Remaja yang aktif secara seksual berisiko tinggi tertular PMS. Secara fisiologis, serviks remaja putri memiliki ektropion (eversi kanalis serviks uteri) yang besar, terdiri atas sel-sel epitelial kolumnar yang jauh lebih rentan tertular PMS, terutama HPV dan klamidia. Faktor perilaku juga berpengaruh dalam meningkatkan risiko, faktor tersebut antara lain memulai hubungan seksual pada usia dini, prevalensi yang tinggi di antara pasangan seksual, dan penggunaan pelindung atau kontrasepsi yang tidak konsisten. Sebagai contoh, kebanyakan infeksi HIV yang didiagnosis di masyarakat usia 20-an tahun ternyata diperoleh ketika remaja (Centers for Disease Control and Prevention, 1996 dalam Wong, 2008). Tanggung jawab keperawatan meliputi semua aspek pendidikan, kerahasiaan, pencegahan, dan penanganan PMS. Pendidikan seks pada remaja harus terdiri atas informasi tentang PMS, termasuk gejala, dan penanganannya. Usaha pencegahan primer untuk mencegah PMS, yaitu mendorong untuk tidak melakukan hubungan seksual, mendorong menggunakan kondom, dan vaksinasi hepatitis B. Selain itu, terdapat pencegahan sekunder yang dapat dilakukan perawat, yaitu dengan membantu mengidentifikasi kasus secara dini dan merujuk remaja untuk menerima pengobatan. Perawat juga terlibat dalam pencegahan tersier dengan menurunkan efek-efek medis dan psikologis akibat PMS, menghubungi kelompok pendukung untuk remaja yang terinfeksi HIV, virus herpes simpleks, dan HPV, dan dengan membantu remaja yang hamil dalam memperoleh skrining serta pengobatan yang adekuat. Keluarga Tn. A hidup bersama istri dan seorang anaknya Y. pekerjaan Tn. A adalah sopir taksi gelap yang beroperasi pada malam hari hingga pagi hari. Ny. A bekerja sebagai karyawati pada sebuah perusahaan garmen dengan jam kerja 08.00 - 14.00, terkadang lembur hingga malam. An. Y pelajar kelas 3 SMU sering bermain diluar rumah dengan teman laki-lakinya pulang sampai larut malam. Pergaulan bebas dengan teman-temannya akhirnya menjadi kebiasaan. Tn. A sudah menegur berulang kali tapi anak Y tetap melakukannya. Suatu hari Tn. A memergoki anaknya bersama teman pria wanitanya nonton VCD porno di rumah, langsung Tn. A memarahi anaknya dan melarang pergaulan si anak. Sejak itu percekcokan sering terjadi antara Tn. A dan An. Y diantara mereka tidak pernah ada komunikasi yang terbuka, sementara itu Ny. A lebih banyak diam dan terkadang membela anaknya. Tn. A makin keras melarang anaknya bergaul dengan teman-temannya ketika pada suatu malam melihat anaknya berada di sebuah hotel bersama temannya yang berpasang- pasangan. Sementara itu An. Y mengatakan bahwa ia pernah mencoba melakukan hubungan seks dengan pacarnya sebanyak 2 kali.