Disusun oleh:
Sheva Rahmawati
19417144004
Sejak mewabahnya Virus Covid-19 pada awal tahun 2020, terjadi pengeluaran yang
besar pada kas negara. Salah satu yang terdampak yaitu pada pembiayaan, di mana negara
melakukan pembiayaan yang lebih tinggi untuk menangani wabah Covid-19. Bahkan
terjadinya deficit anggaran yang sempat menjadi perhatian para ekonom. Kondisi ekonomi
Indonesia, bahkan dunia sempat terguncang karena penanganan Covid-19 memang
menyebabkan pemerintah harus bergerak cepat tanpa memiliki waktu yang lama untuk
mempertimbangkan anggaran yang diambil dari kas negara.
Sedangkan yang dimaksud dengan Deficit Anggaran adalah selisih kurang antara
pendapatan dan belanja, yakni jumlah pendapatan lebih kecil daripada jumlah belanja.
Kebijakan anggaran yang dipilih sejak tahun anggaran 2000 sampai dengan 2020 yaitu
anggaran defisit dengan nilai yang berbeda-beda pada setiap tahunnya. Tujuan utama dari
kebijakan defisit anggaran adalah untuk mencapai tujuan yang dicanangkan oleh pemerintah,
seperti pembangunan infrastruktur dan penyiapan ibu kota negara yang baru. Defisit
anggaran tidak hanya ditujukan untuk mengatasi penerimaan yang tidak mencukupi untuk
menutupi pengeluaran anggaran saja.
PEMBAHASAN
Pembiayaan negara 2020 saat pandemic Covid-19 menjadi lebih besar, dalam
Peraturan Presiden yang diundangkan tanggal 25 Juni 2020 tersebut ditetapkan bahwa defisit
anggaran APBN 2020 mencapai Rp1.039,217 triliun atau sebesar 6,34% PDB. Defisit
anggaran yang besar ini disebabkan karena memburuknya kondisi ekonomi akibat pandemi
Covid-19, sehingga target pajak nasional (termasuk pajak dan non-pajak) turun tajam. Selain
itu, penanganan pandemi Covid-19 telah menghabiskan anggaran nasional untuk mengurangi
wabah dan dampak selanjutnya.
Besarnya defisit anggaran membuat pinjaman/utang negara semakin besar. Hal ini
terjadi karena penutupan defisit melalui utang merupakan pilihan yang memungkinkan untuk
dilakukan. Dana cadangan yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk menutup defisit
anggaran yang begitu besar tidak cukup tersedia. Dapat dilihat pada grafik di atas jika
pembiayaan utang tertinggi ada pada tahun 2020, di mana pemerintah fokus terhadap
penyelesaian Covid-19.
Untuk proses pemulihan ekonomi pemerintah pasti mengeluarkan dana yang banyak
di tengah pendapatan yang turun akibat perekonomian yang tidak stabil. Sehingga ini wajar
bila defisit bisa melebar. Jadi deficit anggaran Indonesia yang mencapai 5% di tengah-tengah
penanganan pandemic dapat diwajarkan menimbang banyak sekali kebutuhan mendesak
yang membutuhkan dana tidak sedikit. Namun, sehubungan dengan fakta tersebut, Indonesia
perlu untuk memperkuat pendapatan. Di antaranya dengan mempertimbangkan untuk
memangkas belanja negara dan efisiensi subsidi. Pemerintah Indonesia perlu
mempertimbangkan alokasi subsidi untuk kelompok yang lebih rentan.
KESIMPULAN
Subekan, A., & Iskandar, A. (2020). Pandemi Covid-19 dan Kebijakan Anggaran Defisit:
Analisis Konjungtur Ekonomi. Ekonomikawan: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan, 20(2), 142-152.