederajat 40 44,0 danpsikologis lansia tersebut sehingga
Pekerjaan : apabila tidak berkurang dampak
Pensiunan 26 28,6 psikologisnya seperti stress, kecemasan dan
Petani 36 39,6 gugup maka akan timbul terjadinya diare
IRT 27 29,7 pada lansia tersebut (Suharyono, 2008).
Swasta 2 2,2 Berdasarkan penemuan diketahui
N = 91 kebanyakan responden mem-punyai
Sumber: Data primer yang diolah, 2015. pendidikan SDSederajat yaitu sebanyak
Penelitian ini menunjukkan bahwa 56,0%. Tingkat pendidikan lansia dengan
rata-rata umur responden 64,75 tahun rasio akademik lebih tinggi akan
dengan umur terendah 60 tahun dan umur memudahkan dalam menerima serta
tertua adalah 70 tahun. Sejalan dengan mengembangkan pengetahuan dan
pendapat Nursalam (2007) bahwa semakin teknologi. Menurut Mubarak (2007),
cukup umur, tingkat kematangan dan pendidikan berarti bimbingan yang di
kekuatan seseorang akan lebih matang berikan seseorang pada orang lain terhadap
dalam berpikir dan bekerja. Karena dengan suatu hal agar mereka dapat memahaminya.
bertambahnya umur seseorang maka Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
kematangan dalam berpikir semakin baik pendidikan seseorang maka semakin mudah
sehingga akan termotivasi setiap melakukan menerima informasi dan akhirnya makin
pekerjaan dalam melayani pasien secara banyak pula pengetahuan yang dimilikinya
profesional.Umur merupakan salah satu dan sebaliknya.
faktor risiko alami yang mempengaruhi Hasil penelitian ini menunjukkan
kesehatan (Nilawati, 2008). Hal ini terjadi bahwa sebagian besar lansia mempunyai
karena seiring bertambahnya usia pekerjaan sebagai petani yaitu sebanyak
mekanisme kerja bagian-bagian tubuh 39,6%. Menurut Mubarak (2007),
seseorang akan semakin menurun dan lingkungan pekerjaan dapat menjadikan
menyebabkan terjadinya perubahan di dalam seseorang memperoleh pengalaman dan
sistem pencernaan dan dampak pengetahuan baik secara langsung maupun
psikologisnya diantaranya stress, cemas, tidak langsung. Hasil penelitian ini sejalan
ketakutan dan gugup (Suharyono, 2008). dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hasil penelitian diketahui bahwa Zuraidah, Yeni Elviani (2013) yang meneliti
sebagian responden berjenis kelamin tentang hubungan pengetahuan dan sikap
dengan perilaku mencuci tangan dengan rendah (SD Sederajat), karena menurut
benar yang menunjukkan bahwa dari 50 Notoatmodjo (2010) bahwa semakain tinggi
responden yang mencuci tangan dengan tingkat pendidikan seseorang maka semakin
benar adalah 41 responden (82%), baik pula pengetahuan yang dimilikinya,
responden dengan pengetahuan baik adalah serta semakin banyak informasi yang
48 responden (96%). dimiliki maka semakin banyak pula yang
diketahui sehingga mereka mempunyai
Pengetahuan Cuci tangan yang benar tingkat pengetahuan yang baik.
Tabel 2. Pengetahuan cuci tangan yang Padila, (2013) menyebutkan semakin
benar bertambah umur manusia akan terjadi proses
Pengetahuan cuci F (%) penuaan secara generatif yang berdampak
tangan yang benar pada perubahan manusia, salah satunya
adalah penurunan fungsi kognitif dimana
Kurang 28 30,8 aktivitas fisik masuk dalam gangguan fungsi
Cukup 40 44,0 kognitif. Selain itu juga berhubungan
Baik 22 25,3 dengan penurunan fungsi otak yang
Jumlah 91 100,0 mengakibatkan kemunduran daya ingat dan
kelambanan motorik sederhana, sifat ini
Hasil penelitian berkaitan dengan sangat individual dan hal inilah
pengetahuan tentang cuci tangan yang kemungkinan lansia lupa dalam menerapkan
benarpada lansia di Puskesmas kebiasaan untuk hidup bersih. Berdasar
Nguntoronadi I Wonogiri mayoritas penelitian klinis dan epidemiologi
mempunyai pengetahuan cukup yaitu menunjukkan bahwa faktor Biologi,
sebanyak 40 orang (44,0%)dimana ada perilaku, sosial dan lingkungan dapat
kesalahan yang sama dalam menjawab berkontribusi terhadap resiko penurunan
kuesioner yang peneliti buat. Hasil fungsi kognitif ( Plassman, dkk, 2010).
penelitian ini didukung oleh penelitian yang .
dilakukan oleh Fajar, NA dan Mirnaniarti Kejadian Diare
(2011) yang menyimpulkan bahwa
Tabel 2. Kejadian Diare
pengetahuan tentang cuci tangan pakai
sabun masyarakat mayoritas tergolong Kejadian Diare F (%)
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 43,8% Diare 57 62,6
dan sebagian kecil termasuk mempunyai TidakDiare 34 37,4
pengetahuan baik yaitu sebanyak 18 Jumlah 91 100,0
(21,2%). Di samping itu menurut penelitian Sumber: Data yang diolah, 2015.
Kustantya (2013) bahwa hampir seluruhnya
sebanyak 55 responden (91,7%) lansia Hasil penelitian tentang kejadian
memiliki pengetahuan yang cukup dan diare pada lansia di Puskesmas
76,6% lansia memiliki pengetahuan yang Nguntoronadi I Wonogiri sebagian besar
cukup tentang perilaku hidup bersih dan terjadi diare yaitu sebanyak 59orang
sehat. (62,1%) dan sebagian yang lain tidak terjadi
Pada penelitian ini dari 91 responden diare yaitu sebanyak 36 pasien
