DOSEN :
Hj. Librilianti Kurnia Yuki,S.Pd.,M.Pd.
PENYUSUN :
1. Ferdiansyah
2. Arya Wiguna
3. Firly andrian
4. Rifqi Ramdani
5. Denise viola bella
6. Pariz Maulana
TAHUN AKADEMIK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segenap limpahan Rahmat
dan KaruniaNya sehingga dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia yang
berjudul “KEGUNAAN HURUF DAN JENISNYA” sesuai waktu yang telah ditentukan.
Dalam menyelesaikan Makalah ini penyusun mendapat referensi dari banyak pihak,
maka sepantasnya penyusun mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar –
besarnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, atas informasi untuk
menyelesaikan makalah ini.
Kami selaku penyusun berharap dengan makalah bahasa Indonesia ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca serta menambah wawasan. Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna maka kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca.
Kelompok A
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Pengunaan Huruf Kapital................................................................................3
2.2 Pengunaan Huruf Miring…….…………………..………………………………..6
2.3 Penulisan Kata................................................................................................7
2.4 Penulisan Lambang Bilangan.......................................................................10
2.5 Frasa dan Kalimat Ejaan Baku......................................................................15
BAB III PENUTUP......................................................................................................20
3.1 Kesimpulan....................................................................................................20
3.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan pokoknya adalah murid mampu dan terampil dalam
penulisan dengan baik dan benar setelah mengalami proses belajar mengajar
di sekolah. Keterampilan menulis itu tidak saja meliputi satu aspek, tetapi di
dalamnya termasuk kemampuan membaca, mendengarkan (menyimak), dan
berbicara. Dalam proses pemerolehan dan penggunaannya, keterampilan
menulis tersebut saling berkaitan.
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tata cara penggunaan huruf kapital
2. Mengetahui seperti apakah penulisan huruf miring
3. Mengetahui bagaimana penulisan kata
4. Mangetahui tatacara penulisan lambang bilangan
5. Mengetahui seperti apa frasa dan kalimat ejaan baku
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat dan petikan
Misalnya:
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan
yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata
ganti untuk
Misalnya:
Misalnya:
Misalnya:
Misalnya:
3
Misalnya:
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan
Misalnya:
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
hari raya.
Misalnya:
Tahun Hijriah
bulan Maulid
bulan Agustus
hari Galungan
Misalnya:
Perang Dunia I
Misalnya:
Misalnya:
Jawa Barat
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi
yang diikuti nama diri
4
Misalnya:
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri
geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan
Misalnya:
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama
dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau dan
Misalnya:
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul
Misalnya:
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) didalam judul buku, majalah, surat kabar, dan
makalah. Kecuali, kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk
yang tidak terletak pada posisi
Misalnya:
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama
Misalnya:
5
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang
digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Misalnya:
18. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan
dalam penyapaan. Misalnya:
Misalnya:
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk
dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan
tanda petik.
Misalnya:
6
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan
yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
Misalnya:
7
a. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata Pendapat imbuhan
(awalan atau akhiran), ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh : bertahan-tahan (v), berpuasdiri (v).
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat imbuhan
(awalandan akhiran sekaligus) unsur gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Contoh : perkembangbiakan (n), keputusasaan.
c. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai sebagai
kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai.
Contoh : geologi, tataniaga, geofisika.
3. Bentuk ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung. (Andi Sahtiani Jahrir, 2012).
Contoh : duduk-duduk, hujan-hujan.
4. Gabungan kata
a. Gabungan kata yang biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Contoh : duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.
b. Gabungan kata yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian,
dapat ditulis dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh : anak-istri saya.
c. Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata ditulis serangkai.
Contoh : tanggungjawab, tigaserangkai, kerjabakti.
5. Kata ganti –ku, kau-, -mu, -nya
Ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti dan mendahuluinya.
(Andi Sahtiani Jahrir, 2012). Contoh: bajuku, kauambil, laptopmu, miliknya.
6. Kata depan di, ke, dan dari
Ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. (Andi Sahtiani Jahrir,
2012).
Contoh : di kampus, kemesjid, darirumah.
10. Akronim
9
Singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan hurufdan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata. (Andi Sahtiani Jahrir, 2012)
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret
kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh : PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), UN (United Nations).
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf
awal huruf kapital.
Contoh : UNHALU (Universitas Haluleo), UNICEF (United Nations
International Children Education Fund).
