Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI KEUANGAN SYARIAH DI INDONESIA PADA

MASA PANDEMI COVID 19

Tugas ini di susun untuk memenuhi Evaluasi Kegiatan Terstruktur II

Mata Kuliah Ekonomi Keuangan Syariah

Dosen Pengampu :

Muhamad Djaelani, SE.,MM.

Disusun Oleh :

Rizky Citra Dewi 1806010008

Rafida Oktafia 1806010051

Nurlaela 1806010384

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah proposal penelitian yang
berjudul “IMPLEMENTASI KEUANGAN SYARIAH DI INDONESIA PADA MASA
PANDEMI COVID 19”.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
teman-teman semua untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga tugas
proposal makalah ini dapat memberikan ilmu serta manfaat yang baik bagi kami dan para
pembaca.

Tangerang, Juli 2021

Hormat Kami

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pandemi Covid-19 merupakan virus corona yang berasal dan pertama kali muncul
dari kota wuhan, China pada akhir desember 2019. Di duga Covid-19 ini berasal dari
hewan kelelawar dan setelah ditelusuri, orang-orang yang terinfeksi virus ini merupakan
orang-orang yang memiliki riwayat telah mengunjungi pasar basah makanan laut dan
hewan lokal di Wuhan, China. Manusia merupakan makhluk sosial yang memungkinkan
saling berinteraksi secara langsung sehingga tingkat penyebaran pandemi Covid-19
semakin pesat, hingga kamis 26 maret 2020 tercatat 198 negara yang terinfeksi oleh
Covid-19.

Indonesia memiliki penduduk beragama muslim terbesar di dunia. Maka


dikarenakan itu Indonesia memiliki potensi pangsa pasar yang besar dalam perekonomian
syariah. Pertumbuhan ekonomi syariah ditandai dengan tumbuhnya industri keuangan
syariah, baik lembaga bank maupun lembaga non bank. Perindustrian syariah khususnya
non bank menjadi salah satu fondasi dalam melayani keuangan kepada masyarakat demi
mencapai kesejahteraan masyarakat. Namun disayangkan masih sedikit masyarakat yang
melakukan investasi di industri keuangan terutama pada produk asuransi.

Porsi pangsa pasar keuangan khususnya non bank syariah masih di bawah 5
persen jika dibandingkan konvensional. Di tengah pandemic Covid-19 maka asuransi
syariah harus mampu bersaing dan lebih inovatif lagi agar mampu bertaham di tengah
pandemic sekarang.

Wakil Presiden Indonesia, Ma’ruf Amin menyatakan bahwa untuk meningkatkan


inklusi dan mendukung pertumbuhan asuransi syariah maka industri asuransi syariah
harus meningkatkan inovasi dari produk-produk yang ditawarkan oleh asuransi syariah.
II. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perkembangan Keuangan Syariah di masa pandemi Covid-19?
b. Apasaja dampak yang dapat ditimbulkan dari adanya pandemi Covid-19
terhadap Keuangan Syariah?
c. Apa solusi dan upaya yang sudah digerakan oleh pemerintah terhadap program
yang dijalankan selam pandemi Covid-19?

III. Tujuan
a. Untuk mengetahui perkembangan Keuangan Syariah di masa pandemi Covid-
19.
b. Untuk Mengetahui Apa dampak yang ditimbulkan dari adanya pandemi
Covid-19 terhadap Keuangan Syariah.
c. Untuk mengetahui solusi dan upaya yang sudah digerakan oleh pemerintah
terhadap program yang dijalankan selam pandemi Covid-19.
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
I. Perkembangan Keuangan Syariah di Masa Pandemi Covid 19
II. Dampak Pandemi Terhadap Keuangan Syariah
Pandemi covid-19 ini berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi
secara global. Hal tersebut merupakan pukulan hebat terutama di bidang pariwisata,
UMKM, perhotelan dan banyak bidang lainnya yang mengakibatkan banyaknya
karyawan mengalami putus hubungan kerja dan naiknya kelompok orang miskin.
Secara sosial hal ini berdampak pada terganggunya akses pangan, penurunan
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat akan tetapi sebaliknya berdampak baik bagi
lingkungan. Berkurangnya aktivitas masyarakat di luar rumah, baik karena
lockdown maupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ternyata membuat
dampak yang baik bagi lingkungan. Kualitas udara dan airmengalami perbaikan,
keragaman hayati meningkat dan berkurangnya perdagangan satwa liar, akan tetapi
terjadi kenaikan pada sampah plastik dan non plastik akibat meningkatnya alat
pengaman diri(Kuncara and Dkk, 2020).
Menurut J.P Morgan Ada tiga risiko yang membayangi industri perbankan
dalam masa pandemi covid-19 yaitu penyaluran kredit, penurunan kualitas aset dan
pengetatan margin bunga bersih. Dari ketiga risiko tersebut mari kita analisa
apakah bank syariah lebih kuat dalam menghadapi krisis ekonomi akibat
pandemi covid-19 dibandingkan bank konvensional atau malah
sebaliknya(Sunaria and Itsnaini, 2020).
1.Penyaluran kredit (pembiayaan) Dalam hal ini bank syariah maupun bank
konvensional akan mengalami kondisi yang sama. Baik bank syariah maupun bank
konvensional akan sama-sama mengalami pelambatan penyaluran kredit
(pembiayaan).
2.Penurunan kualitas aset Dalam hal ini baik bank syariah maupun bank konvensional
akan sedikit terbantu dengan adanya POJK No.11/POJK.03/2020. POJK
tersebut akan membantu bank syariah maupun bank konvensional terutama dalam
Pengetatan margin bunga bersih Hal tersebut dikarenaka bank syariah menggunakan
sistim bagi hasil seperti yang disampaikan dalam penjelasan di atas. Dengan sistim
bagi hasil maka kondisi neraca bank syariah pada masa krisis akibat pandemi
covid-19 ini akan elastis karena besarnya biaya yang diperuntukkan buat
pembayaran bagi hasil juga akan ikut menurun dengan penurunan pendapatan
yang diperoleh bank syariah. Hal ini berbeda dengan bank konvensional yang
mana disaat pendapatan bunga kredit menurun tidak diikuti dengan penurunan
biaya bunga untuk deposan, inilah yang akan menjadi permaslahan serius daribank
konvensional. pencadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Bank syariah
diprediksi akan memiliki keunggulan dibandingkan dengan bank konvensional.
3.Pengetatan margin bunga bersih Hal tersebut dikarenaka bank syariah
menggunakan sistim bagi hasil. Dengan sistim bagi hasil maka kondisi neraca
bank syariah pada maskrisis akibat pandemi covid-19 ini akan elastis karena
besarnya biaya yang diperuntukkan buat pembayaran bagi hasil juga akan ikut
menurun dengan penurunan pendapatan yang diperoleh bank syariah. Hal ini
berbeda dengan bank konvensional yang mana disaat pendapatan bunga kredit
menurun tidak diikuti dengan penurunan biaya bunga untuk deposan, inilah yang
akan menjadi permaslahan serius dari bank konvensional.
Dengan adanya factor-faktor tersebut yaitu saat perbankan nasional diprediksi
akan mengalami depresi akibat pandemi covid-19. dalam bank syariah ada
beberapa hal keunggulan terhadap bank konvensional sehingga bisa menjadi solusi
yang terhadap pandemi covid-19, yakni : Di saat perbankan nasional diprediksi akan
mengalami depresi akibat pandemi covid-19, bank syariah memiliki kelebihan
dengan konsep bagi hasilnya untuk bisa satu level lebih kokoh dalam
menghadapi krisis. Keunggulan disaat masa-masa sulit ini tentunya menjadi peluang
yangbagus untuk penguatan market share bank syariah (Ningsih and Mahfudz,
2020).Melihat tiga risiko yang akan dihadapi oleh perbankan seperti disampaikan oleh
JP Morgan di atas maka bank syariah harus jeli untuk menentukan strategi di tengah
pandemi covid-19. Melakukan ekspansi yang terukur ke segmen digital adalah
opsi yang cukup menantang yang bisa diambil oleh bank syariah.

III. Solusi dan upaya yang sudah digerakan oleh pemerintah terhadap program yang

dijalankan selam pandemi Covid-19.

Memasuki Tahun 2020, dunia diguncang oleh wabah Virus korona yang menyebar

dengan sangat cepat ke seluruh Dunia. Hal ini mendorong pemerintah Indonesia untuk
melakukan upaya dan mengambil kebijakan penanganan virus korona. Salah satu

Tindakan awal yang dilakukan Oleh Presiden Joko Widodo saat itu adalah dengan

memerintahkan kedutaan Indonesia di China untuk memberi perhatian khusus

terhadap WNI yang terisolasi di Wuhan. Upaya Preventif yang dilakukan adalah

pengawasan ketat dijalur masuk ke Indonesia dari negara lain meliputi Bandara ,

Pelabuhan dan Pos lintas batas darat. Deteksi dini sebagai bentuk pengawasan

dilakukan terutama untuk 19 area yang memiliki akses langsung ke China, yakni

Jakarta,Padang, Tarakan, Bandung, Jambi,Palembang, Denpasar, Surabaya, Batam

dan Manado.

Meskipun Pada akhir Januari 2020 belum ditemukan kasus positif korona di

Indonesia, Pada tanggal 30 Januari 2020 Presiden Jokowi menginstruksikan agar

segera dibuat Prosedur Evakuasi WNI yang berada di provinsi Hubei, China.

Pemerintah Indonesia telah membentuk dan mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC)

di wilayah otoritas pintu masuk negara di bandara/pelabuhan/Pos Lintas Batas Darat

Negara (PLBDN). Tim dapat terdiri atas petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP),

Imigrasi, Bea Cukai, Karantina Hewan dan unit lain yang relevan di wilayah otoritas

pintu masuk negara yang memiliki kompetensi yang diperlukan dalam pencegahan

importasi penyakit.

Tim bertugas melakukan pengawasan alat angkut, orang, barang, dan lingkungan di

pintu masuk negara. Menyediakan ruang wawancara, ruang observasi, dan ruang

karantina untuk penumpang. Dalam menghadapi situasi pandemic virus Novel Corona

2019 (n-COV), sejak tanggal 18 Januari 2020 Indonesia telah melakukan pemeriksaan

kesehatan di sekitar 135 titik di bandar udara, di darat dan pelabuhan, dengan

menggunakan alat pemindai suhu tubuh bagi siapa pun yang memasuki wilayah

Indonesia, sesuai regulasi kesehatan internasional, Pemerintah Indonesia juga telah


mengerahkan personil tambahan di bandar udara serta meningkatkan kesiagaan rumah

sakit. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah melakukan tiga langkah

pencegahan masuknya virus Corona ke wilayah Indonesia, yaitu:

1. Menerbitkan Surat Edaran kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi dan

Kab/Kota, RS Rujukan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Balai Teknik

Kesehatan Lingkungan (BTKL) untuk meningkatkan kewaspadaan dan

kesiapsiagaan dalam menghadapi kemungkinan masuknya penyakit ini.

2. Menempatkan 135 thermal scanner di seluruh bandar udara di Indonesia terutama

yang mempunyai penerbangan langsung ke Tiongkok

3. Memberikan health alert card dan Komunikasi, informasi, dan Edukasi (KIE) pada

penumpang

Kementerian Kesehatan juga telah menunjuk sedikitnya 100 Rumah Sakit rujukan,

yang sebelmnya dipakai pada kasus flu burung. Selain itu, Kementerian Kesehatan

juga telah menyiapkan 21 kapsul evakuasi (meja dorong isolasi pasien) terkait

penyebaran virus corona sebagai bentuk tindak pencegahaan. Kementerian Kesehatan

telah mengembangkan pedoman kesiapsiagaan mengacu pada pedoman sementara

yang disusun oleh WHO, menyusun panduan bagaimana mengurangi risiko terjangkit

n-Cov, seperti mencuci tangan dan menjauhi orang-orang yang sakit dan memastikan

langkah yang tepat telah diambil. Langkah-langkah tersebut baik sebagai suatu bentuk

pencegahan dan antisipasi.


Pada tanggal 2 Februari pemerintah Indonesia mengumumkan penundaan

seluruh penerbangan dari dan ke RRT daratan yang berlaku mulai tanggal 5 Februari

2020 pukul 00.00 WIB, melarang seluruh orang masuk dan transit ke Indonesia

apabila selama 14 hari terakhir berada di RRT daratan, serta mencabut sementara

bebas visa dan visa on arrival untuk warga negara RRT. Pada tanggal 4 Februari

2020, melalui Menteri Perdagangan, Pemerintah Indonesia juga telah menghentikan

impor live animal dari RRT daratan.

Anda mungkin juga menyukai