menurut pengetahuan sebagian besar
(37,9%).Kejadian diare pada lansia di
tergolong cukup sebanyak 40 responden
(44,0%), hal ini disebabkan karena mereka negara berkembang utamanya dipengaruhi
umumnya mempuyai pendidikan akhir yang oleh faktor kontaminasi patogen yang
menyebar melalui jalur fecal-oral.Perubahan Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian
kondisi sanitasi lingkungan sangat berperan Diare pada Lansia
dalam menurunkan kejadian diare di negara-
Tabel 4. Hasil Analisis Chi-Square
negara berkembang (Subagyo dkk,
Diare
2012).Hasil penelitian ini sejalan dengan Pengetahuan Total p- OR c2
Tidak Diare
penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Diare value
Dekawati (2014) yang menunjukkan bahwa Kurang
Count 6 22 28
dari 43 lansia yang menjadi responden yang % of Tot 6.6% 24.2% 30.8%
Count 11 29 40
mengalami diare 74,4 % dan 95,3 % Cukup
% of Tot 12.1% 31.9% 44.0% 0,00 0,118 17,83
menderita ISPA. Baik
Count 17 6 23
Sebagian besar kuman infeksius % of Tot 18.7% 6.6% 25.3%
Count 34 57 91
penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal Total
% of Tot 37.4% 62.6% 100.0%
oral penularannya dengan memasukkan ke
dalam mulut cairan atau benda tercemar Berdasarkan hasil analisis Chi-
(terutama kotoran/tinja), misalnya air Square (c2) diketahui bahwa nilai Chi-
minum, jari-jari tangan, makanan yang square sebesar 17,830 dengan nilai
disiapkan dalam panci yang dicuci dengan probabilitas 0,000(p-value < 0,05), sehingga
air tercemar. Kebiasaan perorangan yang Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa
berhubungan dengan penularan kuman terdapat hubungan yang signifikan antara
penyebab diare adalah kebiasaan mencuci pengetahuan tentang cuci tangan yang benar
dengan kejadian diare pada lansia di
tangan, terutama saat selesai buang air besar,
Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri,
sesudah membuang kotoran/sampah artinya bahwa semakin baik dan meningkat
sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum pengetahuan tentang cuci tangan yang benar
makan(Depkes RI, 2005). maka semakin menurun angka kejadian
Menurut Manual (2009), sebagian diare pada lansia di Puskesmas
besar diare pada orang lansia adalah diare Nguntoronadi I Wonogiri.
akut. Hal ini biasanya disebabkan infeksi, Menurut Kemenkes RI (2013),
intoleransi makanan. Kurang lebih 34% bahwa sekitar 30 penelitian terkait
diare pada lansia disebabkan virus, menemukan bahwa cuci tangan yang benar
sedangkan kurang lebih 14% disebabkan terutama dengan menggunakan sabun dapat
memangkas angka penderita diare hingga
bakteri. Diare yang dikarenakan virus
separuh. Penyakit diare seringkali
mempunyai onset lebih pendek sekitar satu diasosiasikan dengan keadaan air, namun
sampai lima hari, sedangkan diare yang secara akurat sebenarnya harus diperhatikan
disebabkan oleh bakteri lebih sering juga penanganan kotoran manusia seperti
menyebabkan keluarnya darah pada feces tinja dan air kencing, karena kuman-kuman
(Phipps and Steinberg, 2006). Diare pada penyakit penyebab diare berasal dari
lansia juga dapat disebabkan karena infeksi kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit
nosokomial. Sebagian besar diare ini ini membuat manusia sakit ketika mereka
disebabkan oleh bakteri Clostridium masuk mulut melalui tangan yang telah
difficile. Hal ini dapat menyebabkan menyentuh tinja, air minum yang
terkontaminasi, makanan mentah, dan
timbulnya collitis dengan berbagai tingkat
peralatan makan yang tidak dicuci terlebih
keparahan (Calvo, 2008). dahulu atau terkontaminasi tempat
makannya yang kotor. Tingkat efektifan makanan berperan penting di dalam kasus
mencuci tangan yang benar terutama diare pada lansia ini (Soegijanto, 2006).
memakai sabun dalam penurunan angka
penderita diare dalam persen menurut tipe
SIMPULAN
inovasi pencegahan adalah : Mencuci tangan
dengan sabun (44%), penggunaan air olahan 1. Rerata umur responden 64,75 tahun,
(39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan dengan jenis kelamin perempuan
(28%), penyediaan air (25%), dan sumber (57,1%),tingkat pendidikan SD Sederajat
air yang diolah (11%). (56,0%), dan mempunyai pekerjaan
Hasil penelitian ini didukung oleh sebagai petani (39,6%).
penelitian yang dilakukan oleh Nungky 2. Sebagian besar lansia mempunyai
Kustantya, Mochamad syaiful Anwar (2013) pengetahuan cukup yaitu sebanyak 40
tentang hubungan pengetahuan dengan orang (44,0%).
perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia, 3. Sebagian besar lansia terjadi diare yaitu
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang sebanyak 57 orang (62,6%).
signifikan antara pengetahuan lansia dengan 4. Terdapat hubungan yang signifikan
tingkat kejadian diare . antara pengetahuan tentang mencuci
Hal ini juga didukung dengan hasil tangan yang benar dengan kejadian diare
penelitian oleh Palancoi (2014), bahwa pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I