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh : panwaslu.
11. Angka dan lambang bilangan
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor dan
untuk menyatakan ukuran panjang, berat, danisi.(Andi Sahtiani Jahrir, 2012)
a. Penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang
bilangan dipakai secara berurutan, seperti perincian.
Contoh : lima belas, tujuhpuluh, 1945-an.
b. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Contoh : Dua, Belasan, Puluhan.
Jenis-jenis Bilangan
10
1. Bilangan Nol
Bilangan nol adalah bilangan yang hanya terdiri dari bilangan nol, tanpa
ada bilangan lainnya.
Contoh : {0}
2. Bilangan Asli
Bilangan asli terdiri dari bilangan positif yang dimulai dari bilangan 1 (satu)
dan seterusnya.
Contoh : {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, …, …, …, ….}
3. Bilangan Bulat
Bilangan bulat terdiri dari bilangan nol, bilangan bulat negatif, bilangan
bulat positif.
Contoh : {…., -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, ….}
4. Bilangan Prima
Bilangan prima terdiri dari bilangan yang tidak bisa dibagi oleh bilangan
apapun selain bilangan itu sendiri dan bilangan 1 (satu).
Contoh : {2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 39, 43, ….}
5. Bilangan Cacah
Bilangan cacah terdiri dari bilangan nol dan bilangan yang bernilai positif.
Contoh : {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, ….}
6. Bilangan Pecahan
Bilangan pecahan terdiri dari bilangan yang dinyatakan atau ditulis dengan
bentuk a/b, dimana a dan b adalah bilangan bulat, sedangkan b≠0.
Bilangan a disebut pembilang dan bilangan b disebut penyebut.
Contoh : {½, ¼, ⅓, ⅔, ⅛, ⅝, ….}
7. Bilangan Rasional
Bilangan rasional terdiri dari bilangan bulat yang dinyatakan dalam bentuk
pecahan a/b, dan b≠0.
Contoh : {½, ¼, ….}
8. Bilangan Irrasional
Bilangan irrasional terdiri dari bilangan yang bukan termasuk kedalam
bilangan rasional atau bilangan yang tidak bisa dinyatakan dalam bentuk
pecahan.
Contoh : {√2, √3, √5, √7, ….}
9. Bilangan Real
Bilangan real terdiri dari gabungan bilangan rasional dan irrasional.
Contoh : {½, ¼, √2, √3, √5, √7, ….}
10. Bilangan Positif
Bilangan positif terdiri dari bilangan yang bernilai positif selain bilangan
nol.
Contoh : {2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, ½, ¼, ….}
11. Bilangan Negatif
Bilangan negatif terdiri dari bilangan selain nol yang bernilai negatif.
Contoh : {-5, -4, -3, -2, -1, -8, -12, -16, ….}
11
12. Bilangan Ganjil
Bilangan ganjil terdiri dari bilangan bulat yang tidak habis jika dibagi
dengan angka 2, atau dapat dinyatakan dengan rumus 2n-1.
Contoh : {-9, -7, -5, -3, -1, 1, 3, 5, 7, 9, ….}
13. Bilangan Genap
Bilangan genap terdiri dari bilangan bulat yang habis jika dibagi dengan
angka 2.
Contoh : {-8, -6, -4, -2, 2, 4, 6, 8, 10, 12, ….}
14. Bilangan Komposit
Bilangan komposit terdiri dari bilangan yang tidak termasuk kedalam
bilangan prima dan bilangan asli yang nilainya lebih besar dari 1 (satu).
Contoh : {2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, ….}
15. Bilangan Riil
Bilangan riil terdiri dari bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk
desimal (berkoma).
Contoh : {½, ¼, √3, √5, √7, log 10, ….}
16. Bilangan Imajiner
Bilangan imajiner terdiri dari bilangan yang dituliskan dengan satuan
imajiner (i) yang merupakan lambang bilangan baru.
Contoh : {i, 2i, 3i, 4i, 5i, 6i, 7i, 8i, 9i, ….}
17. Bilangan Kompleks
Bilangan kompleks terdiri dari bilangan yang dapat dinyatakan dengan
rumus (a+bi), dimana a adalah bilangan riil sedangkan bi adalah bilangan
imajiner.
Contoh : {2-3i, 3-4i, 4-5i, 5-6i, ….}
18. Bilangan Romawi
Bilangan romawi merupakan sistem bilangan yang berasal dari bangsa
romawi kuno, yang penulisannya menggunakan huruf latin untuk
menyatakan angka.
