A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan
atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,
maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. (Wijayaningsih,
2013). ISPA: saluran penyakit pernafasan atas dengan perhatian khusus pada ragdang
paru (pneumonia). Penyakit ISPA terdiri: bukan pneumonia, pneumonia dan
pneumonia berat (Kunoli. 2012).
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah
dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun
demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan
antibiotik dapat mengakibat kematian.
5. Patofisiologi
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu maka penyakit
ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Sebagian besar penularan melalui
udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang
sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur
penyebab atau mikroorganisme penyebab. Saluran pernapasan atas (akut) secara
Nyeri
8. Komplikasi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebenarnya merupakan self limited disease
yang sembuh sendiri dalam 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit
ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat
menimbulkan komplikasi penyakit seperti:
a. Laringitis : peradangan pada laring (pangkal tenggorokan). Laring terletak
dipuncak saluran udara yang menuju ke paru-paru. Disebabkan oleh saluran
pernapasan bagian atas.
b. Bronkitis : suatu peradangan yang terjadi pada bronkus (saluran udara ke paru-paru
yang disebabkan oleh virus dan bakteri).
c. Sinusitis : suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus
pada saluran pernapasan bagian atas (misalnya pilek).
(Wahid, 2013).
Diagnosa IV
4. Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
a. Batasan karakteristik
Subjektif: mengeluh nyeri
Objektif: tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat,
sulit tidur, TD meningkat, nafsu makan berubah dan berfokus pada diri sendiri.
b. Faktor yang berhubungan
Agents-agents, sindrom koroner akut, infeksi penyebab cidera( misalnya
biologis,kimia,fisik, dan psikologis)
4. Nyeri akut
▪ Tujuan /kriteria hasil
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut 1-5 tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering atau selalu. Mengenali
awitan nyeri,menggunakan tindakan pencegahan, melaporkan nyeri dapat
dikendalikan .Ekspresi nyeri pada wajah, gelisah atau ketegangan otot, durasi
episode nyeri,merintih dan gelisah, menangis.
▪ Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
informasi pengkajian.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0-10(0=tidak
ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10=nyeri hebat).
3. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesik dan
kemungkinan efek sampingnya.
4. Kaji dampak agama , budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan
respons pasien.
5. Manajemen nyeri(NIC)
Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,awitan dan
durasi, frekuensi, kualitas,itensitas atau keparhan nyeri, faktor presipitasinya.
Observasi isyarat non verbal ketidaknyamanan khususnya pada mereka yang tidak
mampu berkomunikasi efektif.
Penyuluhan untuk pasien atau keluarga
1. Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum,
frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat,
kewaspadaan khusus saat mengomsumsi obat tersebut.
2. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri
tidak dapat dicapai.
D. IMPLEMENTASI
Di sesuaikan dengan intervensi.
E. EVALUASI
Di sesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil.