Anda di halaman 1dari 7

Dampak Covid-19 Terhadap Pembiayaan dan Defisit Anggaran APBN

Disusun untuk Tugas Mata Kuliah Keuangan Negara


Dosen Pengampu : Pandhu Yuanjaya S.Sos.,MPA.

Disusun oleh:
Sheva Rahmawati
19417144004

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
PENDAHULUAN

Sejak mewabahnya Virus Covid-19 pada awal tahun 2020, terjadi pengeluaran yang
besar pada kas negara. Salah satu yang terdampak yaitu pada pembiayaan, di mana negara
melakukan pembiayaan yang lebih tinggi untuk menangani wabah Covid-19. Bahkan
terjadinya deficit anggaran yang sempat menjadi perhatian para ekonom. Kondisi ekonomi
Indonesia, bahkan dunia sempat terguncang karena penanganan Covid-19 memang
menyebabkan pemerintah harus bergerak cepat tanpa memiliki waktu yang lama untuk
mempertimbangkan anggaran yang diambil dari kas negara.

Berdasarkan Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang


Keuangan Negara, APBN terdiri dari: 1) anggaran pendapatan, 2) anggaran belanja, dan 3)
pembiayaan. Pos pendapatan menunjukkan besarnya sumber daya masyarakat yang ditarik
oleh pemerintah/negara. Pos belanja menunjukkan besarnya sumber daya yang dikeluarkan
pemerintah/negara ke masyarakat. Lalu pos pembiayaan menunjukkan selisih antara
anggaran pendapatan dan anggaran belanja serta solusi yang digunakan untuk mengatasinya.
Dalam pembahasan ini penulis akan menganalisis pos pembiayaan dan juga deficit anggaran.

Sedangkan yang dimaksud dengan Deficit Anggaran adalah selisih kurang antara
pendapatan dan belanja, yakni jumlah pendapatan lebih kecil daripada jumlah belanja.
Kebijakan anggaran yang dipilih sejak tahun anggaran 2000 sampai dengan 2020 yaitu
anggaran defisit dengan nilai yang berbeda-beda pada setiap tahunnya. Tujuan utama dari
kebijakan defisit anggaran adalah untuk mencapai tujuan yang dicanangkan oleh pemerintah,
seperti pembangunan infrastruktur dan penyiapan ibu kota negara yang baru. Defisit
anggaran tidak hanya ditujukan untuk mengatasi penerimaan yang tidak mencukupi untuk
menutupi pengeluaran anggaran saja.
PEMBAHASAN

Pembiayaan negara 2020 saat pandemic Covid-19 menjadi lebih besar, dalam
Peraturan Presiden yang diundangkan tanggal 25 Juni 2020 tersebut ditetapkan bahwa defisit
anggaran APBN 2020 mencapai Rp1.039,217 triliun atau sebesar 6,34% PDB. Defisit
anggaran yang besar ini disebabkan karena memburuknya kondisi ekonomi akibat pandemi
Covid-19, sehingga target pajak nasional (termasuk pajak dan non-pajak) turun tajam. Selain
itu, penanganan pandemi Covid-19 telah menghabiskan anggaran nasional untuk mengurangi
wabah dan dampak selanjutnya.

Berikut adalah pembiayaan APBN 2020 selama pandemic:

Sumber: Kemenkeu.go.id Informasi APBN 2020


Dari data di atas dapat dilihat bahwa pembiayaan utang merupakan total yang paling besar
yaitu 551,9 triliun rupiah. Kemudian rasio deficit APBN dan deficit keseimbangan primer
adalah yang terendah dalam enam tahun terakhir. Untuk menutupi defisit APBN 2020,
pembiayaan anggaran sejumlah Rp 307,2 triliun, lebih rendah 1,15% dari proyeksi APBN
2019. Pembiayaan anggaran yaitu berasal dari pembiayaan utang dalam bentuk Surat
Berharga Negara konvensional (SBN) dan juga Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
Adapun pembiayaan utang ini turun minus 5,88% dibandingkan dengan outlook APBN 2019.
Kemudian untuk pembiayaan anggaran juga mengalami penurunan yang digunakan untuk
kegiatan investasi. Pembiayaan investasi tahun 2020 bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, mempercepat pembangunan infrastruktur, mendorong ekspor nasional, dan juga
untuk meningkatkan daya saing nasional.

Kemudian berikut adalah pembiayaan dan deficit anggaran APBN 2021:

Sumber: Informasi APBN 2021


Sumber: Informasi APBN 2021

Besarnya defisit anggaran membuat pinjaman/utang negara semakin besar. Hal ini
terjadi karena penutupan defisit melalui utang merupakan pilihan yang memungkinkan untuk
dilakukan. Dana cadangan yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk menutup defisit
anggaran yang begitu besar tidak cukup tersedia. Dapat dilihat pada grafik di atas jika
pembiayaan utang tertinggi ada pada tahun 2020, di mana pemerintah fokus terhadap
penyelesaian Covid-19.

Di Indonesia sejak mewabahnya Covid-19 memiliki pengaruh terhadap risiko deficit


anggaran Indonesia. Untuk 2021 defisit anggaran APBN ditetapkan mencapai 5,2% dari PDB
atau yakni sebesar Rp1.006,4 T. Beberapa ahli eknonomi berpendapat bahwa Indonesia
masih dapat menurunkan deficit anggaran sebesar 3%. Pelebaran defisit anggaran ini menjadi
5,2 % karena Indonesia masih menghadapi ketidakpastian dalam pemulihan ekonomi akibat
pandemi Covid-19. Di tengah kondisi yang penuh dengan ketidakpastian sekarang, sangat
wajar jika pemerintah meningkatkan defisit anggarannya. Karena memang tema fiskal
seluruh negara saat ini adalah whatever it takes.

Untuk proses pemulihan ekonomi pemerintah pasti mengeluarkan dana yang banyak
di tengah pendapatan yang turun akibat perekonomian yang tidak stabil. Sehingga ini wajar
bila defisit bisa melebar. Jadi deficit anggaran Indonesia yang mencapai 5% di tengah-tengah
penanganan pandemic dapat diwajarkan menimbang banyak sekali kebutuhan mendesak
yang membutuhkan dana tidak sedikit. Namun, sehubungan dengan fakta tersebut, Indonesia
perlu untuk memperkuat pendapatan. Di antaranya dengan mempertimbangkan untuk
memangkas belanja negara dan efisiensi subsidi. Pemerintah Indonesia perlu
mempertimbangkan alokasi subsidi untuk kelompok yang lebih rentan.

Kemudian dalam APBN 2021 juga terdapat Pembiayaan Investasi, Pembiayaan


Investasi tersebut dimaksudkan antara lain untuk menghimpun kembali dana, memperkuat
kuasi keuangan, dan meningkatkan sumber daya manusia, mempercepat pembangunan
infrastruktur, mendorong rencana ekspor, memperkuat kelembagaan UMKM, UMI, dsb,
serta kemudian meningkatkan partisipasi Indonesia di kancah internasional.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, pembiayaan APBN pada tahun 2020 pembiayaan


utang merupakan total yang paling besar yaitu 551,9 triliun rupiah, pembiayaan utang
tertinggi ada pada tahun 2020, di mana pemerintah fokus terhadap penyelesaian Covid-19.
Untuk 2021 defisit anggaran APBN ditetapkan mencapai 5,2% dari PDB atau yakni sebesar
Rp1.006,4 T. Pelebaran defisit anggaran ini menjadi 5,2 % karena Indonesia masih
menghadapi ketidakpastian dalam pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Di tengah
kondisi yang penuh dengan ketidakpastian sekarang, sangat wajar jika pemerintah
meningkatkan defisit anggarannya.

Indonesia perlu untuk memperkuat pendapatan demi mencegah pelebaran deficit


anggaran. Di antaranya dengan mempertimbangkan untuk memangkas belanja negara dan
efisiensi subsidi. Pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan alokasi subsidi untuk
kelompok yang lebih rentan.
Sumber:

Subekan, A., & Iskandar, A. (2020). Pandemi Covid-19 dan Kebijakan Anggaran Defisit:
Analisis Konjungtur Ekonomi. Ekonomikawan: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan, 20(2), 142-152.

https://www.kemenkeu.go.id/apbn2020 diakses pada 21 Maret 2021.

Informasi APBN 2021 Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Reformasi


https://www.kemenkeu.go.id/media/16835/informasi-apbn-2021.pdf

Anda mungkin juga menyukai