Contoh : {I=1, II=2, III=3, IV=4, V=5, VI=6, VII=7, VIII=8, IX=9, X=10, …}
19. Bilangan Kuadrat
Bilangan kuadrat terdiri dari bilangan-bilangan yang merupakan hasil
perkalian suatu bilangan dengan bilangan itu sendiri sebanyak 2 kali,
dimana bilangan kuadrat ini disimbolkan dengan angka 2.
Contoh : {22, 32, 42, 52, 62, 72, 82, 92, 102, ….}
Contoh :
12
Angka Romawi : V=5000, M=1000 D=500, C=100, L=50, X=10, VIII=8,
V=5, IV=4, III=3
2. Untuk menyatakan nilai nominal suatu uang
Contoh :
3. Untuk menyatakan jumlah atau kuantitas, ukuran (panjang, berat, isi, luas,
volume).
Contoh :
Berita tentang pemilihan umum ada di halaman 8 surat kabar hari ini.
Kami disuruh ibu guru mengerjakan semua latihan yang ada di halaman
102-104.
7. Untuk menuliskan lambang bilangan yang menggunakan huruf secara
terpisah antar bagian dan awalan (seperti per pada pecahan), maka
penulisannya disatukan dengan bagian lain yang berada setelah/di
belakangnya.
13
Contoh :
10. Untuk menyatakan lambang bilangan yang terletak di awal kalimat, ditulis
dengan huruf dan jika diperlukan susunan kalimatnya dapat dirubah.
Contoh :
Dua ratus pasang sepatu disumbangkan dalam acara bakti sosial kemarin.
Dua orang peserta dinyatakan gugur karena terbukti menggunakan obat-
obat terlarang.
11. Untuk menyatakan angka dari suatu bilangan utuh besar agar mudah dieja
dan dibaca.
Contoh :
Total sumbangan yang terkumpul untuk korban gempa bumi itu adalah
sebesar 650 juta rupiah.
Pembangunan jalan layang ini memakan biaya sekitar 120 milyar rupiah.
12. Untuk bilangan yang terdiri dari angka dan huruf, tidak ditulis secara
sekaligus keduanya kecuali dalam penulisan suatu dokumen resmi
(seperti akta dan kuitansi).
Contoh :
Bulan lalu salesman itu menjual dua unit mobil seharga tiga miliar rupiah
14
Asuransinya senilai 100 jta rupiah sudah cair tadi siang.
13. Untuk bilangan yang menyatakan suatu jumlah atau bilangan ordinal,
ditulis serangkai dengan angka.
Contoh :
Uang muka untuk sewa apartemen itu tertulis Rp. 25.000.000,00 (dua
puluh lima juta rupiah).
karena lalai, ia di denda senilai Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
14. Untuk menyatakan suatu urutan, ditulis serangkai dengan angka. Jika
menggunakan angka Romawi maka bilangan tersebut ditulis sendirian
(berdiri sendiri). Jika menggunakan angka Arab, maka ditulis diawali kata
hubung ke-.
Contoh :
Ciri-ciri frasa
Dibawah ini meurpakan ciri-ciri frasa ialah sebagai berikut:
a. Dalam frasa harus terdiri setidaknya minmal dua kata atau lebih
b. Menduduki atau memiliki fungsi gramatikal dalam kalimat
c. Dalam frasa harus memiliki satu makna gramatikal
d. Frasa bersifat nonpredikatif.
Contoh Frasa
Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri diatas kita dapat menyimpulkan
bahwa frasa merupakan suatu gabungan dari dua kata atau lebih yang tidak
dapat atau bisa membentuk kalimat sempurna karena tidak mempunyai
predikat. Maka kita dapat membuat contoh frasa ialah sebagai berikut:
15
Nasi goreng
Sedang Tidur
Sedang makan
Banting tulang
Tidur siang
Dengan tangan kanan
Jenis-jenis (Kategori) Frasa
Berdasarkan Jenisnya
frasa ini terbagi menjadi ialah sebagai berikut.
Frasa verbal
yaitu frasa yang mempunyai inti kata kerja dalam unsur pembentukannya dan
juga dapat difungsikan ialah sebagai pengganti kedudukan kata kerja dalam
suatu kalimat.
Contoh:
Sedang tidur
Akan muncul
Baru datang
Tidak makan
Frasa Nominal
yaitu frasa yang mempunyai inti kata benda dalam unsur pembentukannya
dan juga dapat difungsikan ialah sebagai pengganti dari kata benda.
Contoh:
Rumah kayu
Sepatu kaca
Lemari besi
Buku gambar
Frasa ajektiva
Adalah suatu frasa yang mempunyai inti berupa kata sifat dalam unsur
pembentukannya.
Contoh:
Sangat baik
Cukup hebat
Sangat cepat
Mahal sekali
Lumayan dekat
Frasa preposisional
Adalah frasa yang menggunakan sebuah kata depan didalam unsur
pembentukannya.
Contoh:
16
Dari sana
Ke Pasar
Dengan kaki
Di Solo
Kepada guru
Oleh saya
Frasa Endosentris
yakni suatu frasa yang salah satu unsur atau keduanya adalah merupakan
unsur inti atau pusat.
Contoh:
Kuda hitam
Anak sapi
Sudah selesai
Dua orang
Contoh:
Ayah kandung (diterangakan dan menerangkan)
Seekor nyamuk ( menerangkan dan diterangkan)
Frasa apositif
ialah suatu frasa yang salah satu dalam unsur pembentukannya itu dapat/bisa
digunakan sebagai pengganti dari unsur inti.
Frasa koordinatif
ialah suatu frasa yang unsur-unsur pembentukannya itu memiliki peran ialah
sebagai unsur inti.
Contoh:
Kakek nenek
Warta berita
Tua muda
Frasa Eksosentris
yakni suatu frasa yang pada salah satu unsurnya itu merupakan kata tugas.
Contoh:
Kepada ayah
17
Dari Solo
Di rumah
Pada hari
Berdasarkan kesatuan
Berdasarkan kesatuan makna yang terkandung dalam unsur-unsur
pembentukannya frasa dapat dibagi menjadi :
Frasa biasa
frasa yang memiliki makna sebenarnya.
Contoh : Ibu membeli sayur bayam
Frasa idiomatik
frasa yang mempunyai atau memiliki makna baru atau makna yang bukan
sebenarnya (denotasi).
Contoh : Orang tua saya pergi ke luar kota
Frasa ambigu
Frasa ambigu ialah suatu frasa yang memiliki makna dua atau ganda dalam
pemakaian kalimat.
Contoh : tangan panjang
Dalam contoh tangan panjang diatas bisa diartikan bahwa tangan yang
panjang itu adalah orang yang suka mencuri.
Frasa Setara
Frasa setara ialah suatu frasa yang memiliki hubungan antar unsur setara.
Contoh :
Keluar masuk.
Depan belakang.
Hitam putih.
Muda mudi.
Tua muda.
Suami istri
Maju mundur
Pergi kembali
Pulang pergi.
Asal usul
18
Frasa Setara Bertingkat
Frasa setara bertingkat merupakan frasa yang kedudukan antar unsurnya
tidak setara atau bertingkat. Contoh :
Uang tunai.
Cara baru.
Pedang tajam.
Bangku emas.
Mengayuh sepeda.
Sedang pergi.
Dari kantor.
Bahasa Indonesia.
Tanah air.
Musim panen.
Ejaan Baku
(Pengertian Ejaan Baku dan Tidak Baku beserta Contohnya) – Ejaan baku
adalah ejaan yang benar, sedangkan ejaan tidak baku adalah ejaan yang
tidak benar atau ejaan salah. Contoh ejaan baku dan ejaan tidak baku, di
mana yang sebelah kiri adalah salah dan yang sebelah kanan adalah betul:
apotik : apotek
atlit : atlet
azas : asas
azasi : asasi
bis : bus
do’a : doa
duren : durian
gubug : gubuk
hadist : hadis
ijin : izin
imajinasi : imaginasi
insyaf : insaf
jaman : zaman
kalo : kalau
karir : karier
kongkrit : konkret
nomer : nomor
obyek : objek
ramadhan : ramadan
rame : ramai
rapor : rapot
sentausa : sentosa
trotoar : trotoir
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dosenpendidikan.co.id/huruf-adalah/#
https://www.zenius.net/prologmateri/bahasa-indonesia/a/205/kalimat-baku
https://dosenbahasa.com/penulisan-angka-dan-bilangan
http://wavekuliahonline.blogspot.com/2014/05/penulisan-kata.html?m=1
21