Anda di halaman 1dari 2

2.2.

1 Penyakit Menular Seksual


Remaja yang aktif secara seksual berisiko tinggi tertular PMS.
Secara fisiologis, serviks remaja putri memiliki ektropion (eversi kanalis
serviks uteri) yang besar, terdiri atas sel-sel epitelial kolumnar yang jauh
lebih rentan tertular PMS, terutama HPV dan klamidia. Faktor perilaku
juga berpengaruh dalam meningkatkan risiko, faktor tersebut antara lain
memulai hubungan seksual pada usia dini, prevalensi yang tinggi di
antara pasangan seksual, dan penggunaan pelindung atau kontrasepsi
yang tidak konsisten. Sebagai contoh, kebanyakan infeksi HIV yang
didiagnosis di masyarakat usia 20-an tahun ternyata diperoleh ketika
remaja (Centers for Disease Control and Prevention, 1996 dalam Wong,
2008).
Tanggung jawab keperawatan meliputi semua aspek pendidikan,
kerahasiaan, pencegahan, dan penanganan PMS. Pendidikan seks pada
remaja harus terdiri atas informasi tentang PMS, termasuk gejala, dan
penanganannya. Usaha pencegahan primer untuk mencegah PMS, yaitu
mendorong untuk tidak melakukan hubungan seksual, mendorong
menggunakan kondom, dan vaksinasi hepatitis B. Selain itu, terdapat
pencegahan sekunder yang dapat dilakukan perawat, yaitu dengan
membantu mengidentifikasi kasus secara dini dan merujuk remaja untuk
menerima pengobatan. Perawat juga terlibat dalam pencegahan tersier
dengan menurunkan efek-efek medis dan psikologis akibat PMS,
menghubungi kelompok pendukung untuk remaja yang terinfeksi HIV,
virus herpes simpleks, dan HPV, dan dengan membantu remaja yang
hamil dalam memperoleh skrining serta pengobatan yang adekuat.
Keluarga Tn. A hidup bersama istri dan seorang anaknya Y. pekerjaan Tn. A
adalah sopir taksi gelap yang beroperasi pada malam hari hingga pagi hari. Ny. A
bekerja sebagai karyawati pada sebuah perusahaan garmen dengan jam kerja
08.00 - 14.00, terkadang lembur hingga malam. An. Y pelajar kelas 3 SMU
sering bermain diluar rumah dengan teman laki-lakinya pulang sampai larut
malam. Pergaulan bebas dengan teman-temannya akhirnya menjadi kebiasaan.
Tn. A sudah menegur berulang kali tapi anak Y tetap melakukannya. Suatu hari
Tn. A memergoki anaknya bersama teman pria wanitanya nonton VCD
porno di rumah, langsung Tn. A memarahi anaknya dan melarang pergaulan
si anak. Sejak itu percekcokan sering terjadi antara Tn. A dan An. Y diantara
mereka tidak pernah ada komunikasi yang terbuka, sementara itu Ny. A
lebih banyak diam dan terkadang membela anaknya. Tn. A makin keras
melarang anaknya bergaul dengan teman-temannya ketika pada suatu malam
melihat anaknya berada di sebuah hotel bersama temannya yang berpasang-
pasangan. Sementara itu An. Y mengatakan bahwa ia pernah mencoba melakukan
hubungan seks dengan pacarnya sebanyak 2 kali.

Anda mungkin juga menyukai