semakin tinggi pengetahuan tentang cuci Wonogiri (p-value = 0,000).
tangan maka kejadian diare akan semakin
rendah. Dalam penelitian Asiedu, dkk.,
SARAN
(2011) menyatakan bahwa kebersihan
pribadi dan sanitasi yang buruk tetap 1. Bagi Tenaga Kesehatan
menjadi perhatian dalam kesehatan Perlu lebih aktifnya tenaga kesehatan di
masyarakat di sebagian besar negara. Hasil daerah untuk memberikan penyuluhan
penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian dan penyampaian informasi tentang
yang dilakukan oleh Wahyu Dekawati kesehatan terutama penyakit diare baik
(2014),dengan responden lansia, dari hasil pada waktu dilaksanakannya acara-acara
menunjukkan 95,3 % mengalami penyakit kemasyarakatan maupun melalui
infeksi. posyandu. Sehingga diharapkan
Lansia lebih mudah terkena infeksi informasi mengenai kesehatan tersebut
hal ini dikarenakan lansia mengalami dapat dijangkau keseluruh pelosok
penurunan sistem kekebalan tubuh, juga daerah, dimana tidak harus
kurangnya asupan gizi dan berkurangnya mengandalkan peran serta kader
fungsi fisik.Dapat disebabkan adanya kesehatandi posyandu tetapi tenaga
gangguan proses metabolisme tubuh kesehatan harus juga aktif terjun ke
termasuk sintesis protein yang bekerja pada daerah-daerah.
sistem imunitas, maupun penurunan 2. Bagi puskesmas
efektivitas penyerapan air pada sistem Hasil dari penelitian ini dapat digunakan
cerna.Jika yang terjadi adalah penurunan untuk penyusunan sop penyuluhan
kekebalan tubuh, diare yang menyerang tentang cuci tangan yang benar pada
lansia sangat dimungkinkan disebabkan oleh lansia sehingga dapat mengurangi
adanya infeksi bakteri. Namun jika kejadian diare yang ada di wilayah
penyerapan air yang terganggu, maka jenis Puskesmas Nguntoronadi I baik oleh
Kepala Puskesmas atau pengelola
program penyakit menular dan Fajar, NA dan Mirnaniarti. (2011).Hubungan
bekerjasama dengan lintas program yang pengetahuan dan sikap terhadap
ada di puskesmas. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
3. Bagi lansia dan masyarakat Masyarakat di Desa Senuro
Diharapkan lansia dan masyarakat dapat Timur.Jurnal MKMI, Vol 7 No.1,
menambah pengetahuan tentang Januari 2011.
mencuci yang benar dengan cara banyak
membaca buku tentang pencegahan diare Fazlin, S. Suriadi, dan Sianturi, RN. (2013).
Tingkat Pengetahuan Siswa tentang
dan mengikuti penyuluhan terkait
teknik Mencuci Tangan yang benar
pencegahan diare sehingga pihak
terhadap Kejadian Diare di SDN 01
keluarga bisa mencegah terjadinya diare Pontianak Utara. Jurnal Keperawatan.
pada anggota keluarga dan penyakit Sumut: USU.
diare pada lansia dapat dicegah sedini
mungkin. Kemenkes, RI, (2011). Buku Saku Cuci
4. Bagi peneliti berikutnya Tangan Pakai Sabun di Masyarakat
Peneliti lain bisa menggunakan variabel untuk Petugas/Kader. Jakarta:
lain yang belum diteliti, seperti umur, Kemenkes, RI.
sikap, pengalaman, lingkungan, fasilitas
kesehatan serta sanitasi lingkunganyang Kustantya, Nungky (2013). Gambaran
berhubungan dengan kejadian diare, dan Karakteristik Keluarga Tentang
sampel yang lebih banyak atau dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
metode penelitian yang berbeda serta (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga
alat analisis yang berlainan. di Desa Karangasem Wilayah Kerja
Puskesmas Tanon II Sragen. Jurnal
GASTER, Vol. 8, No. 2
DAFTAR PUSTAKA
Mirnaniarti, dkk. (2011). Hubungan
Anggrainy R. (2010). Cuci Tangan Pakai pengetahuan dan sikap terhadap
Sabun Untuk Menurunkan Angka perilaku cuci tangan pakai sabun pada
Diare Di Daerah Istimewa Yogyakarta masyarakat di Desa Senuro Timur.
Dalam Program Mendukung Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat:
Universitas Airlangga
Hidup Bersih. From http://www.
perilaku hidup bersih (PHBS).com. Murniwaty, Sintha. Faktor Risiko Kejadian
Diakses 12 November 2014. Diare Akut pada balita (Studi Kasus di
Kabupaten Semarang). Thesis
Dekawati, Wahyu. (2014). Hubungan Status Program Pasca Sarjana. Fakultas
Gizi dengan Kejadian ISPA dan Diare Kesehatan Masyarakat. Universitas
pada Lansia di Puskesmas Musuk I Diponegoro. Semarang. 2006
Boyolali. Eprint.ums.ac.id.
Negara, A,J, dkk (2014).Pengaruh perilaku
Depkes. RI. (2005). Profil Kesehatan hidup bersih dan sehat terhadap
Indonesia 2004. Jakarta
kejadian diare di SDN 003 Kabupaten
Polewali Mandar. Jurnal Ilmiah
Depkes. RI. (2011). Pedoman Pemberantasan
Penyakit Diare. Dirjen PPM dan PLP. Kesehatan Diagnosis. Volume 4
Jakarta.
Nomor 6 Tahun 2014. STIKES Nani
Hasanudin. Zuraidah, dkk. (2013). Hubungan pengetahuan
dan sikap dengan perilaku mencuci
Nugroho, W. (2000). Keperawatan Geriatrik. tangan dengan benar. Jurnal Fakultas
Edisi 1. Jakarta : EGC. Keperawatan. Politeknik Kesehatan
Palembang.
_______, W. (2004). Keperawatan Geriatrik.
Edisi 2. Jakarta : EGC.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan


Gerontik, dilengkapi aplikasi kasus
asuhan keperawatan gerontik, terapi
modalitas, dan sesuai kompetensi
standar. Yogyakarta: Nuha Medika.

Palancoi, NA. (2014). Hubungan antara


Pengetahuan dan Lingkungan dengan
Kejadian Diare Akut pada Anak di
Kelurahan Pabbundukang Kecamatan
Pangkajene Kabupaten Pangkep.
Jurnal Kesehatan. Volume VII. No.
2/2014.

Plassman, BC, Havlik, RJ, Steffens,DC, et al.


(2000). Documented Head Injury in
Early Adulthhood and Risk of
Alhzeimer is Disease and Other
Dementia,Neurology.

Suharyono. (2008). Diare Akut, Klinik dan


Laboratorik. Cetakan Kedua. Jakara:
Rineka Cipta.

Syahputri. (2011). Hubungan Perilaku Hidup


Bersih dan Sehat Dengan Kejadian
Diare Pada Balita Usia 1-3 Tahun.
From http://www.perilaku hidup
bersih (PHBS).com. diakses 13
November 2014.

World Health Organization. (2005).


Diarrhoea Treatment Guidelines
Including New Recommendations For
The Use of ORS and Zinc
Supplementation for Clinic- Based and
Healthcare Workers. USA: MOST
The USAID Micronutrient Program.

Anda mungkin juga menyukai