Bentuk Penulisan
Hal ini berfungsi untuk memberikan kesempatan mengeksplorasi materi pelajaran lebih
mendalam, tidak terburu-buru, dan cukup waktu untuk menguatkan kompetensi, mengingat
tahap perkembangan dan kecepatan anak untuk memahami sesuatu belum tentu sama untuk
setiap anak. Kondisi ini juga memungkinkan seorang anak dengan kondisi berkebutuhan khusus
dapat menggunakan CP yang sama dengan anak pada umumnya (anak di sekolah reguler).
Hal ini secara tidak langsung juga akan memudahkan guru mengajar pada level yang
seharusnya (teaching at the right level). Hal in
Capaian Pembelajaran merupakan hasil peleburan kompetensi inti dan kompetensi dasar. Hasil
peleburan ini menjadi satu kesatuan penjabaran kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai
anak di akhir pembelajaran. Tidak lagi terpisah antara komponen sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Capaian Pembelajaran akan menjadi acuan deskripsi keberhasilan anak dalam
mempelajari sesuatu hal. Pengintegrasian tersebut juga disesuaikan dengan tujuan
untuk mengembangakan dan menguatkan kompetensi dan karakter yang sesuai
dengan Profil Pelajar Pancasila, yang merupakan salah satu komponen penting dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan paradigma baru.
Capaian Pembelajaran dirumuskan dalam bentuk fase-fase yang menyatakan target capaian
untuk rentang waktu yang lebih panjang (bukannya per tahun seperti kurikulum terdahulu).
Durasi setiap fase dapat berbeda untuk setiap jenjang pendidikan. Penggunaan istilah “fase”
dilakukan untuk membedakannya dengan kelas karena peserta didik di satu kelas yang sama
bisa jadi belajar dalam fase pembelajaran yang berbeda. Ini merupakan penerapan dari prinsip
pembelajaran sesuai tahap capaian belajar atau yang dikenal juga dengan istilah teaching at the
right level (mengajar pada tahapan/tingkat yang sesuai). Apabila peserta didik kelas 5 masih
harus belajar materi Fase B (fase untuk kelas 3-4), misalnya, maka guru dapat menggunakan
materi pelajaran fase tersebut.
Di PAUD terdapat fase awal yang disebut fase pondasi (TK B). Fase fondasi ini mencakup
capaian perkembangan yang diharapkan dikuasai oleh anak jenjang PAUD hingga SD kelas
awal sehingga terlihat adanya transisi kemampuan dari PAUD ke SD termasuk di dalamnya
kesiapan bersekolah. Pembelajaran di SD berbeda dengan pembelajaran di PAUD termasuk
kompetensi yang diharapkan di dalamnya. Pembelajaran di PAUD tidak menggunakan mata
pelajaran tetapi muatan pembelajaran yang didalamnya mengintegrasikan keenam aspek
perkembangan sedangkan di SD pembelajaran mengacu pada mata pelajaran meski disajikan
secara tematik.
Untuk satuan pendidikan SD-SMA/SMK capaian pembelajaran dibuat untuk setiap mata
pelajaran. Terdapat 5 fase untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, yang terdiri atas:
1. Di jenjang SD terdapat tiga fase yaitu fase A (Kelas 1 – 2 ), fase B (Kelas 3 – 4) dan fase
C (Kelas 5 – 6).
2. Di jenjang SMP terdapat satu fase yaitu fase D, dengan durasi 3 tahun, untuk Kelas 1 – 3
SMP.
3. Terdapat dua fase di SMA, yaitu fase E ( Kelas 10) dan fase F (Kelas 11 – 12). Pada
SMK, pase E mencakup landasan mata pelajaran umum yang bertujuan untuk
memperkuat dasar yang didapatkan di SMP. Selain itu fase E juga menyampaikan mata
pelajaran dasar-dasar program keahlian yang menekankan pada softskill. Siswa juga
diberikan pemahaman yang holistik tentang
karir, tantangan, serta peluang yang dapat muncul di masa depan terkait dengan
program keahlian yang dipilihnya. Selain itu, pada fase E juga memuat dasar-dasar
keterampilan teknis yang mendukung siswa saat mereka mengambil konsentrasi pada
fase F nanti.
Perbedaan durasi fase ini lebih didasari oleh alasan praktikal dan bukan teoritis. Durasi 2 tahun
di SD disebabkan banyaknya sekolah yang menggunakan kelas multi usia (multi aging class)
dengan mengakomodir dua kelas. Sedangkan durasi fase di SMP didasari oleh alasan tahap
perkembangan dan di SMA didasari oleh kebutuhan siswa SMA untuk memperkuat materi dan
keterampilan di SMP dan peminatan.
Dengan fase diharapkan pelajar akan dapat memiliki banyak waktu untuk menjalani proses
belajar sehingga dapat mengupas konsep-konsep dan mempelajari keterampilan kunci,
sehingga materi dapat dihantarkan dengan eksploratif dan pendalaman, bukan sekadar transfer
pengetahuan semata.
Untuk SLB Capaian Pembelajaran didasarkan pada usía mental yang ditetapkan
berdasarkan hasil asesmen. Pembagian fase dapat digambarkan sebagai berikut: